Tidak boleh jatuh cinta? Tentu saja tidak boleh. Jika aku jatuh cinta maka dendam ibuku tidak akan terbalaskan, pikir Sungmin sambil mengepalkan tangannya kuat.

Tidak boleh

Tidak boleh

Apalagi dengan Cho Kyuhyun.


.

Disclaimer: Super Junior © SM Ent

Warning: AU, OOC, sho-ai, [miss]typing, etc.

DON'T LIKE DON'T READ!

.

A Super Junior Fanfiction

Kuchiki Hirata presents

PAPARAZZI


Chapter 2: II


Flashback

15 years ago

Sungmin kecil terus berlari sambil membawa kertas yang berisikan hasil ulangannya hari ini. Ia tersenyum saa membayangkan nanti apa yang ia inginkan terpenuhi. Sungmin kecil sangat menyukai cake rasa strawberry, black forest, pokoknya yang manis-manis. Membayangkan makanan itu tersedia di meja makan saja sudah membuat Sungmin kecil tersenyum lebar.

Sungmin masih saja berlari tanpa memperhatikan jalan. Tanpa sengaja ia tersandung batu yang membuatnya terjatuh. Sungmin kecil tidak menangis. Ayah dan ibunya mengajarkan kepadanya bahwa anak laki-laki tidak boleh cengeng. Tapi Sungmin kecil merasa resah, jantungnya sedari tadi terus berdetak kencang. Sungmin bangkit dari jatuhnya tanpa memperdulikan darah masih mengalir di sekitar lututnya.

'Kriet'

Tanpa salam, Sungmin segera memasuki rumahnya secepat mungkin. Semakin ia masuk ke dalam, semakin pula jantungnya berdetak kencang. Seandainya jantung dapat dibongkar pasang, mungkin saja jantung Sungmin sudah tanggal terpecah belah. Ia terus berlari masuk ke dalam rumahnya. Saat ini ia sudah berada di ruang keluarga. Kosong, Sungmin tidak menemukan apa-apa di sini. Ia lalu mencari orangtuanya di kamarnya , tapi sama seperti keadaan sebelumnya, kamar yang bernuansa pink lembut ini juga kosong. Hanya satu lagi harapan Sungmin, yaitu di kamar orangtuanya. Sungmin yakin, pasti ayah dan ibunya sudah menunggunya di sana.

'Kriet'

Engsel pintu berderit pelan. Sungmin memasuki kamar itu perlahan. Kertas ulangan yang sedari tadi ingin diperlihatkan kepada orangtuanya kini sudah jatuh bebas ke lantai. Di hadapannya kini adalah darah yang berceceran di lantai dan kamar yang biasanya rapi itu kini telah berantakan. Di dekat meja rias ibunya tergeletak sosok perempuan dewasa yang telah bersimbah darah. Sungmin menangis melihat pemandangan tersebut. Persetan dengan nasihat orangtuanya, Sungmin sudah tidak peduli lagi. Sungmin lalu menghampiri sosok itu perlahan, disentuhnya wajah yang telah bersimbah darah itu dengan tangan mungilnya. Ia terus menangis sambil mengguncang pelan bahu itu.

"Ibu, bangun. Bangun ibu. Bangun! Ibu sudah janji untuk membuatkan Sungmin cake. Ayo ibu bangun!" Sungmin meronta sambil mengguncang sosok yang dipanggilnya 'ibu' tadi. Lalu diedarkannya pandangannya ke seluruh ruangan itu. Di atas sofa, Sungmin kecil menemukan sosok laki-laki dewasa yang telah bersimbah darah pula. Sungmin lalu menghampiri sosok itu. Sama seperti ibunya, sosok ini juga bersimbah darah, yang membedakan hanyalah sebuah revolver hitam yang digenggam sosok itu di tangan kanannya.

"Ayah, bangun. Ayah janji dengan Sungmin ayah akan mengajak Sungmin dan ibu ke taman hiburan seminggu lagi. AYAH BANGUN, BANGUN AYAH!!" jerit Sungmin sambil memeluk ayahnya yang sudah tidak bernyawa.

