Yukiko Hiruma Proudly Present

An Eyeshield 21 multichapter FanFic,

Choice

[Karena kau-lah oksigenku, hal terpenting bagiku]

.

.

Eyeshield 21 © Riichirou Inagaki & Yuusuke Murata

Warning (s): Slight/emang HiruMamo, Ooc, Abal, kayak sinetron, 3rd POV, Deathchara, Abal, romance gagal, friendship, dsb

Don't like? Don't read, ya!

1st Down: Itu atau Dia

Sore ini adalah sore yang spesial untuk malaikat dalam bentuk manusia itu; Mamori Anezaki. Dengan langkah bahagia, dia meyambangi lapangan dimana klub amefuto biasa latihan. Rambut auburn-nya yang indah itu terlihat berkilauan di bawah sinar mentari sore yang bersinar gentle. Aroma vanilla menyeruak dari tubuhnya saat tubuhnya bergerak penuh semangat. Indah, memesona, sempurna. Itulah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan Mamori. Gadis itu—seperti yang tadi diutarakan di atas—memang seperti malaikat dalam bentuk manusia. Iris mata biru sapphire-nya tampak berkilat-kilat, menunjukkan kepintaran sekaligus keindahan dari empunya. Tubuhnya—cukup—tinggi dan semampai, hal yang diinginkan setiap wanita. Kemolekan tubuhnya? Tidak perlu dibahas lagi, semua orang bisa melihatnya. Dan tak lupa, rambut auburn-nya yang lembut, membuat siapa saja ingin menyentuhnya. Sikapnya yang baik—beneran baik, penuh afeksi, tanggung jawab dan cekatan membuatnya di sayangi semua orang. Yap, dialah malaikat SMA Deimon.

"Yo, Kuso mane!"

Mamori menengok ke belakang. Di belakangnya berjalanlah seorang lelaki bertelinga elf. Mamori menatapnya dengan tatapan terpana. Dari kejauhan, bola matanya melihat 'malaikat' yang sedang berjalan ke arahnya. Yap, 'malaikat' di mata Mamori itu adalah Yoichi Hiruma. Lelaki itu berjalan dengan satu tangan dimasukan ke dalam saku celananya dengan tangan lain yang memegang erat senjata AK-47. Sinar mentari yang tidak terlalu terik membuat wajah 'komandan dari neraka' itu bersinar dengan alami, tanpa perlu bantuan pemutih (?)—lagipula kulit Hiruma memang putih, kok. Rambut spike pirangnya bergerak tidak teratur karena tersapu angin. Dari kejauhan, Mamori bisa melihat iris mata hijau emerald lelaki itu terlihat—semakin—bersinar karena pantulan sinar matahari. Tunggu dulu, Mamori mengerjapkan matanya. Apa yang sedang kulakukan? Dia menghembuskan nafasnya. Satu tindakan bodoh lagi, Mamori! Gerutunya dalam hati. Hiruma kini tepat berada di hadapannya.

"Tak bisakah kau berhenti memanggilku seperti itu?" tanya Mamori lalu mengatupkan rahang mulutnya agar pipinya tidak menggelembung.

DRT DRT DRT DRT

Mamori menutup matanya dan juga telinganya. Suara tembakan senjata kini memecahkan keheningan disekitarnya. Bau mesiu kini memenuhi penciumannya. Ia memang sudah terbiasa menciumnya, tapi ia tidak pernah menyukai bau mesiu senjata Hiruma. Setelah suara tembakan itu berhenti, Mamori memelototi Hiruma. Yang dipelototi hanya menyeringai. Ooh! Bukan seringai biasa, tapi seringai setan yang memperlihatkan gigi runcing Hiruma. Seringai Setan SMA Deimon. Mamori menepuk dahinya pelan. Yap, sebuah tindakan bodoh dari seorang Mamori Anezaki karena telah terpana pada iblis seperti Yoichi Hiruma. Yap, kalau Mamori Anezaki adalah malaikat SMA Deimon, maka Youchi Hiruma adalah iblis SMA Deimon.

"Kau ini bodoh ya, pecinta cream puff sialan?" tanyanya, masih setia dengan kata 'sialan' yang ia sisipi di setiap nama panggilan orang-orang.

