Chapter 1 : A Lie

.

.

.

Seperti kata pepatah "Satu Kebohongan akan melahirkan Kebohongan Lainnya"

Ini juga yang terjadi pada Draco Malfoy dan Hermione Granger

Mereka telah berbohong dari awal, akankah mereka hidup dalam kebohongan?

Akankah kebohongan menghancurkan hidup mereka atau sebaliknya?

.

.

.

Pelajaran telah usai, di sudut sekolah yang sepi terlihat Draco Malfoy yang sedang menarik tangan Astoria Greengrass kemudian berdiri berhadapan. Terlihat sekali sebenarnya bahwa sang Malfoy muda tengah gugup. Selang beberapa menit, Draco tak menunjukkan tanda-tanda akan memulai suatu pembicaraan, hanya sikapnya yang terlihat sangat tidak Malfoy yang berbicara.

"Hey, Draco ada apa sebenarnya?" tanya Astoria yang tampak sangat penasaran dengan tingkah aneh sahabatnya itu.

"Hmmm aku.. aku.."

"Aku apa Draco." Astoria tampak tak sabar "Kalau tak ada yang ingin dibicarakan lebih baik aku pergi saja."

"OK..OK, sebentar. Begini, sebenarnya ehm sebenarnya.." Ucap Draco dengan terbata

"Iya, sebenarnya apa?" Sekarang tampak Astoria yang sudah terlihat tak sabar, dari tadi dia hanya mendapat kata-kata yang menggantung dan tak dapat ditebak isinya.

"Sebenarnyaakumencintaimu" kata Draco tanpa jeda, nafasnya terengah-engah wajahnya memerah dan bukan tipikal Draco sama sekali sementara reaksi lawan bicaranya adalah mencerna kata apa yang Draco ucapkan dan sesaat kemudian reaksi terkejut sangat tampak diwajahnya hingga tak bisa berkata-kata.

"Mungkin sikapku tak pernah bisa ditebak, tapi aku benar-benar mencintaimu," Ucap Draco yang sudah bisa mengatur nafasnya dan detak jantungnya.

"Maaf Draco, tapi.. tapi kau tahu sendiri kan kalau aku sudah punya orang lain di hatiku, maaf ya.." Kata Astoria, Draco terdiam karena shock dan tidak bisa berkata apa-apa, lidahnya terasa kelu dia masih sangat terkejut dan sedih bagaimana bisa cinta pertamanya, satu-satunya wanita yang bisa mendekatinya MENOLAKNYA sekali lagi MENOLAKNYA.

Keheningan seketika tercipta disitu, Astoria tampak canggung sementara Draco memasang ekspresi yang tidak bisa dibaca. Astoria langsung mendongakkan wajahnya ketika mendengar Draco terkekeh. Dia terlihat sangat heran dengan perubahan sikap Draco yang tiba-tiba, belum sempat dia bertanya Draco sudah menyela.

"Haha...kau ini..seperti tidak tau saja aku ini bagaimana," Kata Draco dengan agak terbata "Lihat ekspresimu, seperti bukan kau saja." Lanjutnya. Sebenarnya dia masih terlalu shock untuk menerima kenyataan bahwa dia ditolak oleh cinta pertamanya

"Aku ini sedang latihan tahu..." Kilahnya

"Latihan..latihan, kau menakutiku tahu!" Kata Astoria sambil mengerucutkan bibirnya sebelum dia menyadari sesuatu "Eh, Latihan? Latihan apa?drama?"

"Bukan..tapi latihan mengungkapkan perasaanku pada seseorang, tapi bukan jawaban seperti itu yang aku inginkan. Bagaimana pendapatmu?"

"Oooh, APA?"Katanya sambil terkejut mendengar penjelasan sahabatnya itu, baru pertama kalinya sahabatnya ini bercerita bahwa dia tengah jatuh cinta "Jadi kau menyukai seorang gadis? siapa gadis itu? gadis itu pasti sangat beruntung, kenapa kau tidak pernah menceritakannya kepadaku?" Tanya Astoria sambil merengut kenapa sahabatnya tak pernah becerita dan karena ya...setaunya Draco tak pernah terlihat bersama wanita lain selain dirinya.

