"Aku tau sekarang hatimu tak lagi padaku Bella," ujar Edward lirih.

"Kau tak tau apa pun Edward. Kau tak bisa membaca pikiranku. Hanya kau yang ku cintai," Bella berusaha meraih Edward yang tampak menjauh darinya. Tapi Edward langsung menjaga jarak diantara keduanya. Sudah cukup baginya mengikat Bella pada keadaan yang tidak seharusnya dia dapatkan dan sekarang menjadi keadaan yang tidak dia inginkan.

Setelah pertemuan dengan keluarga Volturi, Edward tau kalau sekarang hati Bella tak lagi ada padanya. Bella datang kesini hanya sebagai kewajiban. Bella tak ingin membuat Edward sampai mati karenanya. Bella telah mencintai Jacob. Dan Edward terima itu karena salahnya sendiri meninggalkan Bella begitu saja, tanpa kabar, tanpa berita.

"Sekarang aku bisa membaca pikiranmu Bella, seperti yang lainnya. Aku bisa membacanya bagaikan buku yang telah terbuka."

"Tak mungkin,"pikir Bella.

"Tidak ada yang tak mungkin Bella. Sekarang ku lepas dirimu karena ku tau persis siapa yang kau cintai sekarang walau kau tak menyadarinya. Sudah cukup kau berbohong pada hatimu."

Bella menatap Edward lembut."Terima kasih Edward. Selamanya kau tetap cinta pertamaku."

Edward tersenyum."Menjadi kebangaanku Bella."

.

.

Disclaimer:

Naruto © Masashi Kisimoto and Twilight saga © Stephanie Meyer

Moonlight created by Tsubasa XasllitaDioz

Warning: AU,OOC-maybe- and etc.

Pair: Edward Cullen and Hinata Hyuuga, slight Jacob-Bella

.

.

Summary: Apa yang terjadi kalau seandainya Bella lebih memilih Jacob saat 'New Moon'? Sanggupkah Edward bertahan dalam keterpurukannya? Dan disaat keterpurukan Edward datang murid pindahan dari Jepang yang aromanya lebih menarik Edward dari pada saat dia bersama Bella. Bagaimanakah kisah cinta terlarang ini terulang lagi? Apakah akan berakhir sama?

.

.

Chapter 1: First Meet.

.

.

Ini hari pertamaku pindah di sebuah kota kecil yang sangat jauh dari Tokyo, yaitu Forks. Kota kecil yang aku pun tak tau mengapa Tou-san memilih mengirimku ke kota ini untuk menjalankan tradisi keluarga Hyuuga, yaitu para pewaris keluarga Hyuuga harus hidup mandiri selama 1 tahun di tempat terpencil yang jauh dari lingkungan keluarga Hyuuga.

"Hinata-chan." Panggil seseorang yang membuyarkan lamunanku.

"Ya, Yamato-jiisan?"

"Apa kau senang pindah ke Forks? Yah, maklum saja ini kota yang sungguh amat kecil di bandingkan Tokyo yang luar biasa luas itu,"tanya Yamato yang merupakan tangan kanan kepercayaan Tou-san di daratan Amerika inilah yang mengatarkanku sampai kerumah tempat aku sementara tinggal selama di Forks sampai aku menamatkan Senior High Schoolku di sini.

"Aku belum tau itu Yamato-jiisan. Aku bahkan belum sampai 2 jam berada di Forks," jawabku sambil tertawa kecil.

Yamato tersenyum mendengar jawabanku."Hinata-chan tinggal menghubungiku saja kalau kau perlu sesuatu disini tapi tak ada. Atau sesekali berkunjunglah kerumah jii-san. Clara tampaknya senang sekali bisa bermain denganmu. Dari Forks ke Port Angeles tak terlalu jauh kalau kau ingin menempuhnya dengan naik mobil."

"Baiklah Jii-san.," kataku sambil kembali melihat-lihat rumah yang akan kutinggali sendiri selama satu tahun ini. Rumah yang sederhana dan sangat nyaman menurutku. Rumah kecil tetapi dengan halaman yang luas, sungguh rumah impianku dari dulu. Begitu melihat ke halaman belakang aku bisa langsung dapat melihat hutan-hutan fantastis yang di penuhi pohon-pohon lebat yang tinggi menjulang, mungkin kalau ada waktu aku bisa memulai petualanganku di Forks dengan cara naik gunung. Not a bad idea. Dan lagi dengan halaman seluas ini aku bisa menanam berbagai bunga dan tanaman lainnya, paling tidak agar rumahku saat ini lebih berwarna tak hanya berwarna cokelat.

"Hinata-chan, kau harus melihat mobil hadiah dari Tou-sanmu,"perkataan Yamato membuyarkan lamunanku tentang tanaman apa saja yang kira-kira akan kutanam di halaman.

"Eh, m-memangny Tou-san membelikan mobil untukku?" aku kaget. Tentu saja, selama di Tokyo aku tak pernah sekali pun di izinkan untuk mengendarai mobil kecuali saat Neji-nii diam-diam mengajariku mengendarainya.

