Dark Angel and White Devil
Dislaimer: maunya sih punya saya, tapi…*ngelirik Kishimoto* e- *nelen ludah* ngak kok saya Cuma nyewa tapi ngak bayar doang. Ampun mbah, saya nyerah _apadeh_
Rating: maunya sih M, tapi berhubung saya masih di bawah umur *apadeh* jadi cari aman aja lah…
Gendre: romance/friendship *?* (author tidak yakin)
Pairing: Sasuhina de el el *plak*
Warning: gak jelas, gak mutu, semua karakter saya buat OOC, AU, typo dimana-mana, kenapa? gak suka? Yaudah gak usah baca *maksa_dihajar readers*
CH 5
YOU'RE MY MINE, and I'm yours
"Woaa… sudah datang ya? Aku pikir hari ini Nona Hyuuga tidak ikut."
"Menyesal, Eh?" Hinata menatap tajam ke arah gadis berambut pirang dengan kuncir empat.
"Haha.. tidak aku sangka, Hinata-chan… ternyata kau luluh pada Uchi_mphh.." Hinata kelabakan saat Temari nyaris saja menyebut nama Uchiha di depan umum dengan suara yang terbilang tidak pelan.
"Shhtt… Temari-senpai, p-pelankan suaramu! Lagi pula, ini tidak ada kaitannya dengan Uchiha kok!" bisik Hinata sepelan mungkin, berharap tidak ada yang mendengarnya selain mereka.
"Hyuuga!"
Hinata dan Temari yang masih dalam posisi sama –Hinata yang membekap mulut Temari- menoleh kearah sumber suara. Melihat pandangan aneh dari pria yang baru saja menyapanya, Hinata buru-buru melepas sekapannya.
"O-oh… Uchiha-senpai!"
"Tidak usah se-formal itu, panggil Sai saja!"
"Hehe, baiklah, Uch_ ups, maksudku Sai-senpai." Ralat Hinata, sekilas terlihat semburat merah di pipinya.
"Kau juga ikut latihan? Kenapa saat audisi aku tidak melihatmu?"
"Itu…" Hinata melirik kesana-kemari, melihat objek yang tidak jelas.
"Memang apa urusanmu?" ketiga orang itu menoleh ke arah kerumunan siswa lainnya. Di antara siswa-siswi nampak seseorang dengan rambut yang 'tidak biasa' tengah mendekat ke arah mereka dengan tangan yang berada di dalam saku.
"Ck." Hinata memutar bola matanya bosan, "Kenapa aku tidak terkejut ya?" gumamnya saat Uchiha Sasuke sudah ada di sebelahnya.
"Hn. Tidak aku sangka seorang Uchiha sepertimu mau bergabung dengan orang biasa seperti_"
"Aku ke sini untuk dia!" Sasuke menatap tajam Hinata seolah bilang –ikut-aku!- "Jangan berharap banyak!" lalu berjalan lurus melewati ketiganya. Saat tidak merasakan Hinata di dekatnya, Sasuke berhenti, menolehkan kepalanya ke samping dan memanggil "Hyuuga!" dengan nada dingin.
"Hmm…" Hinata mengangkat bahu ke arah Sai dan Temari, lalu menghampiri Sasuke yang kembali berjalan.
Temari dan Sai yang melihat kepergian Hinata bersama Sasuke tanpa bisa menahan mereka dan hanya dapat melihat kepergian keduanya.
"Kau tertarik pada Hinata-chan?" Tanya Temari tiba-tiba.
"Hn?"
"Jangan pura-pura bodoh, aku tahu seorang Uchiha Sai sepertimu tidak mungkin bersikap baik pada seorang gadis kalau bukan dengan niat tertentu." Temari menatap curiga kearah Sai yang hanya di balas senyum datar oleh Sai.
Sebagai teman sekelas sejak menjadi kohai, Temari tentu tahu seperti apa sifat buruk Sai. Tersenyum palsu, berkata yang tidak seharusnya kepada orang lain –bahasa kasarnya sih, mencela atau menghina-, dan mempermainkan hati perempuan. Yaps… Sai itu adalah seorang playboy. Catat, PLAYBOY.