"Hah...oh...hmmm nanti kau juga tahu sendiri."

"Ayolah..kita kan teman baik."

"Sudahlah, lupakan saja."

"Eh, sudah jam segini. Aku harus pergi, aku ada janji dengan seseorang. Kau masih berhutang cerita padaku ya. Bye." Katanya sambil melambaikan tangannya.

"OK. Bye."

Astoria meninggalkan Draco yang kemudian duduk sendirian sambil menikmati sepoi angin membelai wajahnya. Suasana hati Draco sedang sangat buruk, tak pernah ia ditolak oleh seorang gadis. Apalagi gadis ini adalah gadis pertama yang bisa membuatnya jatuh cinta. Ketika ia sedang melamun merenungi nasibnya, tiba-tiba...

"Draco.." Pansy terlihat mendekat sambil tersenyum gugup.

"Hn, pergi sana aku sedang tidak ingin diganggu." Jawab Draco tanpa menunjukkan ekspresi apa-apa.

"Tapi..bolehkah aku bicara sebentar."

"Pergi sana, aku sedang tak ingin mendengar apapun."

"Oh, ayolah sebentaaar saja, ya?" Kali ini nadanya dibuat sememelas mungkin.

"OK, kuberi kau waktu 30 detik untuk bicara." Sahutnya dingin.

"Hmmm sebenarnya hmmm...sudah lama aku menyukaimu, maukan kau jadi pacarku?" Terlihat semburat kemerahan di pipi Pansy.

"Oh, Aku sudah punya gadis yang aku cintai." Tanggapnya datar.

"Benarkah? tapi...tapi aku tak pernah melihatmu..ehmmmm Blaise juga tak pernah bercerita apapun tentang hu.."

"Memangnya kau pikir kalian tahu semua hal tentang aku, sudah pergi sana...jangan ganggu aku, aku sedang ingin sendiri!" Ucap Draco dingin namun sedikit terdengar nada kemarahan disana.

"Maaf Draco, aku tak bermaksud..aku hmm tak tau kalau kau.."

"Hn."

"Hmm tapi kita masih berteman kan?" Pansy terdengar ragu kali ini.

Hanya terlihat anggukan lemah sebagai jawaban pertanyaan Pansy. Pansy langsung meninggalkan Draco setelah mengucapkan terimakasih. Sepeninggal Pansy, Draco kembali merenungi nasibnya.

"Gadis yang aku cintai sudah mencintai orang lain. Kenapa aku tidak menyadari kalau ternyata Astoria hanya menganggapnya sebagai teman, baiklah aku akan mencoba melupakannya." itulah janji Draco dalam hati.

Tiba-tiba terdengar bunyi benda berat terjatuh, tak lama kemudian terdengar bunyi runtukan tak jelas yang seperti digumamkan oleh suara yang sangat ia kenal, "Pasti si Mudblood itu," kata Draco sambil menolehkan kepalanya ke sumber suara "Hn, tak pernah salah."

Terlihat Hermione Granger sedang mengambil buku yang tak-bisa-kau-bayangkan-banyaknya yang berserakan di lantai. Sangat terlihat kalau dia kesulitan membawanya sepuluh buku mungkin dia bawa dan masing-masing bukunya itu tak ada yang kurang dari 10 cm tebalnya. Entah angin apa yang membawanya mendekat.

"Hei Granger, kau mau memindahkan perpustakaan apa?"

"Diam kau ferret." Katanya ketus "Kalau kau hanya berniat membuatku marah, lebih baik kau pergi saja!"

"Hmm sopan sekali kau Mudblood." Katanya datar "Dan ingat, jangan pernah kau panggil aku dengan sebutan menjijikan itu."

"Kau bilang apa ferret, kau yang jangan pernah lagi kau ucapkan kata-kata itu!"ucap Hermione sambil berdiri.

"Huh."

"Das-"

Draco's POV

"Aduh, kenapa tiba-tiba mereka datang kesini?"

