Alohaaaaaaaa! Akhirnya bisa melanjutkan fic request dari . Yang jelas, adalah saya memohon maaf yang sebesar-besarnya kepada yang sudah merequest fic ini dan sudah saya sanggupi dan selalu telat update-annya. Berikutnya, saya minta maaf yang sebesar-besarnya kepada semua readers yang sudah berbaik hati memberikan saran, kritik, dan dukungan melalui review tetapi saya tidak hanya telat mengupdate fic ini, saya juga tidak membalas pesan kalian.

Saya bukannya tidak mau balas, tetapi saya jarang masuk login. Gomennasaiiii…. Tapi JUJUR review kalian selalu menjadi penyemangat saya.

Nggak usah banyak bicara dari saya, saya hanya mau bilang fic ini DISCONTINUED tapi bohong *dibunuh*.

Oke, silahkan baca. Semoga kalian suka chapter ini.

.

Naruto by Masashi Kishimoto

The Destiny Which Should Be by Ky is Kyra

Genre: Comedy, Drama, Romance, Supernatural

Pair: Sasuke x Naruto

Warning: Alur lambat.

.

Kisah VI

Permainan Nasib

"Dobe!"

Naruto tidak mempedulikan Sasuke. Ia masih betah bersembunyi di balik selimutnya. Sasuke hanya bisa menahan emosinya melihat sikap Naruto yang menurutnya kekanak-kanakan itu. Ia mengingatkan dirinya bahwa mahluk pirang menyebalkan yang sedang bergelung di bawah selimutnya itu masih syok dan mungkin sedang mengalami PMS karena tamu bulanan pertama yang ia hadapi.

"Aku tahu kau masih belum bisa menerima keadaan ini," ucap Sasuke lagi. "Tapi ada banyak hal yang harus kita bicarakan mengenai keadaanmu yang sekarang."

"Pulang sana, dasar brengsek!" seru Naruto dari balik selimutnya.

Diusir dengan tidak sopan begitu, emosi yang ditahan Sasuke menjadi tidak terbendung. Setelah usahanya mengantar Naruto pulang (setelah dipaksa Shizune-sensei, guru kesehatannya), tidak hanya dia tidak mendapatkan ucapan terima kasih dari Naruto, ia malah diusir dengan kasar dan dipanggil 'brengsek' oleh orang yang menurutnya justru lebih brengsek darinya.

Didekatinya tempat tidur Naruto dan menarik paksa selimut yang menutupi tubuh gadis itu, lalu ditariknya kerah baju gadis itu hanya untuk mendapatkan wajahnya basah oleh air mata. Pipinya menggembung saat ia dipaksa menatap Sasuke, hidungnya merah dan jejak air mata masih tampak jelas di matanya. Setiap laki-laki yang melihat keadaannya saat itu pasti akan merasa iba.

"Kalau kau memang laki-laki, hadapi masalahmu, dobe."

Sayangnya hal itu tidak berlaku untuk Sasuke.

"Teme~" geram Naruto yang tidak terima perlakuan Sasuke padanya. "Kau tidak-"

"Tidak mengerti perasaanmu eh, dobe?" sela Sasuke dengan ekspresi mengejek. Naruto langsung speechless. Bungsu Uchiha itu langsung menyeringai. "Sepertinya kau benar-benar sudah menjadi 'perempuan', Uzumaki-chan."

Buk!

Suara daging yang dihantam terdengar tepat setelah Sasuke selesai bicara. Bungsu Uchiha itu mundur beberapa langkah sambil memegang kepalanya yang dihantam Naruto dengan kepalanya sendiri. Beberapa umpatan kasar tidak lupa ia muntahkan untuk Naruto yang bertanggung jawab atas rasa sakit di dahinya, ditambah lagi rasa pusing yang tidak menyenangkan akibat benturan dua kepala tersebut.

"Teme," geram Naruto mengabaikan umpatan Sasuke, ia justru menatap garang ke arah pemuda tampan itu, "Jangan pernah memanggilku begitu."

Masih sambil memegangi keningnya yang sakit dan tampak memerah, ia balas menantang tatapan garang gadis itu. Mereka saling memelototi dengan penuh kebencian selama beberapa waktu sampai Naruto menghela napas dan menundukkan kepalanya dengan lemas.

"Gomennasai," ujarnya pelan dan tidak rela. Kekerasan kepala dan hatinya membuatnya sulit untuk mengakui kesalahannya, terkhusus di hadapan Sasuke.

