Pairing: WonKyu, EunHae

Rated: PG

Member Super Junior © Tuhan, Orang Tua, dan diri mereka sendiri

Warning: AU, OOC, MPreg, Typo(s), etc

"Kau sudah benar-benar keterlaluan, Choi Siwon!"

Duakh!

"Ugh!"

Darah merembes keluar dari bibirnya karena sebuah pukulan telak yang diberikan oleh namja yang berada di depannya.

"Kenapa kau sangat bodoh?" namja yang berada di depannya itu mencengkram kerah kemejanya, "Kenapa kau berani berselingkuh dari Kyuhyun? Apakah dia berbuat salah padamu?"

Siwon sama sekali tak mengacuhkan pertanyaan-pertanyaan yang terlontar dari bibir namja yang berada di depannya. Lidahnya terasa benar-benar kelu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tak sanggup rasanya menjawab pertanyaan tersebut saat orang terpenting dalam hidupnya baru saja pergi meninggalkan dirinya dalam sebuah kepastian dalam hatinya yang baru saja menyeruak keluar.

"Brengsek kau, Choi Siwon!"

Duagh!

"Kau tidak bisa menjawab pertanyaanku, eh?"

Duagh!

"Kau bodoh! Tak berperasaan! Seharusnya kau memikirkan perasaannya sebelum ingin menyakiti dirinya lebih jauh lagi!"

"Hentikan!"

Dengan kasar, Siwon menahan kepalan tangan yang beberapa inci lagi akan menyentuh pipinya.

"Kau yang tak mengerti apa-apa lebih baik diam."

Namja itu menggeram karena marah, "Apa katamu? Diam? Bagaimana aku bisa diam jika kau sudah benar-benar menyakiti dongsaeng kesayanganku?"

Siwon tak mengacuhkan pertanyaan yang terlontar dari bibir namja itu lagi. Dirinya lebih memilih merapikan kerahnya yang kusut karena cengkraman kuat yang diberikan oleh namja yang masih berada di depannya tersebut, walau terkadang beberapa ringisan keluar dari kedua belah bibirnya karena rasa menyengat yang terasa dari pipi kanannya.

"Walau statusmu saat ini adalah seorang Tuan Muda, dan aku hanyalah seorang penjaga yang menjaga Kyuhyun dari kecil. Kau sama sekali tak berhak untuk melukai perasaannya sampai sedalam itu!"

"Diam, Lee Donghae!"

Namun Donghae yang sama sekali tak dapat mengerti apa maksud dari Siwon menyuruhnya diam terus saja berteriak marah.

"Kau benar-bener brengsek, Choi—"

"Tidak bisakah kau menutup mulutmu?"

Sebulir air mata yang jatuh membuat Donghae mengatup kedua belah bibirnya rapat-rapat. Saat ini otaknya sama sekali belum bisa memproses apa yang baru saja ditangkap oleh kedua bola matanya.

Seorang Tuan Muda Choi Siwon menitikkan air matanya, itu adalah sebuah adegan yang sangat luar biasa.

Tuan Muda Choi Siwon yang egois, tak mau tahu bagaimana perasaan orang lain, dan ingin menang sendiri, tak semudah ini menitikkan air matanya yang berharga. Butuh sesuatu yang sangat menyedihkan—seperti saat Nyonya Choi meninggal— untuk membuatnya menitikkan air matanya.

Tetapi sekarang? Seorang Lee Donghae yang hanyalah seorang penjaga Cho Kyuhyun dari kecil bisa melihat Tuan Mudanya itu menitikkan air matanya—walau hanya sebulir air mata— hanya karena ucapan-ucapan tajamnya.

"T-Tuan Muda…"

"Diam!" seruan keras itu membuat kedua belah bibir Donghae tertutup rapat, "Jangan sampai membuatku marah dan m-memecatmu!"

Habis sudah pertahanan seorang Choi Siwon.

Dengan telapak tangan yang menutupi kedua matanya, Donghae dapat mendengar isakan penuh kesedihan keluar dari bibir seorang Tuan Muda Choi Siwon yang arogan.

- ) ( -

"Periksa semua penjaga yang aku perintahkan untuk menjaga rumah Siwon dan Istrinya," Tuan Choi menggeram karena amarahnya yang meledak-ledak, "Ada salah satu penjaga yang berkhianat, dan membius penjaga lainnya hingga mereka tak sadarkan diri saat Shim Changmin datang untuk membawa Cho Kyuhyun kembali ke rumah keluarga Cho!"

Salah satu penjaga yang berada di sana maju ke depan tanpa satu pun ketakutan di wajahnya dengan membawa sebuah berkas kusam yang sudah terlihat hancur tak berbentuk karena diremas-remas. Dengan wajah mantap dan suara lantang, penjaga itu menjawab, "Hanya satu penjaga yang sadarkan diri saat penjaga lainnya sudah tak sadarkan diri,"

Dengan suara beratnya yang berbahaya, Tuan Choi bertanya kepada penjaga tersebut, "Siapa?"

"Dia, Lee Hyukjae."

- ) ( -

"Leeteuk, ini aku Seohyun. Bisakah kita bertemu? Ada hal penting yang ingin aku bicarakan padamu. Jika kau bisa, maka temui aku di tempat biasa, jam 7 malam."

