"APA? KAU SUDAH PERNAH BERCIUMAN DENGAN KUROSAKI ICHIGO!"

"Iya~ benar-benar hebat bukan? Aku sampai tidak percaya dengan yang kemarin kulakukan dengannya~!"

Lagi-lagi teriakan histeris murid perempuan tentang ciuman dengan bintang sekolah, Kurosaki Ichigo. Ck, apa hebatnya sih dia? Masa seorang gadis yang diciumnya sampai berteriak tidak jelas gara-gara mendapat ciuman darinya? Sadarlah, murid perempuan! Kalian hanya dipermainkan olehnya, dan Ichigo hanya menganggap bibir kalian sebuah mainan yang setelah dirasakan akan dibuang begitu saja! Tunjukkan harga diri kalian sebagai seorang gadis! Ciuman pertama itu sangatlah berarti, tidak seharusnya bocah berambut oranye seperti Ichigo bisa seenaknya merebut ciuman kalian hanya karena bermodal tampang keren saja! Tidakkah kalian kasihan dengan calon suami kalian karena bukan dia yang menciummu pertama kali dalam hidupmu, melainkan iblis tukang cium bernama Kurosaki Ichigo?

"Hinamori, coba kau juga minta ciuman dengan Kurosaki-kun. Kau pasti akan ketagihan! Dia bisa membuatmu melayang hanya dengan ciuman mautnya itu!"

"Eh? Benarkah? Lain kali aku akan membujuk Kurosaki untuk menciumku."

Sialan. Dasar bandar narkoba berwujud ciuman!

Disclaimer :: Tite Kubo

Rate :: T+

Warning :: OOC, AU, Typo, Gaje, Abal, Rukia POV, dll. XD

Genre :: Gado-gado!

"Give Me Your Kiss"

Chapter 1

Perkenalkan semuanya, aku Kuchiki Rukia, seorang murid SMA Karakura kelas 3. Aku hanyalah murid biasa yang anti dengan namanya cerita romantis. Pacaran? No way, aku belum pernah melakukannya. Aku ini seorang gadis otaku, seorang gadis yang sangat suka dengan anime maupun manga shounen. Kalaupun suka shoujo, aku cuma suka membaca manga shoujo atau menonton anime shoujo yang di selipi cerota humor. Lalu soal pacaran, kenapa aku anti dengan yang seperti itu? Bukannya aku tidak mau, tapi aku masih belum mendapat laki-laki yang sesuai dengan tipeku. Laki-laki yang sesuai dengan tipeku adalah yang sama sepertiku, seorang otaku, tampan, pintar, baik hati, setia, dan... banyak kalau disebutkan!

Dan yang jelas bukan seperti dia, Kurosaki Ichigo! Setan pencium SMA Karakura yang entah kenapa malah sangat populer di kalangan para gadis! Lihatlah, semuanya! Sekarang dengan santainya dia menggoda seorang gadis berambut hijau tosca tanpa tahu malu di depan kelasku ini.

"Hey, Neliel. Kau tampak semakin cantik hari ini."

"Ah~ Kurosaki bisa saja!"

Oh, tidak! Cukup, jangan berbuat mesum dan menyebarkan virus menggelikan itu di depan kelas kami. Semakin lama kelakuanmu semakin menjadi, Ichigo. Dan aku, sebagai ketua kelas 3-G tidak akan tinggal diam. Wajahmu semakin dekat dengan Nelliel, temanku. Semakin dekat, dekat dan...

JDUAAAAK!

Rasakan tendangan pembasmi monster cium milikku, Ichigo! Haha, aku senang melihat tubuhmu yang terpental menjauh dari Nelliel, dan menggelundung dengan jarak sekitar satu meter. Sial, padahal aku berharap kau terpental sampai sepuluh meter! Aku tersenyum puas dengan apa yang kulakukan ini. Semoga kau jera, Ichigo!