"Jangan harap kau bisa menyentuhnya walau hanya seujung rambutpun!" tegas Temari.
"Hmm… aku tidak akan mengganggu milik saudaraku sendiri, tapi kalau Sasuke sudah tidak tertarik boleh juga!"
BUAGG…
"Fyuuh… Tadi itu hampir ya, Temari-chan." Lagi-lagi Sai tersenyum aneh, membuat Temari semakin jengah melihatnya. "Apa semua Sabaku selalu begitu?"
"Diam kau!"
Drtt…drtt…
"Hmm!"
"Bergerak sekarang!"
"Akhirnya, aku sudah tidak sabar lagi."
"Jangan terlalu gegabah bodoh, kau pikir mereka tidak akan mengambil tindakan, eh?" Suara di seberang tampak kesal.
"Kalau itu aku tentu tahu, tapi…" Pria berambut pirang, Deidara memandang ke luar jendela ruangannya. "Kakuzu, apa kau tahu apa sebenarnya tujuan dari ketua?" mata birunya memperhatikan objek di bawahnya.
"Hn? Kalau itu aku juga tidak tahu. Pokoknya, selama kau melakukan tugasmu dengan baik, untuk saat ini tidak akan ada masalah. Tapi… pastikan umpan masuk dalam perangkap kita, atau kerja keras kita selama ini sia-sia saja!" beberapa detik kemudian, suara riuh terdengar. Sampai-sampai Deidara harus menjauhkan ponselnya sejenak."Dei-senpai…"
Deidara mendengus bosan, "Kau." Ingin memutuskan sambungan tapi di tahan oleh suara di seberang.
"Tunggu dulu senpai!" Deidara kembali mendengarkan, terdengar suara Tobi dan orang yang tadi bercakap-cakap dengan Deidara saling merampas ponsel. "Hei, itu ponselku!" teriak orang sebelumnya, "Pinjam Kakuzu-senpai. Pelit deh!" kali ini pasti Tobi. "Bayar!" tambah orang yang di sebut Kakuzu.
"Ok." Lalu kali ini suara yang terdengar hanya suara Tobi, "ne, senpai tahu tidak? Teichou-sama akan mengajak Shika-kun juga!" Deidara terdiam, mendengarkan setiap kata yang di lontarkan Tobi.
"Memang apa urusanku?"
"Senpai ini bagaimana? Ini kan ada kaitannya dengan adikmu sendiri, memangnya kau sudah tidak menyayangi Ino-chan?"
"Jangan memanggil adikku dengan suffix-'chan' atau akan ku ledakkan kau!" sembur Deidara, di seberang Tobi sudah menelan ludahnya takut-takut.
"hehe, iya, iya… tidak akan lagi. Tapi senpai_"
Tuutt..tuutt..
Sambungan sudah di putus.
"Baka!" gumam Deidara menatap ponselnya yang sudah menampilkan layar gelap. Pandangannya kosong, menerawang kata-kata Tobi beberapa saat lalu. "Nara Shikamaru… jangan harap kau bisa menyentuh adikku lagi, keh… jangan harap!" gumamnya, menekan rahangnya kuat-kuat hingga menimbulkan gemerutukan gigi-giginya.
"Latihan!" ujar Sasuke dingin, tangan kanannya menyerahkan sebuah biola berwarna coklat tua. Dengan ogah-ogahan, Hinata mengambil biola yang di serahkan Sasuke.
"Aku tidak tau banyak tentang drama musikal, aku juga sudah lupa cara bermain Violin!"
"Hn."
Sasuke membuka tirai yang menghalangi masuknya cahaya menuju ruang kelas musik. "Peran akan di umumkan sebentar lagi, kau hanya perlu mempelajari semua!" Sasuke menghadap Hinata, menata tajam Hyuuga yang masih berekspresi sama.
Datar.
"Memanggilku hanya untuk ini? Uchiha benar-benar aneh! Kalau hanya untuk latihan, aku bisa meminta bantuan Yuugao-sensei" Hinata akan keluar, saat tiba-tiba sebuah tangan besar menahan pergelangannya. "Apa lagi?" tanya Hinata malas.
