Semua terjadi begitu saja. Sakura sendiri tidak pernah menyangka ia akan terlibat dalam pertempuran dōbutsu kali ini.

Awalnya, dia hanya ingin mengikuti sasuke ke rumah kaca –yang di dalamnya terdapat perkebunan tomat– tapi tindakan Sakura untuk ikut membantu Sasuke dalam pertempuran antar dōbutsu, tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Tahu-tahu gadis itu sudah melompat keluar dari tempat persembunyiannya tanpa pikir panjang terlebih dahulu. Menghampiri Sasuke yang tampak kewalahan dengan lawannya kali ini.

Seorang gadis pirang, dōbutsu bunglon, yang bisa menghilang begitu saja dengan keahlian kamuflase lingkungan yang ia punya. Menyerang Sasuke dari segala arah tanpa bisa Sasuke deteksi sebelumnya. Ditambah lagi, mereka bertarung dalam rumah kaca dan dikelilingin petak perkebunan tomat yang masing-masing tanamannya diikat tali ke bambung silang di atap rumah kaca. Intinya, ini bukan tempat luas yang bisa membentangkan sayap besar Sasuke yang dapat terbang seperti biasanya. Sasuke benar-benar terdesak kali ini.

"Sasuke!"

Sakura berlari menghampiri Sasuke yang baru saja jatuh dan duduk bersimpuh.

"Apa yang kau lakukan?" Sasuke mendelik pada Sakura. "Kenapa kau bisa ada di sini?" ia bertanya dengan suara terengah-engah.

"Aku bisa membantumu," jawab Sakura dengan penuh keyakinan. Ia mendekat ke telinga Sasuke sambil berbisik, "Telinga kelinciku ini peka, bisa mendengar langkah kakinya. Aku tahu dimana posisinya sekarang." Telinga kelinci Sakura yang berwarna merah muda itu bergerak ke kanan-kiri seperti anthena pendeteksi.

Seringai tipis muncul di raut wajah lelah Sasuke. Dewi vortuna memang berpihak padanya kali ini.

Jangan lupa poin lebih Sakura yang sudah meraih sabuk hitam dalam klub judo di Okayama gakuen.


+Dōbutsu © Sayaka Dini

Naruto © Masashi Kishimoto

+Anima © Mukai Natsumi

Code Breaker © Akimine Kamijyo

SasuSaku

Fantasy/Romance

AU-School Life dengan penuh fantasi.

*#~+Dōbutsu ~#*


"Wah-wah. Aku tidak menyangkanya, Sasuke. Untuk menghadapi perempuan ternyata kau juga membutuhkan perempuan."

"Tutup mulutmu Suigetsu. Lakukan saja tugasmu."

"Cih. Bahkan dalam kondisi begitu, kau selalu saja suka memerintahku."

"Suigetsu!"

"Iya-iya. Aku tahu." Pria yang baru saja muncul di akhir pertempuran itu, berjalan mendekati perempuan-dōbutsu-bunglon yang sekarang terkurap di atas tanah.

"T-tidak," suara dōbutsu perempuan itu parau. Ia panik melihat langkah Suigetsu. "Jangan mendekat. Aku tidak mau dibawah olehmu." Ia menatap penuh horror pada Suigetsu yang sedang merogoh saku celananya. "Kumohon jangan. Aku tidak mau jadi bahan penelitian mereka," suaranya penuh ketakutan.

"Diam!" tegas Suigetsu. Lalu menyuntikkan sebuah cairan pada tengkuk perempuan itu, seketika itu dia sudah tak sadarkan diri.

Kening Sakura mengernyit. "Bahan penelitian katanya?" tanyanya heran.

"Tenang saja," Suigetsu menoleh pada Sakura. "Dia hanya ngelantur," ujarnya sambil menyeringai –menyeramkan bagi Sakura karena pria itu memiliki gigi yang tajam.

"Err.. Sasuke, apa pria itu bisa dipercaya–" baru saja Sakura menoleh untuk bertanya pada Sasuke, ia mendadak malah ditodong –lagi-lagi– oleh Sasuke dengan pisau kecil andalannya itu.

"Kau sudah terlanjur masuk dan terlibat dalam masalah kami. Sudah kuperingatkan sebelumnya tapi kau tetap saja keras kepala dengan keingin tahuanmu itu." suara Sasuke terdengar sangat tegas beserta dengan tatapan tajamnya. "Kau tidak bisa lagi mundur kali ini. Ikut... atau mati?"

