Shi: Yaha…! Yaha…! *ikutan gaya Yoichi, tapi versi ancur –shoot–* Fic pertama Shi akhirnya kelar juga. Baru tadi pagi bikin, untung bisa kelar sekarang. Hehehe *nyengir kuda*. Btw, cerita di fic ini adalah murni spontanitas. Jadi maafkanlah jika ada kata-kata salah ketik, bahasa nggak nyambung,dll. Fic ini bisa tercipta gara-gara ide Shi buat bikin fic SasuNaru yang agak romance mentok! Sungguh menyedihkan deh saya *pundung*. Tapi nggak apa, asal satu fic bisa selesai, Shi ikhlas. Selamat membaca para readers! Jangan lupa review atau flame yang membangun yah… *sujud-sujud gaje*

Disclaimer: Masashi Kishimoto-Sensei *sujud-sujud* Shi pinjem dulu charanya ya… Nanti kalau udah selesai Shi kembaliin. Okeh? *ditimpuk Masashi Kishimoto*

Author: Taiyou no Akashi b(^o^)d

Pairing: SasuNaru, NejiGaa (mungkin), dpl (dan pasangan laennya)

Rating: T ato M ya… Karena ada adegan kekerasannya mungkin M aja. Arrgghh! *frustasi* ratingnya tentuin sendiri deh *readers sweatdrop*

Genre: Hurt/Tragedy/Fantasy/Police/Psychology/dll

Warning: Gaje *sudah pasti*, ancur *banget*, Yaoi *mungkin*, akan ada banyak adegan kekerasan, agak psycho, dll.

Yang nggak tahan dan nggak suka boleh meninggalkan tempat ini secara teratur!

Summary: "TURUN KAU UZUMAKI NARUTO ATAU KAU KUTEMBAK!" gelegar sang Orochimaru. Naruto bergeming sedikit mendengar perkataan Orochimaru. Kemudian dia menatap mata pria ular itu lalu berkata dengan seringai setan yang menghiasi wajah malaikatnya, "Anda tahu Orochimaru-sama... Aku lebih memilih jatuh dari ketinggian lalu mati ketimbang harus mati ditembak oleh anda."

Orochimaru membeku mendengar jawaban gila Naruto. Sebelum Orochimaru sempat merespon kalimat gila Naruto barusan, Naruto malah meluncurkan kalimat gila lagi, "Orochimaru-sama... Sayang sekali saya saat ini tidak bisa membawa anda pergi ke neraka bersama saya. Tapi tidak apa-apa... Toh cepat atau lambat kita pasti akan bertemu juga di neraka. Jika saat itu tiba, berdoalah pada Tuhan agar dosa-dosamu di ampuni olehNya."

"Selamat tinggal Orochimaru! Kelak kita akan bertemu di neraka!" Naruto tersenyum tipis pada Orochimaru yang menatapnya dengan pandangan horror. Naruto memejamkan matanya lalu melakukan gerakan merebahkan diri diatas gedung bertingkat itu. Jika aktivitas ini dilakukan diatas kasur, sudah bisa dipastikan bahwa tubuh Naruto akan segera berciuman dengan kasur. Tapi bisa dibayangkan jika aktivitas ini dilakukan diatas gedung bertingkat 50? Tentu saja tidak perlu menggunakan imanjinasi pun orang lain pasti tahu kelanjutan peristiwa ini. Naruto sempat merasakan tubuhnya melayang di udara sebelum gaya gravitasi menariknya ke bumi dengan kasar. Tidak ada yang ditakutkan oleh pemuda itu. Mati bukanlah kata yang menakutkan baginya…

。 。

"THIS IS YOUR LIFE, DOBE!"

Chapter. 01 : Benang-Benang Takdir

-Gedung Konoha Bank Central. 11.30 p.m-

Udara malam yang begitu dingin menusuk rupanya tidak menyurutkan semangat seorang pemuda berambut pirang yang saat ini tengah asyik menatap layar laptop Apple miliknya. Sesekali dia tersenyum kecil saat melihat layar laptopnya yang saat ini menyuguhkan sesuatu tulisan tidak jelas di depan matanya. Saking asyiknya melihat tulisan itu, pemuda berkulit tan yang begitu menawan ini sampai tidak menyadari bahwa diatas gedung tertinggi di Konoha itu, dia sudah tidak sendirian lagi...