"Oh shit! mereka pasti akan membicarakan masalah perjodohan itu, padahal sudah jelas-jelas aku menolaknya."

"Ayolah Draco...kamu pasti punya cara buat menghindar dari perjodohan konyol itu."

"Haruskah aku melakukannya?apa boleh buat tak ada cara lain, kalau tau begini jadinya lebih baik tadi aku terima Pansy."

End of Draco's PoV

"Shh.." Tiba-tiba Draco terlihat panik dan gugup. Kali ini Draco kesekian kalinya memotong ucapan Hermione "Sekali ini tolong aku Mud, hmm maksudku Granger." Lanjutnya

"Ada apa ini?enak saja!" Dan "Hey" Ucapnya ketika tangan Draco tiba-tiba sudah berada ditangannya dan menggenggamnya, hangat.

"Please Mione, apapun permintaanmu akan aku lakukan, tapi satu saja."

Hermione terlihat sedang berpikir...tiba-tiba Draco membalik posisinya, tadi Hermione yang mmenghadap dinding, sekarang dia yang menghadap dinding dan Hermione berada tepat didepan Draco, tanpa diduga dia meletakkan tangan Hermione di leher Draco.

Hermione's PoV

"Ada apa ini!kenapa tiba-tiba dia berpindah, anak ini memang aneh. Lho kenapa tanganku di..?"

"Sudah lakukan saja, shh jangan protes, lakukan saja apa yang aku perintahkan!" Perintahnya "Miringkan kepalamu!" katanya sambil merendahkan kepalanya sampai dahinya menyentuh dahiku..

"Draco, apa-apaan ini?" Tak sadar aku memanggilnya Draco.

"Shhh diam saja, " Bisik Draco.

Jantungku seakan ingin meloncat saking kencangnya degup jantungku, tapi ternyata Draco tak melakukan apapun hanya saja dia tetap bertahan dengan posisi itu, aku pikir akan lebih dari itu errrr lupakan..

End of Hermione's PoV

Tiba-tiba terdengar suara derap langkah beberapa orang mendekat dan mereka berdua tidak merubah posisinya..

"Hh hmm." terdengar suara seorang laki-laki berdehem dengan berwibawa.

Draco segera membalikkan badannya dan terlihat terkejut, hermione tak kalah terkejutnya karena tak menyangka oramng-orang yang sekarang ada dihadapannya..

"Hmm, siang ayah." katanya sedikit canggung.

"Apa yang kau lakukan dengan mud..."

"Jangan pernah ucapkan kata itu ayah, kau akan menyakitinya." Kata Draco, kata-kata ini sontak mengagetkan keempat orang selain Draco.

"Memang tadi apa yang sedang kalian lakukan? Siapa gadis ini?" Tanya Narcissa lembut.

" Tadi kami ti..." Ucapan Hermione terpotong.

"Hmm..aku tak perlu mengatakannya, kurasa kalian sudah tau jawabannya, dia adalah Hermione Granger."

"Apa! jangan katakan kalian tadi sedang berciuman, Draco yang benar saja!" Kata Pansy berapi-api "Jika Blaise melihat ini..tak bisa dipercaya..kau...dengan granger yang akhh lupakan..dan menolakku...sulit dipercaya..kau..kau akhhh.." ucap Pansy dengan penuh emosi.

"Sudah kubilang kan, kalian tak tau apa-apa tentang aku! Lagipula dia adalah murid terpintar di Hogwarts. Kalian pikir aku akan sembarangan memilih pasangan?"

"Hmm." Wajah Hermione terlihat memerah, dia tidak menyangka Draco akan membelanya seperti ini dihadapan orang tuanya dan Pansy. Hermione berlindung dibalik tubuh Draco, tak kuat rasanya dia melihat sorot mata yang seakan ingin membunuhnya. Dia ingin membela diri namun entah mengapa suaranya tertahan di tenggorokan, tak sanggup ia menghadapi dua Malfoy senior sekaligus.

"Baiklah sayang, Ibu pikir kita perlu membicarakannya lebih lanjut. Akhir minggu besok ajaklah errrr Her..her?"

