You're mine

Chapter 3

Pairing : HiruMamo

Disclaimer : Riichiro Inagaki & Yusuke Murata

Written : Sasoyouichi

Story : Sasoyouichi

© Sasoyouichi


- サソヨウイチ -

Yoyoyo

Setelah buat fanfic dengan main chara Ha-Ha Brothers (Remember Our Promise?) untuk Award

Saso kembali dengan Hirumamo!

Yeeeei *heboh sendiri*

Ini chapter 3nya :D

Gomen kalau lamanya kebangetan

Hehehe^^

Happy reading^^


- サソヨウイチ -

Cerita sebelumnya...

Sena, Monta dan Suzuna mengucapkan terimakasih pada Hiruma, walaupun tidak ditanggapi sama Hiruma. Tiga bersaudara Ha-ha sudah pulang dari tadi entah kemana. Daikichi dan Kurita juga berterimakasih pada Hiruma. Musashi tidak ikut makan ice cream karena memang ia tidak suka. Setelah berterimakasih, mereka pulang ke rumah masing-masing dengan wajah gembira. Baru kali ini kapten mereka baik kayak gini 'kan?

"Aku punya permintaan lagi Hiruma," kata Mamori. Mamori dan Hiruma masih berada di depan Son Son minimarket.

"Kekeke! Kau benar-benar memanfaatkannya manajer sialan,"

"Kau sendiri yang bilang aku boleh minta apa saja," Mamori menjulurkan lidahnya mengejek Hiruma.

"Apa permintaannya?" tanya Hiruma.

"Aku mau kau..."


- サソヨウイチ -

Normal P.O.V

"Aku mau makan Yakiniku!" seru Mamori. Mamori menatap Hiruma dengan penuh harap. Matanya berbinar-binar saat menatap Hiruma. Memohon agar Hiruma mengabulkan permintaannya.

"Kirain apaan. Ayo cepat manajer sialan!" teriak Hiruma yang ternyata udah mulai jalan duluan.

"ASIIIIKKKK!" Mamori lompat-lompat kegirangan. Hiruma yang berjalan di depan Mamori cuma geleng-geleng kepala mendengar teriakan cewek aneh di belakangnya itu. Mamori berlari menghampiri Hiruma.

"Sebenarnya tadi aku mau ngajak anak-anak yang lain. Tapi mereka keburu pulang duluan," ucap Mamori kecewa.

"Bagus deh. Semakin sedikit orang yang ikut semakin dikit uang yang dikeluarin. Kekekeke!" balas Hiruma.

"Dasar pelit! Dompet tebal begitu, pelit banget!" kata Mamori sambil menjulurkan lidahnya.

"Cerewet!"

"Huh! Hiruma jelek! Ayo cepet sebelum malam makin larut!" Mamori berjalan dengan cepat meninggalkan Hiruma di belakang.

"Cih!"

Berlama-lamaan mengobrol bersama anggota yang lain saat makan ice cream tadi membuat Mamori lupa mau mengajak mereka makan. Karena kelaman ngobrol juga, tau-tau hari sudah gelap. Malam ini bersuhu lebih dingin dari pada beberapa malam yang lalu. Udara yang berhembus dengan dinginnya dengan terpaksa membuat manusia yang sedang beraktivitas di luar rumah mereka menggunakan baju hangat. Kecuali dua orang yang hanya memakai t-shirt simpel berlengan pendek ini.

Hiruma yang sudah menyusul Mamori, berjalan di samping kirinya. Berjalan bersama di tengah-tengah lalu lalang pejalan kaki yang lainnya. Mamori yang berada di samping Hiruma, sejak tadi terus-menerus menggosokkan kedua tanggannya. Mamori terus melakukannya, kadang-kadang bergantian mengusap lengannya yang juga kedinginan.

"HUAAATCHIII!" Mamori bersin.

"Kau kenapa manajer sialan?" tanya Hiruma.

"Udah tau bersin, malah nanya,"

"Cih."

"Hiruma,"

"Hn,"

"Dingin ya," kata Mamori seraya menghembuskan udara dari mulut ke kedua tangannya.

"Udah tau dingin. Kenapa nggak pake baju hangat ha?" tanya Hiruma sinis.

"Aku 'kan nggak tau kalau bakal sedingin ini," elak Mamori.

"Kalau gitu pulang aja sekarang nggak usah makan," Hiruma berkata sembarangan.

