Cerita ini bisa dibilang dibuat untuk pelampiasan. Biasa, kalau jiwa "NaruGaa"ku lagi kebakar, pasti jadinya begini. Soal cerita entah jadinya kayak gimana, kebelah antara humor, drama, romance sama sedikit bumbu action mungkin.

Aku akan berusaha untuk bikin Gaaranya IC, kalau nggak paling ntar jadinya tsundere. Kalau Naruto tetap hyperactive seperti biasanya.

Tapi tetep, ini Naruto x Gaara, ngerti kan siapa yang ada di atas? *penyakit NaruGaa kambuh lagi

Warning: Semi AU, OOC, Yaoi, Mpreg, miss typo

Disclaimer: ...udahlah lewat aja


It isn't A Common Marriage

Matahari menggantung tinggi di tengah langit biru, menyinari bumi dengan sinar teriknya dimana para makhluk hidup kebanyakan menghindarinya karena sengatannya cukup panas di siang bolong seperti ini. Tapi, tidak untuk seorang pemuda dengan rambut secerah matahari. Ia hanya berlompatan dari gedung ke gedung dengan terburu-buru, tidak mengindahkan bagaimana keringat menetes deras dari sekujur tubuhnya.

Bajunya yang diwarnai dengan aksen hitam serta sedikit warna oranye pun tidak membantu untuk mendinginkan tubuhnya. Kapan-kapan ia akan beli baju putih nanti, kalau ingat.

Sekarang yang perlu dikhawatirkan bukanlah panas matahari yang tengah menyerangnya, tapi permasalahan besar yang sedang melanda desanya.

Begitu akhirnya langkah kakinya berhenti di sebuah gedung, dengan trademark yang ia curi dari gurunya, si pirang memasuki ruangan melalui jendela besar yang tidak terkunci. Hanya untuk menerima bogem mentah yang membuatnya terpental kembali keluar.

"KAMU TELAT BANGET, NARUTO!" pekik teman setimnya, yang memiliki rambut berwarna pink. Ia berkacak pinggang dengan urat syaraf menonjol, menunjukkan betapa marahnya dia.

"Maaf, Sakura," kata Naruto sambil nyengir, pipi kirinya sedikit lebam. Ia bangkit dan melompat masuk. Ia melihat ruangan dimana ia dan Sakura berada sudah penuh dengan teman-temannya yang lain termasuk tamu istimewa dari Suna.

"Wah, Gaara, hebat kamu bisa ada di sini!" sahut Naruto, menghampiri Gaara dengan sikap seperti cacing kepanasan yang pantatnya bisulan jadi nggak bisa diam.

Kazekage muda tersebut melirik teman jarak jauhnya dengan wajah dingin, tapi terdapat senyum tipis di bibirnya. "Yah, tapi aku tidak bisa berlama-lama di sini," katanya.

"Sudah-sudah, melepas rindunya nanti saja, kita harus membicarakan hal penting tahu," omel Sakura sambil menarik kerah jaket Naruto agar ia mau duduk di bangku yang sudah disediakan untuknya.

"Aku nggak percaya dia benar-benar akan jadi hokage nanti," gumam Kankurou yang duduk di sebelah adiknya. Temari hanya tertawa kecil mendengarnya.

"Nah, karena akhirnya si bodoh ini sudah datang, kita bisa mulai rapat rahasianya," kata Sakura, bertindak seakan ia adalah moderator.

Rapat rahasia yang hanya digelar untuk ninja-ninja muda dari Konoha dan Suna. Rapat tersebut diadakan di desa kecil dekat Konoha agar tidak diketahui para petinggi kedua desa.

"Kita harus mencari solusi untuk segera memperbaiki hubungan Konoha dan Suna kembali," kata Temari dengan wajah serius.

"Ah…merepotkan sekali," keluh Shikamaru sambil bersandar pada kursinya, ia hanya menerima pandangan tajam dari kunoichi Suna tersebut.

"Bagaimana keadaannya saat ini?" tanya Neji.

"Tidak begitu bagus, aku takut perang bisa meletus kapan saja," jelas Temari.