"Ukh! Kau! Apa yang kau lakukan, gadis sialan!" dia menggeram padaku sambil memegangi pipi bekas yang kutendang barusan. Mata hazelnya menatap sosokku dengan lekat seakan ingin menerkamku. Tapi aku tidak akan takut, Ichigo! Hanya orang bodoh yang takut dengan orang perebut ciuman sepertimu. Kulangkahkan kakiku mendekat ke tempatnya. Ia yang masih duduk di lantai memandangiku dengan bingung. Kuancangkan kakiku agar hentakan keras terdengar dan membuatnya jera untuk berbuat mesum di depan kelasku. Sebisa mungkin, aku mencoba memasang tampang horror padanya.

"Jangan main-main dengan perempuan di depan kelasku ini, iblis mesum. Kau harus berapa kali ciuman sampai puas? Ingat, pencuri ciuman! Aku tidak akan membiarkan orang sepertimu melakukan hal maksiat di depan murid di kelasku ini karena mereka masih suci! Jangan kotori pikiran mereka dengan tingkahmu itu!" peringatku segalak mungkin padanya kemudian berjalan meninggalkannya. Semoga saja dengan ini, ia jera melakukan dosa itu!

"S-shit. Apa-apaan yang tadi itu?" Ichigo mendesah kesal sambil terus memegangi pipinya yang masih sakit. Yang lain menatapi Ichigo dengan kasihan, sementara Nel langsung mendekati Ichigo dan menenangkan pemuda itu dengan mengelus pipinya.

"Dia tadi itu ketua kelas di kelasku. Namanya Kuchiki Rukia, dia memang gadis yang disiplin, makanya yah... sikapnya agak kasar." katanya dengan cengiran. Ichigo memasang kerutan di dahinya. Baru pertama kali ada yang memperlakukannya seperti itu. Rukia adalah seorang wanita, harusnya dengan ketampanan dan mata yang menghanyutkan milik Ichigo, ia bisa dengan mudah memikat wanita macam mana pun untuk didekatinya. Tapi tidak untuk Rukia. Gadis itu malah menendang pipinya dengan kaki mungilnya dengan kekuatan yang tidak main-main. Untunglah daya tahan Ichigo cukup kuat, kalau tidak, rontoklah semua giginya.

"Cih. Sial. Berani sekali dia mempermalukanku."

# # #

"Dah, Rukia!"

"Dah juga!"

Fuh, akhirnya selesai juga jam sekolahnya. Semenjak kejadian tendangan tadi, selama jam pelajaran berlangsung, aku selalu mendapat tatapan sinis dari para murid perempuan. Ah, sepertinya menyakiti Ichigo itu sama saja dengan mengibarkan bendera perang dengan para murid perempuan karena mereka kan sekutu Ichigo. Cih, aku heran dengan mereka. Kenapa mereka bisa terpikat dengan makhluk rambut oranye seperti Ichigo? Tampan, memang sih. Tapi coba lihat, dia selalu gonta-ganti pasangan, bahkan hampir sebagian murid perempuan dipacarinya dan ciuman pertama mereka selalu direbut olehnya. Sangat mengerankan. Apa jangan-jangan dia menggunakan sihir pemikat wanita?

Kakiku berhenti melangkah ketika sebuah pemandangan mengerikan terpampang di depanku yang akan keluar gerbang sekolah. Hancurlah reputasi SMA Karakura jika ada guru yang melihat apa yang kulihat saat ini. Seorang murid laki-laki berambut oranye jeruk dengan mesranya berciuman dengan seorang murid perempuan. Mereka saling berpelukan erat seperti sepasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu, terlebih lagi tangan si laki-laki melingkar di pinggang sang perempuan, tiba-tiba menggerayang ke depan tubuh gadis itu. Menjijikkan! Parahnya si gadis cuma diam saja dan terus membiarkan lelaki yang ber-status bukan pacar resminya menciumnya sampai akhirnya salah satu dari mereka menarik paksa pagutan bibir agar terlepas. Dan dialah sang gadis yang melakukannya.