Sakura menelan ludahnya dengan susah payah. Apa-apaan ini? Padahal dia kan baru saja membantu? Kenapa lagi-lagi dia diancam? Sakura pikir mereka sudah berteman bukan? Sejak perkenalan secara resmi tadi malan, pikiran Sakura tidak salah kan kalau ingin membantu temannya? Apa Sasuke sudah gila?

"Kau gila yah?" dan kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibir Sakura tanpa adanya rambu-rambu peringatan terlebih dahulu. Bagaimana kalau Sasuke tersinggung dan malah semakin marah? Sakura segera menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

Tapi yang terjadi selanjutnya malah membuat mata emerald Sakura nyaris keluar karena terkejut. Uap putih keluar dari kulit Sasuke, seluruh tubuhnya mendadak menguap seperti terbakar, Sasuke meringis lalu menutup mata.

Pisau itu lagi-lagi terjatuh di hadapan Sakura. Dalam satu detik, bunyi 'BUPH' dan kepulan asap muncul disertai dengan tubuh Sasuke yang tiba-tiba menghilang dalam pandangan Sakura.

Hilang...

Dalam sekejap...

Meninggalkan seragam Okayama Gakuen yang kempes dan terjatuh ke atas tanah

"Kyaaaaa!" Sakura tidak bisa menahan kehisterisannya melihat kejadian 'lenyapnya-Sasuke' begitu saja di depan matanya sendiri. Ototnya langsung melemas dan mengantarnya ikut jatuh terduduk di atas tanah. Di hadapan setumpuk pakaian seragam Sasuke yang bergerak-gerak...

Tunggu...

Ada yang bergerak dalam tumpukan seragam itu?

"A-a-a..." dia bahkan bingung harus berkata apa.

"Ya ampun," keluh Suigetsu melihat seluruh kejadian tersebut.

Sakura segera menoleh ke arah pemuda itu, yang anehnya malah menampakkan nyengir khasnya pada Sakura tanpa ada rasa khawatir sama sekali.

"A-apa yang baru saja terjadi? Kenapa dengan Sasuke? Kenapa menghilang?" tanya Sakura bingung. Perasaan takut yang luar biasa menjalar dalam benaknya, entah kenapa dia merasa ingin menangis sekarang juga.

"Oi oi, tenang saja. Sasuke masih ada di hadapanmu kok." dengan santainya Suigetsu menunjuk tumpukan seragam Sasuke yang sejak tadi bergerak.

Sakura makin bingung dan tambah heran. Tidak mau bertanya lagi dengan orang tidak jelas seperti Suigetsu yang baru saja dia temui itu. Sakura berinisiatif untuk membuka seragam Sasuke. Perlahan tangannya terjulur dan dengan cepat mengangkat seragam Sasuke.

Seekor burung elang berkoak di baliknya. Burung elang dengan bulu hitam putih, persis sama dengan warna sayap elang Sasuke. Dengan mata onyx-nya yang tajam, menatap Sakura sekilas, sebelum ia terbang, jauh, keluar dari rumah kaca tersebut.

Sakura hanya bisa menganga dibuatnya.

"Yah. Itu tadi Sasuke," kata Suigetsu sambil terus nyengir. "Sudah lama aku tidak melihatnya dalam mode 'Genuin'nya."

"Genuin?"

"Kau tidak tahu?"

Sakura dengan innocen-nya menggeleng.

"Itu sebutan bagi seorang dōbutsu yang daya tahan tubuhnya sudah memasuki batas minimum. Dia yang menggunakan kekuatan dōbutsu, juga memiliki resiko terhadap tubuh manusia-nya itu sendiri. Semakin banyak dia mengeluarkan kekuatannya, semakin banyak pula energi dalam tubuh manusianya itu tersedot, dan jika sudah mencapai batas minimumnya, otomatis tubuh manusianya menghilang. Dan boom!" Suigetsu merentangkan kedua tangannya.

"Seperti yang kau lihat barusan. Si dōbutsu itu akan berubah dalam bentuk hewan aslinya. Karena Sasuke dōbutsu elang, maka dia berubah jadi elang," jelas Suigetsu.

"Lalu? Apa dia bisa kembali ke bentuk semula?" tanya Sakura penasaran.