Semua perseteruan ini dimulai dengan kisruh politik di kedua desa yang berujung pada kematian misterius seorang petinggi Suna yang memicu semakin panasnya hubungan kedua desa. Saat ini banyak ninja assassin yang bertebaran di kedua desa. Banyak para petinggi di kedua desa yang menjadi korban hingga hubungan kedua desa makin tidak menentu. Memang sejak dahulu hubungan Konoha dan Suna bagaikan pasang surut air laut.

"Wah, bisa kacau kalau begitu," komentar Naruto.

"Apa tidak ada cara untuk mendamaikan Konoha dan Suna kembali?" tanya Tenten.

Semua yang menghadiri rapat diam berpikir, itulah tujuan rapat kali ini. Mereka, para ninja muda, tidak ingin perang yang tidak ada gunanya terjadi kembali. Terlebih, para ninja Konoha sudah cukup akrab dengan para penghuni Suna begitu juga sebaliknya sehingga tahu tidak ingin saling berperang.

"Aduh…apa ya? Para orang tua itu susah sekali diberi tahunya," keluh Naruto.

"Bagaimana sih kau ini, katanya calon tunggal Hokage, masa' tidak bisa membujuk mereka?" sahut Kiba pada Naruto.

Naruto yang kini sudah menginjak umur 18 tahun memang merupakan calon tunggal Hokage keenam. Ialah yang berjasa dalam pemberantasan Akatsuki dan berhasil menyeret Sasuke kembali tapi tentu langsung dijebloskan ke penjara untuk berpuluh-puluh tahun lamanya.

"Yah, mereka semua kepalanya sekeras batu sih, dikasih tahu kayak apaan juga nggak mau, gengsinya gede. Bilang kalau 'Suna itu adalah musuh lama kita yang selalu menusuk dari belakang' dan sebagainya lah," keluh Naruto sambil mengacak-ngacak rambutnya. Ia memang tidak ahli berpolitik dan masih menyerahkan semuanya kepada Tsunade untuk mengurus bagaimana caranya ia jadi Hokage.

"Tidak jauh beda dengan desaku, sulit membujuk para tetua yang tidak mau kalah," tambah Gaara. Ia sendiri sudah angkat tangan untuk membujuk para tetua agar kembali berdamai dengan Konoha.

"Sekarang masalahnya perpecahan ini sudah menyebar sampai para ninja," balas Ino dengan wajah khawatir.

"Ya, semuanya sudah siap perang," kata Kankurou setuju.

"Tidak akan kubiarkan itu terjadi!" sahut Naruto, mendadak berdiri dari bangkunya.

"Tapi bagaimana caranya? Ngomong sih gampang!" omel Sakura kesal.

Semuanya kembali terdiam. Bahkan Shikamaru pun tidak bisa diandalkan di sini, mengingat ia memang ahli menyusun strategi perang dan pertarungan bukan politik.

"Bagaimana kalau pakai cara lama saja?" usul Sai. Semuanya terdiam.

"Cara lama apaan?" tanya Chouji bingung, semuanya pun tidak mengerti.

"Aku sering baca dibuku, dulu untuk menenangkan dan mendamaikan klan yang bertentangan maka diadakan pernikahan untuk menyatukan kedua klan tersebut," jelas Sai.

Semuanya terdiam…

"Intinya?" tanya Naruto masih tidak mengerti, dengan indahnya kembali mendapat jitakan dari Sakura.

"Intinya, pernikahan dari kedua desa bisa jadi solusinya," jelas Sakura.

"Bukan ide buruk sih….tapi bukannya nanti pernikahan itu akan ditentang?" tanya Temari.

"Kurasa dengan keadaan Konoha dan Suna saat ini, sangat mungkin ditentang," tambah Kankurou tidak yakin.

"Tidak, bila kita bisa mengumpulkan pendukung untuk melancarkan pernikahan ini, kupikir tidak semua ingin Suna dan Konoha berperang seperti halnya kita," kata Shikamaru.

"Tapi, itu berarti harus pernikahan di antara orang yang sangat berpengaruh di Suna dan Konoha kan?" tanya Neji.

"Iya, siapa?" tanya Tenten.

Semuanya berpikir sejenak.

"Bagaimana kalau Shikamaru dan Temari saja!" sahut Ino mendadak, membuat semuanya kaget. Yang diusulkan hanya memerah mukanya, karena mereka memang berpacaran.

