Akashi: Halo minna-san. Hari yang indah ya *ditebas*

Gomenasai minna-san atas keterlambatan updatenya. Saya kepentok uts *pundung dgn aura suram*

Wah akhirnya udah jadi dua digit aja nih fic *terharu (?)* terima kasih atas dukungannya selama ini minna-san *bow*

Oh iya maaf chapter ini pendek (juga) soalnya saya masih kram otak abis uts *alasan* dan di chapter ini ada sedikit (?) bhs. Prancisnya Cuma karena saya belajar secara otodidak, saya nggak tahu deh itu benar atau salah. Jadi mohon maaf ya *bow*. Btw kalau ada minna-san yang bisa bhs. Prancis, mau bantu saya gak buat belajar? ^^a

Ya kayaknya cukup sekian. Dan satu lagi, kayaknya saya akan balas review chapter kemarin di chapter depan ya ^^b

YOSH! Tanpa perlu banyak bacot saya persembahkan Your Life Dobe chap.10! Happy reading!

Special Thanks to:

Patto-san, Moritaka Ikaru, Satsuki Naruhi, mugiwara eimi, reitan namikaze, Kurome-Amechan, -ru, Mika SasuRenNa, Chie Na OrangeL, blue night-chan, chea'sansanurui, Nao Kisari, Yashina Uzumaki, shinobi girl yaoi, Kyuubi is me, Yelavender YunJae 134, Aldy Erich'Ichiru, Queen The Reaper, ukkychan, Aoi Ko Mamoru, DarkNoah, Imperiale Nazwa-chan, Kiseki No Hana, Nasumichan Uharu, Lee Min Ah, astia aoi, via-sasunaru, ga login, Yakumo Kusanagi, Vipris, rarisa, Kazuki Tsukishiro, Uchy-san, Usil kipsi, Sivad revil0, , sofihae, ryukey, shin ryu harashi, Mumut, Aoi Ko Mamoru, Virid.V, Chizuru Azusa, ChaaChulie247, Runriran, Niel's ELF, desroschan, , Iria-san, Lilith Noir Lawliet, Hoshi Yukinua, gdtop, rei-chan, ca-kun, rezuki no KeTo, Ika-chan, Earl Louisia vi Duivel, Jaylyn Rui, dhiya chan, 1412, 31 Sherry's, Para Guest, Teme, Pai, Aria, dan semuanya. Tanpa kalian semua mungkin fic ini akan hiatus di tengah jalan.

Arigatou Gozaimasu! *bows*

Disclaimer: Masashi Kishimoto-Sensei *sujud-sujud* Akashi pinjem dulu charanya untuk dinistai *ditimpuk Masashi Kishimoto*

Author: Taiyou no Akashi

Pairing: SasuNaru, NejiGaa (mungkin), dpl (dan pasangan lainnya)

Rating: M for gore *maybe* tapi sekarang masih T

Genre: Hurt/Tragedy/Police/Psychology/Crime/Drama/Sci-fi/Incest/dll

Warning: AU, BL, Shounen-ai, Yaoi, ada OC, semi OOC, gaje *sudah pasti*, ancur *banget*, akan ada banyak adegan kekerasan *mungkin*, gore *doakan saja*, agak psycho *mungkin*, dll.

YANG NGGAK TAHAN DAN NGGAK SUKA BOLEH MENINGGALKAN TEMPAT INI SECARA TERATUR!

Summary: "Tamu istimewa? Jadi tamu istimewa kita bukan kau?" intrupsi Lee.

"Tidak. Bukan hanya aku. Tapi tamu kita selanjutnya lebih istimewa daripada aku," jawab Tenten.

"Siapa tamu istimewa kita berikutnya, Tenten?" tanya Sasuke. Mata onyx-nya menatap lekat Tenten.

。 。

"THIS IS YOUR LIFE, DOBE!"

Chapter. 10 : Tamu Istimewa

'Dimana ini?' tanya Naruto sembari memandang sekeliling tempatnya berdiri.