"Terima kasih, Ichigo. Ciumanmu benar-benar menggairahkan."

Ichigo tersenyum tipis mendengar ucapan lawan main ciumnya itu. "Yeah. Jika kau menginginkan lagi, minta saja padaku. Aku siap melayanimu, gadis cantik."

Oh ya? Kata-katamu benar-benar manis, tuan monster cium! Kau benar-benar ahlinya dalam hal beginian yah! Gadis yang baru saja kau cium tanpa merasa tidak terjadi apa-apa barusan meninggalkanmu dengan senyuman manisnya dan melambaikan tangannya. Lalu tuan Kurosaki Ichigo itu balas tersenyum. Sepertinya ia menyadari keberadaanku yang sedari tadi memperhatikannya, buktinya sekarang dia menoleh padaku dengan seringaian mesumnya.

"Eh? Ada satu lagi ya yang minta di cium?"

Uwargh! Aku sudah tidak kuat lagi menahan amarahku! Kau ini anggap perempuan itu sebagai apa sih, Ichigo? Aku tak akan sudi menyerahkan ciuman pertamaku padamu, iblis.

"Oh, kau kan yang tadi menendangku kan! Ah, ya benar! Tubuh pendek itu, tidak salah lagi kau yang tadi!" Ichigo menunjukku dengan jari telunjuknya dan terlihat kaget melihatku. Wah, rupanya ia ingat aku ya? Bagus, merupakan suatu kehormatan untukku diingat oleh bocah pencium macam kau.

"Tidak bisakah kau berhenti berciuman di depan umum, Ichigo? Tingkahmu ini sangat merusak pemandangan! Tolong, jaga kelakuanmu!" haruskah aku memperingatkannya sampai seratus kali lebih? Jika itu bisa membuatnya bertaubat, aku akan melakukannya. Tapi yang kudapat setelah menceramahinya apa? Malah seringaian yang selalu menjadi ciri khasnya itu. Sungguh menyebalkan. Ingin kusiram wajahnya dengan minyak goreng!

"Bagaimana kalau kau mencoba satu kali ciumanku, nona pendek? Kalau kau sudah merasakannya, mungkin kau akan ketagihan."

"APA? SIALAN, AKU BUKAN WANITA MURAHAN!"

Aku ingin sekali menahan emosiku, tapi mau bagaimana lagi. Meteran tingkat kemarahanku sudah sampai ujung, tidak akan bisa di tahan lagi. Tahukah apa yang kurasakan saat ini, pembaca sekalian? Aku merasa aku dilecehkan. Bagaimana bisa dengan mudahnya Ichigo menawarkanku untuk berciuman dengannya. Cih, aku pun segera mengacuhkannya dan jalan terus untuk pulang tanpa mempedulikannya. Walau Ichigo memanggilku dengan 'nona pendek' sambil berteriak-teriak dan itu membuatku malu, aku tetap mengacuhkannya. Berpura-pura tidak mengenalnya agar orang-orang yang melihat kami tidak tahu bahwa akulah yang dipanggilnya 'nona midget'.

"Hhh... manis sih manis. Sayang harganya mahal, haha." Ichigo tertawa pelan setelah Rukia benar-benar hilang dari pandangannya. Sepertinya Ichigo mulai tertarik untuk mengenal sang ketua kelas super disiplin itu lebih dalam. Mungkin jika ia berhasil meluluhkan hatinya sih.

# # #

Esoknya...

"Kau gadis paling cantik yang pernah kutemui, Riruka."

"Ah, kau bisa saja, Ichigo!"

Ternyata yang namanya iblis itu tidak akan memandang tempat di mana ia harus melancarkan aksi kejahatannya. Sama seperti ini, sepasang kekasih yang kulihat, ah! Ralat, bukan kekasih, tapi dua orang berlawanan jenis yang tengah bermesraan di kantin. Astaga, di kantin pun Ichigo masih sempat mencium pipi Dokugamine Riruka, warga SMA Karakura yang terkenal manisnya nomer dua. Seandainya kau sadar, semua orang menatapmu dengan tatapan kesal, Ichigo. Itu untuk orang-orang yang setipe denganku, seorang otaku. Tapi yang murid laki-laki malah mendukungmu. Dunia benar-benar tidak adil. Kenapa yang salah lebih banyak pendukungnya dari pada yang baik?

