Sungmin perlahan-lahan membuka matanya yang terasa berat. Seluruh tubuhnya terasa sakit, bahkan bagian bawah tubuhnya terasa mati rasa. Dia seperti melayang di atas bumi, seakan tidak berpijak di tanah bumi yang keras ini lagi.

Apa ini…rasanya mati? Apa dia sudah mati dan sekarang berada di surga? Atau neraka? Di manapun Kyuhyun berada sekarang?

"Sungmin-hyung! Hyung, kau sudah bangun?" seru suara seseorang di sampingnya.

Sungmin segera menoleh ke arah suara itu. Dia merasa mengenali suara itu, meski dia tidak tahu dimana dia pernah mengenalnya. Perlahan-lahan pandangannya yang kabur semakin jelas, memperlihatkan wajah imut seorang namja berambut cokelat terang yang kini memandang cemas padanya.

"Wookie…ah…" gumam Sungmin pelan saat dia mengenali wajah Kim Ryeowook, adik sepupunya yang kini berdiri di sampingnya dengan wajah sembab seperti habis menangis.

Ryeowook tersenyum manis saat dia melihat kalau Sungmin memang sudah sadar dan mengenalinya. Air mata kembali mengalir dari mata Ryeowook saat dia menangis sambil menggenggam tangan Sungmin yang terkulai lemas di sampingnya, meski sepertinya air matanya kali ini adalah air mata kebahagiaan.

"Syukurlah…Sungmin-hyung sudah sadar. Aku…aku benar-benar takut, aku takut kalau hyung benar-benar tewas…. Kau tahu hyung, kau sudah tak sadarkan diri selama dua hari, aku cemas sekali kalau hyung ikut menyusul Kyuhyun, kalau aku juga akan kehilangan hyung…" kata Ryeowook sambil terisak pelan sambil tetap menggenggam tangan Sungmin erat, meski Sungmin sepertinya masih belum bisa mengerti dan memahami apa maksud perkataan Ryeowook.

Setidaknya hingga otak Sungmin bisa kembali berfungsi dan seluruh inderanya berfungsi dengan lebih baik. Pandangan matanya segera mengenali warna putih rumah sakit, tubuhnya menyadari kasur empuk yang kini menjadi tempatnya berbaring, tangannya merasakan sakit jarum infus yang menusuk tangannya, dan hidungnya mencium bau obat-obatan khas rumah sakit. Semua itu meyakinkan Sungmin kalau kini dia berada di rumah sakit, bukan di peti mati, bukan di surga, neraka, atau dimanapun mendekati sebuah tempat bernama dunia lain.

Dia tidak mati. Dia masih bernapas, juga masih hidup.

Dan itu berarti…gagal pula dia menyusul Kyuhyun ke dunia sana. Dia gagal untuk kembali bersatu bersama Kyuhyun.

Sungmin segera bangkit dari ranjang tempatnya berbaring, meski dia segera berjengit saat dia merasakan rasa sakit yang begitu sakit menusuk dadanya.

"Hyung, jangan banyak bergerak dulu! Luka jahitan di dadamu itu bisa terbuka lagi!" seru Ryeowook sambil membantu Sungmin duduk dalam posisi yang lebih baik agar lukanya tidak terbuka lagi.

"Wookie-ah…" gumam Sungmin pelan.

"Ne?" tanya Ryeowook ragu-ragu sambil kembali duduk dan menggenggam tangan Sungmin dengan lembut. Hangat, genggaman tangan Ryeowook itu begitu hangat bagi Sungmin, seperti tangan Kyuhyun yang akan selalu menggenggamnya setiap dia ketakutan saat malam badai datang. Kyuhyun akan selalu datang ke kamarnya dan menggenggam tangannya hingga dia tertidur. Nyaman dan tenang…benar-benar memberikan perasaan bahagia untuknya.

Tapi sekarang…saat pemilik tangan itu sudah tidak ada…

"Kyuhyun…" kata Sungmin dengan air mata yang mulai menetes dari kedua bola matanya yang masih terlihat gelap. "Dimana…Kyuhyun…?"

Ryeowook langsung terlihat sedih mendengar pertanyaan Sungmin. Di balik sikapnya yang tidak peduli, dia tahu…dia tahu perasaan keduanya untuk satu sama lain. Dia tahu betapa dalam Sungmin mencintai Kyuhyun begitu juga sebaliknya. Karena itu lah sekarang, saat melihat hyungnya itu terlihat hancur seperti ini, Ryeowook merasa sangat bersalah. Dia merasa seandainya dia dulu lebih peka tentang kerapuhan hati Kyuhyun, mau mempedulikan Kyuhyun dan menghibur adik sepupunya itu saat adiknya itu kehilangan tempat berpijak, mau menyadarkan Sungmin lebih cepat, mau membuka mata Sungmin kalau dia mencintai Kyuhyun, mau berusaha sedikit lebih keras untuk mempersatukan Sungmin dan Kyuhyun bersama…mungkin sekarang semuanya tidak akan seperti ini. Keduanya pasti akan berbahagia, bersama selamanya dengan tawa dan senyum, bukan dengan air mata dan hati yang terkoyak seperti ini.

"Dia…Kyuhyun…tidak bisa diselamatkan lagi saat aku menemukan kalian berdua. Dia meninggal dan…ahjussi dan ahjumma sudah mengurus jenazah Kyuhyun kemarin malam. Hari ini, tepat tadi pagi…Kyuhyun sudah dimakamkan…" kata Ryeowook pelan.

"Oh…" gumam Sungmin pelan tanpa ekspresi atau emosi apa pun di wajah dan suaranya. Dia seperti orang yang sudah kehilangan arti dan tujuan hidup. Dia semata-mata hidup karena hanya masih ada nyawa di tubuhnya, tapi dia sendiri tak tahu apa arti hidup itu untuknya. Dia tak peduli apa pun lagi.