"Pantas saja sistem keamanan di gedung ini sangat sulit di tembus. Rupanya itu semua adalah hasil perbuatanmu ya?" kata suara licik itu.

Pemuda yang sendari tadi itu sibuk dengan laptopnya akhirnya menoleh begitu mendengar ada yang menegurnya. Senyumnya langsung terkembang begitu melihat sesosok laki-laki seperti ular yang saat ini tengah menatapnya dengan pandangan marah.

"Wah... Wah... Saya tidak menyangka anda mau menghadiri undangan pesta kecil-kecilan saya ini, Orochimaru-sama," kata pemuda itu sopan sambil tersenyum lebar pada pria berambut panjang itu. Sepasang mata biru langitnya memandangi sepasang mata kuning -yang benar-benar terlihat seperti mata ular- milik sang pria berkulit seperti ular itu dengan pandangan licik.

"Kau sudah mengacaukan rencanaku Uzumaki Naruto! Sekarang apa maumu?" tanya pria bernama Orochimaru itu geram.

"Mauku, eh? Saya tidak menginginkan apa-apa kok," kata pemuda bernama Naruto dengan polos.

"Lalu kenapa kau menghancurkan rencanaku? Dan apa tujuanmu memanggilku ke sini?" tanya Orochimaru lagi sambil menatap tajam Naruto.

"Saya tidak bermaksud menghancurkan rencana anda Orochimaru-sama... Sungguh bukan itu maksud saya," kata Naruto dengan menggunakan ekspresi permohonan maaf serta nada sedih karena dia telah dituduh yang bukan-bukan.

Orochimaru hanya bisa menyipitkan mata ularnya begitu mendengar nada bicara pemuda berkulit tan itu. Dia lalu berkata dengan dinginnya, "Sudahlah... Toh rencana itu sekarang telah gagal. Lalu apa maumu memanggilku kemari setelah kau memasang proteksi pada sistem keamanan gedung ini?"

Naruto tersenyum lebar mendengar perkataan pria ular itu. Dia lalu berdiri dari tempat duduknya sembari berkata, "Good question, Orochimaru-sama. Very good question... Apakah anda ingin tahu jawabannya Orochimaru-sama?"

"Jangan mengulur-ulur waktu Naruto! Aku tidak suka jika kau terus mengulur-ulur waktu!" bentak Orochimaru pada Naruto.

Naruto yang dibentak oleh Orochimaru hanya tersenyum saja. Kemudian dengan senyum yang mirip dengan senyuman malaikat pencabut nyawa dia berkata, "Wah... Wah... Ternyata anda orang yang sangat tidak sabaran ya Orochimaru-Sama. Tapi meski begitu, anda sudah menjawab pertanyaan anda sendiri."

Orochimaru menggulang kembali dialog yang baru beberapa menit yang lalu diucapkannya pada Naruto dalam otaknya. "Mengulur-ulur waktu? Mengulur waktu untuk apa?" tanya Orochimaru ragu pada Naruto. Dia sedikit tidak yakin bahwa kalimat itulah yang sejak tadi dimaksud oleh Naruto.

"Iya... Aku memang sengaja memanggil anda kesini untuk mengulur waktu..." TRING... TRING... Perkataan Naruto tiba-tiba terintrupsi oleh suara laptopnya yang menandakan bahwa aktivitasnya selama beberapa menit yang lalu telah selesai. Naruto kemudian menyeringai licik begitu mendengar bunyi itu. Orochimaru yang melihat seringai licik sang Uzumaki tiba-tiba merasa merinding. Dia merasakan suatu firasat buruk. Tapi segera ditepisnya perasaan itu. Dia yakin firasat buruk itu hanyalah perasaan sesaatnya saja.

"Well, sampai dimana ya kita tadi? Oh iya... Sampai memanggil anda kesini untuk mengulur waktu agar aku bisa melakukan 'hal itu'. Agar anda tidak bisa mengagalkan rencana brilian saya Orochimaru-sama. Agar rencana itu terlaksana sempurna sesuai dengan perhitungan saya," kata Naruto dengan seringai licik.

"Apa yang kau maksud dengan 'hal itu' Uzumaki Naruto? Jangan berbelit-belit dan lekas katakan!" perintah Orochimaru pada Naruto.

