"Hei, Sakura, apa tidak apa kita menandatangani surat kontrak ini ?"

"Entahlah, kalau kita dan yang lainnya bisa bebas dari tempat ini, yah apa boleh buat, apalagi ia tau keberadaan kedua orang tuaku."

"Ya sudah, aku takut kalau dia penjual budak, ia akan menjual kita dan mengambil organ dalam kita lalu menjualnya dengan harga tinggi !"

"Sudahlah Karin, kau terlalu banyak menonton TV, dasar lebay."

"Apa katamu ?"

"Ehm...apakah kalian sudah menandatangani surat kontrak itu, sebelum aku menarik kembali penawaranku kepada kalian."

"Ah, sebentar lagi kami selesai, Tuan..."

"Danzou-sama...panggil aku dengan nama itu, cepatlah, aku tidak suka menunggu."

Kamipun dengan cepat menuliskan nama kami di dalam kontrak dan menandatanganinya tanpa membaca surat itu terlebih dahulu, lalu kami menyerahkan surat itu ke lelaki tua itu.

"Sakura Haruno dan Akasuna no Karin, nama yang indah.", jawab lelaki itu dan tiba-tiba ia mengangkat kanji nama kami dengan tangannya dan menggenggamnya dengan kedua telapak tangannya.

"Mulai sekarang, kalian berdua bernama Ran dan Rin, kalian boleh bekerja mulai besok."


.

.

.

HANAFUDA

Genre : Supranatural/Suspense/Romance

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

Warning GaJe Inside...Don't like? Don't read

Hope you like it!

.

Chapter 4

.

.

.


Setelah menandatangani kontrak, dan menyerahkan kertas kontrak itu, lalu penguasa onsen tersebut mengangkat kanji nama kami dari kertas itu lalu menggenggamnya. Mendadak seketika kepalaku kosong, mataku gelap dan seakan-akan kehidupan kami sebelum menandatangani surat itu tidak ada atau lebih tepatna terhapus bersih bagaikan kertas putih.

"Nah, kalian boleh keluar sekarang."

Kami berdua langsung keluar dari kantor lelaki tua itu tanpa banyak tanya, seolah kami terhipnotis oleh kata-kata penguasa onsen itu. Kami berduapun saling memandang satu sama lain.

"Namaku Rin..."

"Namaku Ran..."

"Ran, apa yang terjadi, kenapa kita ada disini..."

"Entahlah Rin, aku juga tidak tau, sepertinya ada yang kurang."

"Tentu ada yang kurang...tapi kenapa aku tak ingat sama sekali..."

Kami pun pergi melalui lorong-lorong gelap menuju lift, disana tampak seorang pemuda tampan berambut raven dengan model buntut ayam menunggu kami, kulitnya seputih porselen dan lelaki itu menatap kami dengan tajam.

"Namaku Sasuke, kalian Rin dan Ran kan?"

Pemuda itu menanyai kami, masih menatap kami dengan tajam dan sukses membuatku merinding. Walaupun begitu, pesona dari wajah tampannya tidak pudar oleh tatapan matanya yang tajam itu, yang malahan semakin menambah pesona dari pemuda itu.

"Ia itu kami, aku Ran dan dia Rin.", jawabku sambil terus menatap wajah pemuda itu. Sedangkan Rin juga sepertinya juga ikut terpesona oleh pemuda raven itu.

"Baguslah, ikuti aku kebawah."

Kamipun mengikuti pemuda stoic ini masuk ke dalam lift, dan pemuda itu menekan tombol bawah. Selama didalam lift, kami dan pemuda itu tidak mengucapkan satupun kata hingga pintu lift terbukapun pemuda itu hanya diam saja. Kami berjalan menuju lantai paling bawah dan tampak sekumpulan makhluk-makhluk aneh sejenis katak yang hampir menyerupai manusia berkumpul di satu tempat di ruangan itu. Seketika begitu melihat kami, makhluk aneh itu berbisik-bisik satu sama lain.