Tidak setelah orang yang membuatnya bersemangat dan mau menjalani hidup pergi meninggalkannya….

Hati Ryeowook langsung terasa semakin sakit saat dia mendengar jawaban Sungmin yang begitu dingin itu. Tanpa disadarinya, air mata semakin deras mengalir dari matanya. "Maaf…" gumam Ryeowook sambil terisak pelan pada akhirnya.

Sungmin memandang wajah Ryeowook dengan bingung, seolah tidak mengerti kenapa adik sepupunya itu meminta maaf padanya.

"Maafkan aku karena sudah begitu tega tidak mempedulikan kalian…" isak Ryeowook pelan. "Padahal aku tahu kalau Kyuhyun menyukai Sungmin-hyung. Seandainya aku mau membantu Kyuhyun menyampaikan perasaannya pada hyung…. Seandainya aku mau menjadi tempatnya bersandar. Seandainya aku tidak terlalu mengumbar kemesraanku bersama Yesung-hyung di depannya, dan membuatnya semakin terluka karena dia merasakan sakit saat membayangkan kau dan Siwon-hyung di posisiku dan Yesung-hyung. Seandainya aku mau memahami perasaan kalian berdua dan membantu menyatukan kalian alih-alih membiarkan saja kalian berdua mengerti perasaan satu sama lain seiring waktu dan membuat kalian menderita seperti ini…semuanya pasti tidak akan seperti ini! Kyuhyun pasti tidak akan mati, dan kalian berdua juga―"

"Hentikan Wookie-ah," gumam Sungmin pelan. "Jangan katakan lagi semua itu…. Semua itu salahku, murni salahku…"

"Tapi…"

"Seandainya aku mau sekali saja menyelami hati dan mata Kyuhyun dan mau membuka mataku, seharusnya aku akan sadar kalau Kyuhyun mencintaiku," gumam Sungmin pelan. "Aku…dulu dengan begitu sombong mengatakan kalau aku adalah orang yang paling mengerti Kyuhyun dibanding siapa pun di dunia ini... aku percaya akulah orang yang paling dekat dengan Kyuhyun di dunia ini, dan aku juga dengan begitu angkuhnya percaya bahwa hatiku hanya aku yang paling mengetahuinya. Tapi…untuk sekedar melihat sesuatu yang sangat jelas seperti perasaan cinta Kyuhyun dan juga perasaanku sendiri padanya itu…aku harus disadarkan oleh Siwon-hyung, yang bukan siapa-siapa dan tidak mengenal Kyuhyun dengan baik. Aku malu, Wookie-ah!" Sungmin terisak pelan. "Aku malu karena orang seperti Siwon-hyung yang bahkan tidak tahu apa-apa soal Kyuhyun dan aku bisa mengerti dan paham kalau aku mencintai Kyuhyun dan begitu juga sebaliknya, sementara aku sedikitpun tidak pernah menyadarinya!"

"Hyung…"

"Kau juga mengatakan kalau kau sadar Kyuhyun menyukaiku," kata Sungmin sambil tetap terisak pelan. "Itu berarti perasaan Kyuhyun itu memang sangat terlihat bagi setiap orang, kecuali aku! Hanya aku yang begitu tolol untuk tidak menyadari perasaan Kyuhyun! Aku yang begitu buta…untuk sadar…terlalu terpesona dengan kesempurnaan dunia yang diberikan Siwon-hyung sampai tidak sadar kalau Kyuhyun…"

Ryeowook segera memeluk Sungmin, membenamkan wajah pemuda bermata kelinci itu di dadanya. "Sudah hyung, jangan menangis lagi…" kata Ryeowook sambil mengusap rambut hitam Sungmin saat pemuda itu menangis histeris di pelukan pemuda berambut cokelat itu. " Aku tidak mau melihat hyung bersedih seperti ini. Kyuhyun juga pasti tidak mau hyung bersedih seperti ini. Dia pasti ingin hyung berbahagia, meski tanpa dirinya sekalipun…"

Sungmin menggelengkan kepalanya pelan saat mendengarkan perkataan Ryeowook. Tidak, dia tidak bisa bahagia tanpa Kyuhyun di hidupnya. Kyuhyun adalah kebahagiaan Sungmin yang paling penting. Kyuhyun lah alasan Sungmin bisa tertawa dan tersenyum. Saat Kyuhyun tidak ada lagi di hidupnya seperti ini, maka semua senyum dan tawanya juga menghilang, ikut terbawa ke liang kubur bersama mayat Kyuhyun.

Kebahagiaan seorang Lee Sungmin sudah mati, hancur tak berbekas untuk selamanya, saat Lee Kyuhyun meninggalkannya dan membawa hatinya pergi.


Beberapa minggu kemudian, Sungmin diijinkan untuk pulang dari rumah sakit. Dia segera pulang ke rumahnya bersama orang tuanya yang masih cemas dengan keadaan Sungmin yang kini bagaikan mayat hidup berjalan. Tidak ada lagi Sungmin yang ceria dan aegyo seperti dulu. Kini yang ada hanya Sungmin yang pendiam dan dingin. Wajahnya selalu kosong, tidak pernah tersenyum, dan menjawab pertanyaan dan perkataan seseorang seadanya. Dia benar-benar seperti tidak ingin hidup di dunia ini lagi. Dokter mengatakan mungkin itu karena trauma melihat mayat adiknya yang bunuh diri tepat di depan matanya, tapi semua orang tahu lebih baik dari itu.

Sungmin menjadi seperti itu, karena tidak ada lagi Kyuhyun yang dulu menopang dan menjaga hidup dan dunia Sungmin. Meski tidak pernah dikatakan, semua orang tahu dan sadar kalau keinginan Sungmin untuk menyusul Kyuhyun ke dunia sana masih membekas begitu kuat di hati Sungmin. Dia ingin terus bersama Kyuhyun, tak peduli kalau kini dianggap gila oleh kedua orang tuanya dan juga teman-temannya, toh dia juga tak butuh orang tua dan teman-temannya itu. Kenapa dia harus peduli dengan pandangan dan pendapat mereka tentang dirinya?