Piip

Leeteuk mematikan pesan suara yang dikirimkan oleh Seohyun.

"Masalah penting katanya?" Leeteuk meremas salah satu telapak tangannya dengan sangat kuat, "Satu kali kebohongan lagi, maka aku akan memukul wajahmu, Seo Joo Hyun!"

Dengan wajah merah padam, Leeteuk berjalan menyusuri tempat yang dimaksud oleh Seohyun, sambil menduga-duga apa sekiranya yang ingin dikatakan oleh yeojya itu hingga terlihat sangat penting.

"Leeteuk-ssi!"

Leeteuk tersenyum tipis, mengontrol emosinya (yang sebenarnya sangat ingin melompat keluar saat matanya menemukan sosok Seohyun), sebelum akhirnya berjalan menghampiri yeojya itu dengan langkah yang agak menghentak.

"Kita langsung ke pokok permasalahan," tanpa basa-basi terlebih dahulu, Leeteuk langsung duduk di kursi yang berada tepat di depan Seohyun, "Hal penting macam apa yang membuatmu memanggilku ke sini?"

"Kyuhyun di bawa oleh Shim Changmin," ujar Seohyun dengan nada datar, "Dan kau tahu? Lee Hyukjae sangat berperan besar dalam hal ini."

Leeteuk sebenarnya tak terlalu terkejut saat mendengar kalau Kyuhyun di bawa oleh Changmin. Namun, saat mendengar jika Hyukjae berperan besar terhadap kejadian itu, Leeteuk tak kuasa untuk tak terkejut pada saat itu.

"Lee Hyukjae?" Leeteuk membelalakkan matanya tak percaya, "Itu tak mungkin, Seohyun-ssi. Aku cukup mengenal Hyukjae, dan dia tidak mungkin mampu melakukan hal-hal yang memiliki nyali besar seperti itu."

Seohyun mengulurkan sebuah file besar yang didalamnya agak mengembang, "Jika kau ragu, kau boleh melihat rekaman video yang ada di dalam sini," Seohyun menepuk file besar itu dengan pelan, "Lee Hyukjae dengan hebatnya membuat keamanan yang ada di rumah Siwon dan Kyuhyun longgar. Dia selalu berperan besar dalam membuat orang-orang suruhan keluarga Cho keluar masuk dengan mudah tanpa sekalipun mendapatkan masalah dengan cara membuat orang-orang suruhan Tuan Choi kehilangan konsentrasi ataupun mengalihkan perhatian mereka dengan sifatnya yang bersahabat."

"Apa kau yakin?"

"100% ya. Lee Hyukjae berhasil dengan sangat mudahnya menaruh file berisikan foto ciuman Siwon dan Stella ke dalam rumah mereka," suara Seohyun terdengar dipenuhi dengan emosi, "Dia bahkan lebih memilih mengikuti Siwon dan Stella daripada mengikuti Kyuhyun, yang notabene adalah tugasnya sendiri! Bagaimana bisa pengkhianat seperti dia mendapatkan kepercayaan yang besar dari orang semacam Tuan Choi dan Choi Siwon? Aku benar-benar tidak bisa percaya hal ini!"

Leeteuk merenungkan apa yang dikatakan oleh Seohyun, sebelum akhirnya menatap yeojya itu dan bertanya dengan mudahnya, "Lalu bagaimana sekarang?"

"Kau bodoh?" Leeteuk meringis saat mendengar intonasi Seohyun yang tak seperti biasanya, juga hinaan yang refleks keluar dari yeojya yang terkenal anggun dan pintar itu, "Kita jalankan rencanaku!" Seohyun mengeluarkan sebuah bungkusan yang terlihat berat, "Aku akan pergi ke rumah keluarga Cho, menyelinap masuk ke dalam kamar Choi Kyuhyun, lalu—"

"Tunggu!" Seohyun mengernyit tidak suka saat Leeteuk memotong kata-katanya, "Choi Kyuhyun?"

"Dia masih sah menjadi istri Siwon 'kan?" Seohyun mengernyit sebelum akhirnya melanjutkan penyusunan rencana miliknya, tanpa sekalipun berniat untuk memberikan kesempatan pada Leeteuk untuk menjawab pertanyaannya ataupun berbicaram, "Baiklah. Begini rencanaku." Seohyun mendekatkan kepalanya ke telinga Leeteuk agar tak ada yang mendengar percakapan mereka, "Aku pergi ke rumah keluarga Cho, menyelinap ke dalam kamar Choi Kyuhyun, memperlihatkan isi rekaman yang kumiliki, dan—"

- ) ( -

"Kenapa kau mengkhianati kepercayaanku, Lee Hyukjae?" Siwon meremas kerah kemeja milik Hyukjae dengan sangat kuat, "Kenapa kau lebih memilih membantu keluarga Cho, dan berkhianat kepada keluarga Choi yang jelas-jelas telah menghidupi kehidupanmu selama 13 tahun?"

"(Uhukk) M-Meman-nyhaa k-ken-(uhukk)hapa?" dengan terbatuk-batuk dan juga tawa gila yang keluar dari bibirnya Hyukjae menjawab pertanyaan dari Tuan Mudanya, "K-Kau (uhukk) t-ta-k m-men-(engh)chinta-i-nh-nha 'ha-n?"

"Itu tak menjawab pertanyaanku, bodoh!"

Buaghh! Buaghh! Buaghh!