'Apakah ini... Di dalam hutan?' tanya Naruto tidak yakin pada dirinya sendiri.

'Bagaimana aku bisa disini?' tanya Naruto lagi. Ekspresi kebingungan terlihat jelas di wajahnya.

"Cepat Naru! Kita harus lari!" sayup-sayup terdengar suara orang dari balik lebatnya pepohonan. Naruto langsung menoleh ke arah sumber suara, meskipun yang terlihat olehnya hanya pepohonan yang tumbuh rapat.

'Rasanya... Aku tahu suara itu milik siapa...' kata Naruto ragu dalam hati.

"Tapi aku sudah capek berlari, Kyuu. Kakiku sakit," balas suara satunya dengan nada hampir menangis.

'Suara itu... Jangan-jangan...'

Krosak... Krosak...

Tiba-tiba, semak-semak di dekat tempat Naruto berdiri tersibak. Dari dalam semak-semak itu, keluar 2 bocah lelaki tampan dengan warna rambut blonde terang yang mencolok di tengah gelapnya hutan.

"Hiks... Hiks... Aku capek Kyuu," gumam anak berambut pirang satunya sembari menangis kecil. Melihat hal itu, anak berambut pirang satunya, yang dipanggil Kyuu, hanya bisa mengelus-elus rambut pirang anak yang menangis itu dengan lembut.

"Hei... Jangan menangis Naru. Menangis tidak akan menyelesaikan apapun," gumam Kyuu sembari terus mengelus rambut anak bernama Naru itu.

"Aku capek Kyuu. Kenapa kita harus lari dari mereka? Mana ayah dan ibu?" tanya Naru sembari tetap menangis. Mendengar pertanyaan Naru, anak bernama Kyuu hanya bisa tersenyum sedih sembari tetap mengelus rambut Naru.

"Naru... Kau larilah terlebih dahulu. Aku akan tetap disini," kata Kyuu tiba-tiba. Mendengar hal itu, Naru langsung menatap mata red ruby milik Kyuu dengan blue saffire miliknya.

"Kenapa begitu? Kenapa kita tidak sama-sama saja? Aku takut sendirian," kata Naru dengan nada ketakutan.

"Aku akan mencari ayah dan ibu. Karena itu kau harus lari duluan," kata Kyuu lembut sembari memeluk tubuh mungil Naru.

"Tidak! Aku ingin ikut Kyuu mencari ayah dan ibu!" kata Naru keras kepala.

"Tidak Naru... Kau tidak boleh ikut," kata Kyuu dengan nada tegas.

"Kenapa begitu?"

"Karena ini akan berbahaya," kata Kyuu dengan nada pelan.

"Please Naru... Kau harus pergi sekarang juga," mohon Kyuu.

"Tapi... Tapi bagaimana dengan Kyuu nanti?" tanya Naru.

"Aku akan baik-baik saja. Percayalah padaku," jawab Kyuu sembari mengecup lembut dahi Naru.

"Larilah sekarang Naru. Jangan pernah berhenti berlari sampai kau menemukan jalan raya. Janji?" tanya Kyuu sembari mengeluarkan jari kelingkingnya. Sebuah senyum mengembang di wajah tampannya.

"Janji!" jawab Naru sembari mengaitkan jari kelingking mungilnya ke jari kelingking mungil milik Kyuu. Sebuah senyum juga mengembang di wajahnya.

"Larilah sekarang, Naru," perintah Kyuu.

"Baik," jawab Naru sembari melangkahkan kaki mungilnya menjauhi Kyuu.

"Kyuu..." panggil Naru yang tiba-tiba menghentikan langkah kakinya.

"Nani? (1)" tanya Kyuu.

"Hati-hati ya," pesan Naru sembari menoleh ke arah Kyuu. Perasaan cemas terpancar jelas dari mata blue saffirenya.

"Kau juga... Naru," balas Kyuu sembari tersenyum lembut pada Naru. Naru hanya mengangguk kecil sebagai jawabannya. Lalu Naru pun kembali melangkahkan kakinya menuju arah yang berlawan dari Kyuu. Tidak berapa lama kemudian, Naru pun menghilang dari jarak pandang Kyuu.

