JAEJOONG P.O.V

nareul bwa, naege ireonan ireul,
modeun geol neomeo yeogi watjanha
deo isangeun jobeun tabe gatyeo
beorin naro manjokhaji anha
cheoeumbuteo naui gireun dallatgo,
ije jinjeong nae moksorireul chajasseo.
datyeoinneun muneul yeoneun geon,
sijakhaneun geon, nain geol

Lirik lagu itu… Aku sempat menyanyikannya bersama mereka. Bersama belahan jiwaku. Bersama hatiku. Bersama mentariku.

Dan sekarang, senyum ini terlihat murni. Terlihat asli padahal imitasi. Aku sangat bersyukur dianugerahi kemampuan berakting. Kalau tidak? Habis sudah semua.


YUNHO P.O.V

Menyanyikan lagu ini lagi. Di atas panggung bermandikan cahaya terang menyorot diriku dan dia. Bermandikan lautan merah bak darah. Kalau bukan karena warna itu ada, kurasa aku sudah mati. Kehabisan darah, tenaga, dan air mata. Aku sangat merindukan sosok mereka dan 'dia.' Sungguh hati ini sangat hampa tanpanya. Dan panggung ini terasa sangat luas tanpa mereka.

Tapi apa daya? Aku tidak pernah percaya adanya takdir, karena bagiku, semua manusia menentukan jalannya sendiri. Tapi sungguh, aku tak ingat pernah menetapkan jalan ini... Apakah ini yang namanya takdir?


BREATHING AS ONE

Rating : PG-15, very very very little NC

Genre : Romance, family, very slight angst

Type : Ten full shot *without a,b,c*

Cast : YunJae, TH5K, OC

Disclaimer : YunJae belongs to shipper, TH5K belongs to cassie and God, Changmin belongs to me. :p Story is mine.

Warning : Still new author, bahasa aneh, alur gaje, pergantian P.O.V yang cepat, tema umum, YAOI dan M-Preg

Summary : Mengambil sebuah keputusan memang tidak pernah mudah. Bagaimana jika kau dipaksa mengambil keputusan besar dalam waktu singkat? Dan bagaimana jika kau hanya bisa menghadapi tantangan itu 'sendirian'?

JAEJOONG P.O.V

Aku hanya berbaring di balik selimut sambil meringkuk. Sedikit kedinginan dan kepanasan dalam waktu yang bersaman. Badanku sangat lemas akhir-akhir ini dan rasanya menggerakkan badan ke arah manapun terasa salah. Harusnya hari ini aku ikut YooSu jalan-jalan. Lumayan kami dapat libur 1,5 minggu. Jarang-jarang kan kami dapat kesempatan begini apalagi dulu! Tapi aku sangat lemas. Mereka tidak tau kalau aku sakit. Hem, aku sangat merindukannya akhir-akhir ini. Terakhir aku bertemu dengannya malam sebelum aku menghandiri Protect The Boss Press Conference dan dia 'menghukumku' habis-habisan. Alhasil, besoknya aku bahkan tidak bisa berdiri dengan baik. Parahnya, sepertinya para cassie menyadari keanehan pada diriku hari itu. Dan foto 'tanda' yang diberikan Yunho padaku juga beredar di internet. Anyway, mari kita tidak membicarakan itu karena aku tau kalian akan sangat senang termasuk author gila ini.

Belakangan ini masalahku dengan mantan management-ku semakin menjadi-jadi dan membuatku semakin pusing. Ingin rasanya tidur sebentar. Hem, semoga aku bisa bertemu Yunho dalam kesempatan emas ini.


YUNHO P.O.V

Hari masih pagi dan aku serta Changmin sudah sibuk. Masalhnya, kami harus tampil di stasiun televisi pukul 5 sore hari ini. Tapi hanya itu jadwal kami dan tidak ada persiapan yang lain. Lumayanlah, aku bisa ke tempat Jaejoongie sebelum pentas. Pasalnya, tempat kami tampil dekat sekali dengan tempat tinggal Jaejoong dan aku sangat bahagia mengetahui fakta ini.