"Anda akan tahu jawabannya sebentar lagi, Orochimaru-sama," kata Naruto santai.

Baru hendak akan memerintah Naruto lagi, tiba-tiba ponsel Orochimaru berbunyi nyaring. Menandakan bahwa ada seseorang yang sedang berusaha menghubunginya.

"Ada apa?" tanya Orochimaru kasar begitu mengangkat telepon itu.

"Tuan Orochimaru... Apakah anda bersama Uzumaki-kun?" tanya suara diseberang sana.

"Ya aku bersamanya. Ada apa Kabuto?" tanya Orochimaru lagi.

"Ini gawat Tuan Orochimaru. Saya baru saja mendapat laporan dari kantor pusat bahwa tiba-tiba saja seluruh komputer di kantor pusat diserang oleh semacam virus komputer jenis baru! Seluruh data perusahaan akan hilang jika kita tidak mendapatkan anti-virus dari virus tersebut. Saat ini mekanik komputer kita sedang berusaha menjinakkan virus tersebut. Tapi seperti mereka tidak berhasil... Data perusahaan akan hilang dalam waktu 30 menit lagi. Karena itu, mintalah Uzumaki-kun untuk menjinakkan virus itu... Halo... Tuan Orochimaru?" tanya suara diseberang begitu mendapati Tuan-nya tidak merespon perkataanya. 'Aneh sekali? Apa yang terjadi ya? Mungkin lebih baik aku menyusul mereka berdua?' pikir pria berambut putih yang mengenakan kacamata bernama Kabuto itu. Kemudian tanpa banyak berpikir lagi Kabuto akhirnya memutuskan untuk menyusul Tuan-nya menuju atap bangunan Konoha Bank Central.

。 。

-Sementara itu di atap.-

Orochimaru membeku begitu mendengar laporan dari tangan kanannya, Kabuto. Orochimaru mengertakan giginya kuat-kuat sembari menatap mata safir milik pemuda pirang dihadapannya dengan deathglare miliknya. Sedangkan, pemuda pirang itu hanya nyengir saja melihat deathglare dari Orochimaru. Naruto sejak dulu tahu bahwa dia akan menjemput kematian begitu membuat masalah pada Orochimaru. Tapi toh dia tidak peduli. Kematian bukanlah hal yang menakutkan bagi sang Uzumaki yang dahulu pernah beberapa kali melihat kematian. Melihat kematian untuk yang kesekian kalinya sepertinya bukan masalah asal dia bisa membalas dendam. Mungkin begitu pikir Naruto.

"Kau..." hanya kata itulah yang bisa diucapkan oleh Orochimaru. Kemarahannya yang sudah berada di puncak itu benar-benar membuatnya gila. Jika saja Orochimaru kehilangan akal sehatnya sejak tadi, bisa dipastikan bahwa Naruto sudah menjemput nyawa sejak tadi. Tapi dia tidak ingin membunuh Naruto dulu. TIDAK! Orochimaru masih membutuhkan anti-virus buatan Naruto untuk menyelamatkan perusahaannya. Selain itu, dia ingin menyiksa pemuda dihadapannya itu terlebih dahulu sebelum dia membunuhnya. Dia ingin sekali melukai wajah Naruto dengan cutter, menendang wajah dan tubuh sang Uzumaki sampai babak belur, dan mungkin pembunuhan yang cocok untuk Naruto adalah dibakar hidup-hidup kemudian dimutilasi. 'Sungguh akan jadi menyenangkan jika aku bisa melakukannya' pikir Orochimaru sembari tersenyum bengis pada Naruto.

"Biar kutebak... Apakah itu laporan dari Kabuto-sama?" tanya Naruto ceria. Sebagai jawaban atas pertanyaan rubah kecil itu, Orochimaru hanya diam saja. "Kuartikan itu iya..." kata Naruto dengan ceria.

Keheningan malam memenuhi sekitar mereka. Atmosfer di tempat itu sungguh sangat menekan. Tapi bagi sang Uzumaki, itu hanya hal biasa. Akhirnya setelah tidak mendapat respon apapun dari Orochimaru, Naruto memilih untuk duduk kembali di depan laptopnya lalu mematikan laptopnya.

