-Dulu, Sekarang, dan Nanti-

Disclaimer : Naruto masih bikinan Masashi Kishimoto

Rated : Mestinya T

Pairing : SasuHina

-0-

Don't like Don't read

-0-

Adegan itu akhirnya berakhir juga. Menyaksikan keakraban yang dipertontonkan antara pria bernama Kakashi dengan Hinata didepan matanya secara langsung, sungguh menyesakkan dada Sasuke. Senyum Hinata merekah saat berada didekat pria itu. Senyum yang tidak pernah Sasuke lihat semenjak ia bertemu dengan Hinata. Senyum lembut tanpa terdapat bebeban disana, membuat Sasuke semakin kesal pada pria itu, karena dirinya tidak mampu membuat Hinata tersenyum kepadannya seperti senyum yang diberikan kepada pria itu sekarang. Sungguh membuat Sasuke benar-benar kesal saat ini.

Untunglah hal itu cepat berakhir sehingga Sasuke dapat melewatinya dengan damai, tanpa menunjukkan kekesalannya didepan mata Nozumi secara langsung. Dia tidak mau dicap pria menakutkan dimata putri kandungnya. Dia tidak mau hanya karena kesalahan bersikap sesaat, Nozumi malah menjadi menjauhinya. Menjauhi selaku ayah kandungnya dan malah semakin dekat dengan pria menyebalkan bernama Kakashi.

"Kau sangat akrab sekali dengannya Hinata," Sasuke berucap setelah beberapa waktu yang lalu Kakashi keluar dari tempat mereka berada bersama dengan mengajak Nozumi ikut serta bersamanya, untuk berjalan-jalan kesuatu tempat sesuai dengan permintaan Hinata yang ingin berbicara berdua saja dengan Sasuke. Maka dari itu sekarang mereka tinggal berdua saja duduk ditempat itu.

"Apa dia temanmu?"

Meskipun Sasuke marah terhadap keakraban yang terjalin pada Hinata dan Kakashi, tapi tetap saja dia masih berpikiran positif pada hubungan yang sedang terjalin pada mereka. Dia masih tetap berfikir jika hubungan yang sedang dijalin oleh Hinata dan Kakashi adalah teman, sebatas teman dan tidak lebih dari itu. Mereka hanya sebatas teman.

"Iya, dia temanku,"

Terdengar nada keragun disaat Hinata mengucapkan itu, namun meskipun seperti itu Sasuke tetap merasa sedikit bernafas lega akan jawaban yang diberikan oleh Hinata. Hinata tidak memiliki hubungan lebih dengan Kakashi selain hanya berteman. Bukan seperti dugaannya sebelumnya.

"Tapi,"

Sasuke mengalihkan pandangannya kewajah Hinata. Dia memandang Hinata dengan tatapan yang serius karena mendengar kata 'tapi' diucapannya berikutnya. Kata 'tapi' yang membuat perasaannya menjadi tidak enak. Kata 'tapi' yang mengubah arti semua persepsi yang dipikirkan Sasuke barusan.

"Tapi apa Hinata?"

Hinata menundukkan kepalanya. Dia merasa tidak sanggup untuk menyampaikan kenyataan yang membuatnya dari awal dirinya tidak dapat kembali menerima Sasuke kembali kekehidupannya. Terlebih lagi dia telah menerima Sasuke kembali kekehidupannya. Apa jadinya jika ia mengatakan yang sejujurnya pada Sasuke.

"Heh... Jangan katakan kalau dia kekasihmu Hinata."

Sasuke tersenyum miris mengucapkannya. Dia tersenyum untuk menanggapi lelucon yang ia buat. Lelucon yang mengatakan bahwa Kakashi adalah kekasih dari Hinata. Hinata yang sangat ia cintai untuk saat ini dan untuk selamanya.

"Bukan, dia bukan kekasihku," Sasuke sedikit senang mendengarnya, tapi perasaan khawatir masih dapat ia rasakan "... Dia bukan kekasihku, tapi dia adalah... calon suamiku. Dia adalah tunanganku."

