Pairing: WonKyu

Rated: PG

Warning: AU, OOC, M-Preg, Typo(s), etc

Dia menatap langit malam yang bertaburkan kerlap-kerlip bintang yang sangat disukainya. Baginya suasana ini begitu menenangkan hati dan jiwanya yang sudah merasa lelah untuk mencari kepastian dan kebahagiaan yang belum pasti bisa didapatkannya.

Harapannya sudah luntur. Hatinya sudah beku. Dan jiwanya sudah merasa tersiksa. Kali ini tidak ada lagi harapan yang tersisa. Hanya ada pertanyaan, sebuah pertanyaan yang dia buat untuk dirinya sendiri. Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban dari orang lain.

'Apakah ini akan berakhir?'

- ) ( -

"T-Tuan Choi?"

Dia mengerjap saat mendengar suara ibunya yang bertanya ketakutan. Suara yang menyiratkan rasa takut kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Suara dengan nada yang sama yang selalu dia ucapkan saat malam datang menggantikan siang.

"Apakah semuanya sudah siap?"

Suara berat terdengar, membuat tengkuknya merinding dan mengirimkan energy listrik yang membuat tubuhnya bergetar. Suara yang menakutkan walau di dalam suara itu ada nada manis yang menyiratkan banyak kebohongan.

"Ya."

Tap Tap Tap. Suara langkah kaki terdengar mendekat ke arah kamarnya. Membuatnya terkesiap dan buru-buru berlari ke dalam selimut di atas ranjangnya. Menutupi seluruh tubuhnya yang kini gemetar ketakutan seiring dengan langkah kaki yang semakin mendekat.

"Kyuhyun?"

Ini suara Ibunya. Dia membuka sedikit selimutnya, hanya untuk memperlihatkan kepalanya yang tadi tertutup selimut. Wajahnya mendongak, untuk melihat wajah cantik ibunya yang kini banjir keringat. Matanya yang kelihatan polos mengerjap-ngerjap kebingungan, saat seorang laki-laki berjas hitam masuk ke dalam kamarnya, melewati tubuh Ibunya.

"Jadi anak ini?"

"Y-Ya."

Sekarang Kyuhyun mengerutkan keningnya bingung, mendengar percakapan yang tidak dimengertinya.

"Baiklah. Aku akan membawanya sekarang."

Orang berjas hitam itu menghampiri Kyuhyun yang kini kembali menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, ketakutan. Keringat membajir di tubuhnya saat tangan orang itu kini membuka selimutnya.

"Jangan takut. Ahjussi tidak akan menyakitimu."

Tangan itu memeluk pinggang kecilnya, dan mengangkat tubuhnya yang ringan dengan sangat mudah.

Dia takut. Dia sangat takut. Tapi dia tidak bisa melawan saat orang itu membungkuk sedikit kepada orang tuanya, dan membawanya ke dalam sebuah mobil berwarna hitam.

Klek. Pintu mobil terkunci. Air matanya sudah membanjir saat dia menatap orang tuanya yang hanya diam melihatnya, tanpa terlihat ingin menolongnya. Tangan kecilnya mengetuk-ngetuk kaca dengan panik saat mesin mobil menyala.

"Umma!" teriaknya nyaring dari dalam mobil. Tapi tentu saja, suaranya tidak akan terdengar karena semua kaca di dalam mobil tertutup.

Dan mobil bergerak maju dengan pelan. Membawanya pergi dari rumahnya. Dari kedua orang tuanya, Dan dari kebahagiaannya.

- ) ( -

"Mengenang masa lalu lagi, Kyunnie?"

Tidak ada jawaban dari pertanyaanyang dilontarkannya tersebut.

"Lebih baik aku pergi dengan Hyukkie sa-."

"Hae-hyung."

Perkataannya disela oleh Kyuhyun.

"Ne?"

"Jangan tinggalkan aku."

Perkataan yang setiap hari terlontar dari bibir Kyuhyun. Sebuah perkataan yang mewakili semua perasaan yang ada di hati Kyuhyun. Rasa takut kehilangan. Takut ditinggalkan. Dan rasa takut untuk dicampakkan.

