A Super Junior's Fanfiction

Super Junior

Themselves and SM Entertaintment


Warns :
Many bad things
are mine,
and
if you don't like this pair, or this story,
I beg you, do not read

Thanks for your time, may you'll enjoy it :)


[ Their Forbidden Love ]

with
Cho Kyuhyun
Lee Sungmin
and
the other members
inside


Lagi-lagi, tak terasa warna biru pekat dengan taburan kilau para permata langit telah menyelimuti langit daerah Seoul, tak lupa suhu dingin pun ikut menemani suasana. Di waktu semua orang seharusnya sedang mengistirahatkan tubuhnya—dengan tidur di ranjang masing-masing—, sesosok namja berjalan dengan pelan menyusuri jalan yang sekarang sungguh sepi. Yang menemaninya hanya cahaya samar dari lampu jalan yang tersusun rapi di pinggir jalan yang dilewatinya.

Namja itu memasukkan kedua telapak tangannya ke dalam saku jas putihnya. Kepulan seperti asap kecil keluar dari arah bibir dan hidung lelaki berhelai rambut hitam itu. Dia terlihat tidak peduli dengan suhu dingin yang mungkin bisa saja membuatnya flu ataupun demam, karena penyakit itu sama sekali tidak dapat dibandingkan dengan rasa sakit dalam dadanya sekarang.

Padahal sudah sejak tiga jam tadi dia berusaha mengenyahkan segala kesesakan ini, namun nihil. Sungguh, tidak bisa.

Bola mata dengan iris eboni itu hanya menunduk, memperhatikan langkahnya yang terasa begitu lemah dan lambat. Kejadian tadi benar-benar tidak ada dalam rencana maupun bayangannya. Bertemu dengan salah satu bagian masa lalumu yang ingin kau lupakan itu berat sekali, kau tahu?

Rasanya Sungmin—nama namja tadi—ingin sekali menciptakan sebuah mesin waktu yang dapat membuatnya tak usah bertemu dengan salah satu kepingan masa lalunya. Seperti namja yang sempat disentuhnya dengan bibirnya sendiri; Cho Kyuhyun. Sungmin mendesis mengingat betapa bodohnya dia yang begitu lepas kendali saat melihat sosok yang dulu pernah dianggapnya sebagai dongsaeng itu.

Masih diingatnya, degup jantung dan denyut nadinya yang terasa berhenti berfungsi saat melihat Kyuhyun di hadapannya. Masih diingatnya dengan jelas, rasa tidak percaya yang membuatnya berpikir bahwa namja berpakaian satuan Penyelidik itu adalah sebuah ilusi. Yang paling tidak dapat dienyahkan dari pikirannya adalah kata-kata yang diucapkan namja Cho itu padanya.

"Aku tidak bisa membiarkan orang yang seenaknya melanggar kebenaran dan keadilan!"

Seukir senyum getir tercipta pada wajah rupawan milik namja yang masih tetap menunduk itu, membuatnya terlihat begitu rapuh sesaat. Namun, senyum getir itu berubah menjadi sebuah seringai benci saat mengingat kejadian dua belas tahun yang lalu. Saat mereka berdua mengucapkan janji, dan pada malam terakhir dia menjadi seorang Lee Sungmin.

"Kebenaran, huh? Polisi? Omong kosong," desisnya.

Kilasan masa lalu yang sudah lama terjadi itu kembali memenuhi otaknya, memutarnya kembali seakan hal itu baru saja terjadi beberapa menit yang lalu. Kedua telapak tangan yang tersembunyi di dalam saku celana itu mengepal erat. Refleks, digigitnya bibir miliknya untuk menahan keinginannya untuk berteriak saat ini juga.

Kedua eboni itu menutup dengan cepat ketika ingatan mulai menyergapnya. Tubuhnya sedikit limbung hingga ia harus bertumpu pada tiang lampu jalan yang ada di dekatnya.

Bayangan itu semakin jelas dengan suara-suara yang masih tetap melengking dan memilukan seperti dalam kenyataan. Pekikan penuh kesakitan dari orang tuanya, jerit tangis dari adiknya, dan suara timah panas yang ditembakkan ke arah orang tuanya tanpa belas kasihan; semua itu berputar di kepala namja ini.

Saat-saat dia berlari menuju lantai atas dan mengambil ponselnya, lalu bersembunyi di dalam lemari; tepatnya di balik gantungan pakaian. Dengan air mata yang berjatuhan dengan cepat di kedua sisi wajah putihnya, dia menekan nomor yang diyakininya pasti dapat membantunya. Kala mendengar nada sambung yang terasa begitu panjang, tubuhnya gemetaran dan napasnya pun ikut memburu. Dia tidak pernah setakut ini sebelumnya.

Dan saat nada sambung itu berganti dengan suara berat seorang lelaki, hampir saja dia berteriak kegirangan. Dengan cepat dia menjelaskan apa yang terjadi di rumahnya saat ini, dengan suaranya yang getir dan pelan dia memohon pertolongan untuk kedua orang tuanya, dongsaeng-nya, dan juga dirinya sendiri.

Namun, yang didapatinya adalah suara yang membuatnya ragu. Meski telinganya dengan jelas mendengar kata 'iya, kami akan segera datang', tapi belum selesai dia berbicara, telepon itu pun ditutup. Diacuhkannya keraguan itu karena saat itu dia yakin bahwa pihak kepolisian akan segera berangkat menuju rumahnya.

Dia percaya, bahwa akan ada yang menolong mereka. Sungguh, dia percaya. Tapi tiba-tiba, kawanan lelaki bertubuh besar yang melukai orang tua dan juga adiknya itu menendang pintu kamarnya dengan keras. Menjebolnya, dan yang dia dengar dari dalam lemari adalah suara hempasan barang-barang yang membuatnya semakin takut.

Suara tawa yang mengerikan terdengar dari salah seorang anggota mereka. Sungmin tak begitu jelas mendengar apa yang diucapkannya, yang dia dengar hanya deru napas miliknya yang ditahannya mati-matian agar tak didengar oleh orang-orang yang tak dikenalnya itu.

Hatinya masih terus percaya dan yakin bahwa satuan kepolisian yang diteleponnya akan segera datang dan menangkap kawanan perampok ini. Menyelamatkannya. Dan saat suara tawa itu semakin keras, ponsel Sungmin bergetar dan berbunyi pelan. Namja Lee itu menutup mulutnya dengan satu tangan dan tangan yang lain mengambil ponsel yang berada di sampingnya. Jemarinya yang masih terus gemetar itu menekan tombol off yang berada di bagian atas flap ponsel miliknya.

Namja berumur sepuluh tahun itu berdoa sungguh-sungguh dalam hati agar mereka tidak mendengar suara ponselnya tadi. Namun, hal yang sangat ditakutkannya terjadi. Suara tawa yang semula membahana itu kini berubah menjadi hening. Sungmin tak dapat mendengar apapun dari dalam lemari, kecuali decitan pelan dari lantai kayu kamarnya.

Dia memejamkan kedua matanya, berdoa agar para polisi itu segera datang dan menyelamatkannya. Tapi, yang didengarnya tak lama setelah dia berdoa dengan sungguh-sungguh adalah suara tarikan yang kasar dan keras—yang membuka paksa kedua daun pintu lemari pakaiannya. Dia sungguh ingin berteriak saat melihat mata para namja mengerikan itu, namun tenggorokannya terasa begitu tercekat. Suaranya hilang begitu saja.