Sasuke melebarkan matanya dengan sempurna mendengar pengakuan Hinata itu. Perasaan tidak enak yang selama ini ia rasakan ternyata menjadi kenyataan, bahkan ini terlalu buruk. Calon suami - tunangan, ini bahkan terlalu buruk dibandingkan dengan seorang kekasih.

"C-calon suami... T-tunangan... Kau pasti bercandakan Hinata?" Sasuke masih mencoba tidak mempercayainya. Dia terlalu takut untuk mempercayainya, jadi dia akan tetap terus mencoba menyangkalnya dan akan terus menyangkalnya.

"Tidak Sasuke-kun, aku tidak bercanda,"

"Tidak." lirih Sasuke dengan mengelengkan kepalanya berkali-kali untuk memungkiri ini semua.

"Dia memang tunanganku,"

"Tidak."

"Aku akan menikah dengannya,"

"Tidak."

"Aku akan hidup bersamanya."

"TIDAK!"

BRAK

Sasuke mulai menggebrak meja yang ada didepannya dengan sangat keras sehingga Hinata terkaget dan menghentikan ucapannya selanjutnya. Tak ayal semua pelanggan ditempat itu pun ikut terdiam karena gebrakan Sasuke. Mereka langsung menghentikan acara yang sedang mereka lakukan untuk memandangi tempat Sasuke maupun Hinata duduk.

Sasuke tidak peduli pandangan-pandangan itu. Dia masih tetap terfokus pandangannya pada Hinata yang berada dihadapannya. Meski mendengar bisikan-bisikan pelanggan lain untuknya yang terdengar ditelinganya dengan jelas sekarang.

"Kau tidak bisa Hidup dengannya! Aku... Aku..." suara Sasuke memelan "Aku... Aku kau aggap apa Hinata."

"Sasuke-kun." suara Hinata terdengar ikut memelan, menyesuaikan nada suara yang dikeluarkan mulut Sasuke.

"Kau mengatakan aku dapat kembali kekehidupanmu. Tapi-, tapi kenapa seperti ini Hinata, tapi kenapa harus berakhir seperti ini ... Berakhir disaat kau telah bersedia menerimaku kembali dikehidupanmu," Sasuke menjeda ucapannya sebelum melanjutkan kembali "Kau masih membencikukan, jadi kau mempermainkanku seperti ini Hinata..."

"Tidak Sasuke-kun, aku tidak lagi membencimu."

"Tidak," Sasuke tersenyum miris "Lalu apa ini... Kau telah memberikan harapan padaku untuk kembali kekehidupanmu, tapi itu semua hanyalah kebohongan belaka.

Kau mempermainkanku Hinata, kau mempermainkanku. Hanya untuk membalasku, kau memupuk tinggi harapanku kembali, agar kau bisa menghancurkannya dalam satu hempasan keras. Kau sangat membenciku. Kau sangat-sangat membenciku, sehingga sejak awal kau tidak pernah memaafkanku, iyakan? Iyakan Hinata?" setelah menyelesaikan ucapannya, Sasuke langsung memalingkan kepalannya kekanan dan kekiri untuk bertujuan menutupi matanya yang sedang berkaca-kaca agar tidak dilihat oleh Hinata.

"Bukan, bukan seperti itu Sasuke-kun. Aku sungguh tidak mempermainkanmu. Aku hanya-"

"Kalau begitu biarkan aku yang mengisi hatimu Hinata. Biarkan aku mengisi hari-harimu seperti dulu," Sasuke mendekap kedua jemari Hinata dengan kedua jemarinya untuk semakin meyakinkannya "Tinggalkanlah dia, menikahlah denganku. Jadilah istriku, dan biarkan aku menjadi ayah yang sesungguhnya untuk Nozumi, Hinata."