Terkadang Donghae hanya membalas dengan sebuah senyum. Tapi hari ini lain. Hari ini Donghae memutuskan untuk memeluk dongsaeng kesayangannya itu dengan pelukan erat. Pelukan yang menyiratkan kalau dia tidak akan meninggalkan dongsaeng kesayangannya itu. Dia mencoba mengirimkan sebuah pesan kalau dia tidak akan meninggalkannya,

kecuali sampai hari itu tiba.

"Tentu saja aku tidak akan meninggalkan Kyunnie!" ujarnya ceria sambil tersenyum manis.

Tapi tentu saja semua itu bohong. Donghae sudah ditugaskan menemani sekaligus menjaga Kyuhyun dari umur anak itu 6 tahun.

Dan dia tahu jelas kalau saat umur Kyuhyun menginjak 18 tahun, dia akan berpisah dengan dongsaeng kesayangannya itu. Saat ini umur Kyuhyun sudah menginjak 17 tahun. Dan 2 bulan lagi umur anak itu akan menginjak 18 tahun. Hari terburuk itu akan tiba sebentar lagi, tanpa bisa dicegah olehnya seberapa keraspun dia mencoba.

Hari terburuk di mana nanti dia tidak akan bisa lagi bertemu dengan Kyuhyun. Tidak akan lagi bisa bercengkrama dengannya. Tertawa bersama. Saling memeluk. Semua itu tidak akan terjadi lagi, seiring dengan berjalannya waktu.

"Pokoknya apapun yang terjadi, aku akan selalu menyayangi Kyunnie!"

Grep. Pelukan itu semakin rapat dan terasa seperti meremukan tulang Kyuhyun.

"H-Hyung!"

"Aku sangat sayang dengan Kyunnie!"

Pelukan itu semakin erat, dan membuat Kyuhyun tidak bisa bernapas saking eratnya. Mulutnya megap-megap mencari udara, karena Donghae sepertinya belum berniat untuk melepaskannya.

"A-Aku t-tid-akkk bi-ssaa ferrr-nap-hasss."

- ) ( -

"Kenapa aku TIDAK BOLEH memilih sendiri?" tanyanya dengan penuh penekanan kepada seorang lelaki tua yang kini duduk dengan tenang sambil memakan makanannya.

"Tidak baik untuk berbicara di ruang makan, Tuan Muda. Apalagi dengan kalimat penuh penekanan seperti itu kepada Tuan Besar."

Orang yang dipanggil Tuan Muda itu mendengus, sambil mempelototi lelaki tua di depannya (yang kini meminum air dengan tenang, seperti tidak terjadi apa-apa).

"Kau tahu tentang keluarga Cho?"

Ruangan menjadi senyap. 'Tuan Muda' hanya menatap intens ke depan, ke arah lelaki tua yang kini balas menatapnya dengan intens.

"Keluarga Cho bangkrut, karena memiliki seorang anak yang lahir cacat, kau tahu?"

"Lalu apa hubungannya denganku?"

"Jangan menyela!"

Ruangan kembali senyap.

Lelaki tua itu berdehem singkat, "Biar aku lanjutkan." ujarnya tenang. "Nyonya Cho saat itu melahirkan seorang anak laki-laki. Tapi sayangnya anaknya lahir dengan keadaan organ dalam yang cacat."

Dia mengerutkan keningnya karena tidak mengerti apa hubungan masalahnya dengan anak-yang-lahir-cacat-dari-keluarga-Cho yang diceritakan oleh Ayahnya.

"Dari luar anak mereka itu memang terlihat sempurna. Sayangnya, anak itu memiliki rahim di dalam tubuhnya."

WAIT! WHAAAAAAAAATTT?

"Berita ini beredar di segala penjuru kota saat itu. Sebenarnya, banyak orang yang tidak percaya akan keanehan —"

"—Semua itu terbukti setelah dokter yang membantu persalinan Nyonya Cho mengaku kalau anak tersebut memang memiliki rahim di dalam tubuhnya, dan dapat melahirkan selayaknya wanita normal."