Tangan-tangan besar dan kasar milik lima orang namja yang telah membunuh keluarganya menarik tubuhnya untuk keluar dari tempat itu. Yang dilihatnya terakhir kali sebelum kegelapan dan rasa pusing menyergapnya adalah sebuah sebuah tato 'G' berwarna merah darah di atas punggung tangan mereka masing-masing.

Dan kehidupannya yang semula baik-baik saja, sejak malam itu berubah seratus delapan puluh derajat.

Sungmin dewasa membuka kedua matanya dengan cepat sebelum ingatan yang jauh lebih buruk akan menyergapnya kembali. Sudah sejak lama dia berusaha keras menjauhkan dirinya dari hal-hal yang berhubungan dengan masa lalunya. Bahkan ketika pihak kepolisian menyatakannya telah meninggal pun, dia merasa sangat terbantu.

Karena dengan itu, balas dendamnya akan berjalan dengan lebih mudah. Mereka tidak akan dapat mengetahui bahwa anak yang dinyatakan telah meninggal oleh mereka itu akan menuntut balas. Tidak hanya pada segala hal yang berhubungan dengan perampok, namun juga pada pihak berwajib yang dipercayainya, namun mengkhianatinya.

Bibir merah muda miliknya kini dihiasi oleh sedikit cairan merah pekat; darah. Rupanya namja yang memiliki rambut hitam seleher itu menggigit bibirnya terlalu kuat. Sungmin tak menghiraukannya, yang dilakukannya hanya kembali berjalan. Bunyi ponsel yang sedari tadi diabaikannya kini kembali berbunyi. Dengan perlahan, ditekannya tombol penjawab otomatis hingga ia langsung tersambung pada orang yang meneleponnya.

"Ne, hyung."

"..."

"Mian, aku tidak baik hari ini."

"..."

"Arra, aku akan pulang setelah selesai."

Setelah menutup flap ponsel dan memasukkannya ke dalam saku jasnya, Sungmin menyentuh bibirnya dan menghapus cairan asin yang mulai terasai oleh indera pengecapnya. Saat menyentuh bibirnya, dia kembali teringat pada sosok yang tadi diciumnya; Kyuhyun.

Dongsaeng-nya yang kini lebih tinggi daripada dia, dengan helai rambut brunette yang menambah kesan tampan padanya, serta kedua bola mata beriris gelap itu, dongsaeng manisnya dulu telah berubah sedemikian rupa hingga menjadi seorang namja tampan.

Semua itu akan membuat Sungmin setidaknya ikut senang. Semuanya, kecuali jas abu-abu dengan lambang khas milik satuan Penyelidik atau tim outstanding andalan Seoul dalam memecahkan berbagai macam kejahatan. Rivalnya. Musuh untuknya. Semua yang berkaitan dengan kasus dua belas tahun yang lalu adalah lawannya.

Termasuk siapapun yang akan menghalanginya menghabisi orang-orang yang berkaitan langsung dengan kasus itu.

Sungmin tahu bahwa ada enam namja yang menjadi satuan elite itu, dan dia yakin kemampuan keenam anggota tim itu tak dapat diremehkan sama sekali. Hal yang dia tak tahu ataupun tidak pernah melintas di pikirannya adalah; Cho Kyuhyun adalah satu dari enam namja itu.

Karena itulah dia sampai tak mampu mengontrol dirinya sendiri saat melihat seragam khusus untuk anggota satuan Penyelidik terpasang pada tubuh tinggi Kyuhyun, hingga dia mengecup bibir namja Cho itu tanpa disadarinya. Rasa sesak itu kembali mengisi hatinya. "Kyu," bisiknya getir pada keheningan.

Sungmin merindukan namja Cho itu, sungguh sangat merindukannya. Tapi dia tidak bisa. Segalanya telah berbeda. Tak sama dan tak akan pernah bisa kembali sama.

.

.

.

.

.

.

Cho Kyuhyun masih terdiam di sisi ranjangnya. Dia merenung dengan jemarinya yang bertautan, dan dengan dagu yang bertumpu di atas punggung tangannya. Kedua bola matanya masih terbuka walau sebenarnya dia ingin sekali menutup matanya dan merebahkan dirinya—mengistirahatkan tubuh dan matanya yang sudah sangat lelah.

Sayangnya, itu tak terjadi.

Namja Cho ini masih mengingat dengan jelas kejadian yang entah dapat disebut apa tadi. Incarannya, target tim satuan Penyelidik; telah berhasil mencuri satu poin lagi. Mi Ah Ru tewas dengan dua tembakan di jantung dan juga bahunya. Tapi kali ini, Kyuhyun tidak mengakui kalau namja yang berhasil membunuh Ah Ru adalah the proper killer. Alasannya adalah seperti yang mereka tahu, pembunuh itu selalu melakukan aksinya hanya dengan satu butir peluru saja.

"Aish!" geram Kyuhyun sambil merebahkan tubuhnya. Dia kesal sekali, sungguh. Padahal mereka sudah menyusun cara ini sedemikan rupa, merencanakannya dengan matang, dan satu orang namja berhasil menghancurkannya.

Akhirnya, dia mulai mau mengakui kalau pembunuh ini memang the proper killer dan benar-benar menantang mereka. Awalnya dia sangat tidak mempercayai apa yang dikatakan Siwon dan Kibum—yang menyebutkan kalau the proper killer mengincar target yang mereka incar—sejak awal dia bergabung dengan tim elite.

Namun, setelah mengamati hasil penelitian sang second–analyzer—Choi Siwon—, Kyuhyun mulai mengerti apa maksud dari kedua analyzer ini. Bahwa memang benar, tiap target berat yang harus mereka tangkap selalu dihabisi duluan oleh pembunuh ini sejak enam bulan yang lalu—Kyuhyun baru bergabung sejak dua bulan yang lalu, jadi informasi yang dimilikinya masih terbatas.

Tapi insting namja berhelai rambut brunette itu menyangkal. Dia yakin ada perbedaan target di antara mereka dan sang pembunuh ini. Sayangnya, dia belum tahu apa itu.

"Hufh," Kyuhyun menghela napasnya. Sebenarnya bukan hanya pikiran-pikiran ini yang memenuhi otaknya, namun ada satu lagi yang membuatnya pusing.

That kiss.

Kyuhyun tidak bisa melupakan sensasi bibir yang ditutupi kain itu saat menempel pelan pada bibir miliknya. Dia juga tidak dapat mengusir suara lembut penuh tekanan itu saat sosok itu mengucapkan kata 'annyeong' padanya. Namja Cho ini mengusap wajahnya dengan cepat. Kedua kaki jenjangnya menendang-nendang udara sekitarnya dengan gemas.

Walau tertutup kain, Kyuhyun dapat merasakan aroma lembut bernuansa vanilla dari tubuh namja itu. Dan desiran dalam dadanya saat bertatapan langsung dengan kedua bola mata orang itu...oh my god. Sungguh, ia sama sekali bukanlah seorang anak kecil yang tak mengerti tentang hatinya.