"Anda tahu Orochimaru-sama, saya rasa anda tidak pantas mendapatkan perlakuan seperti ini," kata Naruto datar sembari menutup laptop Apple-nya lalu memeluk laptopnya itu.

Orochimaru terkejut mendengar perkataan Naruto. Hal yang tidak disangka-sangka oleh Orochimaru bakal diucapkan oleh Naruto, orang yang bakal membuat hidupnya hancur menjadi berkeping-keping dalam 30 menit ini. Bukan hanya hal itu saja yang membuat pria licik itu terkejut. Melainkan juga tatapan dan ekspresi Naruto terhadapnya. Baru beberapa menit yang lalu sang pria ular melihat wajah Naruto yang begitu ceria dan hidup. Tapi sekarang yang dilihat pria ular itu adalah wajah Naruto yang tanpa ekspresi sama sekali. Mata biru langit yang semula cerah, kini menjadi kosong. Seolah jiwa dari pemilik mata itu sudah lama pergi, dan yang tersisa hanyalah tubuh tanpa jiwa. Mata itu menatap Orochimaru dalam. Entah kenapa Orochimaru merasa takut. Padahal tatapan itu tidak mengintimidasinya. Tapi tetap saja dia merasa ketakutan.

"A-apa maksudmu, Naruto? Kenapa kau melakukan ini, Naruto? Siapa yang menyuruhmu?" tanya Orochimaru dengan suara bergetar.

"Maksudku adalah anda pantas mendapatkan siksaan yang lebih berat dari pada ini. Anda lebih pantas mati dengan keadaan terbakar hidup-hidup. Tapi sayangnya kaasan-ku pernah melarangku untuk tidak membunuh orang lain. Kenapa aku melakukan ini terhadapmu? Kau pasti sebenarnya sudah tahu jawabannya..." kata Naruto dengan wajah tanpa ekspresinya. "Soalnya yang menyuruh, saya tidak berada dalam perintah siapa pun," lanjut Naruto lagi.

Orochimaru seketika menegangan begitu mendengar penuturan Naruto yang begitu misterius. Keingintahuan Orochimaru yang membuncah membuatnya tidak bisa mengontrol diri lagi, sehingga akhirnya sebuah pertanyaan meluncur keluar dari bibirnya, "Apa maksudmu dengan 'aku sudah tahu jawabannya?'"

Naruto memandang Orochimaru dengan tatapan kosong. Kemudian dia berkata, "Apakah wajah saya tidak mengingatkan anda pada seseorang Orochimaru-sama?"

Sebelum sempat Orochimaru menjawab, Naruto lalu berkata lagi dengan nada datar, "Seseorang yang menganggap anda teman baiknya. Seseorang yang kemudian anda hancurkan karena anda merasakan bahwa posisi anda terancam. Seseorang yang anda bunuh 10 tahun yang lalu bersama keluarganya. Seseorang yang anda bunuh dengan berkedok kecelakaan lalu lintas."

"Minato?" tanya Orochimaru dengan nada ngeri. Tidak menyangka bahwa mimpi buruknya dari masa lalu kembali lagi kehadapannya dalam wujud lain.

"Ternyata anda masih mengingatnya ya? Saya sungguh tersanjung Orochimaru-sama!" kata Naruto dengan nada sarkastis.

"Kau... Siapa kau? Apakah kau Minato?" tanya Orochimaru tanpa bisa menyembunyikan nada ngerinya. Dia tidak bisa membayangkan akan seperti apa dirinya jika benar yang berdiri dihadapanya itu Minato.

Naruto, walau masih dengan wajah tanpa ekspresi, tersenyum tipis mendengar nada ketakutan di dalam setiap kalimat Orochimaru. "Sayang sekali saya bukan otousan. Tapi saya ada disini untuk membalas dendam akan kematian mereka. Sayang sekali saya tidak diijinkan untuk membunuh orang, jadi yang bisa saya lakukan hanyalah menghancurkan perusahaan anda dari dalam," kata Naruto datar.

"Kau anak Minato? Tidak kau pasti berbohong! Anak Minato sudah meninggal dalam kecelakaan 10 tahun yang lalu," kata Orochimaru ngotot.

Naruto mendengus kesal mendengar perkataan Orochimaru. Kemudian dia berkata, "Apa wajahku ini sama sekali tidak mirip Otousan? Lagi pula saya sedikit heran dengan anda. Apa anda tidak ingat bahwa anda pernah mendengar marga Uzumaki selain nama saya?"