"Enak aja! Kau 'kan udah janji mau mengabulkan permintaanku," Mamori menggembungkan pipinya di depan Hiruma. Hiruma menggerakkan jari telunjuknya yang panjang dan kurus ke arah pipi kanan Mamori. Hiruma menekan pipi kanan Mamori yang menggembung dengan telunjuknya sehingga menimbulkan bunyi pelan.

"Kalau udah sampai di tempat yakinikunya nggak dingin lagi. Ayo cepat manajer sialan!"

"Iya, iya, cerewet!" ujar Mamori. Pertigaan muncul di dahi Hiruma. Mamori tertawa pelan melihat ekspresi Hiruma.

Mereka melanjutkan perjalan mereka ke tempat yakiniku yang dituju. Mereka melewati banyak toko-toko yang terang dan banyak memajang pakaian-pakaian hangat di etalase toko mereka. Mamori memandanginya satu persatu sambil menggosokkan tangannya. Tiba-tiba Mamori berhenti di depan toko yang di etalasenya terpajang syal biru muda yang kelihatan sangat hangat. Syal yang dapat membuat leher sang pengguna terasa hangat.

Hiruma yang melihat Mamori seperti itu hanya bisa menghela nafas panjang. Ia menarik tangan Mamori memasuki toko tersebut. Mamori hanya mengikuti Hiruma dari belakang tanpa tau apa-apa.

"Selamat datang!" seru penjaga toko tersebut. "Ada yang bisa kami bantu tuan?"

"Aku mau syal yang ada di etalase dan..." mata Hiruma mengitari sarung tangan yang berjejer di rak di hadapannya dan menunjuk sarung tangan berwarna biru muda senada dengan syal yang ada di etalase. "Ini. Aku mau syal dan sarung tangan ini,"

"Itu pilihan yang bagus tuan. Syal itu tinggal satu dan itu limited edition di toko kami. Baiklah, tunggu sebentar tuan." petugas itu mengambil syal biru muda yang ada di etalase dan mengambil sarung tangan di rak di dekat Hiruma.

"Hei, Hiruma,"

"Hn,"

"Untuk apa syal itu?" tanya Mamori yang masih bingung. "Apa untuk ibumu?"

Hiruma mengeluarkan lembaran uang yang cukup banyak jumlahnya. Mamori sedikit membuka lebar matanya melihat jumlah uang yang Hiruma keluarkan. Hiruma memberikan uang itu ke kasir untuk membayar syal dan sarung tangan yang ia beli.

"Bodoh! Ini bukan buat ibuku," jawab Hiruma santai.

"Terimakasih tuan. Semoga anda senang berbelanja di toko kami." ucap petugas toko itu. Petugas toko itu memberikan tas yang terbuat dari karton kepada Hiruma.

Hiruma lalu keluar meninggalkan Mamori di dalam toko. Mamori segera menyusulnya dan berkata, "Hei! Kenapa kau mengacuhkanku Hiruma?"

"Ini!" Hiruma memberikan tas tadi dengan kasar kepada Mamori.

"Kenapa aku yang disuruh bawa? 'Kan kau yang beli! Huh!"

"Siapa yang nyuruh bawa? Pakai itu manajer sialan!" perintah Hiruma.

"Pa-pakai i-ini?" tanya Mamori terbata-bata.

"Iya. Kue sus Kariya itu membuatmu nggak bisa dengar ya? Kekeke!"

"Kue sus Kariya itu paling enak tau Hiruma!" seru Mamori sambil mengacungkan jempolnya. "Oh ya, jadi... Ini untukku?" Mamori menunjuk ke arah tas yang dipegangnya sekarang. Hiruma mengangguk.

"Tapi ini 'kan mahal Hiruma,"

"Aku masih punya banyak uang di rumah,"

"Sebanyak itu kah?" tanya Mamori. Hiruma menjawab dengan mengangkat bahunya.

"Kalau kau sakit aku bisa repot. Siapa yang mau gendong? Badanmu itu sangat berat karena hobinya makan kue sus! Kekeke!"

"Badan kayak supermodel gini dibilang berat? Ke dokter mata dong Hiruma,"

"Cih!"