Dia tak butuh mereka semua di hidupnya. Dia hanya butuh Kyuhyun. Dan saat Kyuhyun tidak ada di dunia ini bersamanya lagi…apa artinya dia hidup di dunia ini? Kyuhyun tidak akan lagi menyambutnya saat dia pulang ke rumah. Tidak akan ada lagi pelukan dan ciuman Kyuhyun untuknya setelah hari-hari panjang melelahkan di kampus. Tidak akan ada lagi belaian dan usapan lembut Kyuhyun saat dia sedih. Tak akan ada lagi senyum dan tawa manis itu untuknya. Semua itu tidak ada lagi.

Karena itu Sungmin juga sebenarnya tidak ingin hidup lagi…

Sungmin berdiri kaku di depan kamar Kyuhyun yang kini putih bersih, seperti dulu. Kamar itu rapi, benar-benar mengesankan kamar itu masih dihuni seseorang hanya saja orang itu sedang tidak ada. Tapi…Sungmin tahu, kamar ini sudah kosong untuk selamanya. Kamar adiknya yang dulu terasa begitu hangat kini dingin, tak ada lagi dia merasakan hangat perhatian dan cinta Kyuhyun yang dulu terasa sekali di kamar itu.

Sungmin berjalan ke arah rak buku Kyuhyun dan menarik sebuah buku dari rak itu, sebuah buku dongeng anak-anak.

Dulu Kyuhyun suka membacakan buku itu pada Sungmin saat dia ketakutan dan tak bisa tidur, tak peduli kalau usia Sungmin sudah terlalu tua untuk dijejali cerita-cerita dongeng kekanakan seperti itu. Sungmin merasa setiap kali Kyuhyun membacakan dongeng itu, dia bisa bermimpi, bermimpi kalau mereka berdualah tokoh utamanya. Dia sang putri yang menanti Kyuhyun, pangerannya untuk menyelamatkannya dan hidup berdua bahagia selamanya. Sungmin membaringkan dirinya di ranjang Kyuhyun sambil memejamkan matanya sejenak. Dia tersenyum saat dia seperti bisa mendengar suara Kyuhyun membacakan cerita dongeng itu untuknya sebelum tidur seperti dulu. Saat itu…benar-benar membahagiakan untuknya. Salah satu memori yang paling berharga bagi Sungmin seumur hidupnya.

Saat Sungmin membuka halaman-halaman buku di tangannya itu, tiba-tiba dia melihat sebuah kertas yang terselip di antara halaman-halaman itu. Sungmin segera mengambil kertas yang terlipat itu dan membukanya. Napasnya tercekat saat dia menyadari tulisan tangan Kyuhyun di kertas itu.

Apa kau tahu rasanya saat kau mencintai orang yang seharusnya tidak boleh kau cintai? Aku mengerti, karena itulah yang aku rasakan sekarang.

Dulu, aku memandangnya dengan biasa. Dia kakakku, tidak lebih dan tidak kurang. Tapi sekarang…saat waktu berjalan dan dia tumbuh bersamaku, aku sadar…perasaanku padanya tumbuh menjadi perasaan cinta yang begitu dalam dan kuat. Perasaan yang begitu kuat…hingga bisa mengalihkan hatiku yang dengan naifnya aku kira tertambat dengan seribu orang lain kembali padanya, tak peduli seberapa pun aku berusaha mengalihkan hatiku itu pada orang lain.

Dulu, dia begitu bersemangat menggandeng dan memelukku. Tanpa rasa kesal dan kecewa sedikitpun karena harus berbagi kasih sayang orang tua denganku, yang adalah orang asing di rumahnya. Sungmin-hyung menerima dan selalu menyayangiku. Saat itu aku berpikir, 'Aku sangat menyayangi orang ini. Aku akan lakukan apa pun agar Sungmin-hyung bahagia. Akan kupastikan Sungmin-hyung bahagia bersama orang yang pantas. Akan kutemukan pangeran yang pantas untuk Sungmin-hyung! Suatu hari nanti aku akan mengantar Sungmin-hyung dengan senyum kepada pangerannya.'

Ironisnya, seiring waktu berlalu, seiring dengan rasa cinta yang tumbuh di hatiku ini, aku sendiri melanggar sumpah yang kukatakan saat kecil dulu. Tidak, aku tidak ingin menyerahkan Sungmin-hyung pada siapa pun! Aku akan mengusir semua pangeran yang berani datang mendekat pada Sungmin-hyung. Aku lah pangeran Sungmin-hyung! Aku pangeran yang akan membuat Sungmin-hyung bahagia! Tak ada orang yang pantas untuk membahagiakan Sungmin-hyung selain aku!

Egois? Ya, aku mengakui itu. Aku egois dan serakah pada Sungmin-hyung. Keserakahan dan keegoisan itulah yang membuka mataku, menyadarkan diriku kalau kini aku tidak lagi menyayanginya.

Aku mencintainya. Seperti seorang namja yang mencintai yeoja. Seperti seseorang yang menemukan belahan jiwanya yang terpisah sekian lama. Perasaan yang membahagiakan, sekaligus menyakitkan.

Dan saat aku bisa menerima kenyataan kalau aku mencintainya setidaknya aku berharap seperti di dalam dongeng, aku bisa berbahagia bersama dia, putriku yang paling cantik (Sungmin-hyung pasti tidak suka kupanggil putri karena dari dulu dia tidak suka dianggap yeoja karena wajahnya yang imut itu, tapi bagiku dia benar-benar putriku yang paling cantik dan manis) selamanya. Hanya yang luput kuperhatikan, ini bukan dongeng yang selalu bahagia selamanya. Ini kenyataan, dimana ada kesedihan dan kenyataan yang harus kau hadapi.