"Jangan main-main! Lagipula aku tidak seberpengaruh itu di Suna," sahut Temari dengan wajah merah.

"Iya, jangan bercanda Ino," tambah Shikamaru dengan sikap tenang tapi wajahnya jelas merah.

"Kalau begitu siapa dong?" tanya Kiba dengan nada mengeluh.

Semuanya kembali terdiam….

"Kalau Gaara-sama saja bagaimana? Masih single kan?" usul Sai. Semuanya terdiam horror sambil memandang Gaara yang hanya menunjukkan ekspresi sedikit kaget.

"Gaara…menikah….ha…ha…ha…ha…!" tawa Naruto meledak seketika, membuat yang lain heran. Tidak ada yang berani menertawakan Gaara kecuali Naruto. Tapi memang, membayangkan Gaara menikah dengan seorang gadis…pasti jadinya cukup….mengejutkan karena ia adalah orang yang sangat dingin.

"Naruto, berhenti tertawa!" omel Temari kesal mendengar adiknya ditertawakan.

Naruto segera berhenti tertawa sebisanya, meski masih sedikit terkikik pelan karena geli.

"Tapi, Gaara dengan siapa?" tanya Sakura, berusaha menghindari bayangan Gaara menikah dengan salah satu fansnya yang berada di Konoha, pasti hancur luar biasa.

Sai terdiam. "Bagaimana dengan Naruto-kun saja?"

"EH! APAAN ITU!" pekik Naruto yang tadinya tertawa tapi kini marah. Sai hanya memasang senyum saja.

"Iya benar, nggak lucu ah bercandanya! Pernikahan sesama jenis kan dilarang di Suna dan Konoha!" omel Ino.

"Lho, aneh deh…rasanya aku pernah baca sastra klasik yang isinya tentang kisah cinta antara bijuu yang mirip Kyuubi dan Shukaku," kata Sai.

"Sastra klasik? Kisah cinta? Kyuubi? Gak mungkin!" pekik Naruto, entah ingin marah atau ketawa karena kedengarannya konyol sekali.

Sementara Gaara hanya memasang wajah cool meski sebenarnya ia sedang mencoba sebisa mungkin untuk tenang mendengarkan obrolan tidak waras ini.

"Yang kubaca sih, Shukaku itu sebenarnya wanita, apa aku salah?" tanya Sai, lebih ke dirinya sendiri. Gaara tersentak mendengarnya.

"Shukaku cewek? Gak, gak mungkin! Aku tuh udah pernah bertarung sama dia, dia nggak kayak cewek ah," kilah Naruto.

"Yah, bijuu kan mungkin beda," balas Sai.

"Itu…benar sih…sebenarnya…"

Semuanya terdiam, menolah Kankurou yang kini melirik Gaara yang diam. Entah harus takut, jijik, atau tertawa mendengar monster pasir mengerikan itu sebenarnya wanita.

"Jadi, karena Shukaku itu wanita, ada di dalam tubuh Gaara, dan Kyuubi itu pria, ada di dalam tubuh Naruto, maka keduanya bisa menikah?" tanya Sakura, sedang mempertimbangkan usulan Sai.

"Nggak, nggak lucu! Masa' iya sih, aku nggak percaya!" sahut Naruto marah.

"Gaara sendiri bagaimana?" tanya Sakura, tidak memperdulikan Naruto.

Gaara diam sesaat, tampak bimbang dan bingung. "Kalau memang terpaksa…apa boleh buat," gumamnya, tapi kedengaran meragukan.

"Apa? Ah, Gaara, kok gitu!" pekik Naruto.

"Ayolah Naruto, kamu yang merupakan calon tunggal Hokage dan Gaara yang Kazekage kalau nikah pasti Suna dan Konoha bisa damai terus," kata Kiba sambil menepuk pundak Naruto.

Naruto terdiam, demi Konoha, bisakah ia melakukannya…? Wajahnya sedikit memucat dengan keringat mengucur deras membasahinya.

"Yah, nggak perlu pernikahan serius juga kan?" kata Shikamaru membuat Naruto dan Gaara tersentak.