"Maafkan aku Naru... Tapi aku harus melakukan ini," gumam Kyuu sembari mengeluarkan sebuah benda dari dalam kantong celananya. Sebuah tempat lensa kontak. Senyum penuh kesedihan terukir jelas di wajah bocah mungil itu.

"Aku akan selalu melindungimu, Naru... Selalu..." kata Kyuu sembari menggenggam erat tempat lensa kontak itu. Mata red ruby-nya memancarkan kebulatan tekad dari bocah kecil itu.

'Hentikan itu Kyuu!' teriak Naruto keras. Namun Kyuu kecil tidak bisa mendengarnya.

'Tidak Kyuu! Kumohon jangan!' kata Naruto lagi sembari berusaha menggapai Kyuu. Namun tindakan yang dilakukan Naruto, tidaklah menghasilkan efek apapun pada Kyuu.

"Aku akan selalu menyayangi dirimu... Naru," kata Kyuu pelan sembari masuk kembali ke dalam hutan yang berlawanan arah dengan yang dimasuki oleh Naru.

Naruto berusaha mencegah Kyuu untuk masuk ke dalam hutan kembali. Namun sebelum sempat melakukan hal itu, tiba-tiba saja sekelilinya berputar dengan cepat dan menghamburkan serpihan-serpihan ingatannya secara acak. Membuat kepalanya pusing luar biasa saat melihat serpihan ingatannya yang berhamburan itu.

'Pusing... Kenapa kepalaku sangat pusing... Apa yang terjadi?' tanya Naruto pada dirinya sendiri. Entah kenapa, tiba-tiba saja rasa kantuk menyergapnya. Membuat kelopak matanya terasa berat.

'Kyuu... Jangan pergi...' gumam Naruto lemah sembari berusaha mengapai ruang kosong di depannya.

'Kyuu...' kelopak matanya perlahan mulai tertutup. Tangannya langsung terkulai kembali begitu kelopak mata pemuda pirang itu tertutup.

'Aku... Aku juga menyayangimu...'

。 。

-Kamar Sasuke. 08.00 am-

Kring... Kring... Kring...

Naruto langsung mematikan alarm yang berada tepat disamping kepalanya dalam sekali gerakan. Kelopak mata tan-nya langsung terbuka begitu alarmnya telah berhenti, menampilkan kedua bola matanya blue saffirenya yang sangat indah.

"Sasuke-sama... Kenapa alarmnya tidak dimatikan sih?" gerutu Naruto sembari bangkit dari tempat tidur Sasuke. Iya... Sasuke dan Naruto memang tidur dalam satu kamar. Jika tidur dalam satu kamar yang hanya memiliki satu ranjang, sudah tentu mereka tidur dalam satu ranjang itu bukan?

"Sasuke-sama... Kau dengar aku tidak?" tanya Naruto dengan nada mengantuk.

"Sasuke-sama..." rajuk Naruto sembari menoleh ke ranjang bagian sebelahnya. Seketika matanya membulat tidak percaya begitu melihat bahwa ranjang sebelahnya telah kosong.

"Sasuke-sama!" seketika Naruto langsung berdiri dari tempat tidur dan bergegas berlari keluar kamar. Entah apa yang dipikirkan olehnya saat itu sampai dia begitu buru-buru keluar kamar tanpa mengecek keadaan kamar terlebih dahulu. Yang pasti, hanya ada satu nama yang saat itu memenuhi kepala Naruto.

'Sasuke-sama...'

。 。

-Ruang Keluarga Uchiha di saat yang sama-

Yuki tengah memandangi layar televisi dengan tatapan berminat.

Tentu saja dia berminat sebab saat itu, tayangan televisi favoritenya tengah di tayangkan, yakni Gintama (2).

"Hahaha..." sesekali terdengar tawa Yuki begitu mendengar dialog kocak yang terlontar dari Gintoki, Shinpachi, maupun Kagura.