Darah mengalir dengan deras dari pelipis Hyukjae yang mendapatkan beberapa pukulan dari kepalan tangan Tuan Mudanya.

Tawa penuh kegilaan keluar dari bibir Hyukjae yang berwarna merah darah, "K-Kau (uhuk) t-tid-hak m-menya-(hehh)-dhar-i-nyhaa ya T-Tuan Mu-dhaa?" dengan segala kekuatan yang dimilikinya, Hyukjae berjalan ke arah tembok, dan menyandarkan tubuhnya di sana, "A-Akhuu b-ben-chii j-jik-ha s-seseor-anghh m-meng-ambil ap-ha y-yang m-men-jhad-hhi m-milikhuu (uhhukk… uhukk… uhuukkk…)."

Walau bicara Hyukjae sudah tidak terlalu jelas, Siwon masih mencoba menangkap apa yang sedang dikatakan oleh Hyukjae, "K-Kyuh-hyunnmu i-thu t-tela-aahh (erghh) m-mer-hebut D-Dong-hae dha-rhi-khu…"

"Kau tahu apa hukuman dari perbuatanmu ini, Lee Hyukjae?" dengan dingin, Siwon berjalan menghampiri tubuh Hyukjae yang sudah bersandar dengan lemah di dinding, "Kau akan menerima hukumanmu di aula penghakiman keluarga Choi. Di sana, hukuman paling mengerikan akan diberikan padamu, orang rendah!"

Siwon melangkahkan kakinya keluar dari ruangan yang terisolasi itu dengan langkah tenang tanpa suara. Namun sebelum dirinya mampu melangkah keluar dari ruangan tersebut, dirinya berpaling dan menatap Hyukjae dengan pandangan sadis yang tak berperasaan, "Oh ya, dan satu lagi. Aku akan memberikan rekaman suara ini pada Donghaemu yang tersayang itu!" Siwon dapat melihat mata Hyukjae membulat lebar saat melihat benda kecil yang berada di tangan Siwon, "Ini pembalasanku, karena telah membuat Kyuhyun pergi. Selamat tinggal Lee Hyukjae. Dan satu pesanku, membusuklah di sini, dan juga di neraka!"

- ) ( -

"Kau perlu makan, Kyuhyun."

"Aku tidak mau," Kyuhyun menggeleng lemah sambil mendorong sendok yang diulurkan oleh Changmin, "Yang biasa menyuapiku itu Leeteuk-hyung!"

Untuk keempat kalinya, Kyuhyun menolak niat baik Changmin yang ingin menyuapinya.

"Tapi sudah dua hari ini kau belum makan!"

"Aku tidak mau tahu!" Kyuhyun menutup kedua mata dan juga telinganya, "Aku mau Leeteuk-hyung yang menyuapiku!"

Changmin menghela napas, lalu menaruh sendok yang berada di tangannya ke atas piring. Dirinya sama sekali tak habis pikir. Sudah dua hari Cho Kyuhyun tidak makan apa-apa, sibuk mengurung diri di kamarnya, dan menolak untuk makan di meja makan bersama dengan keluarganya sendiri (yang jelas-jelas sudah lama tak ditemuinya). Ini bukan sesuatu yang wajar 'kan?

"Tidakkah kau ingin menemui Tuan dan Nyonya Cho, Kyuhyun?"

"Tidak. Lagipula untuk apa aku menemui mereka berdua?"

Tangannya terulur untuk mengusap rambut Kyuhyun. Namun, belum sempat telapak tangannya menyentuh rambut namja tersebut, tangannya sudah ditepis dengan sangat kasar.

"Maaf," Changmin memperlihatkan wajah sedihnya sambil menurunkan tangannya, "Aku tidak bermaksud untuk membuatmu merasa tidak nyaman."

"Bisa tinggalkan aku sendiri?" tak terpengaruh dengan wajah sedih Changmin, Kyuhyun segera bertanya dengan suara bergetar, "A-Aku rasa aku perlu sendiri sekarang."

"Baiklah. Tapi tolong kau habiskan makanan ini ya, Kyuhyun-ah."

Changmin meninggalkan piring yang sebelumnya terus berada di tangannya ke atas meja, lalu tersenyum sekilas pada Kyuhyun, sebelum akhirnya berjalan meninggalkan Kyuhyun yang menutup kedua matanya yang terasa panas.

Krieett.

Pintu tertutup, meninggalkan suara berdecit yang tercipta dari suara engsel pintu.

Pada saat itu juga, tangis Kyuhyun pecah. Satu telapak tangannya menutup kedua matanya yang terasa panas dan mulai menjatuhkan titik-titik air mata yang sebenarnya tak ingin dia keluarkan dari kedua matanya.

Menggigit bibir bawahnya, Kyuhyun mencengkram rambutnya dengan frustasi sambil mengingat usapan-usapan yang pernah ditinggalkan oleh Siwon di sana.

Sekarang, di kamar itu hanya tertinggal seorang Cho Kyuhyun yang menangis tanpa suara, sambil mencengkram rambutnya dengan sangat kuat, tak mempedulikan beberapa helai rambutnya yang tercabut karena cengkramannya yang sangat kuat.

"Kenapa kenangan yang kau torehkan terlalu membekas di dalam otakku, Choi Siwon?"