Kali ini Hinata dengan jelas dapat melihat kedua bola mata berkaca milik Sasuke. Hinata tidak mengira Sasuke yang dulunya memiliki ego dan kepribadian keras bisa-bisanya menjadi seperti ini. Menjadi seorang perasa yang hampir menitikan air matanya agar dirinya mau kembali kepadanya, tidak seperti dulu yang akan memaksakan semua kehendaknya agar mendapatkan yang ia mau. Hinata benar-benar tidak menyangka Sasuke akan berubah seperti ini sehinga air mata yang ia bendung sekian lama tidak dapat kembali ia bendung, sehingga sekarang air mata miliknya menetes dikedua pipinya.
"Tidak," Hinata menggeleng pelan "Aku tidak bisa melakukannya." meskipun hati Hinata terteguh karena perubahan sifat Sasuke yang telah berubah menjadi lebih perasa, tapi dia tidak bisa melakukannya. Dia tidak mungkin meninggalkan seorang Kakashi hanya untuk Sasuke. Perbuatan itu terlalu berat untuk Hinata lakukan "Aku tidak bisa melakukannya." Hinata melepaskan jemari Sasuke dari jemarinya agar dia dapat pergi meninggalkan tempat itu. Dia berencana segera pergi, namun suara Sasuke menghentikan langkahnya.

"Apa? Apa hebatnya dia dibanding aku Hinata? Apa hebatnya?... Aku pastinya lebih kaya darinya, aku juga lebih muda darinya. Dan yang paling utama, aku lebih mencintaimu dibanding dia Hinata. Kembalilah padaku, aku lebih baik darinya."

Mendengar itu, Hinata berbalik. Dia menghapus air mata yang keluar dari kedua matanya terlebih dahulu sebelum dia berbalik menatap wajah Sasuke.

"Lebih baik darinya. Apa yang membuatmu berpikiran jika kau lebih baik darinya. Kaya, aku tidak peduli dengan uang, sampai kapanpun aku tidak akan pernah mempermasalahkan soal uang. Lebih muda, aku tidak memperdulikan umur seseorang jika orang itu mau menerimaku apa adanya. Lebih mencintaiku, dari mana kau tau jika kau lebih mencintaiku dibanding dia...

Dia ada untukku saat aku membutuhkanku. Dia rela mengorbankan hidupnya hanya untukku. Sedangkan kau! Dimana kau saat aku membutuhkan semua itu. Apa itu yang kau sebut lebih mencintaiku...

Dan disaat kau datang kembali kekehidupanku, kau ingin aku membuang orang yang tulus mencintaiku demi alasan cintamu lebih besar darinya...

Aku tidak mau, aku tidak mau meninggalkannya. Aku ingin hidup bersamannya meski cintamu lebih besar darinya. Aku ingin hidup dengannya meski kau lebih kaya dan muda dibanding dia, karena aku lebih memilih dia yang tidak akan pernah meninggalkanku sampai kapanpun, tidak seperti kau yang meninggalkanku.

Dia lebih baik darimu, karena dia tidak akan pernah meninggalkanku."

Hinata pergi, dia pergi meninggalkan Sasuke yang sedang berdiri mematung ditempatnya setelah mengucapkan itu.
Hinata pergi sambil menghampiri Nozumi yang baru saja masuk ketempat itu lagi bersama Kakashi sesaat setelah selesai mengeluarkan semua ucapannya pada Sasuke.

"Hinata ada apa?"

Hinata bungkam, dia tidak memperdulikan pertannyaan Kakashi barusan dan terus saja berjalan sambil menggandeng tangan Nozumi disampingnya.

Sebenarnya Kakashi binggung dengan keadaan tunangannya itu, tapi jika Hinata tidak mau mengatakan apa-apa mengenai hal itu, maka Kakashi hanya bisa menerimanya dengan tanpa banyak tanya.

"Tunangan... Lucu sekali." Sasuke terduduk lesu memandang Hinata yang masih terlihat berjalan ditrotoar dari balik kaca, menggandeng Nozumi serta disampingnya terdapat Kakashi yang masih terlihat bingung.

Mungkin ini saatnya dia harus menyerah. Meskipun ini menyakitkan, tapi seorang tunangan, berarti Hinata telah berhasil menemukan cintanya kembali dari diri seorang Kakashi. Mungkin Kakashi memanglah orang yang tepat untuk mendampingi Hinata.

Tapi meskipun seperti itu. Sasuke tidak mampu menerimanya sampai kapanpun itu. Karena Hinata adalah cinta pertama dan terakhir untuknya.