"Kalau ini benar untukku, arigatou ne Hiruma!" Mamori mengalungkan syal biru muda yang Hiruma belikan untuknya. Syal biru muda itu menggantung di leher Mamori dengan eratnya. Syal itu mengelilingi keher Mamori untuk menghangatkannya. Mamori pun memakai sarung tangan yang berwarna serasi dengan syal yang ia pakai. Leher dan tangannya sekarang merasa hangat dan nyaman.

"Hmmm. Hangat dan nyaman. Makasih ya Hiruma!" kata Mamori.

"Kekeke! Sudah berapa kali kau mengatakan itu manajer sialan?"

"Baru dua kali kok."

Hiruma tidak memberikan tanggapan pada jawaban Mamori. Kedua tangan Hiruma dimasukkan ke dalam kedua saku celananya. Ia berjalan dengan santainya seperti tidak merasa kedinginan dan mengunyah permen karetnya. Mamori terus memperhatikannya dari samping. Bagaimana bisa Hiruma tidak merasa kedinginan malam ini? Angin malam yang dingin begitu terasa menusuk sampai ke dalam kulit.

Tangan Hiruma bergetar walaupun tidak terlalu terlihat. Mamori tersenyum ketika ia menyadarinya. Hiruma juga kedinginan. Tapi, ia berusaha untuk tetap santai. Mamori memutar kepalanya ke arah kiri. Ia melihat wajah serius Hiruma. "Kau kedinginan ya?" tanya Mamori.

"Kekeke! T-shirt yang aku pakai sekarang ini bisa memancarkan panas manajer sialan. Jadi aku nggak kedinginan," jawab Hiruma.

"Emang ada t-shirt yang kayak gitu,"

"Ada. Nih! Kekekeke!" Hiruma menunjuk ke arah t-shirt yang ia pakai.

"Bohong! Pasti kau kedinginan 'kan?"

"Aku bilang nggak, ya nggak manajer sialan bawel!"

"Aku nggak percaya!" Mamori menarik tangan kanan Hiruma dari dalam saku celananya. Mamori menggenggam tangan kanan Hiruma dengan kedua tangannya. Sarung tangan hangat yang di pakai Mamori membagi kehangatannya pada tangan kanan Hiruma. Mamori menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya pada tangan Hiruma yang dingin.

"Tanganmu dingin Hiruma," ucap Mamori yang masih terus menggosokkan kedua tangannya pada tangan kanan Hiruma.

"Kekeke! Anggota disiplin sekolah sudah berani memegang tanganku ternyata ha?"

"Bilang aja sana! Nggak peduli!" Mamori menjulurkan lidahnya.

"Udah lepasin tangannya," Hiruma dengan sedikit kasar menarik tangannya dari genggaman tangan Mamori.

"Nggak. Kau kedinginan. Kau juga bisa sakit, Hiruma,"

"Aku udah kebal dari penyakit karena dingin kayak gini,"

"Tetap nggak akan kulepaskan," Mamori menguatkan genggaman tangannya pada tangan Hiruma.

"Lepas!"

"Nggak!"

"Lepas!"

"Oke! Tapi ada syaratnya!" ujar Mamori. Hiruma menaikkan sebelah alisnya.

"Kau harus pakai ini.." Mamori membuka lilitan syal pada lehernya. Ia menyisakan setengah dari panjang syal itu di lehernya. Ia melilitkan syal itu pada Hiruma. Ia melilitkan syal itu di leher Hiruma dengan susah payah karena mengingat Hiruma lebih tinggi dari pada Mamori dan Hiruma yang sejak tadi berusaha mengelak dari Mamori.

"Jangan bergerak Hiruma!" perintah Mamori. Hiruma mengacuhkan perintahnya dan malah semakin heboh menggerak-gerakkan kepalanya.

"Oke beres!" Mamori tersenyum melihat Hiruma yang ada disampingnya. Hiruma memakai syal yang sama dengan yang Mamori pakai. Kenapa ada dua? Padahal Hiruma tadi cuma beli satu? Karena, syal yang dipakai Hiruma dan Mamori itu satu! Mamori berbagi syal hangatnya dengan Hiruma. Wajah Mamori memerah karena sejak tadi wajahnya berdekatan dengan wajah Hiruma.

Kehangatan menjalar di leher Hiruma. Lehernya menjadi hangat karena lilitan syal yang Mamori pakaikan. Ditambah lagi kehangatan yang Hiruma rasakan dari cewek yang ada di sebelahnya. Karena syal itu tidak terlalu panjang dan harus dibagi dua seperti itu, mau tidak mau, kedua orang itu mempersempit jarak mereka agar bisa berbagai syal berdua.