- ) ( -

"Karena Lee Hyukjae sudah berani mengkhianati keluarga Choi, maka dia akan dijatuhi hukuman mati."

Siwon diam mendengarkan, sama sekali tak berniat untuk membantu Hyukjae yang kini sedang diseret dengan tangan yang diikat ke tengah aula ruangan, sekalipun matanya bertemu pandang dengan mata lemas milik Hyukjae.

"Lee Hyukjae akan ditembak beberapa kali dengan senapan yang sudah disiapkan, dengan disaksikan oleh Lee Donghae yang sudah berada di pinggir lapangan dengan dijaga oleh beberapa pengawal yang sudah disiapkan oleh Tuan Muda Choi Siwon."

Hyukjae tersenyum pahit sambil berpikir dengan dada yang berdenyut-denyut sakit saat melihat Donghae yang menatapnya dengan tatapan tak percaya, "Choi Siwon. Tega sekali kau membuat Donghae menyaksikan semua ini dari jarak dekat."

"Hyukkie…" mata Donghae membulat lebar saat kornea matanya menangkap sosok Hyukjae yang sedang berdiri di tengan aula dengan kedua tangan terikat dan wajah yang terlihat pasrah, "A-Apa ini maksud Tuan Muda sebenarnya?"

"Tuan Muda ingin kau tahu seberapa menjijikkannya kekasihmu itu," salah satu pengawal berbisik kepada Donghae tanpa sekalipun menatap wajah namja itu, "Dialah, orang yang sudah membuat penjagaan di rumah Tuan Muda dan istrinya menjadi longgar hingga membuat orang suruhan dari keluarga Cho dapat keluar masuk dengan mudah. Cih! Padahal seharusnya dirinya itu sadar jika dia sudah diajarkan loyal kepada majikan sendiri! Dasar penjaga kelas rendah!"

Donghae diam saat melihat sang penembak berjalan ke tengah aula, tepatnya area untuk menembakkan pelurunya, dengan sebuah senapan laras panjang di tangannya.

"Hyukkie…"

"Pakai ini," salah satu dari pengawal yang menjaganya menyerahkan sebuah tutup telinga, "Ku rasa kau perlu memakai ini agar telingamu tak bermasalah setelah peluru ditembakkan ke tubuh Lee Hyukjae itu."

Penembak tersebut mulai mengangkat senapannya hingga sejajar dengan bahu, lalu mencari bidikkan yang tepat, sebelum akhirnya menari pelatu—

"Tunggu! Tolong, jangan lakukan ini!"

Seorang namja yang dikenal dengan baik oleh Donghae berjalan ke tengah aula, berdiri di depan Hyukjae, seolah-olah ingin melindungi namja yang beberapa saat lalu hampir mendekati ajalnya tersebut.

"Tuan Muda Siwon," orang itu memulai, "Bisakah anda ikut dengan saya pergi ke suatu tempat?"

Semua orang yang berada di aula mulai berbisik-bisik, sambil menatap namja tersebut dengan pandangan tak suka, seolah-olah namja itu sudah mengganggu waktu mereka yang berharga.

"Saya akan membawa anda pada Kyuhyun, Tuan Muda Siwon!"

"Leeteuk-hyung!"

"Saya bersungguh-sungguh, dan saya sama sekali tak berbohong! Tetapi, bisakah anda menghapuskan hukuman yang anda berikan kepada Lee Hyukjae?"

"L-Lee-teuk-hyung?"

"Saya mohon!" tanpa mempedulikan rasa malunya, Leeteuk berlutut di sana, memohon dengan suara yang bergetar, "Saya mohon, tolong jangan sakiti Lee Hyukjae!"

Seluruh orang yang berada di aula terdiam, tak sanggup berkata-kata saat Siwon turun dari tempatnya dan berjalan menuju ke tempat Leeteuk yang berlutut.

"Baiklah. Aku tidak akan menyakiti Lee Hyukjae. Tetapi, sesuai dengan apa yang telah kau janjikan padaku sebelumnya, Leeteuk-ssi."

- ) ( -

"Ugh!" Seohyun menggeram frustasi saat tangannya gagal untuk menjangkau jendela Kyuhyun yang terbuka dengan sangat lebar, "Ayolah, Seo. Sedikit lagi, maka kau akan bisa masuk ke dalam kamar Kyuhyun!" sambil menyemangati dirinya sendiri, Seohyun terus mencoba menjangkau jendela Kyuhyun.

"Perlu bantuan?"

Suara itu membuat Seohyun mendongak dengan kaget.

Di sana, di atas sana, Kyuhyun sedang menatapnya dengan pandangan iba sambil mengulurkan tangan kepada Seohyun.

"Tidak perlu," dahi Seohyun berkedut, namun tangannya malah mengambil sebuah berkas yang di dalamnya agak menggembung dari dalam tasnya, sebelum akhirnya menyerahkan berkas tersebut kepada tangan Kyuhyun yang sebenarnya terulur untuk menolongnya naik ke atas, "Hanya melihat semua yang ada di dalam sini. Pikirkan semuanya baik-baik, Kyuhyun-ssi. Aku akan menunggumu di luar sini. Jika kau ingin ikut denganku menemui Siwon, maka keluarlah dari rumah ini secara diam-diam dan temui aku di sini!"