"Tentu saja," Suigetsu mengangguk yakin.

"Bagaimana caranya?"

"Selama dia tidak mati dalam mode Genuin-nya, maka dia bisa kembali dengan sendirinya. Hanya saja dia membutuhkan waktu untuk mengembalikan energi manusianya sendiri."

"Berapa lama?"

"Tergantung, dari kekuatan dan daya tahan tubuh dōbutsu itu sendiri." Suigetsu tampak berpikir sejenak. "Seingatku, kalau dalam masalah Sasuke sendiri, paling cepat tiga jam lagi ia akan kembali ke wujud manusianya."

Sakura hanya bisa menganga mendengar itu semua.


*#~+Dōbutsu ~#*


Sakura pun kembali ke sekolahnya, dengan cara 'diam-diam' seperti saat ia membolos tadi menggunakan kaki kelinci-nya, melewati dinding pembatas di belakang gedung sekolah. Dia kembali tepat ketika jam istirahat di mulai, itu artinya ia sudah membolos empat pelajaran hari ini. Sakura mendengus kesal. Ia sendiri tak habis pikir, mengapa ia malah rela meninggalkan pelajarannya hanya untuk mengikuti Sasuke? Di mana anak laki-laki itu sekarang sudah berubah bentuk menjadi elang dan pergi entah kemana?

Pertengkaran antara Naruto dan Kiba kembali dimulai di depan kelas. Kedua anak itu memang sudah sering bertengkar sejak tingkat smp. Ada saja yang menjadi akar permasalahan diantara perkelahian mereka, bahkan sekecil atau sepele apa pun itu, kaduanya cepat sekali tersinggung, memulai perdebatan dengan saling melempar umpatan penuh kebencian, dan tak jarang mereka akan berakhir terengah-engah di tengah lapangan setelah bertanding sengit permainan basket. Untungnya mereka tak pernah berakhir dengan adu jotos. Seperti biasa, teman sekelas terlalu malas atau pun menanggapi pertengkaran mereka, kecuali Hinata, teman sebangku Kiba. Gadis pemalu itu hanya bisa berdiri di belakang Kiba, mengeluarkan sepatah atau dua patah kata pelerai dengan suara kecil yang tentu saja tak bisa menandingi suara keras Naruto maupun Kiba. Poor Hinata.

Jam istirahat baru saja akan berakhir, dan Sakura baru saja memasuki kelasnya dengan berjalan sedikit linglung ke bangkunya. Yang berada dalam pikirannya hanyalah bayangan Sasuke ketika ia menguap dan tiba-tiba menyusut ke dalam seragam sekolah, berubah menjadi elang lalu terbang entah kemana. Bagamana bisa? Pertanyaan itu terus berulang dalam pikirannya. Kalau Sasuke bisa berubah seperti itu, tidak menutup kemungkinan Sakura juga akan berubah menjadi kelinci kecil yang tak berdaya bukan. Dan, jika saja... andaikan saja... Sakura berubah menjadi kelinci di saat Sasuke juga berubah menjadi Elang. Apa yang akan terjadi? Elang bertemu dengan kelinci? Binatang pemburu karnivora bertemu dengan daging empuk kelinci? ? ?

Sakura mendadak merinding sendiri dalam kengerian. "Tidak-tidak-tidak." ia menggeleng panik.

"Oi. Sakura!" Ino terpaksa harus menyentil jidat lebar Sakura untuk menyadarkan sahabatnya itu.

"Ittai!" ringis Sakura sambil mengusap jidatnya yang memerah. "Ino! Apa yang kau lakukan?"

"Seharusnya itu menjadi pertanyaanku. Apa yang kau lakukan? Dari tadi kami memanggilmu dan kau sama sekali tidak sadar? Hallo~ Forrehead! Kau bahkan sekarang duduk di meja. Di mana pikiranmu saat ini, hah?" sindir Ino sambil menunjuk Sakura yang duduk di meja, bukannya di kursi.

Sakura segera berdiri. Ia lalu memaksakan sebuah cengiran malu-malu di wajahnya sambil menggaruk pipinya.

Matsuri terkikik geli melihatnya. "Jadi, bagaimana dengan kencanmu?" tanya Matsuri dengan nada menggoda.

"Apa? Kencan?"