Sungmin kecil masih saja terisak di kamar orangtuanya. Saat ini beberapa polisi yang disewa masih memeriksa penyebab kematian kedua orangtua Sungmin. Saat ditanya Sungmin hanya menatap kosong ke depqn tanpa berniat menjawab satupun pertanyaan tersebut. Berulang kali ditanya berulang kali pula Sungmin mengabaikan sang polisi tersebut. Saat salah satu polisi ingin memindahkannya ke tempat yang aman agar mempermudah penyelidikan Sungmin hanya menggeleng sambil meronta tanpa suara. Polisi-polisi tersebut sudah frustasi melihat kelakuan Sungmin yang sedari tadi hanya berdiam diri sambil memegang sebuah kertas yang telah berlumuran darah.

.

.

.

Saat ini Sungmin berada di pemakaman orangtuanya. Tidak seperti di hari di mana orangtuanya dinyatakan meninggal, kini Sungmin kecil hanya menatap datar makam orangtuanya. Hampir semua orang menatap (pura-pura) simpati kepada Sungmin. Sungmin tahu, tatapan mereka hanyalah tatapan penuh kebohongan. Sedari tadi yang Sungmin dengar hanyalah tentang harta orangtuanya. Sungmin juga bukan orang yang mudah dikasihani. Di dalam hati Sungmin mencibir melihat orang-orang yang sedari tadi membicarakan tentang harta kekayaan orang tuanya.

Saat ini hanya ada Sungmin dan Siwon –sahabat Sungmin- di pemakaman ini. Sungmin masih saja mengusap nisan kedua orangtuanya yang masih basah. Sedangan Siwon hanya mengusap-usap pelan punggung Sungmin. Mungkin saja perlakuan ini bisa membuat Sungmin mengurangi rasa kesepian dan kesedihannya.

"Ayo kita pulang Wonnie," Sungmin berujar pelan sambil sambil meninggalkan Siwon sendirian di pemakaman itu. Siwon yang ditinggalkan sendiri hanya melongo. Itu adalah kalimat pertama Sungmin sejak kematian orangtuanya. Siwon tersenyum sebentar lalu berlari menyusul Sungmin yang telah jauh di depannya.

.

.

.

Sungmin kecil bukanlah seseorang yang polos. Dia merasa aneh dengan insiden tewasnya kedua orangtuanya. Saat ini dia berada di kamar orangtuanya. Tidak seperti kemarin-kemarin kamar ini sangat berantakan, tapi sekarang kamar ini telah rapi dibersihkan oleh para pembantu yang disewa oleh orangtua Siwon yang notabene sahabat orangtua Sungmin.

Sungmin saat ini sedang memeriksa tulisan yang didapatinya di bawah kasur orangtuanya. Sungmin merasa terkejut dengan tulisan ibunya yang menyuruhnya untuk membuat hidup Cho Hankyung dan keluarganya menderita. Siapa Cho Hankyung? Apa salah mereka dengan kedua orangtuanya. Sungmin merasa harus menyelidiki Cho Hankyung tersebut. Mungkin besok ia akan melakukan penyelidikan ini sendirian, atau bersama Siwon. Mungkin.

.

.

.

5 years later

Mungkin di umur sepuluh tahun Sungmin hanya bisa menerka-nerka apa yang dilakukan Cho Hankyung terhadap orangtuanya. tapi kini ia tahu apa yang dilakukan Cho Hankyug terhadap orangtuanya. Cho Hankyung melakukan kecurangan terhadap perusahaan ayahnya. Ternyata berita yang memberitakan bahwa ayahnya membunuh ibunya dahulu lalu bunuh diri bukanlah berita yang sebenarnya, tapi ternyata orang suruhan dari Cho Hankyung yang membunuh kedua orangtuanya lalu membuat kejadian tersebut seolah-olah ayah Sungmin yang melakukannya.

Tangan Sungmin mengepal kuat. Buku-buku jarinya memutih. Pandangannya lalu terjatuh pada bingkai foto yang terletak di meja nakas di samping tempat tidurnya. Diambilnya bingkai itu lalu dipeluknya dengan erat. Di sana terlihat satu keluarga yang tengah tersenyum bahagia. Sang ayah menggendong seorang anak di tangan kanannya sambil tersenyum tipis, sementara di sebelah kiri terdapat sang ibu yang dirangkul sang suami sambil tersenyum menampakkan gigi putih rapinya, sang anak hanya tersenyum lebar yang menampakkan gigi kelincinya yang putih, tangan kirinya membentuk pose peace, sedangkan tangan kirinya merangkul leher ayahnya. Mereka tampak bahagia. Itu adalah foto terakhir mereka sebelum kedua orangtuanya wafat.