Kyuhyun mengangguk ragu, lalu akhirnya mengangkat tangannya ke atas, "Tunggu aku di sini, nanti akan aku kabari, Seohyun-ssi."

Seohyun mengangguk, lalu mengibas-ngibaskan tangannya, mengisyaratkan agar Kyuhyun masuk ke dalam dan memutar rekaman video yang ada di dalam berkas tersebut dengan cepat.

- ) ( -

Dengan telapak tangan menyangga dagunya, mata Kyuhyun berkedip-kedip sambil menatap matahari yang semakin lama semakin menenggelamkan sosoknya di ufuk barat.

Suasana ini romantis, dan jujur saja mampu membuatnya merasa rileks.

"Ugh!"

Suasana romantis dan perasaan rileks yang dirasakannya langsung buyar saat sebuah suara geraman kesal (yang sepertinya dikeluarkan oleh seorang gadis). Dia menengokkan kepalanya ke samping, menatap pintu kamarnya yang masih menutup.

"Ayolah, Seo. Sedikit lagi, maka kau akan bisa masuk ke dalam kamar Kyuhyun!"

Untuk kedua kalinya, sebuah suara memasuki gendang telinganya. Dan jelas, Kyuhyun langsung menundukkan wajahnya ke bawah saat merasakan jika suara itu berasal dari bawah jendela miliknya.

Kyuhyun mengerutkan keningnya saat retina matanya menangkap paras wajah yeojya itu. Tentu saja, dirinya masih mengingat dengan jelas yeojya ini. Yeojya ini adalah orang yang berani mengambil es krim vanilla-nya dulu, dan juga mengaku sebagai teman Siwon.

Tunggu! Teman Siwon?

"Perlu bantuan?" ucapnya sambil memasang wajah iba, seraya mengulurkan tangannya, bermaksud untuk membantu yeojya itu naik ke atas.

Yeojya itu mendongak ke atas, menatapnya sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Tidak perlu," dengan dahi berkedut.

Namun, walau dahi yeojya itu berkedut, tangan kirinya (yeojya itu menggunakan tangan kanannya untuk berpegangan pada sebuah batang pohon, sedangkan kakinya menginjak batang pohon yang lebih besar dan berada di bawah) terlihat sedang merogoh sesuatu dari dalam tasnya, lalu mengeluarkan sebuah berkas yang didalamnya agak menggembung, dan mengulurkannya pada tangannya yang masih terulur untuk membantu yeojya itu naik ke atas.

"Hanya melihat semua yang ada di dalam sini. Pikirkan semuanya baik-baik, Kyuhyun-ssi. Aku akan menunggumu di luar sini. Jika kau ingin ikut denganku menemui Siwon, maka keluarlah dari rumah ini secara diam-diam dan temui aku di sini!"

"Ikut dengan yeojya ini untuk menemui Siwon?"

Ada rasa senang yang tak dapat dideskripsikannya dengan kata-kata membuncah dari dalam hatinya. Namun, juga ada sebersit rasa ragu di dalam otaknya.

Tetapi, saat matanya menatap wajah yeojya itu, dirinya merasa sungkan untuk bertanya, dan akhirnya mengangguk dengan rasa ragu yang masih terbersit di dalam otaknya dan menarik tangannya ke atas, bersama dengan berkas yang sebelumnya diserahkan yeojya itu kepadanya.

"Tunggu aku di sini, nanti akan aku kabari, Seohyun-ssi."

Dapat dilihatnya jika mengangguk untuk merespon ucapannya, lalu mengibas-ngibaskan tangannya, mengisyaratkan agar dirinya segera masuk ke dalam dan memutar rekaman video yang ada di dalam berkas tersebut dengan cepat.

Kyuhyun mengangguk, lalu berjalan ke dalam kamar, menundukkan dirinya di atas kasur dan mulai membuka berkas yang diberikan oleh Seohyun.

Di dalam berkas itu hanya ada sebuah kamera video.

Kyuhyun membuka kamera video tersebut, dan mulai melihat-lihat apa yang ada di dalamnya.

Hanya satu video, folder lainnya kosong.

Hati Kyuhyun mencelos. Hanya satu? Memangnya video apa sebenarnya yang ingin Seohyun perlihatkan kepadanya?

Kyuhyun mengerutkan keningnya dan memencet sebuah tombol di kamera video tersebut, memutar satu-satunya video yang berada di dalam alat tersebut.

- ) ( -

"Oppa…"

"Berhentilah memanggilku dengan sebutan seperti itu, Stella."

Kyuhyun dapat menangkap nada dingin dari suara Siwon saat berbicara dengan gadis bernama Stella (yang sama persis dengan gadis yang berciuman dengan Siwon di dalam foto yang pernah dilihatnya dulu).

"A-Apa yang terjadi padamu, Oppa?"

"Kita akhiri semua komunikasi antara kita berdua," Kyuhyun dapat melihat jika Siwon saat itu sedang menghela napasnya, "Jika kita terus berkomunikasi, semuanya akan menjadi lebih buruk. Kau, dan juga aku, hanya akan memperparah keadaan Kyuhyun."

Ada sebuah perasaan senang menyelusup ke dalam hatinya saat Siwon mengatakan hal seperti itu. Seakan-akan, namja itu sedang merasa khawatir padanya, dan tidak ingin membuatnya merasa sakit ataupun terluka.