"Hermione Mom."sambung Draco

"Ya , ajaklah dia untuk menghabiskan akhir minggu bersama di rumah dan membahas masalah yang itu." Lanjut Narcissa.

"Apa? aku?...tapi aku ti.." Hermione kaget.

"Ok bu, akhir minggu nanti kami pasti datang." Sela Draco

"Aku pikir semua sudah jelas dan tak ada yang perlu dijelaskan." Narcissa berkata, entah pada siapa.

"Ya, aku pikir juga begitu." Timpal Lucius.

"Ayo kita pulang, toh tak ada yang perlu dijelaskan" Kata Narcissa sambil menggandeng lengan suaminya.

"Hn." Lucius mengikuti langkah istrinya, mereka berbalik dan menjauh pergi. Sebelum pergi Lucius sempat membisikkan sesuatu pada putranya.

"Jaga dirimu baik-baik nak." Dan senyum samar terlukis diwajah Malfoy muda.

Pansy masih berdiri di situ dan dengan pandangan tak percaya dia melihat pasangan yang tak-pernah-kau-duga-sebelumnya dan memulai berbicara.

"Aku pikir cukup untuk kejutan hari ini, sampai ketemu di aula Draco, dan errr Granger." Kata Pansy sambil berlalu dan terlihat lemas...

Setelah tersisa mereka berdua, keheningan tercipta, lalu Hermione angkat bicara.

"Ada apa sebenarnya ini Malfoy?" Tanya Hermione dengan penuh penekanan pada nama belakang lawan bicaranya itu.

"Aku butuh sedikit bantuanmu."

"Apa? seorang Malfoy yang terhormat meminta bantuan pada Hermione Granger yang notabene hanya Mudblood sepertiku, hheh yang benar saja?" Hermione meremehkan "Tapi sayang sekali Tuan Malfoy yang terhormat, aku tidak mau!"

"Tapi sayangnya, kau tak punya pilihan lain, Pansy dan orang tuaku mengira bahwa kau adalah kekasihku."

"Sekali tidak tetap tidak, lagipula itu bukan urusanku."

"Yakin?Bukannya mereka tadi sempat lihat ciuman kita?" Kata Draco sambil terkekeh, "Please Mione," Kali ini dia berwajah serius.

"Jangan panggil aku dengan nama itu."

"Ok, Granger. Aku-sedang-sangat-butuh-bantuanmu. Aku janji aku akan melakukan apapun untukmu."

"Yakin...apapun?, aku jadi ingat ada satu janjimu tadi kau juga sudah bilang akan melakukan apapun, right?"

"Hmmm ya..."

"Baiklah bersikap baiklah padaku!"

"What?aku nggak janji Granger."

"Seorang Malfoy mengingkari janji, m-e-m-a-l-u-k-a-n."

"Tentu saja tidak, OK I'll do it." Katanya sambil mengambil buku yang tadi sempat jatuh, hermione tersenyum puas. Draco mengambil semua buku dan menyerahkannya pada Hermione.

"Ini."

"Thanks Malfoy, sepertinya begini lebih baik" Kata Hermione sambil menahan tawa.

"Sial, dia berhasil memanfaatkan aku. Dasar Mudblood." Rutuk Draco dalam hati.

"Aku pergi." Kata Draco.

"Tunggu, jangan pergi...aku mohon satu hal lagi Draco.."

"Tapi sayang , aku hanya menerima satu permintaan."

"Ini bukan permintaan, tapi perintah."

"Ok, kali ini saja. What the hell is it Granger?" Katanya malas.

"Cium aku!"

"AP-APA?"

TBC

Keep it or delete it?

Mohon saran dan kritiknya karena saya masih sangat hijau di belantara dunia per-fanfic-an ini

Sorry kalau nyampah -_- Ini fanfic pertama saya *Suerr*

Terimakasih bagi yang sudah membaca, apalagi mereview hehe ^^

NB: Sebenarnya ini saya publish kembali karena yang sebelumnya masih ada banyak kesalahan, thanks to Diggory Malfoy for the alert ^^.