"Sudahlah, jangan berlagak polos dan berusaha menutupinya dari kami," sahut Ino sambil mengibaskan tangannya. "Semua sudah jelas. Kau dan Sasuke sama-sama bolos dalam dua mata pelajaran, menggunakan alasan ke kamar kecil agar bisa kabur dari pelajaran Iruka sensei tadi, iya kan?" tuding Ino.

"Itu tidak–"

"Lama sekali kalian pergi. Memangnya kalian ngapain saja?" tanya Matsuri sambil menaik-naikkan kedua alisnya dan menyeringai, yang entah kenapa terlihat mesum.

"Apa yang–"

"Jadi dimana?" kali ini Ino yang memotong, ikut tersenyum mesum seperti Matsuri. Gambaran kilas balik ketika ia memergoki Sakura yang ditindih oleh Sasuke yang topless di dalam kamarnya kemarin berkeliaran dalam otak Ino, dan lama-lama mulai berimajinasi menjadi You-know-that. "Kalian melakukannya di mana? Kamar mandi atau atap sekolah?"

Sakura yang masih bingung dengan pikiran teman-temannya dan segala tudingan yang sama sekali tidak dimengerti Sakura, hanya bisa mengatakan, "A-atap..." tanpa berpikir panjang lebih dulu. Bukannya tadi mereka memang pergi ke atap sekolah. Tapi yang pasti apa yang Sasuke dan Sakura lakukan berbanding jauh dengan segala imajinasi Ino maupun Matsuri.

Namun tetap saja, itu telah membuat reaksi menghebohkan untuk dua sohibnya itu. "Kyaaaaa! Sakura! ! ! Kalian benar-benar melakukannya di sekolah!" Ino histeris.

"Huwaaa... sulit dipercaya..." Matsuri bahkan nyaris meneteskan air mata. Memulai aksi melodrama seperti dorama yang sering ia tonton.

"S-sakura, kau..." Tenten yang juga ikut tertular, tak mampu mengatakan apa-apa.

"What?" Sakura masih tidak 'ngeh' sama sekali. Sebelum ia kembali mengajukan pertanyaan, sebuah suara kepakan sayap beserta teriakan kepanikan siswa menginterupsi pikiran Sakura. Ia berbalik, entah kenapa suara kepakan sayap yang sekilas terdengar itu begitu familiar.

Suasana di kelas mendadak langsung bergemuruh panik, dan teriakan seseorang yang memperingati mereka untuk segera merunduk. Suara kepakan sayap semakin jelas terdengar, beserta dengan sehelai dan dua helai bulu hitam dengan putih di ujungnya, jatuh di sepanjang koridor sekolah menuju kelas Sakura. Dan Sakura terpaksa menjatuhkan rahangnya dengan keterkejutan yang melanda, ketika 'seekor' burung Elang terbang masuk ke dalam kelasnya, mendarat di meja guru.

Kemunculan burung Elang itu membuat seluruh penghuni kelas langsung terdiam, termasuk perdebatan Naruto maupun Kiba yang pandangannya jatuh pada burung Elang tersebut yang bertengger dengan gagahnya di meja guru.

Mata onyx Elang itu yang begitu tajam menatap seluruh penjuru kelas, sampai pandangannya jatuh pada rambut merah muda yang begitu mencolok di antara siswa lain.

Sakura melotot terkejut. "K-kau!" ia menunjuk Elang itu dengan lantang. Sakura tahu betul itu adalah Sasuke yang berada dalam mode Genuin-nya. Masih teringat jelas gambaran Elang berbulu hitam dengan putih di ujungnya itu dalam memori Sakura, dan kini Elang itu malah terbang kembali ke kelas dan bertengger di meja guru.

Reaksi Sakura yang mencolok itu menjadi pusat perhatian seisi kelas. Terlebih lagi ketika Elang itu malah terbang menuju Sakura, dan bertengger pada lengan Sakura yang tadi terangkat untuk menunjuk Elang tersebut. Sakura nyaris jantungan dan mati di tempat, tapi untungnya Elang itu hanya diam bertengger di lengannya tanpa mematuk atapun mengeluarkan suara apapun, seolah-olah Elang itu menjadi jinak dan tenang berada di sisi Sakura. Itu membuat Sakura sedikit tenang, dan terpaksa merelakan lengannya untuk terus terangkat. Ia tak mau membuat Elang itu marah dan malah mematuknya.

"Apa itu hewan peliharanmu Sakura?" salah satu teman sekelasnya bertanya.