"Hm, Tou-sanmu menyuruhku memesan mobil untukmu selama disini agar kau bisa jalan-jalan. Mungkin dia tidak mau kau sampai merasa bosan disini."

"Arigatou Jii-san."

Harus sangat kuakui kalau mobil yang di pilihkan Yamato-jiisan sangat bagus dan berkelas hanya dengan sekali melihatnya. White Ferrary. Tetapi ini Forks kota kecil yang sangat berbeda dengan Tokyo, mobil ini terlalu mencolok kalau di pakai di sini. Dan aku paling tidak suka untuk menjadi mencolok karena sebuah mobil atau apa pun itu.

"A-ano Yamato-jiisan, apakah tidak ada mobil yang lebih sederhana? Ini terlalu 'Wow'."

"Kau tak suka dengan ini Hinata-chan?"

"B-bukannya tidak suka. Hanya saja ini terlalu mewah kalau di pakai disini dan terlalu mencolok."

"Hmm.. baiklah akan Jii-san belikan satu lagi yang lebih sederhana untukmu."

"Ji-jiisan, tidak bisakah kau jual saja mobil ini dan menggantinya dengan yang lain. Mobil bekas saja sudah cukup."

"Tidak. Mobil ini hadiah dari Tou-sanmu dan nanti adalah hadiah selamat datang dari Jii-san."

Dan aku hanya bisa terdiam.

.

.

.

Hari ini pertama kali aku masuk sekolah. Sungguh aku sangat tegang saat pertama kali menapakan kaki di Forks High School, satu-satunya High School yang ada di kota Forks.

"Hello, kau pasti Hinata Hyuuga murid pindahan?" sapa seseorang ketika aku sedang berjalan menuju kantor kepala sekolah.

"Yes, I am."

"Haa.. ternyata begini rupa orang asia. Kulitnya putih dengan cantik seperti kata orang-orang dan sedikit pendek. No problem. Aku Eric, nice to meet you."

Aku hanya bisa tersenyum getir, sepertinya karenaku orang asia di cap pendek di Amerika. Maafkan aku semua penduduk Asia."Nice to meet you too."

"Kau mau kemana? Dan kalau kau memerlukan informasi yang kau butuhkan kau tinggal menayakannya padaku karena aku telinga dan tangan disini Hinata."

"Thanks Eric. Aku hanya ingin ke ruang kepala sekolah untuk mengambil jadwal kelasku."

"Baiklah aku akan mengantarmu."

"Tak perlu repot-repot. Aku bisa sendiri."

"Tak apa. Aku tak ingin kau terlambat masuk kelas karena terlambat,"ujar Eric dengan tersenyum lebar mengingatkanku pada Sai-kun teman sekelasku di Tokyo.

"Baiklah."

Perbedaan yang sangat signifikan antara sekolahku di Tokyo dengan sekolah baruku di sini adalah pakaian. Kalau dulu aku akan menggunakan seragam sehingga tak perlu repot-repot memilih pakaian karena itu sudah ketentuan dan peraturannya. Sedangkan di Forks tak ada ketentuan memakai seragam hingga aku harus kebingungan harus memakai pakaian apa untuk hari pertamaku di sekolah ini. Tapi aku pernah dengar dari Sakura-chan kalau kalian tidak ingin salah kostum untuk kemana pun, maka gunakanlah warna hitam karena itu warna netral dan tentu saja di pakai banyak orang. Jadi aku menggunakan pakaian hitam lengan panjang dengan kerah V ditambah jeans biru gelap dan sepatu boots rendah hitam.

"Nah disini ruang kepala sekolah. Apa perlu ku tunggu untuk mengantarmu ke kelas baru?" tawar Eric lagi.

"Tak perlu, thanks," kataku dengan tersenyum kecil. Aku tak ingin merepotkan orang yang baru saja aku kenal.

"Oke Hinata, aku pergi dulu kalau begitu. Sampai bertemu di kafetaria."

.

.

.

Suasana di kafetaria Forks sangat ramai, beruntung mendapatkan kursi karena di ajak oleh Jessica teman sekelasku di kelas Bahasa Perancis. Selain Jessica aku juga di ajak olehnya berkenalan dengan teman-teman satu meja kami yang lain. Yaitu Angelina, Mike yang menurutku mirip Naruto-kun dan Bella yang menurutku begitu cantik.

Untuk hari ada satu hal yang aku harus garis bawahi yaitu jangan memakai pakaian warna hitam karena kau salah kostum disini. Bayangkan diantara banyak murid tak ada satu pun yang memakai warna hitam, kebanyakan murid di sini menggunakan warna pastel atau coklat yang cerah.

Juga jangan pernah mengharapkan kalau kau akan menemukan nasi di kafetaria ini kalau kalian orang asia yang terbiasa memakan nasi. Karena yang ada adalah roti, ketang tumbuk, hamburger dan makanan barat lainnya. Inilah yang menjadi masalah bagi keluarga Hyuuga yang selalu di suguhi makanan jepang tradisional, aku tidak kenyang kalau hanya makan makanan seperti ini.