Lelaki tua itu menghela napas, "Semenjak itu banyak yang tidak mau lagi bekerjasama dengan perusahaan keluarga Cho. Mereka bangkrut, dan terpaksa menjual rumah mereka untuk menghidupi kebutuhan pangan. Bahkan mereka rela menjual—"

Jeda sesaat, membuat jantungnya berdegup cepat,

"—Menjual anak mereka yang masih berumur 6 tahun demi kebutuhan mereka sendiri."

"Dan anak itu dijual kepada keluarga kita. Dia dijual kepada keluarga kita, dan akan menjadi orang yang bertugas untuk melahirkan keturunan keluarga Choi generasi berikutnya."

"A-Apa?"

"Ya, Choi Siwon, anakku. Dia akan bertugas untuk melahirkan anak-anakmu kelak."

NOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO~

"T-Tapi Appa! Aku seorang laki-laki normal yang masih menyukai wanita!"

"Apa bedanya? Lagipula dia juga memiliki rahim seperti wanita-wanita yang ada diluar sana!"

Siwon rasanya ingin membenturkan kepala Appa-nya ke tembok terdekat. Masa iya anak satu-satunya ingin dinikahkan dengan seorang laki-laki? HELL NO!

"Tapi tetap saja dia laki-laki!"

"Dia cukup cantik, Siwon. Kau bisa menganggapnya sebagai seorang wanita jika kau ingin."

"Lalu kenapa tidak Appa saja yang menikah dengannya?"

"Aku terlalu tua, Siwon. Dan lagi, aku masih menyukai wanita."

Siwon menyipitkan matanya saat melihat wajah Ayahnya. Alasan Ayahnya benar-benar sama dengannya (kacuali alasan terlalu tua, sepertinya).

"Lagipula, itu hanya pernikahan sementara, Siwon."

Siwon langsung menoleh ke arah Ayahnya kembali. Pernikahan sementara?

"Kau hanya harus menikah dengannya sampai dia melahirkan anak laki-laki untukmu. Setelah itu, kau boleh bercerai dengannya dan membuangnya."

Siwon tahu Ayahnya termasuk dalam jajaran orang-orang yang tidak mau tahu perasaan orang lain. Tapi apa ini tidak terlalu keterlaluan?

"Tapi—"

"Keluarga Cho terkenal dengan orang-orang yang berotak cerdas. Belum pernah ada seorangpun yang bisa mengalahkan kecerdasan mereka dalam segala bidang. Dan ini kesempatan emas untuk mendapatkan keturunan dari seorang anak yang murni dari keluarga Cho."

Siwon merasakan kakinya kesemutan dan kepalanya menjadi pusing.

"Sekarang tidak ada lagi bantahan. Pergilah ke rumah kekasihmu, dan segera putuskan hubungan kalian. 2 bulan lagi kau akan bertemu dengan anak dari keluarga Cho itu."

Siwon merasa dirinya menjadi linglung pada saat itu.

"Appa… Kau bilang dia dijual kepada keluarga Choi 'kan?"

Ayahnya hanya mengangguk untuk menanggapi pertanyaan yang dilontarkannya barusan.

"Di mana dia sekarang?"

"Kau tidak perlu tahu. Sekarang pergi dan jangan pernah membantah Appa lagi."

Siwon hanya mengangguk pasrah kepada Ayahnya, dan menyeret pelayannya yang masih setia berdiri di dekat pintu, menunggu urusannya dengan Ayahnya selesai.

- ) ( -

"Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Tuan Besar. Pernikahan sementara? Benar-benar kejam!"

"Diam Hyukjae!"

Hyukjae langsung menutup mulutnya rapat-rapat.

"Lagipula itu bukan ide yang buruk. Menikahinya, lalu mencampakannya. Itu tidak ada ruginya untukku."

"T-Tuan Muda…"

Hyukjae meringis dengan ngeri melihat sisi lain dari Tuan Mudanya.

Benar apa kata pepatah. Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya…

TBC