"Bisakah kau bersikap lebih baik padaku?" tanya Sasuke dingin.
"Maaf?" tanya Hinata pura-pura tidak tahu, "Kapan aku pernah bersikap baik?.." Hinata sengaja memiringkan kepalanya se innocent mungkin, "Padamu?" tambahnya penuh penekanan.
Mendengar pertanyaan atau lebih tepat di sebut sebagai pernyataan dari Hinata membuat Sasuke kesal sehingga tangannya terkepal kuat. Dalam hati ingin rasanya dia memusnahkan gadis yang membuatnya gila ini. Tapi, itu semua tentu tidak akan mungkin ia lakukan, entah karena apa, dia membutuhkan gadis ini… di sisinya.
"Jangan membuatku marah Hinata…" gumam Sasuke penuh penekanan, wajahnya tampak merah menahan amarah.
"Hn. Kalau begitu aku keluar!"
Hinata berusaha melepaskan cengkraman Sasuke, tapi gagal karena Uchiha bungsu ini semakin menggenggam lengannya. "A-awh… Uchiha, lepaskan! Sakit tahu!" permintaan Hinata tidak di hiraukan Sasuke, justru Sasuke menarik pergelangan Hinata mendekat padanya dan…
Di waktu yang sama
"Sasuke-kun mana?" Sakura sudah mengelilingi pekarangan sekolah, namun ia sama sekali tidak menemukan batang hidung Sasuke di manapun. Merasa tidak mendapatkan petunjuk apapun, akhirnya Sakura memutuskan mencarinya di ruangan yang biasa mereka gunakan untuk berkumpul.
"Apa dia ada di sini ya?" saat akan membuka pintu, Sakura mendengar seseorang tengah bercakap di dalam sana.
"Jangan membuatku marah Hinata…" Sakura tahu pasti, itu suara Sasuke tunangannya. 'Hinata? Apa yang di lakukan Sasuke-kun bersama gadis itu?' batin Sakura sedih. Semakin penasaran, Sakura mendekatkan telinganya berusaha mendengar percakapan itu lebih jelas.
"A-awh… Uchiha, lepaskan! Sakit tahu!" Sakura menutup mulutnya tak percaya, entah mengapa pikiran-pikiran aneh melintah di benaknya. 'Tidak. Tidak. Tidak! Sasuke-kun bukan orang yang seperti itu!' teriak Sakura dalam hati.
Tak mendengarkan suara lain lagi setelah mendengar hentakan yang cukup keras, membuat Sakura penasaran untuk melihat apa yang terjadi. Dengan hati-hati, ia membuka pintu oaks itu. Dan, oh Tuhan… betapa menyesalnya ia setelah melihat apa yang terjadi.
Seakan di hujani ribuan belati, Sakura tak dapat lagi membendung air matanya.
Di sana, tepatnya di dekat jendela besar itu. Sasuke berdiri dengan tangan kanan yang menyentuh pinggang Hinata dan tangan kirinya menahan tengkuk gadis itu. Sasuke tampak memaksa Hinata untuk berciuman.
'Tidak. Kami-sama… ini terlalu menyakitkan!' Sakura membekap mulutnya, menahan isakan yang keluar dari bibir mungilnya.
"Jangan dilihat!" Sakura merasa tubuhnya melayang ke belakang, saat mengerjapkan matanya, Sakura baru sadar jika saat ini tubuhnya sudah berada dalam dekapan seseorang.
"Ughp… Sa_hmmpp.." terdengar suara Hinata yang memberotak.
"Jangan kau dengarkan!" bisik orang itu, menutup kedua telinga Sakura dengan tangannya. Ketika mendongakkan kepalanya, Sakura dapat melihat mata sekelam Sasuke menatapnya lembut, senyuman tulus terukir di bibir tipisnya.
"S-Sai?"
"Hn. Kita pergi!" ujar Sai datar.
"Ta-tapi… Sasuke_"
"Kau hanya akan mendapat luka yang lebih menyakitkan kalau sekarang kau menemuinya!"
..-..