-000-

Beberapa hari semenjak terakhir bertemu dengan Hinata, hari-hari Sasuke ia habiskan didalam kamar. Ia tidak melakukan apa-apa disana. Dia tidur, makan, dan kembali tidur setelahnya. Baginya hidupnya sekarang tidak menyenangkan lagi saat Hinata mengatakan akan hidup bersama orang lain, bukannya dengan dirinya.

Ini membuatnya gila, benar-benar gila saat harus menerima kenyataan pahit ini. Wanita yang selalu ada dikepalanya akan bersanding disisi orang lain.

Tok tok tok

Disaat Sasuke masih membenamkan kepalanya dibawah bantal berwarna putih miliknya untuk mengurangi rasa sakit dikepalanya, dari arah luar terdengar suara ketukan yang mengganggunya. Suara ketukan yang menandakan jika seseorang yang ada diluar ingin masuk kedalam, dan orang itu pastinya bukan ibunya karena ibunya tidak mungkin mengetuk terlebih dahulu setelah hafal betul dengan sifatnya yang tidak pernah mengunci pintu.

Awalnya Sasuke tidak memperdulikan seseorang yang ada didepan kamarnya, namun setelah beberapa kali dia mendengar ketukan itu berkali-kali yang dilancarkan seseorang itu, membuatnya yang sekarang sedang dilanda frustasi semakin bertambah frustasi.

"Apa!" teriak Sasuke didepan orang yang mengetuk pintu kamarnya berkali-kali yang ternyata itu adalah salah satu maid yang bekerja dirumahnya.

"M-maaf saya mengganggu Sasuke-sama, t-tapi saya terpaksa melakukan ini karena dibawah ada telphone untuk anda." ucap maid itu dengan takut-takut akibat bentakan Sasuke.

Tidak seperti biasanya ada orang yang menghubunginya lewat telphone rumahnya. Biasanya juga jika hal itu penting, pasti seseorang itu akan menghubungi lewat ponsel miliknya.

Apakah orang ini tidak memiliki nomor ponselnya. Kalau benar siapa dia? Itulah yang ada dikepala Sasuke yang sekarang masih sangat pusing.

"Dari siapa?" nada ruara Sasuke kembali datar.

"Dari seorang wanita bernama Hinata."

Awalnya Sasuke terkejut mendapati Hinata menelphonenya dirumah, tapi hal itu tidak berlangsung lama karena ingatannya tentang tunangan membuatnya kembali memupus harapan akan apapun yang akan ia fikirkan tentang tujuan Hinata menghubunginya. Hinata tidak mungkin menghubunginya karena ingin kembali kekehidupannya. Hinata mungkin menghubunginya hanya untuk mengundangnya dalam acara pernikahannya.

Itu sungguh membuat Sasuke malas untuk menanggapinya. Apa belum puas setelah mengatakan jika dia sudah memiliki tunangan untuk membuatnya hancur seperti ini, dan dia masih mau membuatnya lebih hancur lagi untuk menghadiri pernikahannya. Sungguh kejam jika hal itu benar terjadi.

"Aku tidak mau menerimanya. Bilang padanya jika aku tidak akan pernah menghadiri pernikahan yang akan ia lakukan sampai kapanpun." Sasuke hampir menutup rapat-rapat pintu kamar miliknya setelah mengatakan itu, sebelum niatnya itu dihentikan oleh suara maid itu lagi.

"Sepertinya Sasuke-sama keliru. Wanita bernama Hinata itu menelphone kesini bukan karena masalah pernikahan seperti yang Sasuke-sama kira. Namun melainkan dia menelphone hanya ingin menanyakan apakah Sasuke-sama mengetahui akan keberadaan putrinya bernama Nozumi atau tidak."

"Nozumi, apa maksudmu? Apa yang terjadi dengannya?"

"Aku tidak tau Sasuke-sama, wanita itu tidak mengatakan secara detilnya." maid itu berucap membuat Sasuke dengan segera menuruni tangga menuju ketempat telphone rumahnya yang berada di lantai bawah.