Dia tahu. Cho Kyuhyun tahu kalau tanpa sengaja merasa tertarik pada orang yang mencuri ciuman darinya itu. Walau hanya sebentar, bibir itu terasa begi—

"YA! Cho Kyuhyun! Sadarlaah!" serunya sambil menepuk keras wajahnya. Dia benar-benar tidak bisa percaya, kalau sekarang dia sedang mengkhayalkan sebuah ciuman kecil bersama sesosok namja yang terjadi empat jam yang lalu.

Sebelum memejamkan kedua matanya, Kyuhyun menghadapkan tubuhnya ke arah beranda kamar yang tepat ada di depannya. Beranda kamar yang tetap dapat melihat langsung ke arah beranda milik Sungmin. Dia merasa pernah melihat cahaya dalam kedua bola mata itu sebelumnya. Memang benar, suasana pada saat mereka bertatapan itu sedang gelap, namun dia bisa melihat kilau dalam bola mata itu.

Aku merasa mengenal pemilik kedua bola mata itu. Tapi...siapa? batin Kyuhyun. Dia kembali menelungkupkan tubuhnya dan mulai berpikir lagi. Karena tak kunjung mendapatkan jawaban, dan hasrat kantuknya sudah sangat tinggi, jadilah namja berkulit pucat ini tertidur perlahan. Dengan pertanyaan yang masih belum didapatkan jawabannya.

.

.

.

.

.

.

.

Paginya, namja dengan rambut ikal-brunette itu bangun dengan malas. Kalau saja dia tidak ingat hari ini akan ada pertemuan dengan Lee Soo Man; atasannya, maka dia sangat berminat untuk tidur lagi. Dengan sedikit terhuyung, sosok bertubuh lumayan tinggi itu menuju kamar mandi. Disampirkannya sehelai handuk hitam yang tergantung di depan pintu kamar mandi ke atas bahunya.

Diputarnya keran westafel dan dengan cepat dibasuhnya wajah miliknya untuk menghilangkan rasa kantuk yang masih bertahan di matanya. Saat melihat bayangannya sendiri di kaca, dia terkesiap. Di bawah kedua bola matanya, ada warna hitam pucat yang terlihat jelas. Kedua kantung matanya menghitam.

"Pasti mereka akan mengolok aku pagi ini," Kyuhyun mendecak sebal.

Lelaki tampan itu mengusapkan handuk tadi ke wajahnya dan dia bersiap untuk mandi. Setelah melepaskan piyamanya, Kyuhyun menyalakan keran shower dan mulai membasuh tubuhnya dengan air yang cukup dingin itu. Rasa kantuknya seperti hilang begitu saja saat kucuran air dari pancuran membasahi tubuhnya.

Kyuhyun punya alasan mengapa dia yakin rekan satu timnya itu akan mengoloknya, terutama hyung-nya yang memiliki wajah rupawan seperti yeojya; Kim Heechul.

Kejadian malam tadi kembali berputar seperti rekaman film di dalam otaknya.

.

Malam tadi, saat Kyuhyun masih terpaku dengan 'ciuman'nya, kelima rekannya mendatanginya dengan wajah 'apa–yang–terjadi'. Sedang ia hanya bisa terdiam sambil menyentuh Siwon, Hankyung, Kangin, dan Kibum mendatangi mayat Mi Ah Ru yang terkapar tak jauh di hadapannya, Heechul mengguncang bahu Kyuhyun.

"YA! Magnae! Apa yang kau lakukan di sini? Bagaimana rupa pelakunya?" tanya Heechul dengan beringas.

Heechul kesal karena lagi-lagi, lelaki termuda di antara mereka berenam ini melakukan hal berbahaya sendirian. Dia semakin kesal saat si magnae ini malah tetap diam dan tidak menjawab pertanyaannya dan hampir saja ia menjitak kepala namja Cho itu jika perhatiannya tidak teralihkan dengan sesuatu yang sedang dilakukan Kyuhyun sedari tadi.

"Kau...ada apa dengan bibirmu?"

Efek samping dari syok yang masih melanda perasaannya; Kyuhyun menjawab jujur pertanyaan second–armer satuan Penyelidik ini. "Dia menciumku."

Heechul terbelalak. "Hah? Cium? Pembunuhnya yeojya?"

Namja yang masih terus menyentuh bibirnya itu menggeleng pelan. "Anni, dia namja."

"HAH?"

Kyuhyun mendelik kesal pada sosok cantik ini karena terus menerus mengeluarkan suara nyaring dan membuatnya tersadar dari lamunan indahnya tadi. "YA! Heechul-hyung juga begitu dengan uri leader!"

Lelaki Kim itu terkekeh sambil mengibas-ngibaskan tangannya. "Itu soal lain. Kau dan namja tadi baru saja bertemu 'kan?"

Kyuhyun mengangguk pelan. Bayangan sosok yang memakai jas putih terlihat begitu jelas dalam pikirannya.

"Dan...kau kelihatannya suka ya dengan ciuman tadi, Kyu–hyun–nie?" goda Heechul. Sekali-kali dia ingin usil terhadap magnae yang sering menggoda dan mengerjai hyungdeulnya, termasuk dia sendiri. Biar dia tahu rasa bagaimana rasanya dikerjai dengan sadis olehnya.

"A–anniyo! Dia itu melecehkanku!" seru Kyuhyun sambil membalikkan wajahnya dari hadapan hyung-nya yang menyeringai itu.

"Kau terlihat seperti yeojya saja. Aigooo, mukamu memerah, magnae~" Heechul terbahak melihat Kyuhyun yang mulai salah tingkah itu.

"Andwaee!"

Teriakan-teriakan—atau yang lebih tepat disebut bantahan—semakin nyaring terdengar di antara dua namja yang merupakan minder dan armer ini. Membuat keempat namja yang sudah selesai dengan prosedur pengurusan target mendatangi mereka dengan wajah tidak mengerti dan penasaran—kecuali Siwon dan Kibum yang memang sudah kalem dari sananya itu.

Lelaki bertubuh tinggiberambut jingga gelap itu menepuk-nepuk keras bahu lebar Hankyung sambil masih terbahak keras. Dia mengusap sedikit ujung bola matanya karena ada air mata kegelian yang turun dari sana. Wajah rupawan itu pun kini ikut memerah karena tawanya yang begitu terbahak dan mulai membuat perutnya sakit.

"Uri magnae have kissed by that killer, Ufuhwahaha," Heechul yang tadi memukul-mukul Hankyung, kini mengalihkan pukulannya ke punggung namja bertubuh besar bernama Kim Youngwoon, sang first armer mereka. "Lihatlah wajahnya yang memerah itu. Aissh, perutku benar-benar sakit! Huahaha!"

"YA! Hyung pabbo!" geram Kyuhyun kesal. Dia semakin kesal dan malu saat mendapati keempat hyungdeul -nya itu menatap ke arahnya dengan wajah pongo dan seakan ingin bertanya 'is–that–true?' namun kedua hyung-nya; Youngwoon dan Hankyung, terlanjur tertawa terbahak hingga kedua mata mereka yang sudah kecil itu tidak terlihat lagi.

Namun ada juga yang masih merasa simpati pada magnae ini yaitu dua lelaki lain yang berdiri di sana dan tidak ikut tertawa keras. Karena di saat ketiga rekannya tertawa terbahak, dan yang satu lagi berteriak tidak terima diejek, mereka berdua tetap diam dan sesekali tersenyum. Jinjjayo, they are so calm~Dua namja itu; Siwon dan Kibum, memang pantas mendapatkan gelar silent-man dari seluruh rekan satu kantor.