"Sejak kapan Oppa peduli kepada Kyuhyun?" Kyuhyun mendecih saat mendengar nada suara yang meninggi namun juga dijaga agar tetap lembut tersebut, "Kyuhyun itu, hanyalah namja aneh yang dipaksakan oleh Ayah Oppa untuk menikah dengan Oppa! Untuk apa Oppa peduli, sedangkan pernikahan kalian berdua sama sekali tidak didasarkan oleh cinta?"

Meringis. Kyuhyun meringis saat yeojya itu mengatakan jika dirinya adalah seorang namja aneh dan juga mengatakan jika pernikahannya dengan Siwon tidak didasarkan oleh cinta, walau yang dibeberkan oleh yeojya itu benar.

"Tolong jaga ucapanmu, Stella-ssi. Kyuhyun, bukan namja aneh seperti yang kau katakan!"

Kyuhyun tersenyum, "Ternyata Siwon membelaku di depan yeojya ini."

"Kenapa Oppa memanggilku dengan panggilan seperti itu? Apakah namja itu berhasil mencuci otak Oppa dan membuat Oppa mencintainya?"

"Diam."

"Kita akhiri semua komunikasi kita sekarang," Siwon berdiri dari duduknya, "Jangan pernah hadir lagi dalam hidupku. Karena Kyuhyun, sudah lebih dari cukup untukku sekarang."

Siwon berbalik, dan berjalan dengan langkah panjang keluar dari tempat yang sepertinya restaurant tersebut.

Tap. Tap. Tap.

Kyuhyun mengerutkan keningnya tidak suka saat yeojya itu berjalan di belakang Siwon.

"Oppa…"

Tangan Kyuhyun terasa kesemutan saat yeojya yang berada di dalam video itu memeluk Siwon dari belakang.

"Stella—"

Stella berpindah hingga wajahnya dan Siwon saling berhadapan, berjinjit, dan memejamkan kedua matanya.

"Apa yang kau—"

Bibir Stella kini menempel di bibir Siwon, membua mata Siwon melebar. Kelihatan jelas jika namja itu tidak menyangka dengan hal nekat yang dilakukan oleh yeojya yang menciumnya itu.

Jpreett!

"Sekarang bagaimana? Apakah Oppa bisa menjauhiku, jika foto ini berada di tanganku?" Stella tersenyum manis dengan sebuah handphone berada di tangan kanannya, "Dengan ini, aku bisa membuat Kyuhyun tidak mempercayai semua perkataan Oppa."

- ) ( -

"Jadi ini semua hanya salah paham?" Kyuhyun menutup kedua matanya tidak percaya seraya menaruh kamera video tersebut ke atas tempat tidurnya, "Jadi ciuman itu dilakukan secara sepihak?"

Kyuhyun tak habis pikir. Semengerikan apa sebenarnya yeojya bernama Stella itu hingga tega berbuat hal rendah seperti mencium suami orang lain secara sepihak, memfotonya, dan mengirimkan foto tersebut kepada istrinya hingga membuat sang istri salah paham? Pasti. Pasti yeojya bernama Stella itu sangat mengerikan sehingga mampu berbuat hal serendah itu.

Berdiri dari tempat tidurnya, Kyuhyun berjalan ke gantungan baju untuk mengambil jaketnya, lalu keluar dari kamarnya sambil bergumam, "Aku ikut denganmu, Seohyun-ssi."

- ) ( -

Leeteuk meremas kemudi sambil menatap wajah Tuan Mudanya dengan gugup sekaligus juga takut.

Ini adalah kali pertama dirinya satu mobil dengan Tuan Mudanya ini (karena posisi Leeteuk adalah pelayan, bukan penjaga seperti Donghae).

"Jadi, bagaimana caranya kau membawaku bertemu dengan Kyuhyun? Bukankah dia pergi ke rumah keluarganya?"

Leeteuk terkesiap. Dia berdehem saat merasakan tenggorokannya gatal, lalu menjawab, "Saya sudah mengaturnya, Tuan Muda. Anda tenang saja."

"Ku harap ini bukan tipuan, Leeteuk-ssi," mendengar ucapan Siwon membuat tangannya terasa gemetar, "Ku harap kau tidak mengkhianati kepercayaanku seperti yang dilakukan oleh Lee Hyukjae."

"Tentu saja tidak, Tuan Muda," Leeteuk tersenyum kaku dengan mata yang memandang lurus ke depan, "Tetapi, apakah anda tidak berpikir untuk menyiapkan beberapa hal sebelum bertemu dengan Kyuhyun?"

"Kau sedang mencoba untuk mengelabuiku? Apakah ini sebuah tipuan?"

Tangannya terasa berkeringat karena gugup, sedangkan hatinya saat ini sibuk untuk merutuk-rutuk kepada sosok Seohyun yang telah merencanakan ide gila ini, "Saya sudah berjanji kepada anda Tuan Muda, dan saya tidak mungkin berani untuk menipu anda."

"Baiklah," tepukan yang diberikan oleh Siwon di pundaknya sama sekali tidak mengurangi rasa gugupnya, "Dan aku rasa, sepertinya aku memang ingin menyiapkan beberapa hal sebelum bertemu dengan Kyuhyun."

Leeteuk mengangguk, "Lalu apa yang pertama kali ingin Tuan Muda siapkan?"