"Lepasin ini manajer sialan!" perintah Hiruma. Hiruma berusaha untuk membuka lilitan syal itu pada lehernya. Tangan Mamori dengan cepat menahan tangan Hiruma.

"Nggak boleh! Ini permintaanku Hiruma," seru Mamori.

"Cih! Kau bisa minta yang lain manajer sialan. Kenapa harus kayak gini?" tanya Hiruma sewot.

"Biarin!"

"Dasar kau manajer sialan! Aku yakin, kau nggak mau ngelepasin syal ini karena mau dekat denganku 'kan?" goda Hiruma. Blush. Pipi Mamori memerah.

"Kalau iya kenapa?" tanya Mamori dengan wajah bersemu merah.

"Ini kurang! Seharusnya kayak gini. Kekeke!" Hiruma melingkarkan tangan kanannya di bahu Mamori. Sontak Mamori kaget.

"Hi-hiruma,"

"Hn?"

"Malu tau diliatin orang,"

"Ngapain malu manajer sialan? Aku yang ngegandeng panda disneyland aja nggak malu,"

"Aku ya maksudnya?" kening Mamori berkerut.

"Siapa lagi manajer sialan. Kekeke!" Hiruma tertawa puas setelah menghina Mamori.

"Huh!" Mamori yang marah menurunkan tangan Hiruma di bahunya dengan paksa. Mamori juga membuka lilitan syal yang tadi ia pakaikan pada Hiruma. Mamori merengut dan Hiruma tersenyum penuh kemenangan.


- サソヨウイチ -

Sesampainya di tempat yakiniku, Hiruma dan Mamori duduk di salah satu tempat yang kosong. Mamori mengambil posisi duduk dihadapan Hiruma. Mamori memesan yakiniku untuk porsi dua orang. Walaupun Hiruma ini tampaknya seperti tipe orang yang tidak terlalu suka makan, tapi Hiruma masih suka makan dari pada Takami dari Ojo. Menunggu yakiniku mentahnya datang, Mamori memanaskan pemanggang yang ada di meja.

"Apinya kurang besar," Hiruma siap menembakkan api dari senjatanya.

"Jangan!" Mamori langsung merebut senjata itu dari Hiruma. Entah di mana ia menyembunyikan senjata itu padahal ejak tadi ia hanya membawa satu senjata di pundaknya dan itu bukan senjata yang bisa mengeluarkan api.

"Ini yakinikunya." wanita itu mengantarkan pesanan Hiruma dan Mamori beberapa saat setelah mereka selesai bertengkar.

"Arigatou ne." ucap Mamori.

"Aku yang panggang dagingnya. Kau tunggu sebentar Hiruma." Mamori mulai memanggang sepotong demi sepotong daging sapi yang sudah diiris tipis-tipis itu. Mamori meletakkan daging itu di atas pemanggang. Sesekali ia membolak-balikkan dagingnya. Sementara Hiruma sibuk dengan laptop yang baru ia keluarkan dari tas sandangnya.

"Ini Hiruma udah masak," Mamori menaruh tiga iris daging sapi yang sudah berwarna kecoklatan di atas piring kecil dan mendekatkannya ke arah Hiruma.

"Hn,"

"Mau pakai saus?" tanya Mamori.

"Nggak."

"Setidaknya bilang terimakasih,"

"Hn."

Percuma ngomong sama Hiruma. Hiruma tidak akan pernah mengucapkan terimakasih pada seseorang. Itu setahu author. Mamori mengambil daging bagiannya dan mulai makan. Hiruma juga sudah mengambil sumpit dan menjepit satu iris daging lalu dimasukkan ke dalam mulutnya. Matanya terfokus pada layar laptop VAIO di depannya.

"Huh! Kenapa dia ngeliat laptop segala! Di depannya 'kan ada orang!" rutuk Mamori di dalam hati.

Hiruma tiba-tiba menutup layar laptopnya dengan sedikit kasar. Hiruma menyadari bahwa sedari tadi ia merasakan bahwa ada seseorang yag terus memperhatikannya. Ia merasa terganggu dan menatap tersangka yang ia maksud, Mamori. Mamori mengalihkan pandangannya pada pemanggang dan mulai memanggang daging lagi.