Ejekan dan tawa itu masih terus berlanjut meski Kibum dan Siwon sudah mendorong ataupun menyeret keempat rekannya itu untuk masuk ke mobil secepatnya. Mereka masih harus melapor kepada Lee Soo Man atas misi mereka yang ternyata gagal ini. Tapi, setelah melihat jam dan mendapati bahwa sekarang sudah tengah malam; tepatnya, setengah dua belas malam, mereka memutuskan untuk melapor besok saja.

Dan akhirnya setelah mendapat kata-kata khas dari sang second analyzer, akhirnya tawa itu mereda dengan akhir yang menyenangkan; sang magnae yang memasang wajah kesal bukan main, dengan bibir yang sedikit dicibirkan.

"Enak ya? Apa bibirnya lembut?" tanya Heechul sambil menormalkan napasnya yang terengah. Dia sungguh-sungguh bernafsu mengganggu magnae ini.

"Whatever!"

Geraman Kyuhyun yang terlihat sangat kesal itu sekali lagi berhasil membuat syaraf geli Heechul kembali aktif.

"Huahahahahaha!"

.

Yah, begitulah kiranya kejadian malam tadi hingga Kyuhyun yakin pagi ini hyungdeulnya—pengecualian untuk Siwon dan Kibum—akan mengejeknya lagi, mungkin akan lebih parah daripada tadi malam.

Dering khusus ponselnya berbunyi nyaring tepat setelah ia keluar dari kamar mandi. Kyuhyun mengusapkan handuk ke rambutnya yang basah. Helai rambut brunette yang masih basah itu berjatuhan di sisi wajahnya, membuat kesan segar di wajah lelaki yang sedang melangkahkan kakinya menuju meja kerjanya itu.

Dengan satu tangan, diambilnya ponsel hitam yang sedang berkelip-kelip layar depannya. Hangeul Kim Youngwoon terpampang dengan huruf digital berwarna putih di layar depan itu. Dibukanya flap ponsel hitam miliknya, dan segera menekan tombol panggil berwarna hijau pada keypad.

"Kau di mana, Kyuhyun-ah?"

"Masih di rumah, Kangin-hyung. Waeyo?"

"Hankyung membutuhkanmu sekarang. Temui dia di ruang XII bagian penyelidikan."

"Eh? Jinjja? Kenapa dengan uri leader?"

"Lebih baik jika kau yang berbicara dengannya langsung. Cepatlah, awas kalau kau terlambat."

Kyuhyun mengucapkan satu kata sebelum mengakhiri sambungan teleponnya. Masih menatap ponselnya, dia berpikir ingin menelepon Hankyung sejenak. Namun, mengingat sang leader yang tidak suka membicarakan hal kantor lewat ponsel, dia mengurungkan niatnya daripada mendapat jitakan luar biasa sakit dari kedua armer karena mengacuhkan aturan dari Hankyung, sang first-minder mereka.

.

.

.

.

"Ukh," sesosok namja yang mengenakan sweater hitam mengerang saat sensasi yang sudah menjadi sahabatnya sedari kecil itu kembali melandanya. Rasa pusing dan sakit mendera sekujur tubuhnya dan membuatnya limbung saat sedang membuat segelas teh di dapur.

Dia mendesis sambil menahan kepalanya yang mulai terasa pusing dan nyeri. Dilangkahkannya kedua kaki miliknya menuju rak kecil yang berada di atas kulkas. Perlahan, sambil menahan tubuhnya yang terasa lemas, namja berkulit putih halus itu mengambil sebuah botol obat dan mengambil dua kapsul berwarna merah dari dalamnya.

Setelah mengembalikan botol itu, dia mengambil segelas air putih dan meletakkan kedua kapsul berukuran sedang itu ke dalam genggamannya. Diteguknya air putih tadi, dan kapsul tadi menyusul memasuki tubuhnya. Rona wajahnya memucat dan terlihat begitu jelas kalau dia sedang menahan rasa sakit.

Tubuhnya yang limbung tadi terhuyung ke arah meja makan yang tak berada tak jauh di belakangnya. Dengan menumpukan dirinya di salah satu sandaran kursi besi itu, dia menyadari kebodohannya sendiri karena dia terlalu lama berada di luar. Baik, dia baru kembali ke kediamannya pukul setengah empat pagi, di mana udara dan suhu dingin kental dengan waktu-waktu seperti itu. Dan dia hanya berjalan kaki sampai dia tiba di rumah setelah melakukan misinya; Mi Ah Ru.

Dan dia sepertinya lupa diri atas keadaan tubuhnya sendiri. "Ukh."

Insting miliknya mewaspadai kehadiran seseorang yang baru saja memasuki dapur. Namun, dia kenal siapa orang yang kini berada di belakangnya itu. Namja yang sedikit lebih tinggi darinya itu menepuk pundaknya lembut. "Gwaenchana, Min?" tanyanya.

Namja bernama Sungmin itu mengangguk pelan pada sosok di belakangnya, karena sekarang sakit itu bahkan merebut suaranya. Lelaki tadi menyentuh kening Sungmin dengan pelan—mencoba mengukur suhu tubuhnya dengan suhu miliknya sendiri. Raut wajahnya yang terlihat khawatir dalam wajah datarnya itu membuat Sungmin hanya menunduk.

Sosok ini benar-benar memiliki wajah yang berbeda-beda dalam tiap situasi.

"Kau demam, Min-ah."

Eboni milik Sungmin terangkat menatap bola mata sehitam langit malam milik lelaki di depannya ini. Dia menggeleng, entah kenapa sosok di depannya ini dapat memunculkan sisi normal seorang manusia dalam dirinya, saat berada di dekatnya. Mungkin karena namja itu telah menjaganya dan mengajarinya banyak hal dan juga menyelamatkannya dari cengkeraman para penculik itu.

Menolongnya dari kekejian dan kebusukan milik para pembunuh itu.

"Kau tahu kau tak bisa membohongiku. Istirahatlah," suara agak serak milik lelaki itu memerintah Sungmin. Sebelum namja berambut hitam legam itu mampu mengelak, nada tegas milik sang hyung kembali terdengar.

"Malam ini kau harus istirahat."

Mendengar suara lelaki yang lebih tua dua tahun darinya itu, Sungmin tahu bahwa dia tidak bisa membantah lagi. "Ne, arra, hyung."

Saat Sungmin membalikkan tubuhnya dan menuju kamar miliknya, suara berat itu memperingatinya kembali. "Min," Sungmin menghentikan langkahnya dan mencoba mendengarkan kelanjutan perkataan lelaki berambut cokelat gelap itu. "jangan memperburuk kondisimu."

Namja berambut hitam legam seleher itu mengangguk kecil sebelum membuka pintu kamarnya, dan menutupnya dengan pelan. Meninggalkan sesosok namja lain berambut pendek kecoklatan yang kembali memasang raut datar pada wajah tampan itu.

.

.

.

.

.

Kyuhyun memasuki kantor melewati pintu otomatis yang berada di lantai dasar bangunan bertingkat lima ini. Kantor Kepolisian tempat dia bekerja adalah bagian dari satuan Kepolisian utama, yang khusus yang menangani kasus-kasus tingkat atas. Seperti pembunuhan dan perampokan, pengedaran narkoba secara internasional, dan mafia yang mulai memasuki kawasan 'kekuasaan' mereka.