"Aduh... Perutku sakit kebayakan tertawa," gumam Yuki disela-sela tawanya.

Drap... Drap... Drap...

Yuki langsung menoleh ke belakang begitu mendengar suara yang asing tersebut. Matanya langsung membulat tidak percaya, begitu melihat sumber keributan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Naruto.

"Naru-chan?" tanya Yuki dengan nada ragu.

"Ohayou Yuki-chan," jawab Naruto sembari meringis kecil.

"Kenapa lari-lari begitu sih pagi-pagi begini?" tanya Yuki lagi. Mata onyx-nya menatap Naruto dengan tatapan kebingungan.

"Sasuke-sama tidak ada di kamar," entah kenapa kalimat itu meluncur begitu saja dari bibir Naruto. Mendengar hal itu, Yuki hanya tersenyum kecil.

"Pagi ini aniki ada rapat penting di kantor dan sebisa mungkin, keadaan kantor pagi ini harus bersih dari orang-orang yang tidak berkepentingan," jawab Yuki lancar. Naruto hanya bisa menatap Yuki dengan pandangan kebingungan.

"Rapat?"

。 。

-Kantor Kepolisian Pusat Konoha di saat yang sama-

Sasuke memandang sekeliling ruangan dengan tatapan bosan dari tempat duduknya. Sesekali di lihatnya jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi.

'Berarti sudah 30 menit aku disini,' kata Sasuke bosan dalam hati.

"Bosan?" tanya suara disebelah Sasuke. Sasuke hanya melirik sekilas pada orang disampingnya.

"Hn."

"Sudah kubilangkan, aku tidak mengerti arti dari 'Hn'-mu itu. Jadi bisakah kau berbicara dengan bahasa yang lebih 'normal'?" tekan pemuda berambut ala nanas disebelahnya pada kata 'normal'.

"Begitulah. Kau sendiri?" ulang Sasuke.

"Begitu lebih baik..." gumam orang disebelah Sasuke sembari mengangguk kecil. "Aku sangat bosan. Kapan sih rapat ini dimulai?" tanya orang itu.

"Entahlah. Aku juga tidak tahu," jawab Sasuke. "Apa kau tidak tahu kita mau membahas apa hari ini, Shikamaru?" tanyanya kemudian.

"Tidak," jawab pemuda yang dipanggil dengan nama Shikamaru itu datar. "Tapi katanya, hari ini kita akan kedatangan 'tamu istimewa'."

"Tamu istimewa?" tanya Sasuke memastikan.

"Yeah... Semacam itulah," jawab Shikamaru sembari merebahkan kepalanya ke atas meja.

"Siapa memang tamunya?" tanya Sasuke lagi.

"Entahlah. Aku tidak tahu. Tapi katanya..."

BRAK!

Sebelum Shikamaru bisa menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja pintu ruang rapat ditendang hingga terbuka lebar oleh seseorang. Para peserta rapat langsung tersentak kaget, begitu melihat dengan jelas orang yang telah menendang pintu ruang rapat itu.

"Ohayou gozaimasu, minna-san!" kata orang itu dengan ceria. Sebuah senyum manis terukir pada wajahnya.

"Senang bisa melihat kalian lagi..." gumam orang itu lagi sembari menyeringai licik.

。 。

"Ya. Aniki pasti meninggalkan sebuah memo untukmu di kamar. Kau sudah mengeceknya?" tanya Yuki yang langsung dibalas dengan gelengan kepala oleh Naruto.

"Seharusnya kau mengecek kamar dulu sebelum pontang-panting begitu Naru-chan," kata Yuki sembari tertawa kecil. "Kenapa hari ini kau aneh begitu sih?"

"Tadi malam... Aku bermimpi..." gumam Naruto. Yuki langsung menaikkan alisnya begitu mendengar gumaman Naruto.

"Bermimpi soal apa?" tanya Yuki.

"Aku... Aku... Aku kehilangan orang yang sangat penting bagiku. Kejadian itu sebenarnya sudah sangat lama. Tapi entah kenapa aku memimpikannya lagi," gumam Naruto. Kepala kuningnya langsung tertunduk lesu begitu membicarakan hal tersebut.