"Kekeke! Kenapa kau terus melihatku manajer sialan?" tanya Hiruma.

"Ng-nggak kok,"

"Kau terpesona?" Hiruma menyeringai mengerikan.

"Sebenarnya sih iya! Tapi 'kan nggak mungkin jawab itu." kata hati Mamori.

"Nggak kok. Udah jam segini. Habiskan makanan ini secepatnya!" Mamori mengakhiri berdebatan dan mulai makan ―lagi.

Jam sudah menunjukkan pukul 7.45 malam. Mamori dan Hiruma meneruskan acara makan mereka dengan beberapa kali diselingi perdebatan yang berujung dengan kemenangan Hiruma. Hiruma menyandang senjata dan tasnya. Mereka berdua menuju ke kasir dan membayar makanan yang telah masuk ke dalam perut mereka. Mamori memakai kembali syal dan sarung tangan yang tadi dibelikan oleh Hiruma. Mereka keluar dari tempat yakiniku dan berjalan ke arah yang berlawanan dengan tadi.

"Kau mau mengantarkanku sampai rumah 'kan?" tanya Mamori. Mamori mengeluarkan jurus puppy eyes no jutsu.

"Hn. Kalau kau hilang atau tersesat aku juga yang payah. Aku orang yang terakhir melihatmu hari ini. Bisa-bisa aku yang dituduh menghilangkan kau manajer sialan. Kekeke!"

"Kalau dipikir-pikir, nggak ada yang berani menuduhmu Hiruma,"

"Kekekekeke!" Mamori cuma bisa geleng-geleng kepala melihat Hiruma di sampingnya.

Mereka beberapa berpapasan dengan beberapa pasang pasangan. Mereka terlihat sangat akrab dan dekat. Mereka berpegangan tangan dan bercanda ringan serasa dunia milik mereka berdua. Mamori yang melihat hal ini hanya bisa menghela nafas panjang. Mamori tidak bisa mengharapkan hal-hal yang seperti pada Hiruma. Walaupun Hiruma itu pacarnya. Tanpa, Mamori sadari, Hiruma memperhatikannya dengan serius.

"Jangan harap aku akan melakukannya manajer sialan," kata Hiruma.

"Melakukan apa?" tanya Mamori.

"Melakukan seperti apa yang dilakuin sama pasangan-pasangan bodoh yang kau lihat sedari tadi,"

"Aku juga nggak mau kok!" Mamori memalingkan wajahnya dari Hiruma.

"Kekeke! Serius ha?" kata Hiruma. Hiruma memanjangkan bunyi 'ha' yang ia ucapkan. Hiruma dan Mamori berhenti di tengah-tengah padatnya manusia yang menunggu lampu merah berganti menjadi lampu hijau. Yak, mereka sedang menunggu di pinggir jalan yang cukup besar untuk menyeberang ke jalan di depannya. Di antara padatnya manusia mereka masih sempat untuk berdebat. "Baiklah, kalau kau nggak mau bergandengan denganku manajer sialan. Padahal kalau kau memintanya, aku dengan senang hati akan melakukannya. Kekeke!"

"Hah, nggak akan. Kau nggak akan melakukannya Hiruma,"

"Kekeke!" Hiruma mengeluarkan seringainya.

"Huh! Aku cari pacar yang lain aja deh!" kata Mamori. Mamori tersenyum jahil dan melipat tangannya di depan dada.

"Apa kau mengancamku? Nggak akan ada yang mau sama manajer sialan cerewet kayak kau,"

"Enak aja! Aku ini banyak yang suka tau! Cuma akunya aja yang nggak tertarik sama mereka," ucap Mamori sombong.

"Kau tertarik padaku ya manajer sialan? Kekekeke!" Perkataan Hiruma membuat Mamori tersipu. Wajahnya memerah karena malu.

"I-itu 'kan ka-kau yang mulai duluan," jawab Mamori.

"Kenapa kau menerimanya?" Hiruma memasang wajah jail.

"Ya sudah kalau nggak mau! Aku cari orang lain aja!" Mamori menggembungkan pipinya.

"Nggak ada yang mau sama penggila cream puff kayak gini!"

"Ada!"

"Dan lagi nggak bakal ada yang berani pacaran sama kau manajer sialan!" Melihat kedua pasangan ini berdebat, orang-orang di sekitar mereka yang sama-sama sedang menunggu lampu hijau untuk menyeberang memperhatikan kedua pasangan ini.