Dan satuan tempatnya bekerja adalah you–have–known–it–right? Hahaha. Kantor timnya berada di lantai lima, yang merupakan tempat yang hanya segelintir orang yang boleh memasukinya. Keamanan dan kerahasiaan siapa yang berada di sana sangat dijaga dengan ketat. Karena, demi hasil yang maksimal, satuan Penyelidik tidak boleh diketahui siapa saja anggotanya.

They are classified, tapi mereka berbeda dengan secret agent.

Walaupun rahasia, tapi mereka bukanlah agen rahasia. Karena kebanyakan agen rahasia itu menjalankan tugasnya masing-masing secara individual, sedangkan tim satuan Penyelidik ini adalah sebuah kesatuan yang memiliki keahlian masing-masing dan dapat dijadikan satu kekuatan besar jika ketiga kemampuan itu saling membantu.

Kyuhyun masuk ke dalam lift dan menekan tombol bertuliskan angka 4 di luarnya. Dia ada di sana bersama dengan beberapa yeojya yang ternyata bagian dari divisi Penulisan Berkas—dia tahu karena melihat id card yang tergantung di leher mereka.

Namja itu hanya berdiri dalam diam dan sedikit menggeser tubuhnya ke bagian pojok lift. Yeojyadeul itu berbisik-bisik dengan suara riang, dan herannya meski terlihat berbisik, Kyuhyun mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan oleh mereka.

"Kau tahu? Aku benar-benar penasaran dengan sosok pembunuh itu."

"Waeyo?"

"Dia berhasil merebut target satuan elite lagi tadi malam. Aigooo~" ujarnya dengan mata berbinar. Rupanya yeojya itu tidak menyadari aura-aura negatif yang keluar dari namja yang berada di dalam satu lift dengannya.

"Mwo? Jinjjayo? Kata siapa?"

"Aku diminta Soo Man-sshi untuk menulis berkas laporan penyelidikan itu dan harus diserahkan padanya sebelum jam sepuluh hari ini. Makanya aku jadi tahu~"

Jam sepuluh? Itu 'kan waktu yang ditetapkan untuk membahas kejadian tadi malam. Omo! Jadi Soo Man-sshi sudah tahu? batin Kyuhyun cemas. Diletakkannya kedua lengannya di depan dadanya, membuatnya merasakan degup jantung yang mulai mengencang—efek rasa khawatir. Atasan mereka itu adalah lelaki yang sangat tegas di mata bawahannya, dan dia sudah membayangkan apa saja yang akan dikatakan sang pria paruh baya itu pada mereka.

"Dia menang lagi dari satuan elite? Bukankah satuan elite kita ini sudah terkenal dengan kemampuan outstanding mereka?"

Yeojya tadi mengangguk. "Um, so that means the killer is greater than them."

Ingin sekali Kyuhyun berteriak kepada dua yeojya ini bahwa apa yang mereka gosipkan itu sama sekali tidak benar. Malahan, dia ingin sekali menyuarakan bahwa pembunuh yang mendahului mereka itu adalah seorang pelaku pelecehan seksual! Kyuhyun looks so frustated now. Untung saja sebelum amarahnya berhasil keluar, kedua pintu lift itu membuka dan bergeser ke sisi kanan dan kiri lift. Dua yeojya tadi keluar dengan wajah senang.

Sedang Kyuhyun tetap di dalam lift karena kantor tempatnya berada masih satu lantai di atas lagi. Di dalam kesendirian namja ini menarik dan menghembuskan napasnya dengan cepat—ingin meredakan rasa kesal yang mulai memenuhi dadanya. Dan setelah dia sedikit tenang, dilihatnya jam tangan berwarna hitam yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Omo! Dua menit lagi jam sepuluh!"

Kyuhyun bergerak-gerak tidak sabar di dalam ruangan berbentuk persegi panjang berukuran kecil ini. Entah mengapa rasanya lama sekali menunggu pintu lift ini membuka. Dan saat pintu itu akhirnya terbuka, lelaki ini segera melarikan tubuhnya dan dengan cepat dia mengangkat id card-nya saat seorang resepsionis beserta polisi bertubuh kekar memandanginya tajam.

Namja sialaaan! seru Kyuhyun kesal dalam hati.

Gara-gara namja itu, Kyuhyun tidak bisa tidur tadi malam hingga sekarang kantung matanya itu semakin hitam. Dan gara-gara dia juga, hari ini mereka semua akan mendapatkan teguran keras dari atasannya. Dan yang paling membuat Kyuhyun kesal adalah itu adalah ciuman pertamanyaa! Sejak dia terfokus dalam hal 'menemukan–Sungmin', hubungan-hubungan seperti kekasih ataupun apalah itu sama sekali tidak menarik perhatiannya.

Dia juga tidak memiliki hati yang mampu diisi oleh siapapun sekarang. Karena hatinya, jiwanya, dan seluruh dirinya masih terikat dengan sosok yang sangat dirindukannya itu. Sesosok kakak, saudara, teman, sahabat yang kini masih tidak diketahui keberadaannya, namun Kyuhyun yakin dia akan menemukannya.

Setelah sampai di depan ruangannya, Kyuhyun membuka pintu itu dengan kartu pengenalnya dengan jantung yang berdegup kencang. Namun setelah masuk ke dalam, dia tidak mendapati Lee Soo Man di sana. Yang ada di ruangan itu hanya Heechul dan Siwon, dan tambahan; dia sendiri.

"Heh?"

Heechul yang sedang menonton televisi sambil meminum milkshake menoleh ke arah Kyuhyun. "Waeyo, magnae?"

"Soo Man-sshi?"

Siwon yang sedang duduk di depan laptop—dia sedang memeriksa profil orang-orang yang dicurigai sebagai the proper killer—menjawab pertanyaan Kyuhyun dengan singkat namun Kyuhyun mengerti apa maksudnya. "Only first."

Maksudnya; hanya para first yang dipanggil ke ruangan atasan mereka itu. Artinya, hanya Hankyung, Kibum dan Youngwoon yang akan menghadap pada lelaki paruh baya itu. Setelah menutup pintu ruangan, Kyuhyun mendudukkan dirinya di atas sofa hitam panjang di samping Heechul. Dia ikut menyandarkan punggungnya ke sofa itu dan ingin sekali melanjutkan tidurnya. Ketika kedua matanya hampir tertutup, suara namja Kim itu menyapa telinganya.

"Rupanya uri magnae tidak bisa melupakan ciumannya~"

Kedua bola mata beriris gelap itu langsung terbuka lebar. Dengan cepat ditolehkannya wajahnya yang kusut dan kacau itu ke arah Heechul yang sedang tersenyum lebar. "Pabbo, Heenim-hyung."

"Gomawo~" balasnya geli. "Uri magnae is falling in love," lanjutnya lagi. Kyuhyun hampir meledak-ledak lagi, namun mendengar ucapan Heechul tadi dia terdiam.

Cinta ya? batin Kyuhyun. Jujur saja, dia tidak dapat lagi merasakan perasaan itu sejak dia berumur sepuluh tahun—tepatnya, setelah kejadian di malam itu. Ada yang kurang dalam dirinya, hingga sensor perasaan itu tidak berfungsi lagi. Lebih tepatnya, mati.