"Sttt...itu toh manusia yang masuk kemari."

"Oh mereka toh..."

"Kelihatannya mereka lezat sekali."

"Aku tidak sabar ingin memakannya..."

Mendengar bisikan mereka, seketika bulu kudukku merinding, tiba-tiba salah satu dari mereka mendekati kami dan memegang tangan Rin.

"Kyaaa...lepaskan aku..."

"Oh, gadis yang masih muda, pasti dagingnya empuk..."

Traaaak...Sriiiiiiiing...

Pemuda bernama Sasuke itu dengan cepat menarik katana yang ada di samping pinggangnya dan mengarahkannya ke leher makhluk itu.

"Sa...sasuke-Sama..."

"Siapa yang menyuruhmu menyentuh mereka ?"

"Ma...maafkan aku Sasuke-Sama."

Sasuke kembali menarik katana ke dalam tempatnya setelah makhluk itu melepaskan tangan Rin dan menjauh darinya.

"Mereka berdua adalah Rin dan Ran, mereka mulai besok dan seterusnya akan bekerja di tempat ini, jika mereka tidak bekerja dengan baik..."

"KALIAN BOLEH MEMAKANNYA."

"Uwahhh...boleh dimakan..."

"Aku tidak sabar nih."

"Enaknya dimasak dengan bumbu kari atau di buat menjadi sushi ?"

"Ah, kau kan pintar masak, dibuat apapun pasti mereka enak."

Mendengar kata-kata dari sasuke, aku semakin merinding ditambah dengan komentar makhluk-makhluk itu begitu mendapat persetujuan sasuke untuk memakan kami jika kami tidak bekerja dengan baik.

"Sekarang kalian bubar dan bekerja, kalian berdua ikut aku lagi."

.

.

.

Kamipun mengikuti sasuke kembali, kami melewati lorong-lorong dan naik ke tangga samping, disana seorang gadis berambut kuning pucat dan berpakaian ala miko berdiri menatapi luar jendela. Gadis itu kemudian menoleh ke arah kami, begitu kami datang dari lantai bawah.

"Kalian sudah aku tunggu dari tadi."

"Maaf, membuatmu menunggu lama Miko-San."

"Aku Shion, miko dari kuil yang ada di dekat onsen, aku akan membantu kalian menemukan bilik yang akan kalian tempati, ikutlah denganku."

Kamipun mengikuti Shion dan meninggalkan sasuke yang berdiri di dekat tangga, ia menatapku dengan tatapan sendu lalu ia berbalik dan turun ke lantai bawah. Kamipun melewati lorong-lorong menuju bilik kami, di sepanjang lorong terdapat banyak jendela ala jepang kuno dan kita bisa melihat laut dan bagian karnival dari jendela tersebut. Sesampainya di bagian ujung lorong, terdapat sebuah bilik dengan motif bunga di pintu gesernya.

"Ini adalah bilik kalian berdua, kalian masuklah."

Kamipun masuk kedalam bilik kecil itu, dan sepertinya mampu menampung 6 orang di dalamnya. Shion melangkah maju kearah lemari geser dan tampak tupukan baju-baju berwarna merah. Gadis itu mulai meraba-raba tumpukan baju itu dan mengambil 2 buah baju.

"Ini adalah seragam kalian, maaf sedikit kebesaran."

"Hn...tidak apa Shion-san, arigatou...", jawabku.

"Oh, panggil aku Shion saja, um...siapa nama kalian ?"

"Aku Ran dan gadis berambut merah itu Rin."

Terlihat Rin sedang memilih seragam untuknya dan mencocokannya dengan ukuran tubuhnya.

"Memang sedikit kebesaran.", jawabnya.

"Haha...senang bertemu dengan kalian, kuharap kalian betah disini."

"Um Shion-Chan, pemuda bernama sasuke tadi itu..."