"Ah, Rukia! Kau juga sedang makan di kantin yah!" sapaan seseorang mengagetkanku sampai roti yang kupegang hampir meloncat dan jatuh ke lantai. Aku menengok ke belakang untuk melihat orang yang menyapa di belakangku itu. Oh, ternyata patnerku tersayang!

"Hai juga, Renji!" balasku dengan senyum bahagia. Ketahuilah kalian semua bahwa aku menyukai Renji. Abarai Renji, dia adalah teman sepermainan kecilku saat SD. Kami berpisah saat SMP dan bertemu kembali saat SMA. Lelaki bertato yang tampan ini sangatlah kukagumi. Gaya penampilannya sungguh memikat! Renji memiliki rambut merah panjang yang diikat seperti seorang samurai, apalagi jika aku melihatnya latihan kendo, ia benar-benar sangat mirip dengan Himura Kenshin, tokoh di manga Samurai X. Cuma bedanya ia tak punya tanda X di pipinya. Hehehe, jelas saja yah. Dan yang paling kusenangi dari dia adalah karena hobi kami sama, sesama seorang otaku. Renji-lah yang pertama kali mengenalkanku pada dunia otaku yang penuh dengan fantasi menyenangkan. Aku sangat bersyukur karena telah bertemu dengannya kembali semasa SMA ini. Dan... aku bermimpi, perasaan sukaku ini padanya bisa tersampaikan. Ia adalah seorang lelaki yang memenuhi kriteria idamanku, dan aku sangat berharap, suatu saat kalau keberanianku terkumpul, aku akan menyatakan perasaanku padanya.

"Mau makan bersama di tempat duduk sana?" Renji menawarkan tempat duduk yang ada di belakang tempat Ichigo dan Riruka bermesraan. Oh, sial. Kenapa Renji memilih tempat yang di situ? Tapi tidak apa selama aku bersama samurai tampan ini. Kami kemudian berjalan ke tempat duduk di belakang Ichigo dan Riruka untuk makan makanan yang kami beli barusan di kantin. Baru saja aku mendaratkan pantatku di kursi, Ichigo menoleh ke belakang dengan tatapan remehnya. Grrr...! Sebisa mungkin kupasang tampang garangku untuknya agar dia tidak berani mengganggu acaraku dengan Renji.

"Oh, ternyata Renji dan... nona pendek yah!"

Dia tertawa ketika menyebutku nona midget. Ichigo baka! Kenapa kau mempermalukanku di depan Renji. "Ah, Ichigo. Jangan pedulikan kami, kau kembalilah bersenang-senang dengan Riruka." kata Renji yang sepertinya tidak mau acara makan rotinya bersamaku -atau cuma perasaanku saja yang GeEr dia akan memikirkanku. Ichigo tersenyum kemudian kembali menoleh ke Riruka dengan tatapan penuh arti. Mereka seakan berkomunikasi lewat pandangan karena beberapa menit berlalu, Riruka mengagguk. Padahal Ichigo tidak berkata apapun padanya. "Aku ke kelas dulu yah, Ichigo." ucap Riruka yang berdiri dari tempatnya. Sebelum meninggalkan Ichigo, gadis itu menunduk dan mengecup bibir Ichigo. Setelahnya, hilanglah ia dari pandanganku. Sungguh pemandangan yang unik, kalian sepasang insan bodoh tanpa tahu malu cium-ciuman di depanku dan Renji.

"Hey, Renji, apa aku terlalu mengganggumu? Bisa kau kenalkan aku dengan teman di sebelahmu yang tidak sopan denganku kemarin?"