Melihat keterdiaman Kyuhyun, Heechul menghentikan tawanya. Magnae itu menundukkan kepalanya dengan wajah putihnya yang mulai memucat. "Ya, Kyu. Wa—"

"Apa aneh jika aku tak merasakan cinta lagi, hyung?"

Namja Kim itu ganti terdiam. Dia mulai tidak mengerti apa maksud pertanyaan rekan sekaligus dongsaengnya ini. Yang dia tahu, semua makhluk yang memiliki hati, pasti dapat merasakan cinta. "Mwo?"

Kyuhyun tak menjawab. Hatinya mulai bertanya, mengapa rasa cinta itu tidak dapat dirasakannya lagi? Bukannya dia tak dapat merasakan kasih sayang orang tua, kakak, sahabat, rekannya, tapi ini lebih kepada dirinya sendiri. Dia tidak dapat merasakan gejolak perasaan seperti yang sering dilihatnya di dorama televisi. Dia tidak mampu merasakan apa yang sering didendangkan banyak penyanyi lewat liriknya.

Hatinya seperti kosong begitu saja.

.

.

.

.

.

Dua hari semenjak kejadian pembunuhan Mi Ah Ru, pagi-pagi sekali Kim Kibum mendapatkan kontak dari Lee Soo Man mengenai seorang pembunuh yang melarikan diri dari penjara dini hari tadi. Pembunuh itu bernama Soo Ji Eun—seorang namja berumur empat puluhan ke atas dan terkenal melakukan kasus penculikan dan pembunuhan terhadap anak-anak kecil. Sudah puluhan kasus dilakukannya sejak ia berumur 29 tahun.

Selain ahli dalam hal membunuh, dia memiliki banyak koneksi yang dapat menyembunyikan keberadaannya. Karena itulah dia bisa hidup di dunia luar dan menikmati melakukan kejahatan

Dan dia berhasil di tangkap semenjak dua bulan yang lalu oleh tim satuan Penyelidik. Kibum segera menghubungi kelima rekannya untuk segera berkumpul di 'markas' mereka untuk menyusun rencana dan perkiraan di mana kiranya sang namja ini bersembunyi. Namja rupawan itu bangun dari tempat tidurnya dengan mendengus, namun tetap saja. Dia akhirnya masuk ke kamar mandi dan menyegarkan kembali jiwanya yang tadi sempat melayang ke dunia impiannya.

.

.

.

.

Sesosok namja yang mengenakan jaket berwarna gelap terlihat mengendap keluar dari kamarnya. Tubuhnya yang ringan namun terasa sedikit limbung itu hampir terhuyung, namun dia masih bisa mengendalikan tubuhnya. Dia berusaha mengangkat kakinya sepelan mungkin agar tak menimbulkan bunyi. Di luar rumah, dia memang handal dalam hal seperti ini, namun di rumah ini ada yang lebih ahli darinya.

Dan voílá!

Orang yang dimaksudnya tadi sudah berdiri di depannya—sambil menyandarkan bahunya di daun pintu. Seberapapun beraninya dia sebagai seorang pembunuh, di rumah ini dia tidak lebih dari seorang namja biasa. Melihat tatapan namja berambut cokelat gelap itu, Sungmin tahu apa yang diinginkannya. "Dia akan jadi targetku malam ini, hyung," ucapnya pelan dengan tertunduk.

"Jangan."

Namja rupawan itu mendongakkan kepalanya. Dia terkejut mendengar perkataan langsung dan tegas dari suara berat itu. Sungmin tak bersuara, karena dadanya sudah dipenuhi hasrat untuk memburu Soo Ji Eun sekarang juga. Namja itu ada kaitannya dengan kawanan namja yang membuat dirinya menjadi seperti ini. Dia sudah berhasil menghabisi Mi Ah Ru, dan malam ini pun Soo Ji Eun akan seperti rekannya itu juga.

Sungmin menatap orang yang dipanggilnya hyung itu dengan tatapan datar dan dingin. Namja dengan kaus santai berlengan panjang itu juga menatap datar pada Sungmin yang membuat wajah dingin itu. "Anemia itu masih menyerangmu."

Sungmin hanya mengeratkan genggamannya pada tali tas yang menyelempang di depan dadanya. Dua hari diperintahkan untuk istirahat total membuat Sungmin tidak tahan. Dia sangat baik-baik saja, menurutnya. Tapi apakah baik-baik saja jika dalam satu hari itu dia mengalami pendarahan dari hidungnya selama tiga kali? Oh sungguh, namja ini benar-benar keras pada dirinya dan hatinya.

Meski harus memaksakan diri, dia harus melakukan misi ini malam ini. Karena dia tidak tahu kapan dapat bertemu lagi dengan satu dari lima namja yang telah menghancurkan hidupnya itu. Dan setelah hampir satu tahu berburu informasi dari berbagai macam koneksi, dia mendapatkan satu titik terang bahwa Soo Ji Eun adalah salah satu dari kawanan perampok yang telah merenggut kehidupannya.

Namja rupawan itu mengepalkan jemari tangannya di sisi tubuhnya. Sekalipun hyung-nya ini mencegah dia melakukan misi malam ini, dia akan tetap pergi. Dia pun melangkahkan kakinya menuju pintu yang masih dihalangi tubuh namja berwajah tampan itu. Mereka saling berhadapan, dan saling menatap dengan bola mata sekelam malam milik masing-masing.

"Hyung."

Lelaki tadi menghela napas melihat wajah Sungmin yang sudah tidak bisa dibantah lagi. Dia sudah mengenal namja ini sejak sepuluh tahun yang lalu, tentu saja dia sudah paham betul dengan sifat Sungmin yang sudah seperti dongsaengnya ini.

"Dia sedang berada di sebuah penginapan sederhana untuk menyamarkan identitasnya," lirih namja berambut kecoklatan itu pada Sungmin sambil menolehkan wajahnya ke arah lain. "dia ada di sana hingga pukul sembilan malam."

Bola mata milik Sungmin melebar tidak percaya karena sosok di depannya ini mengizinkannya dan membantunya dengan informasi yang sangat berharga itu. "Kau...sudah mengetahuinya, hyung?"

"Jangan kira aku tak tahu kalau selama dua hari ini kau sama sekali tidak istirahat."

Sungmin tersenyum tipis. Lelaki tadi menegakkan tubuhnya kembali dan membuka jalan untuk dilewati namja rupawan di depannya. Saat Sungmin melewatinya, dia berbisik pelan. "Take care,little brother."

"I will, hyung," jawab Sungmin sambil menatap langit biru yang sudah mulai bercampur dengan warna jingga dari lembayung sang senja. Dilangkahkannya kedua kakinya menuju Black Audi A5 miliknya yang terparkir di dalam garasi. Dia sangat menyukai tipe mobil seperti ini karena selain hebat dalam kecepatan tinggi, akselerasinya dalam kecepatan rendah pun hebat.

Setelah menyalakan mesin mobilnya, Sungmin mengeluarkan road mate miliknya ke luar garasi. Sebuah kaca mata hitam—lagi-lagi—bertengger di batang hidungnya, menyembunyikan kilau eboni yang sebenarnya sangat memukau itu.

Cho Kyuhyun, apa kau juga akan di sana hari ini? tanyanya dalam hati. Dia sudah menguatkan dirinya agar tidak lepas kendali, tapi siapa tahu?