"Oh, Sasuke? Dia adalah kesayangan Danzou-Sama, memang sedikit dingin tapi dia baik kok."

"Baik ? dia menyuruh makhluk-makhluk alien itu memakan kami !", teriak Rin yang sedang mengganti bajunya dengan seragamnya.

"Um...tapi dia pemuda yang baik hati kok, sungguh."

"Paling tidak dia sudah berusaha melepaskan tanganmu dari makhluk itu Rin.", jawabku sambil mengambil seragam merah itu dan mulai melepaskan pakaianku.

"Uggh...ya sudahlah, yang jelas aku tidak menyukainya."

"Um...setelah selesai mengganti pakaian, kalian bisa menitipkan baju manusia dan tas kalian kepadaku. "

Setelah mengganti pakaian dengan seragam onsen yang berwarna merah, kami menyerahkan pakaian manusia kami dan juga tas kepada Shion.

"Baiklah, kalian istirahat saja, besok kalian akan bekerja dan aku akan memandu kalian.", jawab Shion sambil menerima pakaian kami dan berjalan menuju luar bilik.

"Arigatou Shion-chan."

"Jika perlu bantuan dan ada yang ditanyakan, kalian bisa menemuiku di kuil dekat onsen, kalian juga tidur di bilik ini dengan 4 pekerja lainnya dan...kuharap kalian tidak melupakan namaku lagi.", jawabnya dengan tatapan sendu lalu menutup bilik dan meninggalkan kami berdua di dalam bilik.

"Ran, aku rasa ini akan menjadi perjalanan yang sangat panjang."

"Benar Rin, aku benar-benar capek, ayo kita tidur."

Kami berdua menggeser lemari geser kedua dan terdapat tumpukan futon, kamipun mengambil futon kami masing-masing dan menggelarnya di atas tatami.

"Rin, selamat tidur..."

"Selamat tidur juga."

.


.

Di kuil dekat onsen,

"Sasuke-Kun...ini hanafuda milik Sakura-Chan..."

"Hn"

"Akhirnya, setelah sekian lama aku cari, ternyata ada di dunia manusia dan gadis itulah yang membawanya."

Shion memberikan kantung berisi kartu hanafuda milik Sakura kepadaku dan akupun mulai membuka serutan kantung berwarna pink motif bunga sakura ini perlahan-lahan dan mengintip isinya. Terlihat kartu Hanafuda lusuh yang diikat rapi dengan karet gelang berwarna kuning. Aku pun mengambil kartu itu dari kantung itu dengan perlahan, lalu kubuka karet gelang yang mengikat kartu lusuh itu, kemudian kulihat dengan saksama kartu-kartu itu.

Splasshhh...tiba-tiba bola air berukuran genggaman tangan anak kecil sukses mendarat di kepala Shion. Seketika muncul pemuda berambut perak yang tengah memperlihatkan giginya yang seperti hiu yang notabene pelaku pelemparan bola air. "Owh, jadi ini toh yang namanya Hanfuda, kartu yang di elu-elukan memiliki kekuatan gaib yang hebat?"

"Kyaaa...Suigetsu...bisakah kau tidak muncul secara tiba-tiba dengan melempar bola air lagi ke kepalaku ?"

"Hahaha...kau terlalu tegang sekali Shion-chan, hei Sasuke, bolehkah aku melihat kartu itu dari dekat ?"

"Hei, jangan kacangi aku, gara-gara bola airmu, rambutku jadi basah !", ucap Shion yang tengah meminta pertanggung jawaban ke pemuda hiu itu.

"Cih...", desis Sasuke.

"Ada apa Sasuke ? kau tidak mau memperlihatkannya padaku yah? Dasar pelit !"

"Bukannya begitu, kartu ini tidak lengkap, hanya setengahnya saja."

"Maksudmu apa Sasuke-kun ?", ucap Shion yang tengah mengelap kepalanya yang basah dengan saputangan putihnya.