Dengan penuh penasaran dia menempelkan gagang telphone yang telah ia pegang ketelinganya sambil bersuara untuk menandakan jika dirinya telah berada disambungannya sekarang.

"Ya Hinata, ini aku. Ada apa sebenarnya?"

Diseberang sana sebenarnya Hinata ragu akan tindakannya menghubungi Sasuke setelah kejadian di Cafe dulu. Namun demi menemukan Nozumi, Hinata mengesampingkan apapun meskipun itu menghubungi Sasuke hanya untuk mencari informasi akan keberadaannnya.

"Begini Sasuke-kun, apakah kau melihat Nozumi?"

"Nozumi, aku tidak melihatnya. Sebenarnya ada apa dengannya?"

"Itu... Sebenarnya hari ini Nozumi kabur dari rumah. Dia kabur karena ingin menemuimu. Dia mencarimu."

"Apa, kabur! Tapi kenapa dia melakukannya? Bahkan dia tidak mengetahui dimana aku tinggal!"

"Aku tidak tau harus bagaimana Sasuke-kun hiks hiks," sekarang terdengar Hinata menangis disela bicaranya "Tolong bantu aku untuk menemukannya Sasuke-kun hiks hiks."

Tentu saja tanpa diminta Sasuke akan tetap ikut mencarinya. Nozumi adalah putri kandungnya. Dia adalah tanggung jawabnya pula meski Hinata memilih untuk hidup dengan siapa.

"Iya, aku akan mencarinya sekarang. Aku akan menghubungimu jika aku berhasil menemukannya."

"Tolong aku Sasuke-kun."

"Iya."

Dan berikutnya hubungan telephone itu terputus. sasuke sekarang benar-benar bingung harus mencari Nozumi kemana. Selama ini dia tidak memiliki tempat khusus yang pernah menjadi tempat penting untuknya dengan Nozumi. Jadi ide untuk mencarinya kesuatu tempat khusus, benar-benar tidak muncul dikepalanya.

-0-

"Maaf, apa anda melihat anak ini?" Sasuke menunjukkan gambar Nozumi yang pernah ia ambil dari ponsel miliknya pada seorang ibu-ibu yang berjalan dikawasan lingkungan sekolah tempat Nozumi belajar.

Ibu-ibu itu mengeleng menandakan dia tidak mengetahui anak perempuan yang ada dilayar ponsel pemuda yang ada didepannya. Dia tidak pernah melihat akan keberadaan anak itu sehingga dirinya hanya bisa menggeleng tidak tau.

"Trima kasih."

Lagi-lagi Sasuke harus menelan kekecewaan lagi. Sudah berjam-jam dirinya mencari akan keberadaan Nozumi diseluruh kota Konoha, tapi tetap saja ia tidak mendapatkan hasil apapun.

Tak begitu banyak tempat kesukaan Nozumi yang diketahui oleh Sasuke menjadi alasan kegagalanya sekarang. Dia merasa benar-benar bodoh sekali saat ini karena tidak mengetahui tempat kesukaan putri kandungnya sendiri.

Apakah ini yang disebut dengan seorang ayah.

Dia tidak boleh menyerah. Dia tidak boleh menyerah saat ini. Dia harus menemukan Nozumi segera karena kemungkinan Nozumi saat ini membutuhkannya cukup besar. Nozumi saat ini mungkin saja sedang menangis ketakutan disuatu tempat, jadi dia tidak boleh berdiam diri saja ditempat ini meski telah berkali-kali tidak ada yang mengetahui keberadaan Nozumi.

Dia tidak boleh menyerah saat ini. Dia tidak boleh.

Lagi-lagi Sasuke menanyakan keberadaan Nozumi pada orang-orang yang berada disebuah taman yang masih terletak dikawasan itu.
Kali ini dia menanyakan keberadaan Nozumi ditempat itu. Namun lagi-lagi banyak orang yang tidak mengetahuinya... Kecuali anak laki-laki lebih kecil dari usia Nozumi yang sedang bermain dibak pasir dengan Ibunya. Anak laki-laki berambut cepak berwarna hijau lumut. Sedang Ibunya, wanita berumur hampir tiga puluhan berambut hitam bergelombang sebatas punggung.