.

.

.

.

.

.

Sang raja cahaya telah kembali ke ufuk baratnya seperti biasa, dengan menyisakan semburat oranye dan jingga terang yang perlahan memudar dikalahkan gelapnya langit malam.

Satuan Penyelidik sedang berada di sebuah kedai yang berada tak jauh dari penginapan tempat Soo Ji Eun berada. Mereka berenam menggunakan penyamaran dengan berpakaian khas namja biasa—tanpa atribut aneh-aneh. Jelasnya, mereka hanya menggunakan pakaian santai, guna untuk menyamarkan bahwa mereka adalah anggota kepolisian.

Ya, mereka ingin kerja dan rencana mereka tidak terganggu dengan tatapan orang lain seakan mereka ini adalah kumpulan teroris dengan seragam mereka yang memang wah itu.

Sayangnya mereka tidak bisa berkonsentrasi karena kedai itu mulai dipenuhi dengan banyak pengunjung sekarang. Padahal beberapa menit yang lalu, kedai itu tidak ada pembelinya sama sekali. Dan setelah mencoba makanannya, mereka berenam mutlak setuju bahwa makanan dan minuman yang disediakan ini biasa-biasa saja. Tapi kenapa pengunjungnya jadi membludak begini?

Uh~ ternyata mereka semua tidak sadar bahwa merekalah yang menarik pengunjung yang kebanyakan merupakan yeojya itu.

Mereka berenam duduk saling berhadapan di sebuah meja makan yang berukuran lumayan panjang. Kedua analyzer yang saling berhadapan, sang leader dan second–armer, serta Youngwoon dan Kyuhyun. Namja dengan helai rambut ikal berwarna brunette itu duduk di paling pinggir, dekat jendela besar yang menjadi tempat dipampangkannya nama kedai tersebut—dan juga tempat yang paling strategis untuk mengamati penginapan sederhana tanpa tingkat itu.

Saat melihat ke arah samping jalan yang berjarak cukup jauh dari penginapan, namja Cho itu melihat sebuah mobil berwarna hitam mengkilap yang berhenti di dekat sebuah jalan masuk. Jalan itu dapat dikatakan lumayan besar untuk sebuah gang, dan pohon besar yang ada di sana membuat mobil hitam itu semakin tersamarkan. Kyuhyun penasaran dengan plat milik mobil cantik itu, namun lagi-lagi, terlalu gelap untuk melihat.

Audi A5, batin Kyuhyun. Dia menyukai tipe mobil seperti itu karena selain tampilannya yang cantik, personalisasi mobil itu pun hebat. Saat melihat sosok yang keluar dari dalam mobil, bola matanya sedikit membelalak. Sosok dengan jaket hitam yang mengenakan celana berwarna senada, serta sebuah kacamata hitam yang menutupi matanya. Dia ingat sekali di mana pernah melihat sosok itu, walau dalam pakaian yang berbeda.

Sosok itu...proporsi itu...namja itu!

Kyuhyun segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan hyungdeul-nya yang sedang membahas perencanaan untuk menangkap Soo Ji Eun. Pintu geser kedai itu dibukanya dengan kasar, dan dia terburu-buru memakai sepatu. Namja itu ada di seberang jalan, di seberang Kyuhyun. Dan kali ini, dia belum memakai masker untuk menutupi wajahnya.

Namja Cho itu sempat melihat sisi wajah namja itu dari samping dan dia terpana. Walau dia tidak bisa melihat begitu jelas bagaimana wajahnya, tapi Kyuhyun yakin kulit wajah namja itu indah dan putih bersih.

Dan jangan salahkan dia kalau jantungnya berdebar-debar sekarang. Mengabaikan reaksi tubuhnya, Kyuhyun berlari menuju jalan dan bersembunyi di balik sebuah halte bus yang terletak tak jauh dari kedai tempatnya berada tadi. Diperhatikannya ke mana tujuan namja yang telah mencuri ciumannya dua malam yang lalu.

Entah kenapa Kyuhyun menahan napasnya saat melihat sosok itu masuk ke dalam sebuah bangunan yang diyakininya sebagai sebuah pertokoan yang ada di seberang penginapan tempat Soo Ji Eun berada. Instingnya yang tadi menumpul karena reaksi jantungnya kembali berfungsi kala dia melihat sosok itu telah berada di atas atap bangunan bertingkat dua itu.

Dia mengincar Soo Ji Eun!

Namja itu merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel dan segera menghubungi hyungdeul yang masih berada di kedai. "Damn!" umpatnya saat dia menyadari ponsel miliknya tertinggal di jaket yang diletakkannya di dalam kedai. Dengan terpaksa, dia harus melakukan aktivitas yang sama sekali tidak disukainyauntuk memanggil kelima rekannya.

Lari.

To Be Continued


Pojok Review ~

*VainVampire : Annyeong Aki-sshi, Rin imnida :D Nyehehe, untuk urusan dunia beginian, menurut rin, Hankyung cocok, makanya rin jadiin dia leader :D Um! Hyukkie kan deket banget sama Sungmin, makanya bisa ngerasain kehadiran sosok itu *apasih?*. Ne, rin bermasalah dengan alur dan konsistensi, Mianhamnida, Aki-sshi :"( Hehe, makasih koreksinya Aki-sshi, sudah rin ubah waktu pertama kali baca reviewnya :D Insya Allah :D Makasih banyak Aki-sshi :D semoga menikmati~

*gegehutomo : annyeong :) wah, makasih banyak chingu-sshi, semoga menikmati ya :D salam kenal dan mohon maaf atas segala kekurangannya :D

*Yuera Kichito Akihime : eonnie! Mianhae.. rin adalah tipe penulis yang kalau ngga ada 'rasa' ngga bakal bisa nulis. Mungkin terdengar sok atau apa, tapi kalau feeling tentang mereka ngga ada, rin ngga bakal bisa nulis :( *ngeles* nanti ada kejadian yang bikin Kyu tau kalau sosok itu adalah Min :D umm, masih mikir-mikir.. tapi kayaknya pure KyuMin deh, eonnie :D gamsahamnida, arigato, merci, saranghae eonnie *hug* semoga menikmati ya :D

*Uyung-chan : Minnie emang udah keren darisananya, chinguu *gila* huwee.. miang uyung-sshi, A Photographnya macet..datanya ngga sengaja dihapus eomma T.T ne, makasih chinguu :") semoga menikmati ya :D

*kyuminhottie : anni, rin suka nonton film action macam Jason Bourne sama yang berhubungan dgn CIA, FBI, dll. Keren bangeet :D setuju banget sama chinguu! Sungmin is hot *plak* Makasih chingu :D semoga menikmatii :"")

*Unkyuminmin : ehehe, iya chingu. Kalau langsung ketemu kan ngga asyik *plak* dia sangat syok. Ukh~ *lebay* nanti Kyu pasti sadar chingu, tunggu chapter selanjutnya ya? *plaklagi* Makasih chinguu :"D semoga menikmati :D

*WhiteViolin : anni, boleh tahu nama chingu siapa? :D hehe. Um, hampir betul, tapi apa peran dari namja yang dipanggil hyung oleh Sungmin? Bisa nebak, chingu? *plak* makasih unek-uneknya chinguu, semoga menikmati ya :")