"Hinata boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Bella.

"Tentu. Ada apa?"

"Apa semua orang asia sepertimu? Maksudku bukankah kebanyakan orang asia bermata hitam atau kecokelatan?"

"Ya, warna mataku memang berbeda dengan orang asia kebanyakan mungkin karena itulah aku di buang." Candaku."Sebenarnya warna mata keluarga kami memang unik untuk orang asia seperti ini. Itulah kenapa aku sering di panggil aneh di sekolahku yang dulu."

"Tapi warna matamu cantik."

"Thanks Bells."

Saat aku mengalihkan pandanganku untuk melihat sekitar akhirnya kutemukan juga seseorang yang memakai warna hitam. Akhirnya ternyata tak hanya aku yang salah kostum di sini. Tapi sepertinya orang itu memang sedikit aneh. Kulitnya pucat bahkan lebih pucat dari Sai-kun yang sudah seperti mayat.

"Jessica kalau boleh tau siapa orang itu?" tanyaku pada Jessica ketika ia sedang tak sibuk dengan Mike lagi.

Jessica tampak tersenyum malu-malu,"Dia Edward Cullen. Dan yang duduk di sebelahnya Jasper Hale dan Alice Cullen."

Dapat kulihat Alice yang sedang duduk disebelahnya tampak sangat cantik seperti peri-peri yang ada di film. Dan Jasper terlihat sangat tegang seperti akan melalui ujian akhir semester. Dan Edward yang ikut salah kostum denganku hari ini tampak santai sambil menggelindingkan apelnya di atas meja. Kalau boleh jujur mereka bertiga sangat sempurna untuk jadi seorang aktris. Bisa dipastikan kalau mereka akan mampu menggeser popularitas aktris-aktris sekarang hanya dengan berdiri saja. Kalau bicara soal wajah itu relatif karena banyak orang yang tampan mau pun cantik, dari yang biasa saja sampai luar biasa cantik dan tampan. Tetapi aura mereka sangat berbeda dari orang kebanyakan, yang dapat kulihat malahan nyaris putih.

Tiba-tiba saja pandanganku dan Edward bertemu saat dia mengalihkan pandangannya kearah Bella. Apa mungkin pernah ada sesuatu diantara mereka sebelumnya? Kalian pasti bingung kenapa aku begitu yakin. Karena kalau boleh jujur fellingku untuk merasakan perasaan orang lain sangat kuat. Dan dapat kulihat dari mata Edward kalau dia merindukan sesuatu yang tak dapat dia sentuh.

Dan sekarang aku harus mematung karena Edward memandangku penuh curiga akibat memandanginya terlalu berlebihan.

"Tampaknya kau mendapat perhatian dari Edward Hinata,"ujar Jessica. Aku harus berterima kasih padanya berkatnya aku bisa lepas dari acara pandang memandang dengan Edward, karena kalau boleh jujur pandangannya terlalu tajam melebihi pandangan Sasuke-kun.

"Apa dia masih memandangiku dengan tajam?"

"Ya. Hanya kau dan Bella perempuan yang pernah di pandanginya seperti itu disini. Apa mungkin Edward punya kecenderungan menyukai anak baru ya?"

"Mungkin saja Jess, kau tau ini bisa menjadi berita koran sekolah yang menarik,"sambung Angelina.

"Kau benar. Sebaiknya kau coba saja tanya tentang itu."

.

.

"Aku tak bisa membacanya pikirannya sama sekali,"ujar Edward entah pada siapa tapi bisa di pastikan kalau Alice dan Jasper bisa mendengarnya.

"Edward kau memang tak pernah bisa membaca pikiran Bella dari dulu,"jawab Alice dengan suara kecilnya.

"Bukan Bella, tapi anak baru itu,"Edward menunjuk Hinata lewat ekor matanya.

Alice dan Jasper melihat kearah untuk beberapa saat."Apa kau yakin?"

"Ya. Dari tadi aku berusaha menembus pikirannya tapi tidak bisa."

"Tapi anak baru itu pun tak terlihat dalam pandanganku sebelumnya. Aku tak dapat melihat kedatangannya dan masa depannya,"Alice memandang Hinata dengan tatapan kosong.

"Jasper jangan bilang kau juga."

"Ya Ed. Aku juga tak bisa menembusnya."

"Edward menjambak rambutnya frustasi."Yang benar saja tak ada kemampuan dari kita menembusnya. Siapa anak baru itu sebenarnya?"

To Be Continue..

.

.

A/N: Crossover pertamaku dari Twilight dan Naruto. Aku tau mungkin tak banyak yang akan membaca karena ini fic pinggiran, but no problem karena aku membuatnya untuk kesenanganku. Dan jangan bingung soal penulisanku di chap selanjutnya karena aku akan terus memakai PoV dari Hinata sebagai tokoh utama, kemudian kalau ada garis berarti itu PoV normal. Kalau ada yang tak di mengerti bisa PM aku atau tulis di Fbku. See ya di Next Chap...^_^