Aku mendadak berhenti menguyah makananku. Kutatap tajam lelaki berambut oranye yang duduk berhadapan denganku ini. "Oh, jangan-jangan yang kau bilang tidak sopan itu soal kau yang ditendang itu ya? Jadi Rukia yang melakukannya?"

"Tepat! Jadi namanya Rukia ya."

Malu. Sungguh malu sekali aku mendengar penuturan itu. Hebat, Ichigo. Kau berhasil membuatku harus kehilangan muka di depan orang yang kusukai. Entah apa aku harus membunuhmu agar orang menyebalkan sepertimu bisa bungkam.

"Wah. Tidak kusangka Rukia berani melakukan hal seperti itu padamu. Haha, dia memang gadis tomboy, jadi tidak heran," Renji mengusap rambutku. Sementara aku cuma diam saja melanjutkan acara makan siangku di kantin. Bukannya aku cuma ingin diam, tapi aku tidak tahu harus bicara apa dengannya. Apalagi ada Ichigo yang sedari tadi menatapku seakan ingin memangsaku. Aku jadi makin takut.

"Yah, salam kenal ya, nona pendek, ah! Bukan, harusnya kupanggil Rukia ya."

"Tapi, ngomong-ngomong, kau belum merebut ciuman pertama Rukia kan?"

"Uhuk! Uhuk!"

Air! Aku butuh air untuk mengatasi tersedakku ini! Apa yang barusan Renji katakan? Kenapa tiba-tiba pembicaraan yang mengalir tenang menjadi seperti gunung merapi yang meletus? Oke, kata-kataku tidak masuk akal dan susah di cerna, intinya, apa-apaan yang soal ciuman pertama barusan?

"Oh, kau khawatir kalau aku merebut ciuman pertama gadismu ini yah, Renji? Tenang saja, aku ini kan teman baikmu. Aku tidak akan mengambil ciumannya." Ichigo menatapku dengan mata hazelnya yang seakan menggodaku. Kotak minuman yang kupegang kuremat sekencang mungkin. Lama-lama aku bisa kena darah tinggi gara-garanya.

"Bukan! Maksudku ya... tidakkah kau kasihan dengannya? Dia ini gadis baik-baik. Aku tidak ingin kau menciumnya sembarangan." itu suara Renji. Apa ini mimpi? Kata-kata Renji barusan sangat membuatku malu. Apa itu artinya Renji tidak ingin agar ciuman pertamaku direbut Ichigo? Apa... dia ada rasa denganku sampai mengkhawatirkan soal ciuman pertamaku? Ah, rasanya wajahku memerah!

"Yah, yah. Aku tahu itu. Yang jelas jangan khawatir." kali ini Ichigo yang bicara. Nada bicaranya sedikit tidak menyenangkan dan kata-katanya itu sangat jelas membuatku sedikit takut. Perasaanku mendadak tidak enak karena tidak sengaja melihat matanya yang menatapku tajam. Ia seolah mengincarku. Ah, semoga cuma perasaan saja. Jangan sampai terjadi sesuatu yang buruk padaku.

# # #

"I-Ichigo..."

"Hm?"

"Hen-tikanh... a-aku harus pulang! Ahh!"

"Sssh, sebentar lagi, Senna. Biarkan aku menikmatinya."

Grak!

Begitu kugeser pintu kelas, berakhirlah sudah pesta kalian. Dua orang murid yang saling bercumbu di kelas tempatku yang sepi ini memandangku dengan kaget. Tidak keduanya, tapi cuma si gadis. Si gadis yang terkejut dengan kedatanganku segera mengancingkan dua kancing seragamnya yang barusan terlepas. Di lehernya terdapat bekas kemerahan. Sepertinya bukan cuma ciuman bibir yang Ichigo hadiahkan untuknya, tapi juga kissmark. Dengan muka merah, gadis yang kuketahui namanya Senna itu berdiri dari pangkuan Ichigo dan bergegas pergi meninggalkan kelas dengan muka merah. Kejadian itu bagiku sudah biasa. Berkali-kali aku memergoki Ichigo yang seperti itu.