Sejak saat itu sungmin sangat membenci Cho Hankyung. Setelah mengetahui anak tunggal Cho Hankyung, Cho Kyuhyun adalah seorang penyanyi, Sungmin memutuskan untuk menjadi paparazzi, dan menyuruh Siwon untuk membuat sebuah grup rahasia yang berisikan paparazzi professional saat ia menjabat sebagai presiden direktur Hyundai nanti.

Mati kau, Cho Kyuhyun.

.

.

.

Sungmin terbangun dari tidurnya, entah mengapa setelah lima belas tahun orangtuanya meninggal Sungmin memimpikan kronologi wafatnya orangtuanya untuk pertama kalinya. Apakah ini pertanda untuk membalas perbuatan Cho Hankyung terhadap orangtuanya? Mungkin. Lalu apa motif Sungmin menjadikan Cho Kyuhyun sebagai alat balas dendamnya? Jawabannya simpel, Sungmin ingin membunuh Cho Kyuhyun pelan-pelan, lalu membuat Cho Hankyung merasakan apa yang namanya kehilangan seperti apa yang Sungmin rasakan. Sungmin lalu menyeringai, membuat wajah tampannya terlihat begitu mengerikan.

Sungmin mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan apartment-nya. Jam masih menunjukkan pukul 04.00 pagi. Sungmin yang masih mengantuk hanya menguap sebentar lalu menghempaskan badannya ke atas kasur lalu kembali terlelap. Kali ini tanpa mimpi.

Sungmin kini tengah bersiap-siap menjalani aksinya. Sepertinya saat ini bermain kucing-kucingan dengan Cho Kyuhyun bukanlah hal yang buruk. Dia sudah mempersiapkan sebuah kamera mini yang diselipkan di kemeja merah maroon-nya. Sebuah kacamata hitam terbingkai manis di hidung mancungnya. Setelah memperhatikan bahwa gayanya tidak mencurigakan Sungmin lalu bergegas menuju lokasi tempat sang korban berada.

.

.

.

Gedung bewarna putih gading yang terletak di pusat kota Seoul itu kini tengah ramai. Para gadis yang menamakan diri mereka 'Sparkyu' kini tengah berteriak histeris karena kedatangan seorang pria tampan yang kini tengah tersenyum kepada kerumunan itu. Sesekali ia melambaikan tangan saat para gadis itu memanggil namanya. Di halaman gedung tersebut terdapat ucapan selamat yang sepertinya ditujukan kepada pemuda tersebut. Dari tulisan-tulisan selamat tersebut baru diketahui bahwa bahwa pemuda yang bernama Cho Kyuhyun itu adalah seorang penyanyi bertalenta yang kini akan mengadakan fans meeting kepada kerumunan fans yang kini makin ramai. Sepertinya mereka terlalu mencintai sang idola.

Kerumunan itu terus berteriak dan menyebabkan orang diteriaki alias Cho Kyuhyun memaki-maki kerumunan tersebut. Sang manager yang duduk di sebelah Kyuhyun hanya menggeleng pelan mendengarkan kata-kata kasar Kyuhyun yang ditujukan kepada fans-nya. Padahal tanpa fans ia tidak akan pernah seterkenal sekarang. Dasar tak tahu diri.

Sementara itu seorang pria pendek kini tengah berusaha mengabadikan sosok Kyuhyun yang kini masih sibuk memaki sambil memainkan psp-nya. Sungmin –nama pria itu- hanya tersenyum sinis melihat Kyuhyun yang masih belum sadar akan kelakuannya. Tiba-tiba saja Kyuhyun merasa ada yang memotret dirinya, ditolehkannya kepalanya ke tempat Sungmin berdiri dan tidak menemukan apa-apa di sana, mengangkat bahu, lalu Kyuhyun kembali tenggelam bermain psp.

Sungmin tidak tahu harus berterima kasih kepada tuhan atau tidak. Pasalnya nyaris saja ia ketahuan memotret pemuda bersurai kecoklatan tadi. Merasa keadaan sudah tidak aman lagi Sungmin lalu bergegas meninggalkan tempat tersebut dan menunggu Kyuhyun yang masih berada di gedung tersebut.