"Iya, aku benar-benar tidak mengerti."

"Jumlah kartu Hanafuda seharusnya ada 12 set, lalu 1 set terdapat 4 buah kartu, dan kartu milik Sakura hanya ada 6 set saja."

"Ah, kalau tidak lengkap, memangnya tidak akan bisa berfungsi yah?", kata Suigetsu sambil mengambil secarik kertas dari sakunya.

"Tentu saja iya, Suigetsu baka.", jawab Shion sambil melepar saputangannya yang basah tepat ke muka Suigetsu.

"Hei, jangan panggil aku baka, Shion ! kau masih marah dengan lemparan bola airku yah? oh ya, aku baru saja dapat info dii perpustakaan Danzou, kalau Hanafuda dapat dijadikan jimat serangan dan kita bisa jadikan senjata untuk menghajar Konan."

"Aku tidak marah, hanya kesal !"

"Maka dari itu, aku mencarinya terus dan setelah mengalahkan Konan, kita bisa bebas dari tempat ini."

"Ja-jadi kau sudah tau yah Sasuke ?"

"Tentu, saja baka ! kami berdua sudah tau !"

"Hah, sampai Shion juga, kenapa kalian tidak memberitaukannya padaku ?"

"Karena kamu tidak bertanya, baka"

"Shion...!"

"Hentikan, kalian berdua, bukan saatnya berkelahi, kita harus menyelidiki sisa kartu yang lainnya.", ucap Sasuke yang setengah emosi yang tengah melerai mereka.

"Kalau begitu tanya Sakura-chan saja, diakan yang punya kartu.", balas Shion.

"Iya, tanya saja pada si Pinky itu.", ucap Suigetsu tidak mau kalah.

"Hn...aku akan menanyakannya besok."

"Um...Sasuke-kun...nama mereka..."

"Ya, aku sudah tau, nama mereka diambil kan? Aku akan memberitaukan nama mereka besok."

"Jadi, kau akan mengurus dan menjaga kedua gadis itu?", tanya Suigetsu yang memulai kebiasaan buruknya bermain 'bola air'.

"Tentu saja tidak, aku akan mengawasi Sakura, dan kau mengawasi yang merah."

"Oh, baiklah, aku juga sepertinya tertarik dengan yang berwarna merah."

.


.

Entah mengapa untuk pertama kalinya, aku merasa tidak ada beban sama sekali di pikiranku, walaupun begitu tetap ada hal yang mengganjal dihatiku, seperti ada suatu yang hilang tetapi aku tidak tau. Kubuka mataku pelan-pelan dan aku bangun perlahan-lahan dari futon yang aku tiduri semalam. Kulihat Rin masih tertidur nyenyak di samping kananku dan di samping kiriku dan sekitarku terdapat makhluk-makhluk asing yang juga tertidur. Aku berdiri dari futonku dan berjalan berjingkat-jingkat pelan keluar dari bilik agar tidak membangunkan yang lain.

Begitu aku keluar dari bilik, aku membuka jendela yang ada di depan lorong satu persatu menikmati udara segar pagi hari. Kulihat ada taman bunga di bawah di dekat onsen. Aku pun menyelusuri lorong untuk menemukan tangga untuk turun, dan terlihatlah tangga turun di ujung lorong. Akupun mulai turun ke tangga hingga menuju ruang utama onsen dan kulihat pintu keluar onsen. Terlihat jembatan berwarna merah di depan pintu keluar dan disamping jembatan terdapat seekor tanuki yang sedang tertidur.

"Aduh lucunya."

Kuberanikan diriku melihat tanuki kecil yang tertidur itu dari dekat dan mengelusnya. Saat dielus, seketika tanuki itu membuka kedua kelopak matanya dan menggeram, akupun kaget dan menarik kembali tanganku.

"Apa yang sedang kaulakukan ?"

"Ah...Sasuke-Sama..."