"Hh... lagi-lagi lepas deh mangsanya."

Aku tidak peduli dengan keluhan Ichigo. Biarkan saja ia mau menggumam apa karena semua yang dilakukannya saat ini bukanlah urusanku. Aku segera mengambil tasku yang ada di bangku. Gara-gara ada tugas dari guru, aku harus pulang paling terakhir karena tinggal di ruang guru untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Kesal rasanya jadi ketua kelas, tapi mau bagaimana lagi. Dan sekarang, mau apalagi dia? Yang kumaksud adalah Ichigo, ia menghalangiku keluar kelas.

"Minggir." perintahku. Ichigo malah menyeringai. Sebagian kancing seragamnya yang terbuka membuat bentuk tubuhnya terlihat. Sixpack. Yah, kuaikui itu dan itu sedikit membuatku merona malu dengan apa yang kulihat. Seharusnya aku tidak boleh melihat hal seperti itu. Tapi tidak ada salahnya bukan meliriknya sedikit?

"Kau pacarnya Renji ya? Atau kalian belum berpacaran tapi kau menyukainya?" tanyanya terang-terangan tanpa memikirkan perasaanku. Cih, berani sekali dia menguji kesabaranku. Kuangkat kepalaku dan bertatap muka dengannya dengan jarak sedekat mungkin.

"Kau ini kenapa suka mencampuri urusan orang lain? Apa kau kesal karena gadis barusan kabur darimu dan kau jadi batal melampiaskan nafsumu? Lalu kemudian kau ingin memberikan pelajaran untukku?"

Baru saja aku selesai bicara, Ichigo tiba-tiba mencengkram tanganku. Ichigo mendorongku sampai menghantam dinding kelas sedikit kasar. Apa yang mau dilakukannya? Apa-apaan posisi ini? H-hey, katakan ini cuma bercanda kalau Ichigo menghimpit tubuhku, ah! Sekarang dia mulai berani menyentuhkan bibir kotornya ke leherku pula!

"Sepertinya begitu, Rukia. Kalau kau tidak keberatan, aku akan menjadikanmu sebagai pelampiasanku. Bagaimana?" bisikan dan deru nafasnya menyapu telingaku, tubuhku gemetar karena sentuhannya. Uh, ini sering kulihat di manga-manga shoujo dewasa yang pernah kubaca. Di saat seperti ini ataupun di posisi seperti ini, tokoh lelaki akan mencium wanita yang berada dalam tahanannya secara paksa, kasar, dan... argh! Tunggu, kenapa pikiranku jadi begini?

"I-Ichigo! Apa yang kau lakukan! Hentikan atau aku akan-" sebisanya aku terus memberontak. Sial, iblis ini benar-benar bukan cuma mengandalkan kekuatannya sebagai lelaki, tapi juga kepintarannya. Aku baru sadar kalau ini sudah lewat dari jam pulang sekolah. Tidak akan ada seorang pun yang ada di sekolah ini selain aku dan Ichigo, pantas saja Ichigo berani melakukan ini padaku!

"Aku akan membantumu mendapatkan Renji kalau kau memperbolehkanku mencoba bibir mungilmu itu, Rukia."

"A-apa?"

"Yah. Aku tahu seluk beluk tentang percintaan Renji. Aku tahu siapa orang yang disukainya, tipe wanita macam apa. Apapun tentangnya."

E-eh? Padahala aku ini teman kecil, sahabat baik Renji, tapi Renji tidak pernah sekalipun membahas perasaannya kepadaku. Aku tahu, tidak semudah itu menceritakan soal asmara pada orang lain, tapi... ah, Renji rupanya lebih memilih Ichigo sebagai tempat curhatnya daripada aku. Renji yaoi...! Ekh, apa yang kupikirkan! Kenapa aku malah menyangkutkan kehidupan nyataku dengan manga atau anime yaoi!