"Ayo kita pergi ke toko es krim, Leeteuk-ssi."

- ) ( -

Dengan jaket yang tersampir di bahunya, Kyuhyun berjalan dengan cepat untuk menuruni tangga.

"Mau pergi ke mana?" Kyuhyun menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang terdengar datar bertanya padanya, "Mana Changmin? Bukankah Appa menuruhnya untuk terus bersama denganmu?"

"Aku ada urusan penting, Jino-ssi."

"Oh ya? Urusan penting apa?" tanya Jino dengan nada mengejek, "Bukankah kau tidak punya teman selain Changmin, Kyuhyun-ssi?"

Kyuhyun diam saja, walaupun saat ini kedua telapak tangannya sudah mengepal karena perkataan pedas yang dilontarkan oleh Jino padanya.

"Aku pergi," Kyuhyun bergumam pelan (namun masih bisa didengar oleh telinga Jino), dan melangkah dengan cepat menuruni tangga tanpa sekalipun menghiraukan teriakan Jino di belakangnya, yang menyuruhnya untuk berhenti.

"Kyuhyun-ssi! Berhenti! Jika Appa sampai tahu, Appa akan marah besar padamu! Kyuhyun-ssi!"

Kini Kyuhyun berlari dengan sekuat tenaga, tak ingin Changmin ataupun Jino dapat mengikutinya dan akhirnya bertemu dengan Seohyun.

"Kyuhyun-ssi!" teriak Jino parau saat Kyuhyun sudah membuka pintu depan rumah keluarga Cho, "Ku mohon, jangan pergi lagi…"

Terlambat. Kyuhyun sudah keluar dari rumah keluarga Cho.

Jino jatuh terduduk. Bulir-bulir air matanya jatuh keluar.

"Ku mohon… Jangan pergi lagi, Kyuhyun-hyung…"

- ) ( -

"Kakiku kesemutan."

Kyuhyun mematung ditempat saat melihat Seohyun duduk di atas tanah sambil mengurut-urut kakinya sendiri yang terasa kesemutan.

Memangnya berapa lama yeojya itu menunggunya di atas pohon sampai-sampai kakinya kesemutan?

"Seohyun-ssi…"

"Apa?"

Kyuhyun berdehem, lalu menggosok belakang lehernya dengan gugup, "Bukankah rencanamu ke sini untuk membawaku pada Siwon-hyung?" tanyanya pelan.

Seohyun masih sibuk mengurut kakinya yang kesemutan, tak mengacuhkan Kyuhyun untuk sementara waktu.

"Seo—"

"Tadi… Kau bilang apa?"

Sekali lagi, Kyuhyun menggosok belakang lehernya dengan gugup, sebelum akhirnya bertanya dengan pelan walau kali ini agak terbata-bata, "B-Bukankah rencanamu ke sini untuk membawaku pada S-Siwon-hyung?"

"Siapa yang bilang begitu?" Tanya Seohyun sambil memiringkan kepalanya, "Aku sama sekali tidak pernah bilang begitu kok…"

Pelupuk mata Kyuhyun mulai berair, "J-Jadi kau b-ber-b-bohong ya?"

"Eh?"

Kyuhyun menutup kedua matanya dengan telapak tangan kanannya, "L-Lalu kau ke s-sini untuk a-apa? M-Memb-buatku m-merasa b-bers-salah?"

Seohyun tahu jika seseorang yang sedang hamil itu luar biasa sensitive. Tetapi, orang lain juga pasti dapat menangkap apa yang dikatakannya hanya sekedar candaan saja 'kan? Apalagi, nada suaranya pun juga tidak terdengar serius. Yah... Walau candaannya memang tidak lucu, kalau boleh jujur.

"Aku cuma bercanda."

Bingo!

"Ugh! Kau menyebalkan!"

Duakk!

Seohyun meringis dengan tangan yang memegangi kaki kirinya yang baru saja ditendang oleh seorang Cho Kyuhyun dengan penuh dendam.

Satu pelajaran yang didapatkan oleh Seohyun. Jangan pernah bercanda dengan seseorang yang sedang hamil, karena itu, membahayakan diri sendiri.

- ) ( -

"Kau bodoh," Donghae berujar dingin sambil mengusap luka-luka yang berada di wajah Hyukjae dengan sapu tangan basah, "Kau melukai perasaan dongsaeng-ku hanya karena aku terlalu mengkhawatirkan keadaannya. Kau benar-benar bodoh!"

Dengan penuh emosi, Donghae menekan luka yang berada di ujung bibir Hyukjae dengan keras dan juga kasar, "Kau lihat? Sekarang rasanya aku ingin membakar tubuhmu hidup-hidup, dan memberikan dagingmu pada binatang peliharaan Tuan Besar!"

Hyukjae meringis, "Bagaimana seseorang bisa mengendalikan emosinya saat dia cemburu? Aku bahkan saat itu merasakan emosiku meledak-ledak saat menatap wajah Kyu— Aw! Pelan-pelan!"

"Tidak bisa!" Donghae semakin menekan luka-luka yang berada di wajah Hyukjae dengan keras, tanpa mempedulikan ringisan dan juga teriakan kesakitan yang keluar dari bibir namja itu, "Ini balasan karena telah melukai perasaan Kyunie!"

"YA! Jangan bicarakan dia! Mendengar namanya membuatku mau muntah!"