"I-ini Sasuke-" Sakura langsung menutup mulutnya begitu sadar dengan apa yang baru saja ia katakan. Ouh, betapa cerobohnya ia dan keceplosan menyebutkan nama Sasuke secara terang-terangan begitu sambil menunjuk Elang di sampingnya.

"Sasuke?" sebuah suara menyahut dengan nada curiga.

"Kyaaaa!" Matsuri mendadak teriak histeris mengejutkan semua orang. Jantung Sakura berpacu cepat, takut jika saja rahasianya terbongkar. "Kau bahkan menamai hewan peliharaanmu dengan Sasuke?" seru Matsuri tak percaya.

Sakura tak tahu harus berterima kasih atau malah tidak dengan Matsuri.

"Auw Sakura. Kau begitu manis..." Matsuri menambahkan lagi dengan nada menggoda.

"B-bukan begitu maksudku," Sakura menggeleng. Namun ia benar-benar sulit untuk menjelaskannya.

"Sebentar lagi jam pelajaran olahraga, Sakura," Ino memperingati. "Kau harus menyembunyikan hewan peliharaanmu itu sebelum ada guru yang melihatnya."

"Ah, kau benar. Aduh. Aku harus bagaimana?" Sakura panik.

"Pergilah duluan ke ruang ganti olahraga, nanti kami akan menyusul. Cepatlah!" pinta Tenten.

"B-baiklah." Sakura mengangguk. Ia lalu berlari keluar, dan anehnya, Elang itu juga ikut terbang dan mengikuti kepergian Sakura.

Sebagian besar murid mulai mengabaikan kepergian Sakura beserta 'Elang'-nya. Namun ada berberapa orang, yang menganggap hal itu dengan serius. "Mungkinkah..." sebuah suara lirih terdengar dari seseorang.


*#~+Dōbutsu ~#*


Sakura menutup pintu ruangan ganti olahraga, dan menguncinya dari dalam. Ia lalu berbalik, menengadah ke arah Elang yang sekarang bertengger di atas salah satu lemari loker siswa.

"Bagus," kata Sakura sarkastik. "Jadi apa mau mu sekarang. Sasuke?"

Sasuke atau Elang itu tak menjawab. Tentu saja. Mata onyx-nya memandang Sakura sebagai jawaban.

Gadis berambut merah muda itu mendesah kecewa. Dia lupa menanyakan Suigetsu, apakah dalam mode Genuin, Sasuke sadar dengan apa yang dia lakukannya dan mengerti apa yang terjadi di sekitarnya? Sakura masih tidak tahu lebih dalam mengenai Dōbutsu itu sendiri. Padahal dia sendiri juga Dōbutsu.

Elang itu tebang, mengepakkan sayapnya di hadapan Sakura. Seolah mengerti, Sakura mengulurkan tangannya, Elang itu pun hinggap di lengan Sakura.

Sakura lagi-lagi mendesah. "Sampai kapan kau berwujud sperti ini?" keluhnya. "Dan kenapa malah menempel padaku terus?" tanyanya heran. "Temanmu kan bukan hanya aku saja. Ada Suigetsu juga. Lagian, sebelum bertemu denganku, apa kau juga sering menempel begini dengan seseorang? Kenapa kau jadi lebih menyusahkan ketika berubah menjadi Elang?" Sakura terus mengomel.

Sampai Elang di sampingnya itu mendadak menguap, mengelurakan uap putih dari sekujur tubuh Elang tersebut, Sakura berhenti mengoceh dan melotot terkejut. Lengannya mendadak terasa ngilu karena berat Elang itu bertambah. Tubuh Elang itu berkedut-kedut tidak jelas. Dan sedetik kemudian, cahaya menyilaukan tersebar dari tubuh Elang itu, memaksakan Sakura menutup mata, lengannya tak kuat lagi menahan berat itu sehingga ia terjatuh. Itu terjadi terlalu cepat dan Sakura sendiri tak bisa merespon dengan baik ketika sebuah beban berat seolah mendorongnya. Membuat tubuh Sakura terjatuh, terlentang di atas lantai dengan beban berat yang menimpanya.

"Aissh. Ittae!" keluh Sakura, meringis. Sekujur punggung dan kepalanya terasa begitu ngilu membentur lantai. Terlebih lagi dengan beban berat yang menindihnya.