"Aku tidak butuh semua itu! Sekarang lepaskan aku, iblis tukang cium!" maaf semuanya, aku terpaksa berbohong. Mana mungkin aku mau menolak informasi tentang Renji, samurai pujaanku! Tapi ini pun menyangkut ciuman pertamaku, jadi mana mungkin aku menerimanya semudah itu!

"Benar tidak mau?" Ichigo semakin mendekatkan wajahnya denganku. Oh, shit. Aku tidak bisa berdusta tentang ketampanannya yang hampir membuatku pasrah dalam tahanannya. Tapi aku tetap punya akal sehat! Tidak akan semudah itu Ichigo bisa mendapatkan apa yang diinginkannya dariku.

"Lepa-"

"Semakin marah, kau terlihat semakin menggoda, Rukia." Ichigo semakin berani dengan perbuatannya! Dia sekarang mulai memiringkan kepalanya, bersiap menciumku! Segala cara sudah kutempuh, mulai dari menginjak kakinya, mencakar punggungnya, menjambak rambutnya, menggigit tangannya, tapi tidak ada satu pun yang berhasil! Yang jelas aku tahu, Ichigo pasti menahan rasa sakit akibat serangan kecilku itu. Ah, di saat begini, di anime, kalau tokoh wanita tidak mau dicium, maka cara satu-satunya...

"TENDANGAN MAUT TSUBASA OZORA!"

"Eh?"

DUK!

Binasalah kau, Ichigo! Sebelumnya aku minta maaf karena telah melukai bagian 'kelelakian'mu, menendangnya cukup kuat. Ichigo langsung mengerang kesakitan dan meringkuk di lantai sambil memegangi miliknya yang pasti sangat sakit. Tubuhnya menggeliyat bagai cacing kepanasan, dia terus mengumpat dan berguling-guling di lantai. Kesempatan itu tidak kusia-siakan, segera saja aku kabur dari cengkramannya sebelum aku di perkosa olehnya!

"Dah, Kurosaki Ichigo! Itulah balasannya jika kau berani macam-macam denganku!" teriakku yang seraya berlari keluar sekolah dan segera pulang.

"Kkh... sial. Awas kau, Rukia! Aaaarrrghhh! Bertahanlah, kau masih bisa berfungsi kan, 'adik'!" Ichigo terus mengumpat. Sakit yang di alaminya terlalu luar biasa sampai-sampai untuk berdiri saja sangat tidak kuat.

# # #

Akhirnya sampai juga aku ke rumah. Bukan rumah, tepatnya apartemen kecil yang kutinggali ini. Yah, aku yang seorang pelajar SMA ini tinggal di sebuah apartemen yang mirip dengan namanya rumah susun. Apartemen yang ku huni ini tidaklah mewah, hanya sederhana saja. Dan aku baru dua hari menempati apartemen tidak laku ini gara-gara Nii-sama pergi ke luar negeri untuk bekerja. Tinggalah aku sendiri di sini. Aku terpaksa tinggal di sini karena tidak mau tinggal di rumah asliku. Kenapa? Bayangkan saja, masa seorang gadis sepertiku harus menetap di rumah yang depannya adalah lokasi pemakaman? Lain ceritanya kalau Nii-sama tinggal bersamaku, tapi sekarang orang itu sudah tidak di sini lagi, makanya aku meninggalkan rumah dan menetap di apartemen yang pemiliknya sangat baik hati. Untuk penghuninya, aku tidak terlalu kenal -atau belum kenal karena aku belum berkunjung di tiap kamar apartemen ini.

"Ekh! Sudah jam sebelas malam!" kaget aku melihat jam wekerku menunjukkan waktu tepat pukul sebelas malam. Harus segera tidur nih, tapi tidak segera pun juga tidak apa sih, lagipula besok adalah hari Minggu, saatnya sekolah libur. Biasanya setiap malam minggu ini, aku selalu menonton kaset anime yang biasa kupinjam dari Renji, tapi rasa kantuk yang menyerangku sudah tidak bisa kutahan lagi. Apalagi tadi kan sepulang sekolah aku lari terus agar bisa lolos dari iblis tukang cium tadi.