"Kurasa kalian cuma perlu mempertahankan pernikahan mereka sampai keadaan Suna dan Konoha tenang kembali," jelas Shikamaru.

Jantung Naruto berdebar keras, seakan sedang dikejar-kejar hantu yang sangat ia takuti. "Ta…tapi…," ia ingin protes tapi tidak tahu harus bicara apa. Menikah dengan Gaara? Untuk mendamaikan Konoha dan Suna? Apakah ia bisa? Ide itu rasanya konyol sekali tapi juga masuk akal.

Naruto memandang Gaara yang tampaknya sama bingungnya dengan dirinya. Terbelah antara diri sendiri dan demi desa.

"Tapi, kalau kalian nggak mau, yah…kami nggak maksa kok," kata Sakura sambil menepuk pundak Naruto yang tegang.

"Pasti masih ada cara yang lain," tambah Temari.

"Tidak, tidak apa-apa," kata Naruto membuat seisi ruangan terkejut. "Kalau memang itu cara yang terbaik, akan kulakukan, apa boleh buat," katanya serius, dengan lurus memandang Gaara.

"Gaara?" tanya Kankurou, memandang adiknya yang tampak tegang dan bingung.

Gaara menutup matanya, rasanya konyol dan aneh, inikah rasanya dilamar? Pernikahan ataupun romatisme tidak pernah ia bayangkan sebelumnya, bahkan meskipun ia punya banyak fans cantik yang senantiasa menggodanya. Menikahi Naruto? Orang yang pertama membuka pintu hatinya?

Gaara mengangguk. Dan sorak sorai pun berkumandang seakan 'lamaran' Naruto sungguhan dan diterima oleh Gaara. Sementara Hinata langsung pingsan mendengarnya.

"Wow! Sudah ditetapkan nih jadinya!" goda Kiba, kepada Naruto yang kaget mendengarnya.

"Apaan sih!" omel Naruto kesal, takut kalau ia sudah membuat keputusan yang akan berakibat fatal pada hidupnya.

"Nggak apa-apa begini Gaara?" tanya Temari pada adiknya.

Gaara mengangguk pelan. Temari hanya tersenyum, ia tahu Gaara cukup menyukai Naruto meski bukan dalam bentuk intim karena si pirang itulah yang berhasil menjadikan dirinya seperti sekarang. Bila Gaara sampai bersedia menerimanya, itu menunjukkan perasaannya pada Naruto yang sebenarnya.

Tapi, apakah pernikahan mereka akan berjalan lancer ya? Mengingat mereka tidak saling mencintai, sikap Naruto yang masih kekanakan, Gaara yang sulit dekat dengan orang lain dan agak tertutup, apakah bisa?

IoI

"APA? MENIKAHI GAARA?"

Naruto mengangguk dengan wajah canggung namun mencoba terlihat tegar serta keringat yang mengucur menandakan betapa nervousnya dia. Sementara Gaara hanya berani memandang meja yang berada di depannya.

Mereka kini di rapat yang ada di adakan di Konoha yang disusun oleh Gaara sehingga beberapa petinggi Suna bisa datang.

Dan sesuai rencana, Naruto akan menyatakan bahwa ia akan menikahi Gaara di sini, yang tentu saja, membuat para tetua dan Tsunade shock hebat.

"Gaara-sama, bisa tolong jelaskan semua ini?" sahut salah satu tetua Suna.

Gaara diam sebentar sebelum bicara. "Aku…kami sudah menetapkan, kami akan menikah," kata Gaara sambil melirik pada Naruto.

"Tapi pernikahan antara sesame jenis itu dilarang!" sahut tetua yang lainnya.

Naruto hanya tertawa, akhirnya ia bisa mulai tenang dan mengikuti arus. "Begini ya, dasarnya sih, Shukaku itu wanita, jadi Gaara kasarnya juga bisa disebut wanita kan?" jelas Naruto, ia tidak sadar menerima pandangan tajam dari Gaara.

"Be…benarkah itu?" tanya Tsunade tidak percaya.

Naruto mengangguk pasti, padahal sebenarnya ia sendiri masih belum percaya.

"Tapi…apakah ia bisa hamil?" tanya tetua yang lain, membuat Naruto tercekat dan panik sendiri. Ia lalu menatap Gaara yang wajahnya memerah.