Sasuke yang menangkap nada tidak ikhlas Naruto memilih mengabaikan emosinya yang hampir naik lagi. Ia menarik napas dan menghelanya beberapa kali, lalu menuju kursi yang ada di dekat tempat tidur gadis itu. Setelah emosinya tenang kembali, barulah ia mulai bicara.

"Ada beberapa hal yang harus kau perhatikan dengan keadaanmu sekarang," ujar Sasuke dengan pelan, berharap gadis di hadapannya bisa mencerna kata-katanya dengan cara itu. "Mulai sekarang, SELAMA tujuh hari ke depan, hindari makanan asin, minuman dingin dan berkarbonasi, minumlah air hangat dan perbanyak makan buah."

Naruto mendengar penjelasan atau tepatnya perintah Sasuke dengan ekspresi bodoh yang membuat wajahnya yang sudah sembab karena menangis menjadi semakin jelek. "Kenapa aku harus melakukan itu?"

"Sekedar berjaga-jaga, kenakan jaket ke sekolah," ucap Sasuke mengabaikan pertanyaan Naruto. Pengabaiannya itupun berhadiah bantal cantik di wajah.

"Doobe," geram bungsu Uchiha tersebut. diremasnya bantal yang digunakan Naruto sekuat tenaga, melampiaskan kekesalannya pada bantal tidak berdosa tersebut. Bukannya merasa takut, Naruto justru menertawai Sasuke. Sikapnya itu jelas menjadi minyak yang memanaskan api kemarahan dalam diri pemuda tersebut. Tanpa ampun, dilemparkannya bantal yang ia pegang ke arah Naruto sekuat tenaga. Bantal itupun melayang dan menghantam wajah Naruto dengan sangat keras sehingga membuatnya terlempar ke belakang.

"Temeee!" teriak Naruto yang juga ikut kesal. Perang bantalpun tidak dapat terelakkan. Dengan tenaga yang tidak ditahan-tahan lagi, Sasuke dan Naruto saling mengincar kepala masing-masing.

BUK!

Suara debaman kasar dan keluhan sakit terdengar, menyadarkan mereka berdua yang entah bagaimana sudah berada dalam posisi yang sangat mencurigakan. Naruto terbaring di lantai dengan tangan menjambak kepala Sasuke, sementara pemuda Uchiha itu menindihnya dari atas. Mereka terdiam cukup lama, berusaha memahami keadaan yang sangat ganjil itu.

Sasuke meneguk ludahnya saat melihat bibir Naruto. wajah sembab dan jelek Naruto tidak lagi teringat olehnya, sebaliknya bibir gadis itu seolah-olah menjadi magnet yang menariknya untuk mendekat. Kedua tangan yang tadinya menumpu berat badannya sudah berpindah ke lengan gadis itu, mencegahnya untuk bergerak. Sementara kepalanya turun dengan pasrah, menghilangkan jarak yang ada antara Naruto dan dirinya.

"Uwaaaah!"

Naruto yang berada di bawahnya tentu saja langsung panik dengan tindakan aneh Sasuke. Terlebih saat ia tidak bisa melawan tenaga Sasuke yang menahan kedua lengannya. Sensasi aneh yang dirasakannya membuatnya berontak sekuat tenaga sehingga ia tidak sengaja menghantam selangkangan Sasuke dengan kakinya.

"Ugh."

Mendapat serangan tidak terduga di daerah yang tidak terduga membuat Uchiha Sasuke tumbang seketika. Ia terbaring di lantai dengan tangan memegangi 'adik kecil' yang baru didapatnya beberapa hari yang lalu. Ia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi seluruh tubuhnya lemas dan rasa sakit yang tidak tergambarkan terpusat di bagian tengah badannya. Air matanya bahkan menetes tanpa mampu ia tahan.

Sementara pelaku yang menumbangkan Sasuke hanya duduk melongo melihat korbannya. Ia masih belum selesai memproses seluruh kejadian yang terjadi kurang dari lima menit itu. Setelah otaknya berhasil menyimpulkan keadaan, barulah ia bergerak untuk menolong Sasuke yang masih mencium lantai dengan tangan yang menutupi selangkangannya.

"Ahhh, gomen Sasuke, aku tidak bermaksud-" kata-kata Naruto terhenti ketika Sasuke mencengkram tangannya yang memijat pelan pinggulnya. Sekali lagi ia merasakan sensai aneh yang membuatnya gelisah. Saat ia bermaksud menarik tangannya, mata Sasuke yang basah oleh air matapun membuatnya lupa.