Termasuk kenyataan bahwa putri yang seharusnya ditakdirkan bersamamu itu mencintai pangeran lain.

Saat pertama kali Sungmin-hyung mengakui kalau dia mencintai Siwon-hyung, aku merasa dunia ini sungguh tidak adil! Kenapa saat aku menyadari perasaanku pada Sungmin-hyung dan sadar kalau dia adalah orang yang paling aku butuhkan di dunia ini, dia malah memalingkan diri dan berlari memeluk orang lain? Kenapa Tuhan harus memberikan perasaan cinta ini padaku jika orang yang kucintai tidak akan pernah membalasnya? Mungkin kata-kata ini terdengar sangat konyol kalau kuucapkan sekarang, tapi aku rela melakukan apa pun, membuang apa pun, melepaskan apa pun, dan mengorbankan apa pun asalkan aku bisa bersamanya. Asalkan aku bisa menerima cinta Sungmin-hyung dan menjadi orang terpenting untuknya.

Tetapi…aku sadar, manusia tidak bisa mengubah kenyataan. Seberapa pun aku berusaha, kenyataan berbeda dengan mimpi. Kenyataan tidak bisa diubah, tak peduli seberapa pun kau mengharapkannya.

Karena itu…satu-satunya hal yang bisa kulakukan selain menyerah…hanyalah pergi dari hidupnya sedikit demi sedikit. Aku hanya bisa tersenyum dan mendukungnya, meski sakit. Aku sadar perasaanku ini harus dikubur dan dilupakan walau itu berarti seumur hidup harus menggores hatiku sedikit demi sedikit, meski itu artinya aku harus memasang senyum palsu di balik air mataku.

Aku akan lakukan itu…asalkan Sungmin-hyung bahagia.

Air mata mengalir dengan deras dari mata Sungmin saat dia membaca surat Kyuhyun. Tubuhnya terguncang pelan saat dia terisak keras di ranjang itu sambil menggenggam erat surat adiknya itu. Napasnya mulai tersendat-sendat dan dia merasa dadanya sakit. Dia memaksakan diri membaca surat itu sampai selesai, tak peduli kalau kini air mata sudah mengaburkan pandangannya.

Tapi…seandainya bisa…di balik pintu kamarku ini…di balik buku-buku yang dulu membuatku bermimpi ini…aku ingin kembali bermimpi. Aku ingin kembali memimpikan dunia bahagiaku yang sempurna. Meski hanya sesaat, meski hanya sedetik, aku ingin egois dan kembali bermimpi. Aku ingin bermimpi dia mencintaiku. Aku ingin bermimpi dia memelukku dan mencium bibirku. Aku ingin bermimpi dia melemparkan diri padaku. Tak ada Siwon-hyung yang mencintai Sungmin-hyung dan memanjakannya melebihi kemampuanku, tak ada ahjussi dan ahjumma yang menerima dengan senang hati hubungan Siwon-hyung bersama Sungmin-hyung, tak ada Wookie-hyung yang sedikitpun tak peduli perasaanku pada Sungmin-hyung dan lebih memilih bersuka ria bersama Yesung-hyung, tak ada orang lain, tak ada perasaan lain, tak ada dunia lain.

Hanya ada dunia dongeng, dimana langit selalu berwarna biru, dimana burung selalu berkicau riang, dimana sang penyihir dan naga jahat selalu kalah di tangan sang pangeran, dan dimana sang pangeran dan putri akan hidup bahagia bersama selamanya.

Hanya ada aku dan Sungmin-hyung. Hanya ada aku yang mencintainya…dengan tulus dan dalam dan dia yang balas mencintaiku sedalam cintaku padanya.

Saat itulah, hati Sungmin yang sudah rapuh itu hancur berkeping-keping dan tangisnya pecah. Dia membenamkan wajahnya di bantal Kyuhyun dan menangis tersedu-sedu. Dia tak menghentikan, tak berusaha menghentikan, air mata, isakan-isakan, dan sedu-sedannya. Dia tak ingin menghentikannya. Dia ingin berharap kalau dengan begini rasa sakit dan pedih yang dia rasakan bisa menghilang.

Karena kini dia tidak bisa merasakan apa-apa. Ada sebuah lubang menganga yang tidak bisa ditutup di dalam hatinya. Lubang di tempat di mana hatinya dulu berada.

Hati yang kini dibawa Kyuhyun pergi untuk selamanya.


Sungmin menatap kosong ke hadapannya, ke arah sebuah makam putih dari marmer di hadapannya. Di pusara makam itu tertulis nama Kyuhyun. Aroma mawar merah dan putih yang ditinggalkan orang-orang di makam Kyuhyun masih tercium samar, memberikan perasaan romantis dan tenang bagi siapa pun yang mengunjungi makam itu.

Sepeti Kyuhyun yang selalu memberikan ketenangan dan kebahagiaan bagi siapa pun yang mengenalnya.

Sungmin meletakkan buket bunga mawar putih yang dibawanya ke atas makam Kyuhyun sebelum bersimpuh di depan makam Kyuhyun dan mengusap nisan marmer putih di hadapannya dengan pelan.

"Kyunnie…maaf, aku baru bisa mengunjungimu setelah seminggu waktu kematianmu. Appa dan umma tidak mengijinkanku pergi ke mana pun selama aku masih seperti mayat hidup berjalan. Seandainya kau ada di rumah kau pasti sudah tertawa melihat penampilanku yang hancur-hancuran ini, ya…" kata Sungmin sambil tertawa pelan pada nisan itu, meski dia tahu kalau Kyuhyun tidak akan membalas perkataannya.