"Apa maksudmu?" Mamori mengernyit, tidak suka dengan kelakuan Hiruma. Dan, oh! Catat ini; ia tidak suka dengan kelakuan Hiruma untuk kesekian kalinya dan Mamori sadar, ia tidak bisa sepenuhnya melawan.

"KE KE KE KE KE, kue sus sialan itu memang membuat otak sialanmu bekerja lebih lambat, mantan manajer sialan!" hina Hiruma untuk yang kesekian kalinya. Saking seringnya Hiruma mengejeknya, Mamori sampai kehilangan hitungan. Kali ini, Mamori hanya bisa mendengus mendengar jawaban dari sang mantan quarterback Devil Bats yang lebih terdengar sebagai hinaan.

"Untuk apa kau kesini?" tanya Mamori datar, mencoba membelokkan pembicaraan dari topik-penghinaan-terhadap-kue-sus-kesukaannya. Seringai Hiruma melebar. "Kau tidak berpikir kalau aku mengikutimu kan, Kuso mane?"

Mamori akhirnya menggelembungkan pipinya. Ia melengos dan berjalan menuju lapangan tempat para pemain amefuto menggelar latihan. "Tentu saja tidak! Aku datang untuk melihat Sena!"

"Aah, benar. Mamori-neechan sialan ini masih setia memperhatikan Si Cebol Sialan itu! KE KE KE KE KE!" tawa Hiruma meledak. Mamori menatapnya datar. Hiruma memang gila. Tidak peduli lagi, ia berjalan menuju lapangan itu. Mamori kini sudah sampai ke lapangan, ia duduk di atas rerumputan hijau di sisi lapangan. Seluruh fokusnya kini tercurah kepada teman-teman seperjuangannya—minus Mushashi, Kurita, dan Hiruma— yang masih rajin latihan. Saat-saat latihan itu adalah waktu yang sangat berharga bagi Mamori. Tidak, setiap waktu yang ia jalani bersama klub amefuto berlambang kelelawar itu adalah waktu yang paling berharga. Kenangan-kenangan bersama Deimon Devil Bats kembali berputar-putar di kepala Mamori, percis seperti film.

"Yaa~! Mamo-nee!" Gadis berambut biru-keunguan itu melambaikan tangan pada Mamori saat menyadari keberadaan Mamori yang tidak jauh darinya. Mamori membalasnya dengan senyuman manis. Ia kemudian menatap Sena dkk yang tengah berlatih di lapangan itu. Tanpa sadar, sebuah senyuman terlukis di wajah Mamori. Walaupun ia tidak bisa menjadi manajer klub amefuto lagi—karena ia sudah kelas tiga dan kelas tiga dilarang mengikuti kegiatan klub apapun, ia tetap merasa senang karena ia bisa tetap melihat dan mengikuti perkembangan Deimon Devil Bats. Setelah meninggalkan pekerjaannya sebagai manajer, Mamori merasakan kerinduan yang amat sangat pada olahraga nomor satu di Amerika itu. Salah satu hal yang bisa ia lakukan untuk mengatasi kerinduannya adalah dengan mengunjungi waktu latihan setiap ia memiliki waktu luang. Dan itu cukup efektif! Oleh karena itu, sore ini adalah sore yang spesial untuknya.

"Yaa~! You-nii juga datang!" Suzuna kembali berteriak kencang sambil melambaikan tangannya ke arah Mamori lagi. Mamori mengangkat alisnya sambil menunjuk dirinya sendiri. Suzuna menggelengkan kepalanya dan menunjuk-nunjuk arah kanan dengan pom-pom merahnya. Mamori langsung saja melirik ke arah kiri yang berarti arah kanan dalam posisi Suzuna.

Iris sapphire Mamori terbelalak kaget saat melihat Hiruma duduk di sampingnya. Ia bahkan tidak menyadari keberadaan Hiruma. "Apa aku terlalu banyak melamun, ya?" tanya Mamori dalam hati. "Sejak kapan iblis lelaki itu ada di sampingku?" tanyanya masih dalam hati.

"Hei, Manajer Sialan," panggil Hiruma dengan nada yang tidak biasa, seperti akan ada hal penting yang ia sampaikan. Sayang, Mamori tidak terlalu memerhatikannya—Mamori terlalu terpaku pada kata 'manajer-sialan'.