Orochimaru menelan ludahnya dengan cepat. Dia amat ketakutan karena tiba-tiba saja nama orang itu muncul dalam ingatannya. "Kushina... Uzumaki Kushina," tanpa sadar nama orang itu, meluncur dari mulutnya. Matanya tidak fokus lagi karena sekarang di dalam otaknya, muncul sesosok wanita berambut merah yang amat cantik. Dengan kulit putih susu dan mata berwarna biru yang begitu indah, membuat siapa pun akan jatuh hati padanya. Belum lagi senyum lembut yang selalu dilontarkannya. Disamping wanita itu, berdiri sesosok lelaki yang amat gagah bernama Namikaze Minato. Dia amat sangat mirip dengan Naruto. Seolah-olah dia Naruto versi senior. Hanya saja di pipi Minato tidak ada tanda lahir berupa garis halus seperti kumis kucing seperti milik Naruto. Begitu memikirkan 2 orang mimpi buruknya itu, Orochimaru merinding. Dia memutuskan untuk memfokus 'kan diri pada Naruto yang saat ini sedang berdiri di dekat tiang pembatas.

"Anda mengingat otousan tapi tidak mengingat okaasan. Aneh sekali. Ketika saya masuk ke dalam perusahaan anda, saya pikir anda akan mengusir saya karena marga saya sama dengan okaasan. Tapi ternyata tidak. Saya merasa bersyukur karena anda tidak terlalu mengingat nama okaasan," kata Naruto dengan nada menyindir.

Orochimaru menelan ludah begitu mendengar perkataan Naruto itu. Pantas saja waktu pertama kali dia bertemu Naruto, dia merasa amat familiar dengan wajah dan nama marga Naruto. Tapi dia tidak terlalu ambil pusing mengingat saat itu data investigasi tim mata-mata Orochimaru, Otoga, menunjukan bahwa Naruto anak yang 'bersih'. Belum lagi mengingat kemampuan komputer Naruto yang begitu hebat, membuat Orochimaru benar-benar tidak memusingkan tentang Naruto. Tapi ternyata dia salah besar karena tidak memperhitungkan Naruto!

Orochimaru melirik jam tangannya. Waktu menunjukan pukul 11.50. 10 menit lagi dan karir perusahaannya akan hancur. Orochimaru pada akhirnya mengeluarkan sesuatu dari balik jas-nya. Ternyata dia mengeluarkan sebuah pistol dari balik jas-nya. Dengan nada bengis, dia berkata pada Naruto, "Aku tidak punya cukup waktu untuk mengurusimu bocah. Sekarang cepat berikan aku anti-virus itu sebelum aku menembakmu!"

Naruto hanya tertawa mendengar perkataan Orochimaru. Tawa melengking yang terdengar menghina dikumandangkan Naruto dengan cukup keras. Cukup keras sehingga Orochimaru menyadari bahwa bocah pirang itu meremehkannya.

"Aku tidak akan segan-segan bocah," geram Orochimaru. Setelah berkata begitu Orochimaru menarik pelatuk pistolnya. Melihat hal itu, Naruto menaikan sebelah alisnya. "Kenapa? Kau takut?" ejek Orochimaru pada Naruto.

Mendengar pertanyaan Orochimaru, membuat Naruto tersenyum simpul. Hal ini membuat Orochimaru mengerutkan dahinya. Dengan gerakan tiba-tiba, Naruto lalu naik ke pagar pembatas gedung. Pemandangan malam yang indah dan menyeramkan terajut menjadi satu. Dari lantai 50 ini, Naruto bisa melihat kota Konoha yang begitu berkilauan. Seolah-olah ada ribuan kunang-kunang disana. Angin malam yang kencang mempermainkan helaian rambut halus si pirang. Wajah malaikat Naruto dengan tenang menatap bagian bawah kakinya yang hanya berdiri pada pagar pembatas yang jaraknya begitu sempit. Dengan tenang Naruto membalikan badannya. Sekarang dia sedang menatap langsung ke Orochimaru yang sedang ternganga ngeri melihat temapt berpijak Naruto.

"Apa kau tidak takut mati Naruto? Atau kau berdiri disana hanya untuk mengertakku saja?" tanya Orochimaru dingin.