"Hyung, kau mau ke mana?" tanya Changmin penasaran melihatku jalan buru-buru.

"Mau ke tempat umma-mu..." kataku sambil memakai jaket. Di luar cukup dingin belakangan ini.

"Astaga hyung! Jangan melamarku dengan cara seperti itu dong. Lagipula aku tidak mau menerimamu…" katanya jijik.

PLETAK! Ku tepok kepalanya keras.

"Sakit hyungg..." katanya sambil mengusap kepalanya.

"Rasakan, makanya jangan bodoh! IQ mu tinggi tapi lemot! Umma mu yang satu lagi lah!" kataku sedikit kesal.

"Hyung jahat sekali. Ya maaf kalau aku lupa aku punya 2 umma." dia tersenyum 'innocent' sesaat. "Hyung apa tidak beresiko? Maksudku, hyung tau kan betapa keras kepalanya management kita ini?" Dia menatapku dalam.

"Aku juga tidak tau Min. Kuharap tidak terjadi hal buruk. Doakan semoga berhasil ya..."

"Berhasil apaan? Buat anak? AWWWWW~~~ Hyung! Kaki modelku ! Enak sekali kau menginjakku!"

"Rasakan! Makanya jangan yadong!" kataku sambil membuka pintu menuju keluar.

'Seperti kau tidak saja...' aku menangkap bisikan pelan itu.

"Apa?" kataku menekan kata yang kuucapkan.

"Hem tidak!" katanya sambil melambaikan tangan dan tersenyum 'manis.' "Selamat bersenang-senang hyung!"


JAEJOONG P.O.V

Kenapa semakin dingin saja ya? Dan badanku terasa semakin kaku digerakkan. Aku ingin mengambil jacket dan minum tapi tak kuasa bergerak. Selangkanganku juga terasa aneh sejak tadi… WEITZ! Jangan hidupkan pikiran yadong-mu seperti sang author nak! Soalnya bukan itu yang kumaksud dengan 'selakanganku terasa aneh.' Seperti ada sesuatu yang hendak mengalir keluar tapi bukan pipis. Yunho... Aku ingin sekali kau datang dan memelukku sekarang.

Ponselku sejak tadi berbunyi terus tapi letaknya jauh sekali dari kasur. Aku tak sanggup bahkan untuk berdiri mengambilnya. Rasanya terlalu lemas. Semoga bukan hal urgent.


AUTHOR P.O.V

Lelaki berambut cokelat tua itu terus saja berusaha menelpon ponsel kekasihnya tapi hasilnya nihil. Ketakutan mulai sedikit merasukinya dan ia berharap bisa cepat sampai supaya ia bisa segera tau keadaan kekasihnya.

"Ayolah Joongie... Angkat telponku..." katanya sambil menghentak-hentakkan tangannya ke stir.

Moment yang ditunggunya akhirnya sampai juga. Ia sampai di depan apartement kekasih tercintanya. Ia segera berlari menuju kamar kekasihnya, berulang kali memencet bel dan mengentuk, tapi tak ada jawaban.

"Halo~~~ Joongie kau di dalam? Bisakah kau buka pintu untukku?" serunya berulang-ulang. Dia sungguh takut kalau-kalau ada shipper yang melihatnya, dan thanks to God and author, tidak ada batang hidung satupun dari mahkluk hidup yang disebut di atas.

KRIET! Dia tersadar kalau pintunya tidak terkunci.

"Permisi... Joongie... Kau di sini? Jangan membuatku takut..." Jujur dia mulai takut. Bagaimana jika ada rampok yang masuk? Bagaimana kalau ada sesuatu dan ia tidak memiliki persiapan sama sekali?

"Yu... Yunnie... Yunnie-ah..." Ia mendengar racauan dari kamar yang Ia tau pasti kamar Jaejoong.

Sambil setengah berlari ia menghampiri kamar itu sambil tersenyum.

"Boo, ASTAGA!"


YUNHO P.O.V

Astaga Tuhan! Benarkah mataku ini? Jaejoong-ku terbaring lemah sekali di sana.

"Boo..." kataku sambil mengguncang tubuhnya perlahan. Astaga, panas sekali!

