I HATE MOS!

Naruto © Masashi Kishimoto

Rated: T

Genre: Romance

Warning(s): OOC, typos, garing, dll.

Summary: Sakura membenci MOS. Karena MOS, ia harus berpacaran dengannya. Dan karena MOS pula, kehidupan Sakura yang "biasa saja" berubah menjadi "luar biasa".

Don't like, don't read!

Enjoy! ^^

.

.

.

Sakura's POV

.

.

Chapter 1: First Meet with Ayam Kutub

"Nggghh…"

Aku terbangun dari alam mimpiku, tersadar dan segera melirik jam kecil yang terdapat di dalam kamarku. Pukul 4 dini hari. Bagus. Aku merenggangkan otot-ototku di atas tempat tidur, lalu aku bangun dan duduk di atas kasurku dengan selimut yang masih menyelimuti kakiku. Mataku yang masih terbuka setengah mencoba untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih kurasakan, sampai telingaku menangkap sebuah suara dari arah dapur.

"Ternyata Kaa-san sudah bangun."

Aku bangkit dari tempat tidurku, perlahan-lahan berjalan menuju kamar mandi kecil yang terletak di dalam kamarku. Setelah sekian menit membasuh diri, aku segera mempersiapkan perlengkapanku untuk "hari spesial" ini.

Pertama. Seragam lengkap. Dasi diikat rapi, tali pinggang tidak tertutup seragam, dan kaos kaki panjang yang menutupi betisku.

Kedua. Alat tulis. Buku dan pena telah disiapkan dengan baik.

Ketiga. Peralatan spesial hari ini. Dua buah label nama yang kuhubungkan dengan seutas tali dan sebuah tulisan; Nama: Sakura Haruno, Kelas: X-3, Asal Sekolah: Suna Gakuen, dan Status:, yang dikosongkan karena panitia yang akan mengisi bagian 'Status' tersebut. Tak lupa dengan foto ternarsis sedunia kepunyaanku, yang kutempelkan pada lebel. Kemudian rambutku. Ini dia. Harus meminta bantuan Kaa-san.

"Kaa-san?"

"Ya?"

"Tolong ikatkan rambutku menjadi 2 ikat tinggi."

"Baiklah. Mana karetnya?"

"Setelah pasang dengan karet, ikatkan lagi dengan tali raffia, ya Kaa-san."

"Oke."

Kaa-san mulai mengikat rambutku dengan cukup err—kencang. Aku sampai merasakan sakit di bagian rambutku.

"Sudah selesai."

"Terima kasih, Kaa-san."

"Sarapanlah dulu, Kaa-san sudah mempersiapkan makanan untukmu."

"Baik."

Aku sarapan, mencoba menikmati saat-saat sebelum 'kegiatan spesial' itu akan kulewati.

.

.

Hanya butuh beberapa menit untuk sampai di sekolahku yang baru, Konoha High School. Karena aku pindahan dari Suna, aku sama sekali belum mengenal seorang temanpun di sini. Aku harap, aku segera mendapatkan teman baru.

Aku memasuki kelasku yang baru, X-3. Kini aku sudah kelas 10 dan sebentar lagi aku akan menjadi orang dewasa. Kata orang-orang, sih masa-masa di SMA itu yang paling menyenangkan. Apa benar?

BRUUUK!

Ada seseorang yang menabrakku dari belakang, ketika aku akan duduk di bangkuku.

"Ah, maaf," katanya. Umm, suara perempuan.

"Tidak apa."

"Terima kasih."

Aku membalikkan badanku, dan kulihat seorang gadis berambut pirang dan bermata sapphire sedang tersenyum padaku.

"Hai," sapanya.

"Hai," balasku.

"Kau dari Suna? Hmmm, Haruno-san?" tanyanya sambil membaca tulisan yang terdapat di label namaku.

"I-Iya… Ummm…" Aku melirik label namanya. "Yamanaka-san."

"Haha, kau gugup sekali. Santai aja dengan aku. Oh, ya, kau duduk di mana?" tanyanya ramah.