Yuki hanya diam begitu mendengar cerita Naruto. Sedikit banyak, dia tahu bagaimana perasaan Naruto saat itu.

"Hey Naru-chan..." panggil Yuki pelan. Naruto langsung mendongakkan kepalanya, begitu mendengar Yuki memanggilnya. Mata blue saffire-nya menatap mata onyx Yuki dengan tatapan bertanya.

"Hari ini aku akan pergi ke kota sebelah. Kau mau ikut?" tawar Yuki sembari mematikan televisi yang sendari tadi di tontonnya itu.

"Kota sebelah? Untuk apa?" tanya Naruto sembari tetap menatap lekat Yuki.

"Aku..." Yuki terdiam sejenak, mencari kalimat yang tepat untuk diucapkan olehnya.

"Hari ini, aku akan mengunjungi kakak kembarku," kata Yuki pada akhirnya. Sebuah senyum mengembang di wajah pucatnya.

"Kakak kembarmu? Aku baru tahu kau punya kakak kembar," gumam Naruto sedikit terkejut. Yuki hanya tersenyum mendengarnya.

"Kau mau ikut?"

"Mau... Tapi aku sama sekali tidak punya baju yang ukurannya pas untukku. Baju Sasuke-sama kebesaran semua," gumam Naruto lagi sembari tertunduk lesu.

"Kau bisa pinjam bajuku. Kebetulan aku punya baju model cowok yang cocok untukmu. Kurasa ukuran tubuh kita sama," kata Yuki dengan nada santai.

"Kenapa kau punya baju model cowok, Yuki?" tanya Naruto dengan nada heran.

"Err... Sesungguhnya untuk beberapa alasan baju cowok begitu membuatku nyaman dibanding baju cewek," aku Yuki sembari menggaruk-garuk kepalanya.

"Kau ini tipe tomboy ya?"

"Bisa dibilang begitu..." gumam Yuki. "Nah... Aku ambil dulu bajunya. Sebaiknya kau segera siap-siap," lanjut Yuki lagi sembari beranjak pergi dari ruang keluarga.

"Baiklah," jawab Naruto sembari ikut meninggalkan ruang keluarga bersama Yuki.

。 。

-Ruang Rapat Kantor Kepolisian Pusat Konoha -

Para peserta rapat hanya bisa memandangi gadis bercepol dua yang berdiri dihadapan mereka semua dengan tatapan campuran antara kaget dan senang.

"Well Tenten, kukira kau masih berlibur di Cina. Kau tidak memberi tahu sama sekali, bahwa kau akan pulang ke Jepang," kata Neji memecah keheningan.

"Kukira kau malah sudah mati," kata Sasuke dengan nada datar.

"Hei! Begitukah caramu menyambut teman lamamu Suke?" tanya Tenten dengan nada tajam. Mata kecoklatannya berkilat menatap Sasuke.

"Teman? Seingatku, aku tidak pernah punya teman," jawab Sasuke datar.

"Hahaha... Lucu sekali," cela Tenten dengan nada sarkastis.

"Hei... Hei... Kalian berdua... Sudahlah," kata Neji menengahi.

"Neji benar. Lagipula sejak tadi aku penasaran. Dimana Danzo-sama, Tenten?" tanya Gaara.

"Benar kata Gaara. Mana Danzo-sama?" tanya seorang pemuda bertudung yang duduk di sudut ruangan. Sesekali tangannya membenarkan letak kacamata hitamnya.

"Shino, bisakah kau memakai 'pakaian' yang lebih wajar saat rapat?" tekan Tenten pada kalimatnya sembari mendelik sebal pada pemuda bernama Shino.

"Pakaianku masih lebih normal, Tenten. Jika kau bandingkan dengan pakaian hijau Lee..." gumam Shino sembari menghela nafas.