"Benarkah, kau yakin?" tanya Sasuke penuh harapan sambil menyodorkan foto Nozumi dilayar ponsel miliknya kehadapan anak itu.

"Iya aku yakin. Ibu, ini anak perempuan yang tadikan?" anak itu menarik lengan baju milik Ibunya yang pendek itu untuk mendekatkannya kedepan ponsel milik Sasuke.

"Mmm... Iya, ini anak yang tadi." Ibu-ibu itu mengangguk meyakini anak yang dilihatnya adalah anak yang sama dengan anak yang ada diponsel milik Sasuke.

"Benarkah itu nyonya?"

"Iya, aku yakin."

"Lalu dimanakah anak itu sekarang?"

"Kemungkinan anak itu masih berada dikantor keamanan wilayah ini."

"Kantor keamanan?" Sasuke kali ini terkejut dengan kemungkinan akan keberadaan Nozumi.

"Anak itu tadi beberapa jam yang lalu terlihat seperti anak tersesat, jadi anak itu dibawa oleh pihak keamanan disini untuk membantu menemukan orang tuannya."

Bagi Sasuke ini adalah keterangan yang sudah cukup untuk menemukan Nozumi. Dia tak lupa mengucapkan terima kasih terlebih dahulu pada Ibu-ibu itu sebelum melesat pergi.

Meskipun kantor keamanan itu cukup jauh dari taman itu, Sasuke sedikitpun tak pernah mengurangi kecepatan larinya setelah mengetahui dimana letak kantor itu berada.

-0-

Setelah menuruni mobil, Sasuke langsung mendapatkan perhatian ekstra dari seluruh penghuni rumahnya.
Dari para penjaga, maid, serta sang Ibu sendiri perihal dengan apa yang sedang dibawahnya. Atau lebih tepatnya apa yang ada digendongannya. Seorang anak perempuan cantik berambut hitam panjang yang sering dipanggil dengan nama Nozumi, sedang nyaman terlelap tidur digendongan Sasuke.

Semua pekerja ditempat itu tentu saja penasaran dengan siapa anak yang dibawa oleh tuan muda mereka. Namun dikarenakan mereka disana hanya pekerja dan bukanlah orang yang berkepentingan, maka mereka hanya diam menyaksikan tuannya yang sedang berjalan melewati mereka masing-masing.

Beda dengan Mikoto selaku Ibu dari Sasuke. Dia yang melihat putranya membawa anak kecil digendongannya, dengan secepat mungkin dia menghampiri putaranya itu untuk mendapatkan penjelasan tentang pertanyaan-pertanyaan dikepalanya sekarang.

Dia mengikutinya, mengikuti terus hingga Sasuke masuk kedalam kamar miliknya sendiri dan meletakan anak itu diatas ranjang empuk miliknya.

"Sasuke-kun, siapa anak ini?" Mikoto menanyakan hal itu saat Sasuke mulai menyelimuti Nozumi.

"Dia putri Hinata, aku membawa anak ini karena... anak ini kabur dari rumah." Sasuke mengecup kening Nozumi sebelum berdiri dan melangkah pergi.

"Hinata, maksudmu Hinata yang ..." Mikoto mengikuti Sasuke dari samping. Dia dengan cepat dapat mengingat siapa Hinata itu yang dimaksud oleh Sasuke meski tidak mendengar nama itu beberapa tahun.

"Ya, dia adalah putrinya."

"Tapi kenapa kau tidak mengantarnya langsung pulang kerumahnya? Meskipun anak itu kabur, tapi Ibunya nanti khawatir mencarinya."

"Aku sudah memberitahu Hinata. Lagi pula..." Sasuke berhenti terlebih dahulu tepat didepan pintu "Aku ingin Kaa-san menemuinya."

"Aku? Kenapa?" Mikoto terlihat bingung akan kata-kata Sasuke. Untuk apa dia menemui anak kecil yang tidak dikenalnya.

"Karena aku ingin Kaa-san mengenal cucu Kaa-san yang selama ini Kaa-san inginkan. Cucu dari aku yang memberikannya."