"Di sini," kataku sambil menunjuk ke arah bangkuku.

"Aku duduk denganmu, ya…"

"Baiklah."

"Oh, ya…"

"Hng? Ada apa?"

"Boleh aku memanggilmu Sakura?"

Sepertinya aku sudah mendapatkan teman.

"Tentu saja."

"Panggil aku Ino."

"Baik."

.

.

End Sakura's POV

.

.

Kegiatan MOS akan segera dilaksanakan. Panitia MOS mengarahkan peserta MOS untuk berpindah ruangan menuju aula. Semua anak menurutinya. Tentu saja. Karena mereka tidak ingin mencari masalah dengan Panitia MOS.

Sakura dan Ino duduk di bangku yang bersebelahan pada deretan kelas mereka. Belum semua murid sampai di aula. Sakura memanjakan matanya dengan melihat-lihat murid lainnya.

"Hei, Sakura…"

"Ada apa, Ino?"

"Kau lihat Kakak Panitia MOS yang di sana?"

"Di mana?"

"Di sana. Kakak yang rambutnya aneh seperti ekor ayam nenekku dan wajahnya tidak tersenyum sama sekali. Seperti menginterogasi."

"Oh, yang itu. Memangnya kenapa, Ino?"

"Sepertinya dari tadi dia melihat ke arah kita."

"Nggak, tuh. Sekarang aja dia melihat ke arah panggung."

"Tapi tadi—"

Perkataan Ino terhenti ketika orang yang mereka bicarakan mengalihkan pandangannya. Sontak Sakura dan Ino ikut mengalihkan pandangan mereka.

"Tuh, kan! Dia melihat ke arah kita terus!"

"Ta-Tapi kenapa? Mungkin dia melihat anak yang ada di belakang kita."

"Mungkin saja. Tapi kalau dia melihat ke arah kita..."

"Lalu?"

"Mungkin saja dia menyukaimu, Sakura."

"Ha? Enggak mungkin, deh! Pasti menyukaimu!"

Ino menyenggol tubuh Sakura pelan dengan sikutnya. Matanya menunjukkan bahwa ia sedang menjahili temannya itu. Sedangkan Sakura hanya bisa menahan wajahnya yang memerah.

"Duh, kamu malu, ya? Dia cakep juga, loh! Yah, walaupun wajahnya dingin kayak ayam kutub!"

"Apaan, sih? Eh, emangnya ada ayam kutub?"

"Enggak ada, dong!"

"Lalu, kenapa kau bilang ayam kutub?"

"Karena rambutnya seperti ekor ayam nenekku dan wajahnya dingin sedingin kutub. Jadi biar lebih singkat aku bilang saja ayam kutub."

"Oh, begitu."

"EHEM!"

Tanpa mereka sadari ternyata orang yang mereka bicarakan itu sudah berada di sebelah mereka.

"Ga-Gawat!" bisik Sakura.

"Kira-kira, dia dengar kata-kataku, gak?" bisik Ino.

"Mana aku tahu."

"EHEM! Kalian berdua diamlah, acara sudah mau dimulai!"

"Ba-Baik!" jawab Sakura dan Ino bersamaan.

"Hn. Ino Yamanaka dan umm—Sakura Haruno."

'Ini benar-benar gawat!' batin Sakura dan Ino.

.

.

Salah satu panitia MOS mengarahkan panitia MOS lainnya untuk mengumpulkan label nama peserta MOS dan segera mengisi status untuk mereka. Semua panitia MOS melaksanakan perintah tersebut, tak terkecuali pemuda yang Sakura dan Ino bicarakan tadi.

Namun…

"Label nama," pinta pemuda itu kepada Sakura dan Ino. Ternyata dia yang mengumpulkan label nama untuk kelas mereka. Sontak Sakura dan Ino langsung keringat dingin. Hati mereka berdegup kencang dan berdoa dalam hati agar Kami-sama tidak menjatuhkan kesialan pada mereka.

"I-Ini."

"Hn."

Pemuda itu berlalu dari mereka.