Sakura nyaris hilang kesadaran. Namun begitu ia merasakan hembusan nafas berat di sisi kepalanya, memaksa pikiran Sakura untuk berkumpul sepenuhnya dan fokus dengan apa yang terjadi.

Kepala Sakura menoleh dengan ragu. Berbagai dugaan mulai merambat dalam pikirannya. Dan ternyata ia benar, begitu melihat kepala Sasuke yang tengkurap di sisi kepalanya. Sakura tidak bisa menoleh sepenuhnya, karena jarak kepala Sasuke begitu dekat dengannya. Sakura bahkan bisa merasakan pipi tembennya yang menempel pada sisi pipi Sasuke.

Menyadari posisinya yang ditindih oleh Sasuke, membuat Sakura sedikit sulit bernapas. Apalagi menyadari Sasuke masih belum sadarkan diri, terlihat dari matanya yang tertutup dengan hembusan nafasnya yang terdengar begitu damai.

Tangan Sakura yang terlentang, bergerak, hendak mendorong dan menyingkirkan tubuh Sasuke dari atasnya. Tetapi, begitu tangan Sakura menyentuh bahu telanjang Sasuke, menyadarkan Sakura akan satu hal yang begitu besar.

Mata Sakura membulat lebar. Meski ia belum melihat sepenuhnya. Tapi Sakura sudah begitu yakin. Apalagi ketika mengingat kembali, saat Sasuke berubah menjadi Elang, bukannya waktu itu seluruh seragam Sasuke yang tertinggal itu dibawa oleh Suigetsu. Sekali lagi mengingatkan, SE-LU-RUH pakaian Sasuke.

Jantung Sakura berdegub begitu kencang. Rona merah menjalar dengan cepat di wajah cantiknya. Ia tak begitu yakin apa ia harus bergerak menyingkirkan tubuh Sasuke setelah mengetahui bahwa...

.

.

.

...tubuh Sasuke dalam keadaan naked sedang menindihnya saat ini, dan juga tidak sadarkan diri.

.

.

.

.

Benarkah Sakura berada dalam posisi beruntung atau malah tidak?

Bersambung...


*Krik-krik* (bunyi jangkrik)

Dini: Errr…. Jadi sudah berapa lama aku meninggalkan fic ini?

Sasuke: Haruskah itu dijawab? *bernada sinis*

Naruto: Huachim! Aissh... terlalu banyak sarang laba-laba di sini. Lama-lama tempat ini bisa berdebu dan semakin lapuk jika terus diabaikan seperti ini.

Matsuri: Dini-chan Kejam... *menatap dengan mata berair*

Dini: A-aku tidak bermaksud untuk–

Ino: Apa? Mau mengelak lagi?

Sakura: Kali ini kau ingin beralasan apa lagi, hah?"

Kiba: Jangan membuat orang lama menunggu dan mati penasaran! Dasar baka!

Dini: I-iya, maaf minna-san. Aku tahu aku salah. Tapi–

Tenten: Tapi apa? Kau mau menerima hukuman dari kami begitu?

Dini: Apa? Hukuman?

Sasuke: Tentu saja. Kau pikir bisa seenaknya gini terhadap kami.

Naruto: Benar Teme. Kita beri hukuman saja dia. Beraninya melantarkan kita seperti ini!

Dini: T-tunggu dulu *berjalan mundur* aku bisa menjelaskannya.

Sakura+Ino: Tak ada yang perlu dijelaskan *merenggangkan otot2 lengan*

Dini: T-teman-teman, apa kalian tega.

Kiba: Memangnya siapa temanmu?

Dini: J-jahat... *mewek* a-a-aku ... Kyaaaaa! *lari*

Naruto: KEJAAAAR! ! !

Dini: TIdaaaaak! Siapa pun tolong akuuuuu!

...

Hinata: err... apa sekarang aku boleh bicara?

*krik-krik* (jangkrik menyahut)

Hinata: baiklah, tak ada orang di sini. (sibuk mengejar dini). Ahh... kertasnya nyaris lusut semua. Ehm.. begini minna-san. Terima kasih bayak atas Reviewnya. Dan kami semua mohon maaf sebesar-besarnya, tak sempat membalas semua review baik dari kalian. Tapi meski begitu Dini tetap membacanya kok. Sekali lagi, Gomenansai Minna-sa!

~Dini~