"Ne, Kyunnie, aku ingin berterima kasih padamu. Aku ingin berterima kasih…atas semua yang sudah kau lakukan untukku. Kau rela…mengorbankan hatimu berdarah meski aku melukaimu…lagi dan lagi..." Air mata kembali menetes ke kepalan tangan Sungmin di kedua lututnya. Dengan cepat Sungmin mengusap air matanya. Dia tidak ingin Kyuhyun melihatnya sedih, karena dia tahu keinginan Kyuhyun adalah melihatnya bahagia (meski kini dia tidak bisa lagi merasakan kebahagiaan). Kalau Kyuhyun bisa bertahan selama tiga tahun tersenyum manis padanya padahal hatinya berdarah-darah dan koyak, maka dia juga pasti bisa tersenyum pada Kyuhyun untuk satu jam saja. Dia harus tegar, setidaknya dia ingin mengabulkan keinginan Kyuhyun yang ingin selalu melihatnya tersenyum.

Meski senyum itu palsu sekalipun…

"Aku…aku…jujur saja aku merindukanmu, Kyunnie. Tanpa dirimu…rasanya dunia ini hampa. Aku mati rasa, hatiku mati, segalanya mati untukku bersama dengan kepergianmu, Kyunnie," kata Sungmin. Air mata kembali mengalir, dan kali ini Sungmin tidak ingin menghapusnya. Hatinya sakit, semuanya sakit, dan dia sudah tidak sanggup berpura-pura lagi.

Dari awal dia memang tak pernah sekuat dan setegar Kyuhyun….

"Aku mencintaimu, Kyunnie! Dari dulu sampai sekarang, aku mencintaimu! Dan…aku…baru menyadarinya setelah kau terbaring kaku di hadapanku. Aku bodoh ya…?"kata Sungmin sambil terisak pelan. "Padahal seandainya aku mau membuka hatiku dan memikirkan perasaanku meski cuma sesaat dan membalas perasaanmu…sekarang aku pasti bisa menggenggam tanganmu, membenamkan diri di pelukanmu, bermanja-manja padamu…menciummu…daripada bersimpuh di depan makammu seperti ini…." Sungmin kembali menangis tersedu-sedu. "…Sungguh Kyunnie…aku ingin bersamamu…. Aku tidak peduli jika harus menyusulmu, aku ingin bersamamu…. Aku ingin ikut denganmu ke dunia sana. Aku tak peduli sesakit dan apa pun cara yang harus kulakukan untuk menyusulmu, aku ingin bersamamu, Kyunnie…"

Tiba-tiba angin berhembus kencang, mengacak-acak rambut hitam Sungmin. Sungmin hanya menatap kosong ke atas, ke arah langit biru yang terlihat tenang. Dia segera membaringkan dirinya di atas rumput di depan makam Kyuhyun sambil tetap menatap langit biru itu. "Kyunnie…apa kau bahagia di sana…? Di langit yang cerah itu…. Apa kau memperhatikan aku? Apa…kau mengijinkan aku untuk menyusulmu ke sana…?" gumam Sungmin pelan sambil memejamkan matanya. "Aku lelah sendirian Kyunnie…. Aku lelah sendirian menjalani hidup tanpamu…"


"Hyung!" tiba-tiba Sungmin merasa mendengar suara yang sangat dikenalnya. Dia langsung membuka matanya yang disambut dengan mata cokelat yang sangat dikenalnya. Dia segera mendongak dan melihat wajah Kyuhyun yang tersenyum hangat padanya.

Sungmin segera bangkit dari tanah tempatnya berbaring dan berbalik untuk melihat adiknya itu. Adiknya itu terlihat nyata di hadapannya. Senyum hangatnya nyata, pandangan lembut adiknya itu nyata, semuanya…nyata. Kyuhyun memang ada di hadapannya, tersenyum dan merentangkan tangannya seolah mengundang Sungmin untuk berlari ke pelukannya.

Dan memang itu yang dilakukan Sungmin.

Sungmin langsung membenamkan dirinya ke pelukan adiknya itu. Dia tidak peduli adiknya itu hantu, halusinasi, mimpi, atau setan sekalipun. Adiknya itu ada di sini, memeluknya. Tubuh hangat adiknya itu ada di sini. Yang memeluknya di sini memang Kyuhyun.

"Kyunnie…aku…aku merindukanmu…" kata Sungmin sambil terisak pelan di dada Kyuhyun yang sekarang mengusap rambutnya lembut. "Aku ingin bersamamu, Kyunnie…"

"Aku juga merindukanmu, hyung…" kata Kyuhyun pelan. "Tapi aku sekarang…tidak bisa bersamamu, setidaknya fisikku tidak bisa lagi bersamamu."

Sungmin langsung melepaskan pelukannya dan memandang wajah adiknya itu. "Tapi kau ada di sini, Kyu! Kau nyata! Kau…bukan mimpi, kan? Aku…belum gila hingga jadi mengkhayalkan kau berdiri di hadapanku, kan?"

Kyuhyun menggelengkan kepalanya pelan. " Aku memang nyata. Aku memang ada di sini, di hadapanmu, tapi hanya saat ini," kata Kyuhyun sambil tersenyum. " Sebentar lagi aku harus kembali pergi, kembali ke dunia sana."

"Ke…napa?" tanya Sungmin. Padahal kali ini dia dan Kyuhyun begitu dekat. Kyuhyun masih menggenggam tangannya erat. Hangat dan bau cokelat samar dari tubuh pemuda itu masih terasa, tapi kenapa? "Kau…tidak mau lagi…bersamaku? Kau tidak mau lagi…aku masuk ke hidupmu?"

"Bukan begitu hyung," kata Kyuhyun sambil mengusap rambut Sungmin pelan. "Tapi…aku sudah tiada, tubuhku sudah terkubur di bawah kakimu. Aku ini sudah mati, hyung. Dunia kita sudah berbeda, tidak bisa bersama lagi."

"Lalu kenapa kau datang ke sini?" seru Sungmin sambil kembali terisak. "Kenapa kau ke sini kalau akhirnya kau akan kembali meninggalkanku?"