"Yunh..." katanya membuka matanya sambil tersenyum manis kepadaku. Senyum itu lemah dan rapuh sekali tampaknya.

"Jangan banyak bicara Boo.. Apa yang kau rasakan? Hem?" tanyaku sambil mengusap lembut kepalanya yang basah oleh keringat dingin.

"Pa… Nash.. Yunh…." Katanya lemah.

"Aku akan panggilkan dokter sebentar ya sayang..." kataku mencium keningnya yang berkeringat dan beranjak hanya untuk ditahan di lenganku dengan tangannya.

"Yunh, please just 'do something on me'," katanya sambil menatapku berbahaya.

"Kau sakit Boo. Jangan bertingkah aneh-aneh. Kau butuh perawatan." Kataku sambil menepis lengannya.

"Ayolah Yun... Aku butuh disentuh! Ini pasti bisa menyembuhkanku~~~" katanya memelas dan dalam kesakitan.

"Boo..." kataku tidak tega. Sungguh Jaejoong yang seperti ini membuatku 'terbangun' tapi aku tak boleh. Tak boleh! Tak boleh. Dia sedang sakit. Ayolah Boo bekerja samalah denganku...

"Yunh..." katanya seduktif dan mengalungkan kedua tangannya di leherku. Astaga manusia ini! Sakit saja seperti ini.

Well, kurasa tak ada pilihan lain kan?


JAEJOONG P.O.V

Kami berbaring berbalutkan keringat, saliva, dan 'something' yang pasti kalian mengerti lah. Aku kira aku akan membaik ternyata tidak. Rasanya semakin lemas dan lemas saja. Sampai kali ini, aku benar-benar sesuatu mengalir dari selangkanganku dan perutku berkontraksi hebat. Sakit sekali Ya Tuhan!

"Arrgh..." jeritan itu tak bisa kubendung untuk tidak keluar dari mulutku.


YUNHO P.O.V

"Arrgh..." jeritan lemah itu mengalun di telingaku. Rasanya aku ingin memukuli diriku sendiri sampai babak belur karena bodoh telah kelepasan kendali. Kutatap wajah Jaejoong yang kesakitan, tapi aneh, ini tak wajar. Kesakitannya yang biasa tak pernah separah ini! Ini parah sekali. Mataku semakin terbelalak melihat sesuatu yang mulai menggenang di kasur ini.

Darah? Oh Tuhan!

"JAE ASTAGA!" aku berteriak panik dan memencet asal nomor telpon darurat meminta ambulance datang ke sini.

Aku menunggu lama sekali dan ambulance itu tak kunjung datang. Darah yang keluar dari selangkangan Jaejoong semakin banyak dan aku semakin panic dan ingin memukuli diriku sendiri. Seharusnya aku tau ia sedang tak sehat. Kepeluk erat tubuhnya dan ia memeluk erat tubuhku. Posisi kami layaknya anak bayi yang sedang kesakitan dan meminta sedikit kelegaan dari induknya.

"Yunh… Kau. Hharus.. Pergi…" katanya lemah.

"Apa? Pergi ke mana?" tanyaku bingung. Apakah dia mengusirku?

"Ke stasiun TV, ituh, Yunh... Akuh... Tau... Dari... Iklan.. Televisi... Kauh.. Hhharushhh.. Thmamphil.. Shorheh... Inhih..." katanya patah-patah. Dari respond tubuhnya dalam pelukanku sangat terasa bahwa ia mulai kehabisan tenaga.

"Jangan banyak bicara Jae! Aku takkan pergi apapun yang terjadi sebelum aku bisa mengantarmu dengan selamat ke rumah sakit." kataku tegas. Gila saja kalau aku harus meninggalkannya dalam keadaan seperti ini!

"Yunh... Kitah, haruhs, profesh, shi, onal, ingat?" katanya semakin lemah dan suaranya semakin menghilang.

"Diamlah Jae... Jangan banyak bicara..." Aku takut sekali. Sungguh-sungguh takut. Tak pernah Jaejoong seperti ini sebelumnya dan ini membuatku khawatir setengah mati. Bagaimana jika ada sesuatu yang buruk terjadi padanya? Pikiran-pikiran kacau mulai menghantuiku. Oh tidak! Kumohon! Jangan pisahkan aku dengan Joongie.