"Semoga esok jadi hari yang lebih baik." selesai berdoa sebelum tidur, aku mematikan lampu kamarku dan memejamkan mata. Berharap kali ini aku bermimpi tentang samurai pujaanku, Abarai Renji.

# # #

Pagi telah datang menggantikan malam, awal untuk hari yang baru. Terdengar siulan burung-burung yang merdu dan sinar matahari yang begitu cerah. Nuansa pagi cerah ini membangunkanku dari alam mimpiku. Kubangunkan tubuhku dari ranjang lalu mengangkat kedua tanganku tinggi-tinggi untuk meregangkan ototku. Sambil menguap malas, kuturunkan kakiku memijak lantai.

"Minggu waktunya buang sampah ya..." desahku yang teringat akan pesan ibu pemilik apartemen yang mengatakan kalau setiap Minggu itu adalah pengambilan sampah yang menumpuk di tiap kamar. Setiap sampah harus dimasukkan ke karung besar dan diletakkan di depan kamar. Setengah mengantuk, aku memunguti sampah-sampah yang bersarang di kamarku. Tidak kusadari, ternyata aku mengoleksi begitu banyak sampah sampai setengah karung sampah ini terisi.

Cklek.

Aku membuka pintu kamarku dengan satu tangan yang menyeret karung sampah. Sepertinya bukan aku saja yang baru bangun tidur dan beres-beres, penghuni kamar apartemen di sebelah kamarku rupanya bebarengan keluar untuk meletakkan sampahnya di depan kamar sama sepertiku. Seketika aku menoleh pada penghuni kamar di sebelahku dengan senyum manis yang kubuat-buat. Sebelum berkenalan, berilah senyum cerah pada orang yang ingin kau jadikan temanmu.

"Selamat pagi!" kataku riang gembira padanya, semoga dia bisa menjadi tetangga sekaligus teman se-apartemen pertamaku yang terbaik.

"Ekh! Kau, Rukia!" tunggu, suara ini... sepertinya tidak asing lagi di gendang telingaku. Jangan bilang kalau perkiraanku ini tepat. Perlahan kubuka mataku untuk melihat siapa yang bicara tadi dan... astaga. Orang yang kemarin baru saja 'milik'nya kuserang dengan jurus tendangan Tsubasa Ozora dari manga Captain Tsubasa. Sekarang ia menyeringai licik ke arahku. Wajahku memucat melihatnya yang benar-benar terlihat ingin menerkamku. Padahal semalam aku bermimpi tentang samurai pujaanku, Abarai Renji. Tapi kenapa paginya aku malah melihat Kurosaki Ichigo. Apa maksudnya ini? Apa dia-lah penghuni kamar yanga ada di sebelah kamarku?

"Hai, Rukia. Mari kita menjadi tetangga yang baik."

Kusso. Takdirku benar-benar mengerikan. Satu sekolah dengannya saja aku hampir kehilangan ciuman pertamaku, apalagi kalau satu apartemen. Bisa-bisa aku kehilangan 'sesuatu' yang berharga bagi seorang wanita...

To Be Continued...

Holla, semua! Lagi-lagi saia bikin fic baru, wkwkwkwk. Tapi tenang aja, ini gak bakal banyak chapter, paling cuma 4-5 chap ^^a

Bosen yah Ichigo di fic saia mesti saia buat mesum. Hhh... -_-, tapi mau bagaimana lagi, saia suka bikin Ichigo mesum~ jadi lebih 'ngeh' XD

#dikaplok Ichi

Ah, dan satu lagi! Captain Tsubasa bukan punya saia loh, XD.

Daaaaan... MINAL AIDIN WAL FAIDZIN yah buat besok! Hiru minta maaf klo ada kesalahan pada kalian baik di sengaja ataupun tdk ^^a. Salam hangat untuk pembaca sekalian!

Okeh, mohon repiunya yah ^^