"Aku…ingin meminta sesuatu pada hyung…untuk yang terakhir kalinya," kata Kyuhyun sambil tersenyum. "Tolong…mulai sekarang, kembalilah menjalani hidup seperti biasa, hyung. Jangan terus tenggelam dalam kesedihanmu karena kehilanganku. Teruskan hidup hyung, kembalilah menjadi hyung yang selama ini kukenal."

Sungmin mendongak untuk memandang wajah adiknya yang balas memandangnya sambil tersenyum sedih itu. "Kau…ingin aku…meneruskan hidup?" tanya Sungmin pelan pada Kyuhyun yang menganggukkan kepala pelan.

"Aku…selalu melihat hyung dari atas sana," kata Kyuhyun sambil tersenyum. "Dan aku melihat hyung yang memang seperti mayat hidup berjalan. Hyung terlihat sedih, tenggelam dalam dunia hyung sendiri. Hyung tahu, appa dan umma selalu menangis setiap malam memikirkanmu. Wookie-hyung juga selalu mencemaskanmu, karena setiap kali dia mengajakmu bicara kau selalu diam bagai patung. Siwon-hyung selalu memandang cemas di kelas kampus setiap hari saat kau melihatmu, dia merasa bersalah karena kau seperti orang depresi seperti itu karena dia. Orang-orang di sekitarmu mencemaskanmu hyung, jadi tolong jangan berpikir kalau di dunia hyung hanya ada aku…."

"Tapi memang hanya ada kau di duniaku!" seru Sungmin sambil mencengkeram tangan Kyuhyun. "Saat kau tidak ada, saat aku meninggalkanku, aku…"

"Aku tidak pernah meninggalkan hyung," kata Kyuhyun sambil mengecup pelan dahi Sungmin. "Aku akan terus ada di sini." Dia segera meletakkan tangannya di dada Sungmin. "Di hati hyung. Selama hyung tetap mencintaiku, menyayangiku, maka aku akan selalu hidup di hati hyung…. Hyung tidak sendirian, dan tidak akan pernah sendirian. Aku akan selalu mendampingi hyung di dalam hati hyung, selamanya."

Air mata Sungmin kembali mengalir saat dia mencengkeram tangan Kyuhyun. Dia menganggukkan kepalanya pelan pada Kyuhyun. "Ya…" katanya pelan. "Aku akan hidup, aku akan kembali menjadi Sungmin yang kau kenal…selama itu untuk Kyunnie…"

Kyuhyun tersenyum dan kembali mengecup pipi dan dahi Sungmin. "Hyung kau tahu…aku mendengar pernyataan cinta hyung untukku tadi…."

Sungmin langsung memandang wajah Kyuhyun. "Aku bahagia, hyung…" kata Kyuhyun sambil tersenyum lembut. "Perasaan yang selama ini kukubur dan kukira kandas ternyata terbalas. Aku sangat bahagia…. Terima kasih…karena sudah mau mencintaiku, hyung…"

Sungmin kembali memeluk Kyuhyun. "Dan aku akan selalu mencintaimu…sampai kapan pun…" bisik Sungmin pelan pada Kyuhyun.

Kyuhyun tersenyum sedih dan memandang ke arah langit. "Aku harus kembali, hyung…. Waktuku di dunia ini sudah habis…" kata Kyuhyun pelan pada Sungmin.

Wajah Sungmin langsung berubah pias mendengar perkataan Kyuhyun. Tangannya langsung mencengkeram tangan Kyuhyun dengan kuat. "Tidak, tidak boleh…kau tidak boleh meninggalkanku, Kyu!" seru Sungmin kalut. Dia tidak mau! Dia tidak mau Kyuhyun kembali meninggalkannya! Tidak boleh!

Kyuhyun melepaskan cengkeraman tangan Sungmin dengan lembut. "Sudah saatnya hyung bangun dan kembali ke dunia nyata…dan sudah saatnya aku kembali ke dunia sana, bersama appa, umma, dan Ahra noona," kata Kyuhyun sambil tersenyum.

Sungmin membiarkan tangannya terkulai lemas di samping tubuhnya. Air mata kembali menggenang di pelupuk matanya untuk kesekian kalinya. Hatinya sakit! Setelah dia dilambungkan ke surga dengan pertemuan manisnya dengan Kyuhyun, kini dia dihempas ke bumi dengan perpisahannya dengan namja yang sangat dicintainya itu.

"Saat kita bertemu lagi dalam kehidupan berikutnya…." Kyuhyun meraih tangan Sungmin dan mencium tangan itu dengan lembut. "Aku janji…aku tidak akan melepaskan hyung…. Apa pun yang terjadi, kita akan bersama. Di kehidupan berikutnya, aku akan menjadikan hyung milikku dan kita akan bahagia selamanya."

"Kapan?" gumam Sungmin pelan. "Kapan…kehidupan berikutnya itu…?"

"Suatu hari nanti," kata Kyuhyun. "Pasti." Kyuhyun pun segera merengkuh tubuh mungil Sungmin di pelukannya dan mencium bibir Sungmin dengan lembut dan pelan, mencium dan merasakan bibir yang selama ini hanya bisa dia impikan. "Saranghae, hyung…"

"Nado, Kyu…" gumam Sungmin pelan sebelum kembali mencium bibir Kyuhyun sekilas. "Nado saranghae…"

Senyuman yang disunggingkan Kyuhyun padanya untuk terakhir kalinya itu…bagi Sungmin, senyum Kyuhyun itu adalah janji….

Janji…kalau suatu hari nanti, entah kapan dan dimana, mereka akan kembali bertemu dan bersama…


"Hyung! Sungmin-hyung!"

Sungmin perlahan-lahan membuka matanya. Dia melihat Ryeowook dan Yesung berdiri di sampingnya. Sungmin segera bangkit dan berdiri.

"Kau kenapa hyung? Kau sakit? Kenapa malah tidur di depan makam Kyuhyun?" tanya Ryeowook cemas pada Sungmin. "Aku cemas karena hyung tidak kembali-kembali juga dan setelah aku ke sini aku menemukanmu tidur di depan makam Kyuhyun!"