Tanpa perlu di komando, semua peserta ruang rapat langsung melihat ke arah pemuda berambut hitam berkilau dengan gaya rambut ala mangkuk yang duduk di sebelah pemuda tambun yang asik makan keripik kentang. Seketika, seluruh peserta rapat langsung menghela nafas lelah begitu melihat 'pakaian' kebanggaan pemuda itu.

"Oh Lee... Bisakah kau menggunakan pakaian yang leibh normal?" gerutu Tenten sembari mendelik sebal pada Lee.

"Tenten, seharusnya kau coba baju ini! Baju ini sangat ringan, sejuk, dan nyaman! Jadi kau tidak akan kepanasan," promosi Lee sembari mengacungkan kedua jempolnya. Tenten hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya begitu mendengar promosi Lee.

"Baiklah... Baiklah... Kita sudah sangat melenceng dari topik. Bisakah kau mengatakan alasan kenapa kau disini tanpa Danzo-sama maupun Kakashi-san, Tenten?" tanya Shikamaru dengan nada tegas. Matanya menatap Tenten dengan serius.

"Danzo-sama dan Kakashi-san sedang menyiapkan 'tempat' untuk 'tamu istimewa' kita," jawab Tenten. Mata coklatnya menatap semua peserta rapat di ruang itu dengan tatapan serius.

"Tamu istimewa? Jadi tamu istimewa kita bukan kau?" intrupsi Lee.

"Tidak. Bukan hanya aku. Tapi tamu kita selanjutnya lebih istimewa daripada aku," jawab Tenten.

"Siapa tamu istimewa kita berikutnya, Tenten?" tanya Sasuke. Mata onyx-nya menatap lekat Tenten.

"Tamu istimewa kita adalah… Akatsuki," kata Tenten dengan nada serius. Seketika wajah Sasuke langsung memucat begitu mendengar kata itu.

"Akatsuki…"

。 。

-France Airlines di saat yang sama-

Seorang pemuda tampan berambut hitam, yang agak panjang untuk ukuran seorang pemuda, tengah duduk termenung di kursinya. Mata onyx-nya menatap kosong jendela yang ada di sampingnya. Sesekali helaan nafas panjang keluar dari dirinya. Entah apa yang saat itu tengah dipikirkannya.

"Votre café, sir (3)," tegur seorang pramugari dengan lembut sembari meletakkan segelas kopi dihadapan pemuda itu. Seketika itu juga, lamunan pemuda itu langsung buyar begitu melihat kopi yang disuguhkan oleh pramugari itu.

"Merci (4)," sahut pemuda itu cepat. Sebuah senyum terukir di wajahnya.

"Pas de quoi. Appel moi si vous avoir bensoin de aide (5)," kata pramugari itu ramah sembari berlalu dari kursi pemuda berambut hitam itu.

Dengan sangat perlahan, pemuda berambut hitam itu mengambil cangkir kopinya dan mulai menyesap kopi di cangkir itu dengan perlahan. Mata onyx-nya terlihat menerawang seolah sedang memikirkan sesuatu yang sangat rumit.

"Khawatir?" tanya sebuah suara tiba-tiba pada pemuda berambut hitam itu. Kontan saja pemuda berambut hitam itu agak tersentak kaget begitu mendengarnya.

"Khawatir soal apa?" balas pemuda berambut hitam itu dengan pertanyaan pula pada pemuda berambut ponytail berwarna blonde yang duduk di sebelahnya.

"Jepang, keluargamu, dan..." pemuda bermata aquamarine itu terdiam dan tidak melanjutkan kata-katanya. Namun pemuda bermata onyx yang memiliki garis halus di dekat matanya itu sudah mengetahui lanjutan kalimat itu.

"Adikku. Yuki dan... Sasuke," gumam pemuda itu lelah.

。 。 。ToBeCon 。 。 。

Catatan:

Nani?: Apa?

Gintama: Soalnya akhir-akhir ini, anime ini obat penghilang stress saya.

Votre café, sir: Kopi anda, tuan.

Merci: Terima kasih.

Pas de quoi. Appel moi si vous avoir bensoin de aide: Sama-sama. Panggil saya jika anda butuh bantuan.