"Apa?"

"Amefuto itu seperti oksigen sialan, bukan? Sedetikpun aku tidak bisa melupakannya. Bagaimana denganmu, Manajer Sialan?" tanyanya tanpa melirik gadis di sampingnya. Bola mata emerald Hiruma tetap menatap lapangan itu dengan takjim. Sementara itu, pertanyaan yang ia lemparkan sukses membuat tenggorokan Mamori tercekat. Ia tidak bisa bernafas dengan benar. Ditatapnya wajah Hiruma hati-hati. Ya, sekali lagi Mamori terpana. Tapi kali ini mantan manajer Deimon Devil Bats itu terpana karena untaian kalimat yang terucap dari lelaki yang duduk di sebelahnya itu.

"Ya," jawab Mamori pelan, akhirnya suaranya keluar juga.

"KE KE KE KE KE, kalau begitu pastikan cream puff sialanmu itu tidak menghambat kinerja otakmu saat nanti membantuku membuat taktik sialan di Saikyoudai," ucap Hiruma pelan. Namun, karena jaraknya dengan Mamori tidak terlalu jauh, maka gadis itu bisa mendengar kalimatnya barusan. Hiruma manyeringai lebar, wajahnya sangat menakutkan. Hawa iblis keluar dari tubuhnya.

"Apa yang kalian lakukan, teri-teri sialan? Kalian sebut yang seperti ini latihan?" hardik Hiruma dari sisi lapangan, ia menarik nafas panjang-panjang kemudian.. "C-E-R-B-E-R-U-S!"

"HIEE!" teriakan pasrah Sena dkk menggema di seantero kampus SMA Deimon, disusul dengan kekehan tawa Iblis yang sepertinya belum puas dengan latihan kali ini.

Matahari kini mulai beranjak ke peraduannya. Kegelapan kini mulai merambah di langit. Menyamarkan rona merah pada pipi gadis berambut auburn itu. Apa itu maksudnya dia menyuruhku untuk bersamanya lagi?

"Aku pulang!" suara Mamori kini menggema di halaman rumahnya. Suaranya terdengar riang dan penuh aura positive. (A/N: Kalian pasti tahu kenapa, kan? Kekekeke!) Langkahnya lebih bersemangat dan riang daripada tadi sore. Sang malaikat merasakan kebahagiaan, seakan roda kehidupannya berhenti. Ia merasa ada di puncak tanpa menyadari kalau roda akan terus berputar. Dimana kalau ada kebahagiaan pasti—

"Ah.. Mamo, kebetulan sekali kamu sudah pulang!" Nyonya Anezaki alias emak-nya Mamori tiba-tiba membuka pintu dengan senyum lebar.

"Ada apa, Kaa-san?" tanya Mamori riang. Melihat wajah bahagia Ibunya, Mamori semakin bahagia. Hari ini terasa sangat sempurna bagi malaikat tanpa sayap itu.

"TA-DAA!" Nyonya Anezaki memberikan sesuatu yang sedari tadi ia sembunyikan di balik punggungnya. Sebuah amplop coklat besar. "Ayo baca siapa pengirimnya!" suruh Nyonya Anezaki pada putri tunggalnya. Matanya berkilat-kilat senang—dan juga tidak sabaran. Mamori tersenyum melihat tingkah laku Ibunya yang seperti anak kecil. Ia kemudian menerima amplop coklat tersebut dan membaca pengirimnya.

"I-ini!" pekik Mamori tidak percaya—bukan ekspresi yang Ibunya harapkan.

—ada kesedihan yang siap menghantamnya kapanpun. Dalam kasus Mamori, saat inilah kesedihan itu akan—mulai—menghantamnya.

Mamori Anezaki kembali menghela nafas. Pikirannya terasa lelah, padahal ia tidak melakukan apapun. Sudah dua jam dia memandangi benda itu dengan perasaan yang tak jelas. Iris biru safirnya tidak bersinar terang seperti biasanya. Ada sesuatu yang mengganjal pikiran Mamori. Sesuatu yang berhubungan dengan benda itu.