Sungmin memandang makam Kyuhyun yang berada di hadapannya. Apa…pertemuannya dengan Kyuhyun tadi mimpi? Apa dia hanya berkhayal kalau Kyuhyun tadi memeluknya?

Sungmin menggelengkan kepalanya pelan. Tidak, itu pasti bukan mimpi. Hangat tubuh Kyuhyun masih terasa di tangannya, bahkan aroma lembutnya pun masih bisa dia cium dan rasakan. Kyuhyun memang benar-benar ada di hadapannya tadi. Dan Kyuhyun memang menjanjikan kebersamaan di kehidupan berikutnya.

Untuk pertama kalinya setelah kematian Kyuhyun, Sungmin tersenyum bahagia. Kyuhyun sudah berjanji kalau mereka akan bersama suatu hari nanti dan kini gilirannya untuk menepati janjinya pada Kyuhyun.

"Aku akan hidup…untukmu, Kyunnie…" kata Sungmin di depan makam Kyuhyun dengan yakin sebelum pergi meninggalkan makam itu dengan perasaan yang terasa ringan dan tenang bersama Yesung dan Ryeowook.

Ya, dia harus memulai kembali hidupnya. Hidup dengan penuh semangat, hingga nanti Kyuhyun mendatanginya untuk hidup bersamanya selamanya suatu hari nanti.


1 tahun kemudian…

"Hah? Mengajar anak kenalan umma?" tanya Sungmin sambil mendongak dari balik buku yang dibacanya untuk memandang ummanya yang kini tersenyum manis padanya.

Setahun setelah itu, Sungmin berusaha keras menjalani hidup dengan normal. Dirinya yang dulu ceria kembali. Tentu perubahan itu membuat lega orangtua dan teman-temannya, berpikir kalau akhirnya Sungmin bisa melupakan kesedihannya tentang Kyuhyun dan kembali ceria. Senyum manis yang dirindukan semua orang kembali tersungging di bibir Sungmin. Keceriaan dan kebahagiaan yang nyata, bukan kepalsuan apalagi kebohongan.

Kembali ke cerita…

"Iya," kata ummanya sambil menangkupkan kedua tangannya di depan dada dengan ekspresi memelas. "Nyonya Cho bilang anaknya itu ingin masuk ke universitasmu tahun ini, makanya dia mencari tutor untuk anaknya itu supaya dia bisa masuk dengan lancar. Karena itu universitasmu, umma pikir lebih baik kau yang sudah tahu seluk beluk ujian masuk lebih pantas untuk mengajarnya jadi please~tolong terima tawaran ini ya, anak umma yang manis~" kata nyonya Lee dengan ekspresi memelas.

"Umma sudah pernah bertemu dengan anaknya?" tanya Sungmin pada ummanya, yang hanya dibalas dengan cengiran lebar dan gelengan kepala.

"Mereka tidak pernah mengenalkan anak mereka pada umma. Tapi kata nyonya Cho, anaknya itu jenius, pernah masuk kelas aksel di SD dan SMP. Pasti tidak susah untuk mengajarinya, kok, Sungmin," kata nyonya Lee. "Umma mohon~"

"Aishhh~kenapa umma berpikir aku mau menerima tawaran untuk mengajar anak tak dikenal?" seru Sungmin pada ummanya itu.

"Karena kau menyayangi ummamu ini?" tawar nyonya Lee sambil tersenyum.

Sungmin langsung mengerucutkan bibir dan menggembungkan pipi mendengar 'rayuan' ummanya itu. Baginya rayuan ummanya itu terdengar norak sekali. "Baik, baik aku terima pekerjaan itu! Tapi kalau ternyata anaknya menyebalkan, apa pun yang terjadi aku keluar, arraseo umma?" kata Sungmin.

"Ya!" seru nyonya Lee dengan antusias dan langsung memeluk putranya itu. "Terima kasih Sungminnie~kau memang anak umma yang paling baik~" kata nyonya Lee pada Sungmin yang hanya pasrah saja menerima pelukan ummanya itu.


Keesokan harinya, Sungmin pergi menuju rumah keluarga Cho itu untuk pekerjaan pertamanya. Awalnya dia tertegun melihat rumah keluarga Cho yang besar ampun-ampunan. Yah, apa mau dikata, keluarga Cho adalah keluarga terkaya kedua di Korea Selatan setelah keluarga Choi, wajar saja kalau mereka begitu berkelimpahan uang. Sesaat dia merasa minder juga, tapi kemudian dia berpikir, dia kan bukan penjahat! Kenapa harus minder untuk sekedar memasuki rumah orang?

Dia segera mengetuk pintu rumah besar bertingkat dua itu. Tidak lama kemudian terlihat seorang pembantu rumah tangga yang membuka pintu sambil tersenyum manis.

"Ya, ada yang bisa dibantu?" tanya pelayan itu dengan sopan.

"Em, aku Lee Sungmin," kata Sungmin. "Kata ibuku aku diminta membantu anak bungsu keluarga Cho untuk―"

"Ah, jadi kau tutor tuan muda? Kalau begitu silahkan masuk" kata pelayan itu sambil membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan Sungmin untuk masuk. "Saat ini tuan muda belum pulang, jadi silakan tunggu saja dulu di ruang tamu."

Sungmin pun segera duduk di ruang tamu yang terlihat mewah itu. Pelayan itu segera meminta ijin untuk meninggalkan Sungmin untuk kembali bekerja. Sungmin hanya tersenyum dan membaca buku kuliahnya untuk menunggu waktu. Dia benar-benar begitu berkosentrasi pada buku yang dibacanya hingga dia tidak sadar dengan keadaan sekelilingnya. Setidaknya hingga ada tangan yang merampas bukunya itu dari tangannya.

Sungmin segera mengangkat wajahnya untuk membentak orang yang berani merampas bukunya itu, tapi dia segera tertegun saat melihat wajah pemuda yang kini berdiri di hadapannya itu.