"Ternyata selain ayam kutub, dia irit bicara, ya," komentar Ino.

"Benar. Sulit dipercaya ternyata di dunia ini ada orang seperti dia."

Ino menganggukkan kepalanya, tanda ia setuju.

Acara mulai berlangsung. Dan tak lama kemudian, para panitia MOS juga mulai mengembalikan label nama kepada para peserta MOS.

"Mana punyaku, ya? Kok belum dibagikan?" tanya Sakura sambil melihat-lihat panitia MOS yang membagi-bagikan label nama.

"Bukan hanya kau saja yang belum dibagikan, aku juga, kok!" celoteh Ino.

"Iya, iya. Tapi coba lihat, deh! Kayaknya hanya kita berdua saja yang belum dibagikan."

"Ha? Masa sih?" kata Ino kurang yakin. Iapun menuruti kata-kata Sakura -melihat peserta lain- dan ternyata memang benar, hampir seluruhnya sudah mendapatkan kembali label nama mereka masing-masing.

"Ba-Bagaimana ini, Ino?" tanya Sakura, ia mulai keringat dingin.

"A-Aku juga tidak tahu. Ja-Jangan-jangan, karena ayam kutub itu," kata Ino, iapun juga mulai keringat dingin.

"Ma-Masa, sih? Kalau begitu, ini benar-benar sudah sangat gawat sekali!"

"A-Aku harus bagaimana?"

"Aku saja tidak tahu harus bagaimana, tentu saja kau juga tidak tahu!"

"EHEM!"

Lagi-lagi, pemuda yang mereka bicarakan datang menghampiri mereka.

"Label nama kalian," katanya sambil mengembalikan label nama kepada Sakura dan Ino.

"Terima kasih," ucap Sakura.

"Hn." Kemudian, pemuda itu pergi dari sisi mereka.

"Huft! Untung saja," ucap Ino.

"Dia selalu datang seperti setan."

"Iya. Aku juga berpikir seperti itu, Sakura."

Sakura membaca status yang ditulis oleh panitia MOS pada label namanya.

"Hei, Ino! Statusmu apa?"

"Ummm—" Ino membaca statusnya. "Ratu gossip mirip pig. Kau sendiri?"

"Pinky imuts banget."

"Ha?" Ino menutup mulutnya.

"Kau jangan tertawa. Statusmu juga gak kalah gilanya dengan statusku."

"Ya udah, kita tertawa barengan aja. Hahaha…"

"Hahaha… Dasar Ino!"

.

.

"Adik-adik, sudah capek belum?" tanya host dalam acara MOS tersebut yang juga adalah seorang panitia MOS, Temari.

"Sudaaaaahhh!" jawab para peserta MOS.

"Kalau gitu, kita istirahat, ya! Mau, gak?"

"Gak mauuuu!"

"Loh? Kok gak mau, sih? Kita istirahat, ya? Oke?"

"Ngggaaaaakkk!"

"Tapi sekarang waktunya istirahat, adik-adik! Jadi, kita istirahat saja, ya?"

"Ngggaaaakkk! Hahahaha!"

"Aduh, anak-anak zaman sekarang susah banget diatur! Oke, sekarang kita istirahat! Titik, gak pake koma! Selagi istirahat, adik-adik minta tanda tangan kakak-kakak panitia MOS, ya! Di sini ada 30 panitia, nanti bukunya dikumpul. Oke?"

"Nggggaaaaaakkk!"

"Bisa gak, sih, jawabnya 'Iyaaaaaa'?"

"Owh, tidak bisaaaaaaa!"

"Okelah, terserah kalian. Pokoknya, kumpulkan tanda tangan panitia OSIS sebanyak-banyaknya! Waktu istirahatnya 45 menit! Dimulai dari… sekarang!"

Sontak para peserta MOS segera menyiapkan buku dan pena mereka, dan segera keluar dari aula. Para panitia MOS sudah tersebar ke seluruh lapangan, tinggal para peserta MOS untuk meminta tanda tangan dari mereka.