Akhirnya setelah menunggu serasa berabad-abad, sebuah mobil ambulance datang. Tetangga kiri dan kanan langsung gaduh namun aku sama sekali tidak memperdulikan tatapan mereka. Kalian bertanya baju? Jangan berfikir yadong! Tentu saja aku sudah memakaikannya sejak tadi. Tak mungkin aku mengizinkan orang melihat bagian dari tubuhku!

Ambulance ini bergerak lama sekali dan rasanya aku ingin memasang jet di belakang mobil ini agar bergerak lebih cepat. Pasalnya, darah dari selangkangan Jaejoong tak kunjung berhenti dan aku semakin ketakutan.

Aku melipat tanganku dan tangan Jaejoong, kuletakkan tangannya di pipiku. Dia sudah sama sekali tak merespon. Dalam keadaan takut setengah mati, kupanjatkan doa sederhana,

Sekarang aku benar-benar butuh keajaiban Tuhan. Banyak keajaiban. Aku tau aku tak layak karena dosaku yang besar berhubungan dengannya. Tapi aku mohon Tuhan. Dia adalah orang ketiga yang paling kucintai di muka bumi ini. Izinkan dia selamat. Izinkan dia membuka matanya dan mengenaliku. Aku bersalah pada-Mu dan padanya Tuhan. Tapi kumohon, berikan aku sebuah kesempatan lagi. Amin.

Tanpa kusadari, air mata meluncur dari kedua belah mataku. Kutatap tubuh lemah ini. Tubuhku juga yang sekarang terlihat sangat rapuh dengan tambahan masker oksigen di sana.

Walaupun situasi gawat, profesionalita-ku tetap hidup. Bolak-balik kuperhatikan jam yang sudah menunjukkan pukul 15.30. 1,5 jam lagi aku harus tampil. Tapi kenapa tidak ada telepon dari Changmin dan manager-ku ya? Hah... Baguslah. Jadi aku tidak usah tambah terbebani kan?

DRRRTTT!

Tiba-tiba ponselku bergetar. Oh Tuhan kumohon. Sekali ini saja. Aku berjanji sekali ini saja, ijinkan penampilan di stasiun televisi itu dibatalkan. Kumohon...

"Hallo, Yunho di sini..." kataku ragu.

"Hyung! Kau di mana! Kita sudah harus segera berangkat!" Changmin berbisik cukup keras. Dari nada suaranya, aku tau bahwa manager kami sedang ada di sana juga. Oh Tuhan. Ijinkan aku menjaga Joongie-ku..

"Changmin, sesuatu yang sedikit urgent sedang terjadi pada umma-mu. Kumohon bantulah aku. Katakan apa saja pada manager. Aku berjanji akan hadir 45 menit sebelum show di mulai."

"Urgent? Apa yang terjadi hyung?" tanyanya khawatir.

"Nanti akan kujelaskan. Kumohon Changmin. Sekali ini saja bantu aku. Kau tau aku tidak pernah tidak serius kan? Sekali ini saja..." Pasti aku terdengar sangat memalukan. Tapi siapa perduli? Aku benar-benar butuh pertolongan dari siapa saja sekarang juga.

Bisa kudengar Changmin menarik nafas panjang.

"Baiklah hyung. Tapi kau harus penuhi janjimu dan kau harus menceritakan padaku apa yang terjadi. Cepatlah. Atau manager akan tau semua white lies kita!"

Senyum lega terkembang di wajahku. Ternyata magnae setan ini bisa juga diajak kerja sama.

"Tentu saja Changmin. Aku akan mentraktirmu kaset video game terbaru deh setelah ini!" kataku mantap.

"Ya. Terserah kau saja. Be save hyung!" katanya sungguh-sungguh. Kemudian ponselku mati.

Sebelum menurunkan Jaejoong, aku memberikan sejumlah uang untuk menutup mulut siapapun pihak yang terlibat dalam hal ini. Yah, just in case. Manusia kan kadang 'aneh…'


AUTHOR P.O.V

"Jadi, apa yang terjadi padanya, seosangnim?" tanya laki-laki berambut cokelat itu dengan nada setenang mungkin.