Kulihat Sasuke-sama, pemuda yang memperkenalkanku kepada makhluk-makhluk aneh dan menyuruh mereka memakanku dan Rin jika tidak bekerja dengan benar, berdiri di belakangku dengan muka stoicnya.

"Kau seharusnya sekarang tidur di dalam bilikmu."

"Ma-maaf Sasuke-sama, tapi aku sudah cukup istirahat malam tadi."

"Hn, tak apa, aku juga ingin membicarakan sesuatu denganmu, ikut aku."

"Ba-baiklah."

Akupun meninggalkan tanuki yang sedang tertidur pulas tadi dan mengikuti Sasuke melewati jembatan dan menuruni tangga. Lalu kami berbelok ke kanan dan menyusuri labirin bunga. Kamipun berhenti di sebuah tempat duduk di dekat pot-pot berisi bunga krisan. Sasuke mengeluarkan bungkusan kecil dan membukanya, terlihat 3 buah onigiri yang tampaknya sangat lezat dan aku belum makan sejak malam tadi.

"Kau tidak makan sejak malam tadi kan, ini ada 3 onigiri untukmu, makanlah."

"Hmm...Arigatou Sasuke-sama."

Akupun mengambil bungkusan onigiri itu lalu memakannya dan entah mengapa air mataku menetes dan aku mulai menangis.

"Hiikss...hikss...hikss..."

"Entah mengapa tiba-tiba aku menangis, sepertinya ada sesuatu yang kurang."

"Iya...memang ada sesuatu yang kurang."

Tiba-tiba Sasuke-sama menarikku dan memelukku ke dadanya hingga aku dapat mendengar degup jantungnya yang sangat pelan dan sukses membuatku blushing.

"Oh, ya Ran, ada yang ingin aku berikan padamu."

"Eh?"

Sasuke, melepas pelukannya dan menyeka airmata yang ada di pipi dan mataku dengan lembut, lalu merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kartu lalu memberikannya padaku.

"Ini milikmu."

Akupun mengambil kartu itu darinya dan aku membaca tulisan di dalam kartu itu.

"Kartu pelajar Konoha High School...Haruno Sakura..."

"Haruno Sakura ?"

Tiba-tiba mataku mendadak gelap dan kepalaku terasa berat, akupun kehilangan keseimbangan dan mulai terjatuh. Sasuke menangkapku yang sedang terjatuh sehingga badanku tidak menghantam tanah.

"Ugh...namaku...namaku bukan Ran, tapi Sakura Haruno...dan..."

"Namamu Sakura Haruno, bukan Ran, Danzou-sama mengambil namamu dan menghapus memorimu sehingga kau tidak dapat balik ke duniamu."

"Ja-jadi kakek-kakek tua itu yang mengambil nama sekaligus menghapus memoriku dan karin? Kurang ajar dia !"

"Tenanglah Sakura, kini kau sudah mendapatkan kembali nama dan memorimu, tapi tetaplah berpura-pura menjadi Ran sampai kau berhasil keluar dari tempat ini."

"Baiklah, oh ya, kakek tua itu juga menculik kedua orang tuaku, dan bagaimana nasib Saso-Nii, Mogie-Chan dan Inari ?"

"Tenanglah, mereka baik-baik saja, untuk ketiga saudaramu aku telah menjaganya ke tempat yang aman dan untuk orang tuamu juga."

"Ja-jadi orang tuaku selamat?"

"Iya, aku baru saja mau mempertemukannya padamu."

"Kalau begitu cepat pertemukan aku dengan kedua orang tuaku."

"Ikuti aku, tapi kuharap kau tidak terlalu kaget melihat kedua orangtuamu."

"Hah? Memangnya mereka kenapa? Katamu mereka selamat bukan?"

"Ya, pokoknya lihat saja."