*White Lucifers : ah, chingu jangan lebay deh *plakplak* Makasih banyak chingu :") tapi masih banyak kekurangan dalam fic rin :"( iya, Sungmin memang punya dendam sama pihak kepolisian, di chapter ini sudah rin jelaskan. Apa chingu mengerti dengan penjelasan rin yang jelek itu? Mianhamnida :"( makasih ya chingu :D

*unknown : eh, unknown-sshi, rin tungguin di chapter sebelumnya ngga muncul-muncul. Rin kira ngga mau baca lagi *hiksu* hhe, makasih banyak chingu :"D Sungmin memang cool :D Semoga menikmati ya :D

*AmaKyumin : makasih banyak Ama-sshi :') semoga menikmatinya ya :D adegan KyuMin mungkin chapter depan :D hehe. Makasih lagii :')

*Aliciela P.M : Hai Licie *dadah-dadah**plak* kamu kemana aja? Aku cariin.. *halah* Yay! Minnie si hot!*mesum* um, di chapter selanjutnya pasti Kyu tahu kok kalau sosok itu adalah Min .. yaah, rin updatenya lambat nih. Mianhamnida Licie-ah *nangis*

*Yenni Gaemgyu : KYUUU! ITU MINNIE! *ikut teriak* hehe, makasih banyak chingu-sshi :'D semoga menikmati ya :D

* C0coNdvl78 : perasaan Kyu kaget karena tiba-tiba diciumm~ ehehe, tapi dia mulai merasakan bahwa dia pernah melihat sosok itu, chingu :D mianhamnida lama.. jeongmaal :"( tapi semoga menikmati ya :D

*Kuchiki Hirata : Annyeong, Hirata-yah :D mwo? Jinjjayo? Uhuhuhu...terima kasih banyak... ne! *angguk* Sungmin memang keren~ ne, gamsahamnida saengi : *hugback* semoga menikmati :"D

* Pity MbumKyumin Elf4ever : iyaa, akhirnya mereka ketemu juga~ *plak* ufufu, Sungmin itu matanya bagus, bibirnya seksi, wajahnya hot gitu~ kyaa~ *fangirl**plak* hehe, aah, untuk itu mungkin chapter depan chinguu.. kan aneh kalau Kyu langsung tahu itu Sungmin. *alasan* ne! Ada orang di balik Sungmin, tebak siapa diaa~ *plak* makasih banyak chinguu :D

*Maharu P Natsuzawa : hiksu, rin kira Maharu-sshi ngga suka sama chapter kemarin, makanya ngga ninggalin jejak. Beneran loh, saya mikir gitu. Ah, yang kemarin gimana Maharu-sshi~ saya keteteran nulis adegan action *pundung* iyaa, ada mereka semua di sini, asyik deh kalau masukin para lelaki tampan itu :D huhu, mian kalau chapter ini tak sebagus kemarin :"( saya menggalaau~ dan mian lagi karena updatenya lambaat T.T ah, makasih banyak Maharu-sshi, semoga menikmatii :')

*Hyena Minnie-Fishie KYUtie : *ikut teriak* Iyaa~ mereka ciuman tak langsung~ hehe, ne, udah update nih chingu :D semoga menikmati ya :D

*akiyana33maknaekyu : Annyeong Kiya-sshi :D jinjjayo? Mian kalau cerita ini tidak memuaskan Kiya.. huhuhu *plak* ah, makasih banyak Kiya-sshi :D semoga menikmati :"D

*kim furisanchypo : makasih banyak chingu... makasihhh T.T maaf, rin tidak sebagus ituu :D anni, dia memang sudah nembak dari jarak jauh, tapi karena dia lihat mata Mi Ah Ru, dia jadi ingat masa lalu dan dia muak, makanya Sungmin mendekati Ah Ru yang sudah klepek-klepek itu dan mau injek tangannya dia :D Oh~ Sungmin kan memang kuat :D Hehe, Makasih banyak chinguuu :D semoga menikmati :D

*Jung ah mi : Makasih banyak udah datang lagi Jung-saengi :D mereka berdua nanti akan tersiksa.. uuhuhuhu T.T um, mungkin bersatu, mungkin ngga :) tunggu nanti ya? *plak* hehe, makasih banyak saengi :D semoga menikmati :D KYUMIN IS REAL! *ngikut teriak*

* HeezepSparKyuminELF : eh, iyaa :D bener bangeet, Siwooon, *plak* setujuu~ tapi ngga tau ya untuk cerita ini.. saya masih galau mereka bersatu atau ngga :"( huhu. Gamsahamnida chinguu *hug* semoga menikmati ya :D

*Maki Kisaragi : Huwooh~ Sunbaenim datang! Dikirain ngga mau baca fic rin lagi *yes, i'm narrow minded**plak* anni, sunbaenim...cerita ini masih banyak kekurangannya, :'( kalau cepet-cepet, sensasinya bakal hilang Maki-sshi, makanya rin berusaha untuk ngga ngebut nemuin mereka berdua. *ngeles* Um, rin usahakan yaa :") gamsahamnida, sunbaenim :D Nado joahaeyoo Maki-sshi :D

*Kitsune Diaz isHizuka : Diaaz~ *hug* makasih banyak ya sudah berkunjung :"D ne, rin akan berusaha :D gamsahamnida Di! Semoga menikmatii :D

*alyaa135 : gomawooo gomawooo jeongmal gomawooo T.T ne, mereka memang keren sekalii XD Makasih chinguuu :D semoga menikmati yaa :')

* haniglory : uhuhu, tidak sebagus itu, chingu-sshi :'( masih banyak kekurangan dalam cerita rin ini..maaf ya kalau mengecewakan :( hehe, kalau terlalu berat ceritanya jadi bikin capek ,itu pendapat rin. Makanya sedikit-sedikit saya masukkan 'penyegar' *ngeles banget* mian ya, ngga bisa update kilat T.T thank you so much chingu-sshi. Honour for me :")


R/N

Annyeong chingudeul-sshi :)

jeongmal gomawoyo untuk semua semangat dan kebaikan kalian pada rin..terima kasih banyak :") Ah, untuk mobil Audi A5 itu, rin ambil dari google gambar, beneran cantik mobilnya. Elegan, indah, pokoknya keren :) Lalu, rin minta maaf jika chapter ini membosankan atau apa, karena saya memang bermasalah dalam hal-hal detail seperti ini :( mianhamnida, maaf jika mengecewakan :(

Ah, yeorobun bisa menebak siapa sosok yang dipanggil hyung oleh Sungmin? dia salah satu pemeran penting di cerita ini :) Member Super Junior juga kok, dan dia sungguhan sekitar dua tahun lebih tua dari Sungmin :D

Mohon dimaafkan jika ada kata-kata yang salah ya chingu-sshi.. saya pun hanya manusia :'D bersediakah kalian meninggalkan rin komentar, pendapat, ataupun unek-unek? Rin suka membacanya, sungguh :) itu salah satu semangat untuk rin :")

Gamsahamnida, chingudeul-sshi. Joahaeyo :')


Super Junior

PROM15E to love them
13ELIEVE in them
10ve the remaining 10
PROT3CT the missing 3


Karena seorang penulis tak akan berarti tanpa adanya pembaca
Dan penulis membutuhkan pembaca untuk meninggalkan kesan mereka terhadap cerita yang dibuatnya
:)