"Ino, siapa yang akan kita minta tanda tangan duluan?"

"Umm… Gimana kalau Temari-senpai?"

"Hmm, boleh juga."

Ino dan Sakura akhirnya menuju tempat Temari berada saat ini, masuk ke dalam kerumunan peserta MOS lainnya, dan ikut-ikutan meminta tanda tangan. Ino sudah mendapatkan tanda tangannya duluan daripada Sakura.

"Ino, tunggu aku!"

"Oke!"

Saat Temari mau menandatangani buku Sakura…

"Minta tanda tangan Uchiha dulu!"

"Eh?"

Mau tak mau, akhirnya Sakura keluar dari kerumunan dan berjalan ke arah Ino dengan raut wajah yang kesal.

"Kenapa?"

"Aku diminta untuk mendapatkan tanda tangan Uchiha dulu."

"Uchiha, ya? Umm—"

"Kenapa?"

"Sepertinya Uchiha itu senpai yang berada di sana," kata Ino sambil menunjuk ke arah kerumunan para peserta MOS yang berada di bawah pohon.

"Di sana? Ramai sekali…"

"Tapi, aneh, ya. Kebanyakan cewek-cewek yang ngumpul di sana."

"Benar juga. Eh, itu kan…"

"AYAM KUTUB?" teriak mereka bersamaan.

"A-Aku tidak mau minta tanda tangannya!" celetuk Sakura.

"Kau harus minta tanda tangannya, Sakura. Kau kan sudah disuruh sama Temari-senpai. Apa kau mau mencari masalah dengan Temari-senpai? Temari-senpai itu jago karate, loh!"

"Eh? Benarkah? Ja-Jadi… aku harus bagaimana?"

"Tentu saja minta tanda tangan Uchiha-senpai! Ayo, cepat!" kata Ino sambil mendorong-dorong tubuh Sakura menuju kerumunan itu.

"Ba-Baik… Tapi jangan dorong-dorong aku, dong!" seru Sakura. Akhirnya Inopun berhenti mendorongnya. "Siapa nama lengkapnya, ya?"

"Aku juga tidak tahu. Coba tanya sama peserta lain."

Kebetulan pada saat itu, seorang peserta perempuan berambut indigo lewat di hadapan mereka. Ia baru saja keluar dari kerumunan itu.

"Maaf, mau tanya sebentar," sapa Sakura.

"Ya?"

"Senpai ini, siapa nama lengkapnya?" tanya Sakura sambil menunjuk ke arah pemuda yang sibuk menandatangani buku para peserta MOS itu.

"Sasuke. Sasuke Uchiha."

"Ah, terima kasih."

"Sama-sama." Gadis berambut indigo itu membungkukkan badannya, lalu mulai beranjak pergi dari tempat itu meninggalkan Sakura dan Ino.

"Tunggu!" teriak Ino.

"I-Iya, ada apa?" tanya gadis indigo itu.

Ino memperhatikan label nama yang dipakai gadis itu. "Hinata Hyuuga. Salam kenal! Aku Ino Yamanaka!" kata Ino sambil menyalami gadis itu dengan tiba-tiba.

"Sa-Salam kenal juga."

"Aku Sakura Haruno. Salam kenal Hyuuga-san."

"Sa-Salam kenal juga, Haruno-san."

"Hei, kami boleh memanggilmu dengan 'Hinata'?" pinta Ino penuh harap.

"Bo-Boleh saja."

"Kalau begitu, panggil kami Ino dan Sakura, ya!"

"Ba-Baik."

"Oh, ya, kamu dari kelas umm—X-2?" tanya Sakura.

"Wah, artinya kelas kita bersebelahan," sahut Ino.

"I-Iya."

"Mulai besok kita istirahat sama-sama, ya!" ajak Ino.

"I-Iya."

"Terima kasih banyak, Hinata," seru Sakura.

"I-Iya."