Kamipun berjalan melewati kebun bunga krisan ini dan sampai di sebuah gedung perternakan babi besar. Akupun mengikuti Sasuke dari belakang masuk ke kandang dan mengitari kandang-kandang babi. Tak lama kemudian, Sasuke berhenti di depan kandang babi yang didalamnya terdapat 2 ekor babi besar yang gemuk sedang tertidur pulas.

"Ja-jangan bilang..."

"Yah, mereka kedua orang tuamu.", jawab Sasuke sambil menunjuk kedua babi tersebut.

"A-apa maksudmu? Mereka tidak mungkin kedua orang tuaku ! mereka manusia bukan babi !"

"Ya, mereka manusia, tidak sesudah memakan makanan dunia ini."

Akupun shock dan airmataku menetes kembali, kulihat kedua orang tuaku yang telah lama menghilang kini menjelma menjadi kedua ekor babi gemuk setelah memakan makanan dunia ini.

"Tou-san...hikss...Kaa-san...hikss...ini aku Sakura-Chan."

"Sakura tenanglah, mereka berdua telah kehilangan naluri manusia serta ingatan, mereka tak akan ingat bahwa dulu mereka adalah manusia, apalagi mengingat kau sebagai anak perempuan mereka."

"La-lalu...hikss... bagaimana, apa yang harus aku lakukan hikkss... ? apa Saso-Nii yang lainnya akan menjelma menjadi...hikkss... babi juga?"

"Tidak, mereka tidak akan menjelma seperti kedua orang tuamu, mereka sudah menjadi boneka dan itu wujud terbaik untuk melindungi mereka."

"Lalu, adakah...hikss...cara mengembalikan mereka?"

"Tentu saja ada, untuk itulah kau bekerja di onsen milik Danzou-sama."

Sasuke kembali menyeka airmata di pipi dan mataku, dan memelukku lagi, akupun kali ini membalas pelukannya.

"Aku berjanji akan membantumu, mengembalikan orangtua serta saudaramu lalu keluar dari tempat ini."

"Benarkah Sasuke? Janji? ", ucapku sambil menyodorkan kelingkingku sebagai perjanjian ke Sasuke.

"Hn...janji", jawabnya sambil mengikat kelingkingnya ke kelingkingku.

"Hmm...Sasuke, apa 'sasuke' itu nama aslimu?"

"Hn...entahlah, aku juga tidak tau, nama dan memorikupun juga hilang."

"Jadi kau juga kehilangan nama dan memori ? apa pemuda hiu dan Shion-chan juga kehilangan nama dan ingatan mereka?"

"Hm...entahlah, aku juga tidak pernah menanyakan hal itu kepada mereka."

"Lalu, bagaimana nasib Nii-sanku?"

"Mereka baik-baik saja kok, aku baru saja mau mengantarkanmu setelah mempertemukanmu dengan kedua orangtuamu."

Kamipun segera pergi meninggalkan kandang babi tempat kedua orang tuaku tinggal sekarang. Kami melewati lorong-lorong kota dan kami sampai di tengah kota karnival. Aku terus mengikuti Sasuke melewati pertokoan-pertokoan dan sampailah kami di sebuah toko boneka antik.

"Nii-san dan saudaramu ada di dalam toko itu, ayo masuk kedalam."

Akupun hanya mengangguk dan maju ke samping Sasuke, sementara Sasuke mengetuk pintu toko. Terlihat kenop pintu itu berputar dan sesosok makhluk hitam mengintip di sela-sela pintu, begitu melihat Sasuke, sosok itu mempersilahkannya masuk.

"Aku sudah menunggumu sejak tadi, Sasuke, yang lainnya juga sudah berkumpul disini."

.


.

Sreeeeeeek...terdengar suara pintu bilik tempat aku dan Ran tidur, akupun mulai bangun dari tidurku dan kulihat di sebelah futonku...

"Hnmm...Ran..."