"Cucu, darimu? ... Maksudmu anak itu..."

"Dia anak kandungku. Dia anakku dan Hinata. Anak yang tidak mengetahui akulah Ayah kandungnya. Anak yang tanggal kelahirannya'pun aku tidak tau. Anak yang dipisahkan dariku karena perbuatan Tou-san. Anak yang sampai kapan'pun akan menjadi anakku meskipun apapun yang terjadi."

Mikoto menutup mulutnya karena tidak percaya. Dia tidak mengira jika Sasuke telah memiliki seorang anak. Dan karena perbuatan suaminya, putra kesayangannya harus mengalami semua itu.

Jadi inikah alasan kehidupan Sasuke yang kacau. Karena dirinya tidak dapat hidup bersama Hinata dan putrinya, sehingga kehidupan malam menjadi kehidupan yang ia pilih.

-0-

"Apakah itu benar? Apakah Tou-san benar adalah Tou-san kandung Nozu?"

Mendengan suara khas anak perempuan disaat dirinya menjelaskan semuanya kepada Ibunya membuat Sasuke memalingkan kepalannya kearah ranjang tempat Nozumi tadi ia baringkan. Sasuke melihat Nozumi telah bangun dari tidurnya. Anak itu duduk diatas ranjang sambil memandang lurus kearahnya.

Terlebih lagi mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut kecilnya membuat Sasuke membulatkan matanya dengan sempurna.

Nozumi mendengarnya. Dia mendengar semua apa yang barusaja diucapkannya. Sekarang apa yang harus ia katakan tentang semua ini.

"Apakah Tou-san benar-benar Tou-san kandung Nozu?"

"Nozumi itu..."

-Bersambung-

A/N : Untung ada fic yang hampir jadi, jadi aku selesaikan sekalian saja dan aku publis.

Sebelumnya aku ucapkan terima kasih kepada para reader yang berkomentar memberi semangat padaku di fic kehidupanku sesungguhnya sebelumnya. Banyak yang berpendapat bahwa tidak masalah dan apa salahnya menjalin hubungan dengan tetangga.

Tapi tidak untukku. Sesuai dengan pendapat 'uchihyuu nagisa' aku memegang prinsip 'tidak akan menjalin hubungan dengan tetangga sampai kapanpun'.

Inilah aku.

Dan untuk 'n' entahlah aku harus menjawab apa untukmu. Aku sebenarnya tersanjung karena ada yang menyukaiku meski belum mengetahui seperti apa aku. Jadi, entahlah bagaimana aku harus menanggapimu. Terserah kau saja.

Dan, kenapa semuanya senang ya jika aku cowok, memang belum pada tau ya dari dulu aku ini cowok. Dari namanya'kan sudah kelihatan jika aku ini cowok.

Balas review ;

- sasuhina-caem : Memang hambar, karena momen baikan mereka tidak seindah yang diharapkan setelahnya.

- Mizuki Kana : Tidak akan ada konflik yang berkepanjangan karena ini hampir End. Untuk kembali kekeluarga Hyuuga, aku beri bocoran 'tidak'. Tidak semua kehidupan berjalan bahagia untuk setiap orang sesuai apa yang ia harapkan.

- n : Ada dong. Tinggal dicopot doang maskernya.

- siLLiequeenth : Calon suami.

- Aiza-chan Kim : Mana mungkin dijodohkan. Memang siapa yang mau menjodohkan Hinata. Dia'kan hidup sendiri tanpa keluarga.

- Animea Lover Ya-ha : Setidak menarik itukah judulnya..., memang sih. Habis ngak tau mau ngasih judul apa. Makasih sdah suka ma fic ini.

- uchihyuu nagisa : Sory jika masih ada kesalahan.

- RK-Hime : Udah taukan.

- Hizuka Miyuki : Sama kayak yang diatas, udah taukan.

- Hazena : Sama kayak yang lainnya, udah taukan.

- like it : Oke diusahakan update cepat seperti permintaan yang lainnya.

Fic multi chap yang akan dipublis berikutnya entah kapan adalah Hinata Senpai.

Review... ...selalu ditunggu...