"Hem, agak sulit menceritakan semuanya…" Yang diajak bicara hanya sedikit mengerutkan keningnya tanpa menggeser pandangannya dari kertas yang digenggamnya.

"Agak susah? Apa yang terjadi pada, pa, eh maksudku, rekanku?"

Sang dokter mengangkat matanya dari kertas yang digenggamnya dan menatap Yunho lekat-lekat.

Yunho sedikit risih ditatap dokter wanita berusia 30-an itu dengan cukup intens. Namun dia tidak punya pilihan kan?

"Hem, katakan padaku Yunho-ssi." katanya menatap Yunho serius. "Kau pernah membaca fanfic?"

Rasanya Yunho ingin mengubur dirinya sendiri seperti efek di komik mendengar pertanyaan si dokter.

"Hem. Pernah…" kata Yunho malu-malu. 'Sering bahkan...' tambahnya dalam hati.

"Pernah baca M-preg?" tanyanya lagi.

"Hem…. Yah… Lumayan…"


YUNHO P.O.V

"Hem… Yah… Lumayan…" jawabku sedikit gugup. Apa sebenarnya yang dokter ini mau? Kenapa dia bertindak seperti seorang shipper. Wah… Jangan-jangan dia sebenarnya hanya author yang bercita-cita jadi dokter juga lagi.

"Aku tidak tau harus bilang apa…" katanya. Kurasa dia jago menambah efek tegang. "Selamat Yunho-ssi. Karena fanfic-mu jadi kenyataan pada Jaejoong-ssi." katanya tersenyum sumgringah. Persis senyum mesum author saat melihat kemesraan kami.

Tunggu. Kenyataan? Fanfic? Pada Jaejoong? Jadi, Jaejoong hamil?

"A... Apa? M.. Maaf. Bisa kau ulangi?" Sungguh aku pasti terlihat 1000x lebih bodoh daripada tadi.

"Jaejoong-ssi. Hamil. Anakmu." katanya sambi menekan tiap kata-katanya. "Dan kau berhutang cerita padaku berapa ronde telah kau lakukan padanya?" katanya sambil menunjukkan evilish smirk.

"Astaga sungguh?" Rasanya sulit sekali mempercayai telingaku sendiri sekarang.

"Tentu saja. Kau pikir aku akan berbohong tentang suatu fakta?"

"Hem... Mungkin?" Otakku masih berusaha mengumpulkan fakta demi fakta itu dengan baik.

"Tapi ada satu hal yang sangat kumohon darimu Yunho-ssi..." katanya tiba-tiba dengan nada sangat serius. Aku jadi takut sendiri.

"Tentu saja. Ada apa?"

"Kandungan Jaejoong-ssi sangat sangat lemah. Sepertinya tubuhnya belum dapat menyesuaikan dengan situasi dengan baik. Sedikit tertekan saja bisa membuatnya keguguran. Dan kalau keguguran mungkin akan sedikit sulit baginya untuk hamil lagi. Selain itu, kalau ada bahaya, yang berpotensi lebih besar terluka adalah Jaejoong-ssi sendiri. Jadi aku mohon Yunho-ssi. Jangan sampai ia tertekan, berpikiran yang berat, bahkan bekerja. Aku tau ini akan sangat sulit untuk kalian, tetapi menurutku, yang paling bijak adalah, menyuruh Jaejoong-ssi hiatus selama setahun penuh."

Hiatus? Setahun penuh? Bertahun-tahun mengenal Jaejoong membuatku tau sifatnya dan aku tau hiatus adalah kata-kata yang takkan pernah di pilihnya.

"Apa tidak ada cara lain dok?" aku jadi frustrasi sendiri. Belum lagi, dari tadi hp di kantungku bolak-balik bergetar. Aku sangat-sangat bingung apa yang harus aku lakukan.

"Untuk saat ini belum ada Yunho-ssi..."

Apa yang harus kulakukan?

============================= TBC ==============================