Naruto memejamkan matanya sebentar. Angin malam yang menerpanya membuatnya nyaman. Naruto lalu membuka matanya dan berkata datar pada Orochimaru, "Entahlah... Saya tidak tahu apakah saya takut mati atau tidak Orochimaru-sama. Tapi setelah berkali-kali melihat kematian hampir datang menjemput, sejujurnya membuat saya sedikit gila. Saya selalu berusaha bunuh diri, tapi selalu saja gagal. Mungkin hal itulah yang membuat saya sama sekali tidak menghargai nyawa seseorang."

"Turunlah dari sana Naruto. Aku akan mempertimbangkanmu jika kau mau turun dari sana," kata Orochimaru memberikan penawaran. Naruto tidak bergeming. Walau tidak tahu apakah yang dikatakan Naruto itu serius atau tidak, dia tahu bahwa Naruto serius akan terjun bebas kebawah jika ada kesempatan sedikit saja.

"TURUN KAU UZUMAKI NARUTO ATAU KAU KUTEMBAK!" gelegar sang Orochimaru. Naruto bergeming sedikit mendengar perkataan Orochimaru. Kemudian dia menatap mata pria ular itu lalu berkata dengan seringai setan yang menghiasi wajah malaikatnya, "Anda tahu Orochimaru-sama... Aku lebih memilih jatuh dari ketinggian lalu mati ketimbang harus mati ditembak oleh anda."

Orochimaru membeku mendengar jawaban gila Naruto. Sebelum Orochimaru sempat merespon kalimat gila Naruto barusan, Naruto malah meluncurkan kalimat gila lagi, "Orochimaru-sama... Sayang sekali saya saat ini tidak bisa membawa anda pergi ke neraka bersama saya. Tapi tidak apa-apa... Toh cepat atau lambat kita pasti akan bertemu juga di neraka. Jika saat itu tiba, berdoalah pada Tuhan agar dosa-dosamu di ampuni olehNya."

"Selamat tinggal Orochimaru! Kelak kita akan bertemu di neraka!" Naruto tersenyum tipis pada Orochimaru yang menatapnya dengan pandangan horror. Naruto memejamkan matanya lalu melakukan gerakan merebahkan diri diatas gedung bertingkat itu. Jika aktivitas ini dilakukan diatas kasur, sudah bisa dipastikan bahwa tubuh Naruto akan segera berciuman dengan kasur. Tapi bisa dibayangkan jika aktivitas ini dilakukan diatas gedung bertingkat 50? Tentu saja tidak perlu menggunakan imanjinasi pun orang lain pasti tahu kelanjutan peristiwa ini. Naruto sempat merasakan tubuhnya melayang di udara sebelum gaya gravitasi menariknya ke bumi dengan kasar. Tidak ada yang ditakutkan oleh pemuda itu. Mati bukanlah kata yang menakutkan baginya. Di dalam keheningan malam, Naruto mulai memikirkan kedua orang tuanya. 'Otousan, Kaasan, Naru akan segera menyusul kalian' pikir Naruto dengan pahit. 'Apa aku bisa bertemu dengan Otousan dan Kaasan? Apa aku akan bertemu ular itu lagi?' tanya Naruto dalam hati. 'Ahh... Untuk apa kupikirkan, itu hanya akan membuat pusing pikiranku saja...' sembari berkata begitu dalam hatinya, Naruto memejamkan matanya. 'Otousan, Kaasan, Naru sangat...'

Belum selesai ucapan Naruto dalam hatinya, tiba-tiba saja punggungnya mengantam sesuatu. "BRAKK!". Entah apa yang dihantamnya, Naruto sudah tidak mau dan sudah tidak bisa peduli lagi, karena tiba-tiba saja kegelapan mengambil seluruh kesadarannya. Sebelum kegelapan mengambil alih seluruh kesadarannya, Naruto berani bersumpah bahwa saat itu dia bisa mendengar suara wanita yang sangat dikasihinya. 'Belum saatnya bagimu untuk menjemput kematian Naru-Chan!'. "Kaasan..." guman Naruto pelan ditengah kesadarannya yang tipis. Dan tepat pada saat itulah kegelapan mengambil alih seluruh tubuhnya...

。 。 。ToBeCon 。 。 。