.

.

.

Lagu 'Seven Years of Love' masih mengalun indah dari bibir Kyuhyun. Sesekali terdengar suara penggemarnya yang mengikuti Kyuhyun menyanyi. Tak jarang ia mengedipkan sebelah matanya yang tentu saja dibalas jeritan kesenangan oleh para penggemarnya. Terlihat beberapa SparKyu tersebut pingsan akibat kedipan mata seorang Cho Kyuhyun. Sebegitu terpesonakah mereka? Entahlah.

Kyuhyun sedang asyik memberikan tanda tangan gratis kepada para penngemarnya. Sesekali, beberapa penngemar yang beruntung akan mendapatkan senyum khas namja tersebut a.k.a evil smirk yang membuat gadis-gadis itu berteriak kegirangan. Padahal, sang idola sibuk mengutuk mereka karema menbuat telinganya berdenging sakit. Di dalam hati tentu saja.

"Siapa namamu, cantik?" tanya Kyuhyun terhadap seorang yeoja yang menatap kagum akan dirinya.

"Err... Hy-hyena, oppa," ucap yeoja tersebut sambil tersenyum malu-malu meihat Kyuhyun yang menatapnya lembut.

"Lain kali datang lagi, ne?" ucap Kyuhyun sambil memberikan album dirinya yang sudah ia tandatangani.

"N-ne oppa. Gamsahamnida," ucap yeoja tersebut lalu pergi menginngalkan Kyuhun setelah membungkuk hormat kepada pemuda bermata sendu tersebut.

.

.

.

Kini Kyuhyun sedang duduk di kursi taman tak jauh dari gedung besar tempat ia mengadakan fans meeting tersebut. Kaca mata hitam telah membingkai hidung mancungnya, sebuah topi klupuk bewarna dongker menutupi surai kecoklatannya, tak lupa pula mantel hitam panjang membungkus dirinya dari dinginnya musim salju khas bulan Januari. Tampak orang-orang yang berlalu lalang eatap Kyuhyun dengan pandangan waspada. Kyuhyun mendengus, padahal jika ia membuka kaca mata hitam dan topi klupuknya pasti mereka sudah berteriak kegirangan melihatnya, pikirnya narsis.

Mata beriris eboni milik namja pecinta game itu sibuk melihat apa yang ada di hadapannya. Mata tersebut terpaku melihat pemandangan yang menurutnya indah. Seseorang tak jauh darinya sedang asyik memotret apa saja yang menarik di matanya. Kyuhyun terpaku melihat sosok tersebut. Tak berapa lama kemudian, jantung namja tersebut berdetak tatkala matanya melihat keseluruhan wajah sosok tersebut yang kini mnghadap ke arahnya. Sambil tersenyum, sosok tersebut berjalan ke kursi hijau yang diduduki Kyuhyun. Diangkatnya tangannya lalu berkata,

"Hai, Lee Sungmin imnida,"


TBC


A/n : Finally, chapter 2 is update! Pendekkah? Maafkan saya, virus wb masih menghadang saya 6 bulan terakhir X(( err... sorry make you waiting too long, guys! Hope you still remember this bad fanfiction TwT thanks for your feedback :DD

p.s : Untuk DeztyajJ-sshi dan Jidegon-sshi, fic ini sementara waktu belum ada NC dan fic ini adalah fic Shonen-ai atau BoyXBoy :3

p.s.s : Untuk cumanakecil-sshi, saya tahu fic ini melanggar guidelines, tapi mungkin setelah semua fic saya rampung saya akan memutuskan untuk out dari fandom screenplays. Terima kasih :)

Special thanks for:

VainVampire, Jidegon, Yuera Kichito Akihime, kyumin137, YuyaLoveSungmin, Unykyuminmin, WhiteViolin, unknown, DeztyajJ, Nisa-chan, Yenni gaemgyu, Cloudira, Sung Hye Ah, Kyuminana, Hyena Minnie-Fishy KYUte, yoonhaehyuk, lee hye rin, Evil Baby Snow, Fujimoto Yumi, af13knight, cumanakecil, asuka lovers, RimaaHanHyoKyung

At last but not least, Gimme your feedback pweeaaseee! *puppy eyes no jutsu* sorry, saya kebanyakan bacot, hehe