"Apa itu tadi, dobe?" tanya Sasuke yang masih belum mengerti situasi yang terjadi.

Mendengar pertanyaan polos itu Naruto langsung membeku. Ia jadi merasa sedikit bersalah pada pemuda di hadapannya. Apalagi Sasuke menatapnya dengan mata yang masih dibasahi air mata.

"Dobe, aku tanya apa itu tadi? Kenapa aku tiba-tiba merasa sakit dan lemas-"

"Ahahaha~" Naruto tertawa canggung, bingung bagaimana ia harus menjelaskannya pada Sasuke. "Anoo, etoo~"

"Jelaskan padaku, dobe," perintah Sasuke sambil memperkuat cengkramannya di tangan Naruto.

Glek!

Naruto menelan ludahnya dengan paksa. Ia tidak bisa lari dari tanggung jawabnya.

"Ano, etoo, laki-laki itu kau tahu, sangat sensitif di bagian 'adik kecil'nya-"

"'Adik kecil'?" ulang Sasuke yang tidak mengerti dengan pengistilahan Naruto.

"Maksudku yang ini, tolol!" seru Naruto menunjukkan apa yang ia maksud pada Sasuke. Sayangnya, caranya menunjukkan bukan dengan mengarahkan telunjuknya ke 'benda' yang dia maksud tapi malah langsung menyentuhnya. Tentu saja hal itu ia lakukan tanpa sadar, sengaja, bahkan tanpa niat. Ia melakukannya murni karena kebodohannya. Yang sangat disayangkannya lagi, alasan itu tidak berlaku untuk Uchiha Sasuke yang terkejut karena disentuh ditempat yang tidak seharusnya dan refleks melayangkan tamparan ke wajah Naruto. Naruto langsung K.O. di tempat.

"Apa yang kau lakukan, kurang ajar?!" jerit Sasuke. Benar-benar menjerit. Ia segera menjaga jaraknya dari Naruto yang masih tergeletak pasrah di lantai. Dengan wajah merah karena malu dan marah, Sasuke meletakkan satu tangannya untuk melindungi dada, sementara tangan yang lain menarik bajunya untuk menutupi pahanya.

Naruto masih terkapar di lantai, masih syok dengan tamparan yang ia terima. Ini bukan pertama kalinya ia ditampar, tentu saja, mengingat tindakan-tindakan genitnya yang akan sangat aneh bila ia tidak menerima tamparan. Yang mengejutkannya adalah ia mendengar jeritan laki-laki sebelum ditampar dengan tenaga laki-laki milik Sasuke.

Beruntung mereka hanya berdua saat itu. Sebab, siapapun yang melihat mereka pasti akan merasa ada yang salah dengan situasi yang ada. Di mata orang lain, Naruto akan menjadi gadis genit yang melecehkan seorang pemuda yang menjerit karena dilecehkan meskipun ia memiliki tenaga yang sangat besar untuk menumbangkan si gadis. Untuk pertama kalinya Naruto merasa ingin menangis dengan permainan nasib yang tidak masuk akal ini.

'Kembalikan aku, dewa sialan!' kutuknya pada sang dewa yang entah ada di mana dan sedang apa.

TBC

.

Omake

"Hatchi!"

"Kyuubi-sama, anda tidak apa-apa?" tanya salah seorang rubah kecil yang merupakan asisten Kyuubi.

Dewa rubah berekor Sembilan itu hanya menggeleng. Ia melanjutkan pekerjaannya membaca berkas para calon manusia yang akan ditentukan jenis kelaminnya saat mereka lahir nanti. Ia membaca berkasnya dengan hati-hati, tidak ingin mengulangi kesalahan yang pernah ia lakukan belasan tahun yang lalu.

Tidak hanya ia akan mendapat teguran keras dari atas, ia juga harus repot menunggu mereka untuk meminta bertukar dan yang lebih menyebakan lagi, ia harus menerima makian dari manusia yang ia rubah. Seperti yang baru saja terjadi.

Kyuubi menghela napas. Lelah dan kesal. Ia mengambil teh yang dibawakan asistennya, meminumnya seteguk dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

'Aku mendengarmu, dasar bocah berisik!'

Owari

Always waiting for your responses.

With Love,

Kyra

.