Setelah saling berkenalan selama beberapa menit itu, akhirnya Sakura dan Ino kembali dalam misi 'meminta tanda tangan' Sasuke Uchiha. Uchiha-senpai. Karena itu pula, mau tidak mau, mereka berdua harus masuk ke dalam kerumunan para peserta MOS yang kebanyakan adalah wanita. Ketika Sasuke melihat buku Sakura…

"Umm—Sakura Haruno."

"I-Iya?"

Seketika Sasuke menghentikan 'acara' tanda tangannya.

"Kau…"

"Ya?"

Sasuke berjalan mendekati Sakura.

'Kami-sama, tolong aku!'

"Katakan dulu padaku kalau kau…"

"?"

"Menyukaiku."

'A-Apa? Nggak mau!'

"Kalau kau tidak mau, aku tidak akan memberimu tanda tangan," kata Sasuke sambil menandatangani beberapa buku, termasuk buku Ino.

'Aduh, bagaimana ini?'

"Ayo, katakan!"

"Ba-Baik. Senpai, a-aku suka padamu," kata Sakura sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Jangan melihat ke yang lain. Lihat ke arahku!"

"Ba-Baiklah. Sen-Senpai, a-aku suka padamu," kata Sakura sambil melihat ke arah Sasuke yang terlihat begitu menantikannya, dengan wajah yang kaku dan suara yang bergetar.

"Suaramu bergetar. Bisa tidak kau mengatakannya dengan suara yang halus dan sedikit menggoda?"

'A-Apa? Aku… mana bisa!'

"Ayo, cepat katakan!"

Sakura menghembuskan nafas singkat, lalu menatap tajam ke arah Sasuke. Emerald bertemu onyx.

"Senpai, aku sukaaaa padamuuu," kata Sakura dengan nada suara yang cukup dilebaykan.

"Hmm… Sepertinya, kalimat itu cukup sedikit. Bagaimana kalau kau mengatakan bahwa kau menyukaiku dan ingin menjadi pacarku?" kata Sasuke dengan seringaiannya.

'Oh, tidak! Ini benar-benar malapetaka bagiku!'

"Kau lama sekali, ya! Ayo, cepat!"

"Ba-Baik!" Sakura menghembuskan nafas kecil. Sekilas ia melirik Ino yang terlihat sangat simpati pada dirinya. Akhirnya, Sakura menguatkan hatinya, dan mulai berbicara.

"Senpai, aku menyukaimu! Aku sangat ingin menjadi pacarmu!"

"Umm… Bisakah kau memanggilku dengan nama lengkapku?"

'Orang ini… benar-benar… MENYEBALKAN!' rutuk Sakura dalam hati.

"Sasuke Uchiha-senpai, aku menyukaimu! Aku sangat ingin menjadi pacarmu!" kata Sakura dengan seperempat (?) hatinya.

"Benarkah?" tanya Sasuke dengan seringaian setannya.

"Eh?" Sakura bingung.

Sasuke berjalan dan semakin mendekatkan dirinya pada Sakura. Sakura yang kebingungan dan juga ketakutan hanya bisa mundur dengan perlahan-lahan. Namun, tangan Sasuke berhasil menariknya kembali.

"Baiklah. Aku bersedia memenuhi permintaanmu."

'Apa yang dia katakan?'

"Mulai hari ini, kau adalah pacarku!"

TBC

.

.

.

Akhirnya selesai juga. Fyuh! ==a

Sebenarnya fict ini mau saya publish pada hari senin kemarin. Cuma karena gak sempat, selain itu karena belum selesai mengetik, jadi baru hari ini bisa selesai dan segera di-publish. Mohon maaf jika terdapat typo yang bertebaran di mana-mana. =="

Ide fict aneh ini muncul ketika saya sedang memikirkan kakak-kakak kelas saya yang bakalan jahil pada saat MOS yang akan saya lewati. Tapi untunglah, kakak-kakak panMOS saya gak ada yang seperti Sasuke. Hoho… ^o^

Fict ini hanya twoshoot. Jadi chapter depan adalah chapter terakhir. Doakan saya semoga saya bisa cepat update. Hehehe… ^^

Yosh! Gak mau banyak omong lagi, minta review-nya, minna? =D