"Ughp… Sa_hmmpp.." Hinata mulai kehabisan nafas, Sasuke terus saja memaksa memperdalam ciuman mereka dengan menekan tengkuk Hinata lebih dekat padanya. Perlahan lavender Hinata mengeluarkan cairan bening dan menggenang di pelupuknya.
Sungguh tak pernah ia membayangkan kalau ciuman pertamanya akan berakhir dengan pemaksaan. Bahkan Sasuke terlihat buas dan kasar padanya, Sasuke yang sekarang bukanlah Sasuke yang di kenalnya. Hinata memejamkan matanya erat, berharap penyiksaan ini segera berakhir.
Merasa ada cairan asin di bibir Hinata, Sasuke membuka matanya dan betapa terkejutnya dia saat mendapati Hinata tengah menangis. Dengan gelagapan, Sasuke melepas ciumannya. Nafas Hinata tampak terengah-engah, namun gadis Hyuuga itu belum juga membuka matanya.
"Hinata?" tanya Sasuke panik, entah mengapa ia tidak dapat mengendalikan emosinya sendiri di depan gadis ini. Apalagi jika melihat kondisi Hinata yang sepertinya kurang baik akibat ulahnya sendiri.
Perlahan, Hinata membuka matanya. Masih menangis, Hinata menatap Sasuke sedih. Pada pipinya terdapat garis tak beraturan berwarna hitam akibat lingkar hitam yang luntur di kelopak matanya.
"Kanapa_" tubuh Hinata terasa lemas, sehingga Sasuke menahan bahu gadis mungil itu agar tidak limbung. "K-kau menyakitiku." Tanya Hinata sarkatis, membuat Sasuke benar-benar merasa bersalah.
Sasuke menggunakan kedua ibu jarinya untuk mengusap jejak air mata yang tertinggal di pipi chubby Hinata.
"Maaf."
"Hiks… kau merebut ci-ciuman pertamaku tahu!" kali ini Hinata menangis seperti anak-anak. Membuat Sasuke menghela nafas kasar.
"Haah… baiklah!" beberapa detik kemudian. "Apa? Ci-ciuman pertama? Jangan bercanda Hinata? Memangnya usiamu sudah berapa tahun, heh?" tanya Sasuke sinis.
"A-aku tidak bohong! Ka-karena kau, sekarang bibirku tidak perawan lagi, hiks… apa kelak aku masih bisa menikah ya?"
"Heh, dasar bodoh! Kau tidak akan hamil hanya karena berciuman." Sasuke menatap sinis gadis Hyuuga yang ternyata sangat polos ini.
"Eh, benarkah? Haaahh… Syukurlah, aku pikir tadinya aku tidak bisa menikah lagi." Sasuke tertawa dalam hati, entah mengapa kepolosan gadis ini terlihat bodoh di matanya.
"Kalau kau tidak bisa menikah, kau bisa menikah denganku'kan?" goda Sasuke, Hinata memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan semburat merah di wajahnya.
"Aku tidak mau menikah dengan iblis jahat sepertimu!"
"Benarkah? Kenapa?"
"Tentu saja karena kau itu iblis jahat! Iblis yang bisanya hanya mengganggu malaikat sepertiku."
"Heh, percaya diri sekali! Mana ada malaikat berpenampilan tidak wajar begitu?" Sasuke menatap Hinata dari atas ke bawah. "Yang ada nantinya kau di kira malaikat salah kostum!"
"Tidak lucu!" Hinata buru-buru meninggalkan ruangan yang terasa pengap itu, wajahnya sudah sangat merah dan jantungnya serasa ingin keluar. Kalau ia masih tetap ada di sana, bisa-bisa ia jatuh pingsan nantinya.
Di sisi lain, Sasuke justru tersenyum tipis melihat tingkah Hinata yang menurutnya lucu.
Drtt… drtt..
Sasuke mengambil ponsel di saku blazernya.
"Hn. –Aku mengerti, baik!" dan sambungan telfonpun terputus, Sasuke meninggalkan ruangannya dengan seringai yang terukir di wajah tampannya.