"Jadi kau tutor yang disuruh umma untuk mengajariku? Selera umma tidak buruk juga, wajahmu manis sekali…" kata pemuda yang berdiri di hadapannya itu sambil tersenyum dan melemparkan buku Sungmin ke atas meja tamu. "Maaf karena aku merampas bukumu, aku hanya ingin melihat wajah orang yang akan menjadi tutorku selama enam bulan ke depan."

Sungmin tetap terpaku melihat wajah pemuda itu. Mata, suara, tinggi badan, semuanya benar-benar mirip dengannya. Yang berbeda hanyalah rambut pemuda ini hitam berantakan sedangkan rambutnya cokelat tapi selain itu semuanya sama sekali tidak berbeda.

Semuanya…semua hal yang dimiliki pemuda ini mirip sekali dengan Kyuhyun…

"Ya! Kenapa memandangiku sampai seperti itu? Apa kau terpesona dengan ketampananku?" kata pemuda itu dengan soknya. "Aku memang tampan, tapi sampai bisa membuat seorang namja bengong seperti ini baru pertama kalinya. Berarti ketampananku ini semakin bertambah, ya kan?"

"Boleh…aku tahu namamu?" tanya Sungmin pelan pada pemuda yang mirip dengan Kyuhyun yang kini berdiri di hadapannya. Tangannya mencengkeram ujung kemejanya dengan erat, sementara jantungnya mulai berdegup tak karuan.

"Hm? Umma tidak memberitahukan namaku saat memutuskan mempekerjakanmu?" tanya pemuda itu, yang hanya disambut dengan gelengan kepala oleh Sungmin. "Aiisshhh~dasar, masa anak setampan dan seganteng aku sampai lupa diperkenalkan, apalagi pada pemuda yang manis sepertimu, umma keterlaluan."

Pemuda itu segera mengulurkan tangannya ke arah Sungmin. "Aku Kyuhyun. Cho Kyuhyun imnida," kata pemuda itu sambil tersenyum manis pada Sungmin.

Saat kita bertemu lagi dalam kehidupan berikutnya… aku janji…aku tidak akan melepaskan hyung…. Apa pun yang terjadi, kita akan bersama. Di kehidupan berikutnya, aku akan menjadikan hyung milikku dan kita akan bahagia selamanya.

"Y…Ya! Kenapa malah menangis? Apa yang sudah kulakukan?" seru Kyuhyun panik saat dia melihat air mata yang menetes dari mata Sungmin. "Aduh, maafkan aku kalau ada perkataanku yang salah, tapi jangan menangis do―". Perkataan Kyuhyun langsung terputus saat tiba-tiba saja Sungmin menghambur ke pelukan Kyuhyun dan menangis sesenggukan di dada namja berambut hitam yang lebih tinggi darinya itu.

Sungmin yakin kalau kini yang ada di hadapannya ini adalah Kyuhyunnya, namja yang sangat dicintainya. Kyuhyun sudah kembali padanya, meski dalam sosok orang lain, tapi dia kembali. Kini Sungmin bisa lega dan bahagia. Penantiannya selama setahun selesai, tak ada lagi penderitaan, tak ada lagi sakit hati. Kini dia bisa bahagia, bersama dengan orang yang paling dicintainya.

"Ne, kau tidak apa-apa, kan?" kata Kyuhyun ragu-ragu sambil mengusap rambut Sungmin pelan untuk menenangkan pemuda bermata kelinci itu. Sungmin menggelengkan kepalanya sambil tetap membenamkan wajahnya di dada Kyuhyun.

"Aku…hanya bahagia…merasa sangat bahagia…" kata Sungmin sambil tetap memeluk Kyuhyun. Senyum manis tersungging di bibirnya. "…Karena kau ada di sini, Kyu…"

"Eh?" tanya Kyuhyun tidak mengerti mendengar perkataan Sungmin. Sungmin hanya tersenyum sambil tetap memeluk Kyuhyun, merasakan hangat tubuh pemuda yang selama ini sangat dirindukannya.

Kali ini…tidak akan ada lagi yang bisa memisahkan mereka. Tidak akan ada lagi yang akan menghentikan dan menghalangi cinta mereka.

Mereka berdua akan selalu bersama selamanya…


Author note:

Dan berakhirlah fic ini dengan ending yang sangat klise dan pasaran~ -digetok readers-. Hehehe, mianhae para readers sekalian kalau endingnya bener-bener klise, pasaran, dan maksa abis ya~( setidaknya saya yakin pernah baca fic YunJae ama HaeHyuk yang endingnya juga begini) tapi saya sudah kehabisan ide buat mengakhirinya gimana, jadilah terpikir ending ini. Jadi mianhae para readers sekalian, kalau kalian gak suka dan gak puas endingnya cuma begini.

Oke, special thanks to:

JiYoo861015| Chikyumin| Meong| Lee Eunhee| WindaaKyuMin| jongwoonielfs| eLizxie Aire| Shywona489| yolyol| evilkyumin| KyunnieMinnie-chan| anna

Karena sudah mau meluangkan waktu untuk mereview fic ini! Review kalian bener-bener memotivasi saya untuk menyelesaikan fic ini dengan cepat! Terima kasih untuk kalian semua~

Lalu aku juga mau berterima kasih pada para readers yang mau membaca fic ini sampai selesai di chapter ketiga ini! Terima kasih karena sudah sudi meluangkan waktu untuk membaca fic saya ini, semuanya! Aku sayang kalian semua!

Oke, kata terakhir, adakah yang sudi mereview chapter terakhir fic ini? Saya penasaran, apakah endingnya bagus atau nggak? Adakah yang mau memberikan pendapat, saran, dan sebagainya untuk fic ini? Saya pasti terima dengan senang hati.

Oke, sampai jumpa di fic saya yang lain! Bye bye ^_^