"Iya, itu benar, pernikahan tanpa menghasilkan keturunan tidak ada gunanya," tambah tetua yang lain lagi dengan congkaknya. Ingin sekali Naruto memukulnya karena berkata seperti itu.

"…ya…aku bisa..," kata Gaara dengan wajah merah dan hanya menatap meja.

"EEEHH?" semuanya kaget berbarengan, termasuk Naruto.

Naruto segera sembuh dari kagetnya, karena menyadari beberapa tetua memandangnya dengan tatapan "lho kamu juga tidak tahu?"

Tsunade tersenyum, teranyata kedua ninja muda itu pintar juga. Bila keduanya menikah maka hubungan kedua desa akan membaik, masalahnya akan selesai.

"Tidak, aku tidak percaya! Pasti ini cuma akal-akalan kalian saja kan!" bantah salah satu tetua.

Naruto dan Gaara saling pandang dengan khawatir. "Tidak, kami serius!" sahut Naruto, dalam hati ia merasa bersalah karena sudah berbohong.

"Kalau begitu coba buktikan!" sahut ketua yang lain.

Naruto tersentak mendengarnya dan beralih memandang Gaara yang juga tampak bingung. Si pirang memejamkan matanya, ia sudah menetapkan untuk melakukannya, sekarang sudah tidak bisa mundur lagi.

Ia bangkit dari kursinya dan menghampiri Gaara, membuat semua tetua terkejut termasuk pula Gaara. Ia lalu membungkuk dan mengecup bibir Gaara tanpa peringatan, membuat si rambut merah terkejut bukan kepalang karena ini tidak termasuk dalam rencana mereka.

Secara insting, Gaara ingin sekali mendorong Naruto tapi ia tidak melakukannya karena bisa menghancurkan semua rencana yang mereka buat. Jadi ia menahan diri dan menutup matanya, mengikuti apa yang Naruto lakukan.

Semua tetua terkejut melihat bagaimana Naruto dan Gaara berciuman hingga beberapa lama, membuat keduanya hampir kehabisan napas.

Begitu mereka selesai berciuman, Naruto berbalik menatap para tetua dengan wajah yang merasa menang.

"Bagaimana?" tanyanya, sambil mengelap sedikit bibirnya. Sementara Gaara hanya duduk di tempat dengan wajah merah. Ingin sekali ia memukul Naruto karena tidak memperingatinya terlebih dahulu, lihat saja dulu.

Semua tetua terlihat pucat dan bingung dengan apa yang baru saja terjadi.

Dan akhirnya, rencana pun berjalan dengan sukses!

IoI

"Itu tadi apa-apaan?" tanya Gaara setelah rapat selesai dan ia bersama Naruto berada jauh dari jangkauan pendengaran para tetua.

"Habis, mau gimana lagi? Yang penting sukses kan?" tanya Naruto sambil nyengir, tapi nyengirnya segera lenyap begitu melihat pasir mulai mengelilingi tubuhnya dan ia melihat wajah Gaara yang marah.

"Wuah, Gaara, ampun! Beneran, tadi tuh terpaksa!" pekik Naruto panik.

"Aku nggak peduli! Pokoknya aku harus menghajarmu dulu baru aku bisa memaafkanmu!" sahut Gaara kesal.

"Kenapa? Kita juga akan segera menikahkan? Memangnya apa yang salah?" tanya Naruto dengan panik, pasir mulai membungkus tubuhnya perlahan-lahan.

Gaara hanya diam. Bagaimana ia bisa menjelaskan perasaannya? Ia merasa malu, marah, kecewa, juga sedih. Ia jarang sekali bersentuhan dengan orang lain, karena itu ia tidak suka dicium seperti itu di depan umum. Apalagi, itu ciuman pertamanya.

"Aku tidak suka disentuh," jawab Gaara singkat.

"Wuaah…!" pekik Naruto saat pasir sudah membungkus dirinya sebentar. Woi, serius ini, ini kan bukan kartun dimana ia bisa hidup kembali meski dibunuh seperti apapun juga.