"Baiklah, kami para panitia sudah memutuskan hasil diskusi untuk pemilihan peran yang akan di mainkan para paserta drama yang akan berlangsung 5 miggu ke depan!" Yuugao-sensei yang menjabat sebagai ketua panitia penyelenggara membawa anak didiknya ke dalam aula pertemuan yang akan menjadi tempat latihan yang nantinya juga akan menjadi panggung petunjukan.
Di ruang aula telah di sediakan perlengkapan drama, mulai dari properties, kostum dan bahkan alat musik yang akan di gunakan. "karena cerita yang akan di gunakan dalam drama adalah Sleeping Beauty, jadi di harapkan kalian bisa mencari informasi mengenai cerita ini. Oh ya, dalam naskah juga sudah ada ya?" Yuugao-sensei mengangkat naskah di tangannya sambil menggaruk-garuk belakang kepalanya.
"Untuk pangeran sudah kami putuskan akan di perankan Uchiha Sasuke," Yuugao menghela nafas saat ekspresi Sasuke sama saja. "Nah, kalau pangerannya Sasuke-san, putri tidurnya adalah Haruno Sakura." Beberapa siswi berbisik-bisik saat mendengar pengumuman dari Yuugao.
Ino yang tidak melihat reaksi dari Sakura, lantas menyenggol lengan gadis berambut pink di sebelahnya itu.
"Eh, a-apa… oh aku, baik sensei, aku akan berusaha!" Sakura berdiri dan membungkuk memberi salam pada yang lain. Sesaat, ia melirik Sasuke yang duduk tak jauh darinya, wajahnya tetap sama… datar. Kemudian gadis buble gum itu mengalihkan pandangannya ke Hinata, dilihatnya Hinata yang tengah sibuk membaca buku sambil mendengarkan musik melalui earthphone hitamnya.
"Apa dia tidak dengar ya?" gumam Sakura penasaran, melihat Hinata yang bersikap biasa-biasa saja.
"Siapa yang tidak dengar?" tanya Ino tak mengerti.
"Ah bukan apa-apa!" Sakura kembali duduk pada bangkunya. 'kami-sama, apa yang harus aku lakukan?'
"Wah, Hinata-chan dapat peran penting dalam drama?" tanya Tenten antusias saat Temari dan Hinata baru kembali dari aula.
"Hmm… dia berperan sebagai ibu putri tidur!" kata Temari tak kalah antusias.
"Cih, ibu putri tidur adalah sosok ibu yang penyayang dan penuh perhatian?" Hinata membaca sebaris naskah yang nantinya akan di peran'kannya "Kenapa peranku cengeng sekali?"
"Benar juga, lagi pula Hinata-chan kan berwajah manis, mana pantas dia jadi ibu-ibu? Ups_" Tenten membungkam mulutnya sendiri saat mendapat tatapan tajam dari Hinata, "Hehe, gomen Hinata-chan… aku tidak bermaksud menyebutmu manis dan keriput kok! Suer deh!" tangan kanan Tenten membentuk huruf V di depan wajahnya.
"Eh, kau juga sudah tahu peran Sasuke-senpai?"
"Tentu saja, semua juga tahu!" Temari menatap Hinata aneh.
"Apa?"
"Kau tidak marah?"
"Untuk apa?" Hinata mendelik bosan.
"Sasuke-san'kan akan berpasangan dengan Sakura-san."
"Lalu?" dengan cueknya, Hinata memasukkan keripik kentang ke mulutnya.
"Hinata-chan…"
"Hmnn…Aku tidak ada waktu untuk mengurusi urusan orang lain, Uchiha-senpai itu bukan siapa-siapaku, jadi bukan urusanku kalau mereka memang berpasangan dalam drama!" Hinata mengunyah keripik yang tadi di belinya di minimarket dekat asrama.
"Walaupun… akan ada adegan ciuman?" lirih Tenten.
"Uhuk..Uhuk… be-benarkah?"
~TBC~
WHALAH…. Kok ni fic tambah gaje gini ya? Haha… gomen nee minna-san, habisnya saya sudah kehabisan ide. Maklum lah, namanya juga manusia…#ngeles*di goreng*
Akhir kata REVIEW PLEASEEEE…..