Donghae mendelik, lalu mendendang tulang kering Hyukjae dengan kasar, "Masih untung Leeteuk-hyung mau menyelamatkanmu, dan aku masih mau membersihkan luka-lukamu!"

"Tapi kau membersihkan luka-lukaku karena terpaksa 'kan?"

Mendesis, Donghae melangkah keluar kamar, "Bersihkan saja luka-lukamu sendiri!"

Saat tak ada lagi sosok Lee Donghae di sana, Hyukjae hanya bisa menatap lantai kamar dengan tatapan kosong sambil menggumamkan dua kata, terus berulang-ulang.

"Maafkan aku… Maafkan aku… Maafkan aku…"

Satu nama terucap sesudahnya, dengan suara lirih dan air mata yang menggenang di pelupuk matanya, "Maafkan aku, Lee Donghae…"

- ) ( -

"Aku hanya mengantar sampai di sini," Seohyun menginjak rem, lalu menoleh pada Kyuhyun dengan senyum lebar, "Jangan pernah lagi membuatku repot dengan hubungan kalian yang abstak, mengerti?"

Belum sempat Kyuhyun mengangguk, tubuhnya sudah terdorong hingga keluar dari mobil Seohyun.

Seohyun mengeluarkan kepalanya dari mobil, melambaikan tangannya, sebelum akhirnya berteriak, "Jangan pernah membuat masalah lagi, atau aku akan gila menghadapi masalah kalian berdua!"

"Terima kasih, Seohyun-ssi!" teriak Kyuhyun saat mobil itu sudah melaju meninggalkan sosoknya sendirian di sana, "Terima kasih, karena kau mau membuka kedua mataku, dan meluruskan kesalah pahaman antara aku dan Siwon-hyung!"

Kyuhyun menghapus air mata yang mengalir ke kedua pipinya, lalu berjalan menyusuri tepi pantai di mana Seohyun meninggalkannya.

"Aku tahu jika aku bodoh," Kyuhyun mendudukkan dirinya di hamparan pasir putih pinggir pantai sambil menggumam pelan, "Aku mencintai Choi Siwon, padahal Donghae-hyung dan Leeteuk-hyung sudah melarangku untuk mencintainya." hamparan bintang di angkasa berkerlap-kerlip dengan indahnya, "Permainan ini, kapan akan berakhir?"

"Ini bukan sebuah permainan," seseorang memeluknya dari belakang, membuat matanya membulat lebar, "Tidak ada salahnya kau mencintaiku."

"S-Siwon-hyung?"

"Saranghae, Kyuhyun-ah."

Kata cinta yang dikeluarkan oleh seorang Choi Siwon membuat pelupuk matanya dipenuhi oleh air mata.

"Kenapa baru kali ini Hyung mengatakan padaku kalau Hyung mencintaiku?"

"Saat kau pergi, aku baru menyadarinya," bahunya terasa hangat, "Kau adalah orang yang sangat berharga dalam hidupku."

"H-Hyung…"

"Hm?"

"Maafkan aku," Kyuhyun menundukkan wajahnya ke bawah, "Aku salah paham padamu. Aku meninggalkanmu hanya karena sebuah foto yang sebenarnya masih belum bisa membuktikan apapun. Maafkan aku, Hyung."

"Tidak apa-apa," Kyuhyun berdiri, saat Siwon menarik tangannya, "Saat ini, aku juga harus mengatakan semuanya 'kan?"

"H-Hyung…"

Bibirnya dibekap oleh bibir Siwon hanya dalam waktu beberapa detik, "Aku mencintaimu. Sejak lama. Saat umurku baru menginjak 8 tahun, aku sudah mencintaimu."

Kyuhyun menutup matanya saat ibu jari milik Siwon mengusap pipinya dengan lembut, "Appa mengatakan semuanya padaku. Dan aku sekarang mengerti, kenapa getaran yang ada di hatiku tidak terasa asing saat aku menatap wajahmu," usapan lembut yang berada di pipinya beralih ke bibirnya, "Itu karena, kau adalah orang yang sudah lama aku cintai, Kyuhyun-ah."

Sekali lagi, Siwon mencium bibirnya dengan lembut.

"Sekarang tanpa paksaan dari Appa dan juga tekanan untuk mendapatkan keturunan dari keluarga Cho," Siwon mengulurkan sebuah kotak kecil padanya, sambil berlutut di atas hamparan pasir putih pinggir pantai, "Will you marry me?"

Kyuhyun tak dapat menyembunyikan semuanya. Air matanya mangalir ke kedua pipinya. Ini adalah air mata kebahagiaan pertama yang dia jatuhkan dari kedua bola matanya.

"Y-Yes, I will."

Dengan disaksikan oleh hamparan bintang-bintang yang berkerlap-kerlip di atas langit, Kyuhyun tersenyum dengan air mata yang menuruni kedua pipinya.

Semoga. Semoga kehidupan mereka terus bahagia, tanpa ada masalah yang menghampiri. Semoga semuanya berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh mereka berdua. Dan semoga semuanya dapat menerima apa yang mereka pilih dengan sebuah senyuman tulus yang benar-benar tulus dari hati mereka.

END

Akhirnya, FF ini tamat!

Terima kasih kepada semua orang yang sudah membaca dan me-review FF ini…

Um… Ada yang mau epilog-nya?