Kulihat Ran tidak ada di futonnya dan di sekelilingku kini ada makhluk-makhluk aneh yang ada di dapur kemarin sedang tertidur pulas. Akupun bangkit dari futon danberjalan berjingkat menuju pintu bilik yang tak tertutup. Akupun berjalan mengejar Ran yang kini mungkin sudah berjalan jauh. Aku berjalan menuruni tangga hingga ke dapur dan pergi ke ruangan generator onsen.

"Hmm...mungkin Ran pergi ke tempat Kyuubi-San..."

Akupun membuka pintu geser kecil dengan pelan berharap tidak membangunkan Kyuubi-San. Setelah masuk ke dalam ruangan, aku hanya melihat Kyuubi-San yang sedang tertidur di futonnya dan seorang pemuda berambut perak yang tergeletak di sebelah pintu geser.

"Dia...bukannya teman Sasuke-sama dan Shion-chan?"

Greeeeep...

Kyaaa...Hmmmmppphhh

Tiba-tiba pemuda itu membuka matanya dan memegang kakiku, seketika aku berteriak tetapi mulutku langsung dibekap oleh pemuda itu.

"Hmmmmpphh..."

"Maaf, Rin-chan...kalau aku tidak membekapmu, suara teriakanmu akan membangunkan Kyuubi-San."

"Hmmmpp...Hempaskan...Hakuu..., Hakuu hak hisa hernaphas..." (Lepaskan Aku, aku tak bisa bernafas)

"Oh, maaf...hehehe...", balasnya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang aku tau tidak gatal.

"Puaaahh...siapa kau, beraninya membekap mulutku !"

"Sstttss...Kan tadi aku sudah bilang agar teriakanmu tidak membangunkan Kyuubi-san."

"Iya, siapa suruh kau tadi mengejutkanku dengan memegang kakiku !."

"Sssst...jangan keras-keras, maaf-maaf kita bicara di luar saja gimana? Udara onsen di pagi hari lumayan segar loh."

"Huh, baiklah, permintaan maaf akan aku penuhi jika kau tidak mengajakku jalan-jalan disekitar onsen !"

"Cih, dasar gadis yang merepotkan, baiklah, aku juga ada yang ingin dibicarakan padamu."

Kamipun berjalan kerluar dari ruangan generator onsen, dan kami menaiki tangga curam yang menjadi jalan pintas ke halaman depan onsen. Setelah mencapai puncak tangga, kami menuju pintu yang menghubungkan halaman onsen lalu kami berjalan menuju pintu masuk onsen. Terlihat jembatan merah dan seekor makhluk kecil yang tertidur pulas.

"Hei, kau, itu makhluk apa?"

"Namaku bukan "kau", namaku Suigetsu."

"Iya, Suigetsu itu makhluk apa?"

"Itu sejenis Tanuki, palingan Tanuki liar, tak usah dihiraukan."

Kamipun berjalan melewati jembatan merah dan tanuki kecil itu, lalu menuruni tangga, dan tak lama kemudian kami berbelok ke kiri dan terlihat sebuah kuil kecil.

"Itu kuil tempat tinggal Shion, dan juga basecamp kami."

"Jadi, Shion tinggal ditempat ini? Lalu dimana dia?"

"Jam segini sih dia palingan masih tertidur pulas."

"Owh...oh yah, kau bilang ingin membicarakan sesuatu padaku? Memangnya apa yang ingin kau bicarakan?"

"Gak enak nih bicara sambil berdiri...bagaimana kalau kita duduk di samping kuil disana?"

Akupun mengikuti Suigetsu yang berjalan menuju halaman samping kuil, terdapat kolam ikan koi dengan teratai ungunya yang sangat indah dan juga pohon plum. Kamipun duduk di dekat kolam ikan tersebut.

"Begini, ini untukmu, bacalah.", kata Suigetsu sambil memberikan sebuah kartu yang ia rogoh tadi dari saku celananya.

"Apa ini?"