Kalaulah saat ini adalah dua tahun yang lalu, gadis berambut auburn itu pasti akan senang setengah mati saat menerima benda berwarna putih itu. Maklum, benda itu dulunya adalah benda yang sangat Mamori inginkan. Tapi kini, kenyataan berbalik. Ia tidak mau benda itu datang kemari, ke hadapannya. Semuanya berubah saat ia menemukan dunia yang baru ia ketahui. Dunia dimana dia bertemu dengan orang-orang hebat. Dunia yang dulu sempat ia tidak sukai karena dianggapnya berbahaya. Dunia yang dengan sekejap menjadi kesehariannya setahun terakhir. Oh, dan tentu saja dunia yang mempertemukannya—mendekatkannya—dengan orang itu. Yap, dunia itu adalah dunia amefuto.

Frustasi, Mamori memegang dahinya yang entah kenapa tiba-tiba terasa berat. Kenapa hal ini menjadi sangat rumit? Bukankah aku tinggal memilih ya atau tidak. A atau B! Mamori menggerutu dalam hati.

"Mamo, apa yang sedang kamu lakukan di sini?" suara Ibunya memecahkan kekalutan mantan manajer Deimon Devil Bats itu. Nyonya Anezaki itu memegang pundak anaknya lembut. Mamori mendongak. Ck. Gadis berparas seperti malaikat itu bahkan tidak menyadari kehadiran Ibunya sendiri di kamar yang bernuansa hommy itu. ini kali kedua dalam hari ini ia tidak menyadari kehadiran seseorang. Apa gadis itu kehilangan sense-nya untuk merasakan hawa seseorang? Entahlah.

"Ah, tidak Kaa-san. Aku tidak melakukan apapun," jawab Mamori dengan suara yang lirih. Tangannya membutuhkan sesuatu untuk dipegang, untuk menahan rasa gugup dan juga air mata yang semakin mendesak untuk keluar. Ia menatap mata Ibunya, berusaha menjelaskan semuanya lewat tatapan matanya.

"Apa kamu menolak tawaran itu, Mamo?" tanya Ibunya dengan nada lembut. Tapi, di telinga Mamori—yang sedang galau, kalimat sewajar itu terdengar seperti pertanyaan sekaligus larangan. Mamori menunduk. Otaknya terasa akan meledak padahal ia tidak sedang mengerjakan taktik-taktik untuk setiap pertandingan Deimon Devil Bats—klub amefuto kesayangannya. Entah apa yang merasuki Mamori saat itu, ia berkata "Kaa-san, kalau aku menerimanya, apa yang harus kulakukan dengan perasaanku ini? Aku menyukai—"

Be Continue,

2th down: Mereka Teman, Bukan Kotak Kaca.

Waktunya Tralala-Trilili with Author GAJE~!

Umm, ano.. #celingak-celinguk. Saya ada dimana nih? #plak

Ah, iya.. saya sekarang ada di Fandom ES21. Ehm, Perkenalkan nama saya Yukiko Hiruma, cukup panggil Yuki saja, minna~! :DD #so kenal. Btw, ada yang bisa memberitahu seberapa besar tingkat keabalan cerita yang sudah kalian baca di atas itu?

Ah, maaf.. fic pertama saya jelek yah? Maaf ya, saya baru amatiran =,=a... udah gitu saya sebenernya belum nonton ES21 sampai habis. Baca komiknya pun hanya di volume akhir-akhir saja—itu juga komiknya punya temen. #curcol. Jadi, maaf ya kalau tokohnya rada OOC/emang OOC T.T. tapi bagaimanapun juga, saya pengen banget buat fic ttg ES21 dan meramaikan fandom ini—dengan fic berkualitas, tentunya. Tapi, kayaknya saya masih banyak kekurangan yah? -,-

Mm, untuk mengurangi kekurangan, saya mau minta petunjuk untuk meraih jalan lurus (?) dari para senpai-senpai, author-author, maupun para anymous reader yang baik hati. Kalau ada yang—berbaik hati—mau memberi pelajaran khusus dalam segala hal tentang ES21/ perbaikan kualitas fic saya, silahkan lemparkan saja ke kotak review atau PM ^^ klik kotak di bawah ini yaa.. ayo-ayoo~! Sekalian mengakrabkan diri \^o^/

Ditunggu yah,

Yukiko Hiruma,

The newbie in the—ES21—great world.