"Kenapa nggak berani?" Mamori meletakkan kedua tangannya di pinggang. Orang-orang mulai menyeberang karena lampu sudah hijau. Kendaraan berhenti tepat di belakang garis putih. Mamori menghadap lurus ke depan dan ikut berjalan mengikuti arus. Hiruma mengikutinya dari samping. Hiruma menunduk, mendekatkan wajahnya ke kanan, ke arah Mamori dan berkata, "Karena kau itu adalah milikku!"

Mamori yang kaget mendengar ucapan Hiruma seketika itu langsung berhenti di tengah-tengah zebra cross dan menoleh ke kiri, melihat Hiruma. Hidung mereka besentuhan dan tidak ada lagi jarak di antara mereka. BLUUUSH. Wajah Mamori kembali memerah. Jantungnya berdegup dengan cepat. Orang-orang berjalan melewati mereka dan memperhatikan mereka. Mamori semakin malu. Apa yang mau dilakukan Hiruma? Dengan posisi seperti ini, ia bisa merasakan hembusan nafas Hiruma dan merasakan aroma mint yang keluar dari tubuh Hiruma. Tubuh Mamori kaku. Matanya tidak terlepas dari mata emerald Hiruma. Hiruma memiringkan sedikit kepalanya.

CUP.

Hiruma mencium kening Mamori dengan lembut. Terlihat sedikit rona merah di pipi Hiruma. Hiruma menggenggam tangan Mamori dan menariknya sambil berlari. Mamori yang masih dalam keadaan setengah sadar, hanya bisa pasrah ikut berlari di belakang Hiruma.

"Ayo cepat lari manajer sialan! Lampunya bentar lagi merah!" seru Hiruma sambil berlari. Terlihat lampu hijau yang bergambar pejalan kaki berkedap-kedip.

"Ah! Iya!"

Nafas mereka tersengal-sengal saat sampai di pinggir jalan. "Hah, hah, hah, hampir saja!"

"Kau ngapain pake acara menung di tengah jalan?"

"Ini 'kan gara-gara Hiruma!" seru Mamori. Mereka tidak sadar bahwa mereka masih bergandengan tangan sejak tadi. Mereka kembali berjalan dengan santai.

"Nggak usah pegangan tangan lagi. Kayaknya manajer sialan ini udah sadar sepenuhnya. Kekeke!" ucap Hiruma.

"Ah! Aku baru sadar. Kalau sedari tadi kami masih bergandengan tangan! Kenapa mesti di lepas sih?" kata Mamori di dalam hati.

"Oh iya, aku baru ingat lagi. Apa kau serius tadi mengatakan kalau aku adalah milikmu?" tanya Mamori.

"Bercanda," jawab Hiruma singkat.

"Hiruma me-nye-bal-kan!" ucap Mamori.

"Kekeke! Apa permintaanmu lagi?" tanya Hiruma.

"Apa ya?" Mamori mulai berpikir. "Aku mau ini!"

Mamori memeluk lengan kiri Hiruma. Mamori tersenyum sambil tersipu malu.

"Ternyata kau memang ingin melakukannya ya manajer sialan!"

"Ini balasan karena kau udah berani mencium keningku dihadapan banyak orang!"

"Cih! Baiklah! Ini permintaan yang paling gampang!"

"Nggak boleh dilepasin sampai tiba dirumahku!"

"Nggak dilepasin sampai besok pagi juga boleh. Berarti aku harus nginap semalam di rumah manajer sialan cerewet ini. Kekeke!" Hiruma mendapat tatapan death glare dari Mamori. Semakin lama, tangan Mamori semakin turun. Tangan yang tadinya memeluk lengan Hiruma kini beralih menggenggam tangan Hiruma yang juga menggenggam tangannya.


- サソヨウイチ -

"Oke kita sampai!" ucap Mamori senang. Mereka sudah sampai di depan rumah Mamori. Mamori melepaskan genggaman tangannya pada tangan Hiruma. "Arigatou ne Hiruma,"

"Hn."

"Aku masih punya satu permintaan lagi,"

"Apa?"

KREEEK. Pintu rumah keluarga Anezaki terbuka. Ibu Mamori keluar membawa kantung besar berwarna hitam. Ibunya terkejut melihat Hiruma dan Mamori berdiri di depan pagar. Hiruma dan Mamori juga mengalihkan pandangan mereka kepada ibu Mamori.