"Saba.." Gaara terkejut saat tangannya dihentikan oleh seseorang yang tak lain adalah Naruto sendiri. Kagebunshin? Tapi kapan…

"Aku kan menjadi calon tunggal Hokage bukan tanpa alasan lho," katanya sambil tersenyum. Gaara hanya melotot padanya.

"Maaf deh soal ciuman yang tadi, ini sebagai gantinya," kata Naruto, lalu ia mencium Gaara kembali, membuat Gaara kembali terkejut.

Tapi, ciuman kali ini agak berbeda, lebih lembut dan penuh perasaan ketimbang ciuman paksaan tadi. Gaara perlahan menutup matanya saat Naruto mulai melingkarkan tangan di pinggangnya.

Naruto sendiri terkejut, ia berpikir mungkin Gaara tidak suka ciumannya yang tadi karena terlalu keras dan memaksa jadi ia memperbaikinya kali ini.

Tapi, ada sedikit perasaan aneh. Rasanya sedikit beda…

Bibir Gaara itu ternyata lembut sekali, ia menarik tubuh Gaara lebih dalam karena penasaran dengan lembut bibir Kazekage itu. Tidak tersirat sama sekali dipikirannya bahwa ia sedang mencium seorang laki-laki.

Yay! Bocah, ayo serang dia sekarang juga! Pekik Kyuubi tiba-tiba dari dalam tubuhnya, membuat Naruto tersentak, kaget, karena ia benar-benar mengerti maksud dari kata 'serang' itu apa. Ia segera melompat menjauh dari Gaara karena kaget sendiri sementara Gaara yang juga kaget hanya terbelalak matanya dan diam di tempat.

"Ehe..he..he…, maaf, jadi kebablasan," gumam Naruto nervous sambil menganggaruk kepalanya.

Hawa gelap kembali menyelimuti Gaara, membuat Naruto gemetaran karena kali ini si rambut merah benar-benar marah.

"Aku juga jadi Kazekage bukan tanpa sebab," katanya dengan nada dingin.

Dan Naruto pun dihabisi dengan indahnya olehnya, meninggalkan berbagai luka lebam di wajahnya yang tak kan hilang sampai beberapa hari ke depan.

TBC?


Ide ngaco, aneh, ah…masa bodoh deh

Bakalan ada Mpreg nanti, seandainya lanjut sih.

Kalau nggak ada yang review, males ah banyak kerjaan sih

Ratting pasti naik, ada lemon, ada MPreg, lengkap deh.

Review ya? Nggak menerima request cinta segitiga Naruto, Sasuke dan Gaara, ok?

Oh ya, satu hal lagi, nggak menerima insult, atau manas-manasin meskipun nggak bermaksud, tolong ya tolong, aku lagi alergi, misalnya bilang Naruto lebih pantas jadi ukenya lah, atau Gaara itu lebih cocok jadi semenya lah, ok? Ini cerita NaruGaa, ok? Aku sensitif banget sama hal kayak gitu, akibatnya bisa nangis-nangis di kasur seharian karena kesel dan bete, gak bisa ngapa-ngapain, ok? Bisa menghargai aku kan? Kalau emang pengen Naruto jadi uke jangan baca fanfic ini, ok? Di luar sana banyak kok fanfic GaaNaru lain. Sori, lagi sensi, sensi banget karena seseorang

Bukannya apa-apa, aku emang alergi tanpa karena suatu sebab, mungkin untuk yang udah pernah ngomong atau kenal aku udah tau tapi bagi yang belum, tolong ya, jangan menabur garam di luka lama, aku capek berantem, capek nangis, capek sakit hati. Aku penggemar NaruGaa sejati yang selalu banting tulang demi membuat penggemar NaruGaa bertambah.

Ada yang insult, fanfic ini nanti pending, atau hiastus karena sakit hati. Aku sering berantem cuma karena ini yang berakibat aku nelantarin akun FBku karena capek, karena beda pendapat tapi jujur aku sedih banget, sedih banget. Ini topik tabu denganku. Tolong jangan sebut-sebut Sasuke, jangan sebut-sebut Naruto-uke, tolong ya, tolong banget ya, mau ngertiin aku kan? Aku baik kok, nggak pernah cari rusuh di fanfic orang kan? Tolong ya, tolong banget