"Ah Kaa-san! Aku sudah pulang! Aku diantar sama Hiruma," ucap Mamori sambil tersenyum.

Tanpa disangka-sangka, Hiruma menundukkan badannya walaupun sedikit sebagai tanda hormatnya kepada ibu Mamori. "Konbawa obaa-san," kata Hiruma.

"Konbawa Hiruma-kun." Mami Anezaki tersenyum melihat Hiruma yang dengan ramah menyapanya. "Kalau begitu Kaa-san masuk dulu ya,"

"Apa nggak jadi buang sampah Kaa-san?" tanya Mamori.

"Mmmm, nanti saja." Ibu Mamori segera masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya.

"Kenapa kau bisa begitu ramah dengan Kaa-san? Baru kali ini aku melihatnya,"

"Kalau nggak ramah, imageku bisa jelek dihapadan Kaa-sanmu,"

"Mau mengambil hati Kaa-san ya?" Mamori menyikut Hiruma.

"Biar bisa nginap disini sewaktu-waktu. Kekeke!"

"Ngaco! Oya, ini permintaan ke-6 sekaligus yang terakhir. Aku mau kau menyebut namaku dengan lengkap tanpa embel-embel sialan!"

"Mamori Anezaki. Sudah 'kan?" kata Hiruma.

Mamori memasang wajah lesu. "Kok gampang banget ngucapinnya! Pake perasaan dong Hiruma!"

"Perasaan marah? Oke. Mamori Anezaki!" seru Hiruma dengan nada suara yang keras.

"Hah, memang nggak bisa. Ya sudah, aku masuk duluan Jaa!" Mamori melangkah pergi meninggalkan Hiruma. Tetapi, tanggannya ditarik oleh Hiruma. Hiruma membawa Mamori ke dalam pelukannya. Mamori terdiam. "Mamori Anezaki." Hiruma mengucapkan nama Mamori dengan begitu lembut tepat di telinga kanan Mamori. Mamori tersenyum bahagia di dalam pelukan Hiruma. Hiruma melepaskan pelukannya pada Mamori.

"Doumo." Mamori memberikan senyuman paling manis kepada seorang Youichi Hiruma yang telah membuat jantungnya berdegup begitu cepat. "Makasih sudah mau mengabulkan permintaanku hari dan hadiah yang mahal ini,"

"Kekeke! Wajahmu memerah untuk yang keberapa ribu kalinya!"

"Nggak sebanyak itu!"

"Aku pulang duluan."

CUP.

Hiruma mencium bibir Mamori singkat dan membalikkan badannya. Hiruma mengangkat tangan kanannya. Hiruma mengirimkan kode melalui keragakan tangannya pada Mamori.

"Rasanya-seperti-yakiniku." Mamori mengeja apa yang Hiruma sampaikan.

"Awas ya kau Hiruma!"

Hiruma mengirimkan lagi kode tangan pada Mamori, "Oyasumi nasai," itu adalah isi kode yang diberikan Hiruma.

"Oyasumi nasai Youichi Hiruma!" Mamori berteriak membalas kode dari Hiruma.


O W A R I


Alhamdulillah selesai juga^^

Kekeke

Hutang fanfic sama readers tinggal satu (Devil Spiders)

Yeeeiiii!

Gimana endingnya?

Bagus nggak?

Bagus dong B) *kepedean*

Yang boleh request Hirumamo boleh, soalnya lagi nggak ada ide *plaakkk*

Hehehe

Balasan review chapter 2 yg nggak log in :

Angelique rayne : Iya dong :D cinta sasori! Hehehe, yap bener, nama sasoyouichi gabungan dari sasori – youichi. Kesambet hatimu makanya dompetnya mickey mouse *gombal* Ini chapter 3 nya XD makasih udah baca dan ninggalin review^^

Y0uNii D3ViLL : pasti udah nggak penasaran setelah baca chapter ini :D Kekeke! Gomen kalau lama banget updatenya :D makasih udah baca dan review^^

Special thanks to : Angelique rayne – Riidinaffa – Hyou Hyouichiffer – Natsu Hiru Chan – Rowena N – Y0uNii D3ViLL – aajni537 – Cyrix Uzuhika – Annisya'NaraYoichi'Caesara :D

Semoga bisa bertemu di lain fanfic^^

Review Anda selalu dibutuhkan^^