"Sudahlah, baca saja, nanti kau pasti akan tau."

Akupun menerima kartu yang Suigetsu berikan padaku, dan akupun melihat kartu tersebut, didalam kartu itu tertampang fotoku.

"Kiri High School, kartu pelajar ini milik...Akasuna no Karin...Karin ?"

"Yups, itulah namamu...Karin, bukan Rin."

Degggg...seketika kepalaku terasa dimasukin oleh sesuatu dan memoriku kembali satu demi satu. Kumulai mengingat pertemuanku dengan Sakura saat pertama kali mengunjungi rumah nenek pada umurku 3 tahun dan kami berkelahi karena memperebutkan boneka milik nenek. Kemudian, saat aku mulai masuk taman kanak-kanak dan aku sekelas dengan Sakura, lalu begitu menginjak sekolah dasar tahun pertama, Sakura pindah ke Konoha. Aku mulai mengingat teman-temanku semasa sekolah menengah dan aku masuk Kiri High School. Lalu, ingatan saat menandatangani surat kontrak kerja Danzou.

"Ah...memoriku kembali...kenapa memoriku bisa hilang?"

"Itu karena begitu kalian menandatangani surat kontrak kerja Danzou, Danzou mengambil memori beserta nama kalian, sehingga kalian tidak bisa pulang ke dunia manusia."

"A...apa...keparat kakek tua itu ! lalu dimana sakura? Apa Sakura sudah mengingat namanya?"

"Oh, si Pinky? Tenang saja, dia aman bersama Sasuke kok.", jawabnya sambil memainkan air kolam dan membentuk bola air mini di tangannya.

"APA? Dia bersama pemuda stoic aneh yang mengerikan itu?"

"Yups, begitulah, kau masi marah dengan adegan kemarin yah?"

"Yah tentu saja ! dia menyuruh makhluk-makhluk itu untuk memakan kami !"

"Owh, tenang saja, Sasuke hanya bersandiwara saja kok. Oh ya, kau belum makan dari kemarin malam kan? ini untukmu", jawab Suigetsu sambil menyerahkan bungkusan makanan yang tadi ia keluarkan bersama kartu pelajarku.

"Jadi itu bohongan? ", ucapku ragu.

"Yups, begitulah, dan sekarang kau kan sudah mendapat memori dan namamu lagi, jadi untuk seterusnya pakai nama 'Rin' disini yah, agar Danzou tidak mencurigaimu kalau kau sudah memiliki memori dan namamu lagi. "

"jadi, aku harus berpura-pura menjadi Rin?"

"Yups, begitulah."

"Oh ya, makanan ini beracun tidak?"

"Kau benar-benar meragukanku yah, itu makanan buatan Shion loh dan makanan itu tidak beracun jadi cepat makanlah."

"Oh, baiklah, kalau buatan Shion aku percaya dan satu lagi, apa kau tidak melihat manusia selain kami masuk ke onsen ini sewaktu kami ditangkap?"

"Hmm... rasa ada, sekita tiga orang."

"Tiga orang? Dimana sekarang mereka?", ucapku sambil membuka bungkusan makanan yang diberikan Suigetsu dan terlihat 3 buah onigiri yang sepertinya lezat.

"Memangnya mereka itu siapa?"

"Aku makan yah. Mereka itu kakak sepupuku, adik dan teman adikku. Dimana mereka sekarang?"

"Tenang saja, mereka aman kok, Sasuke dan kakakku sudah mengamankannya dari Danzou."

"Kalau begitu boleh aku melihat mereka? Aku tidak yakin dengan ucapanmu kalau mereka baik-baik saja."

"Cih, kau meragukanku hah? Baiklah, kalau kau memaksa aku akan tunjukan mereka."

Setelah percakapan yang lumayan panjang di samping kuil, kami berjalan meninggalkan kuil dan menuju kota karnival yang tak jauh dari kuil. Kami berjalan mengitari lorong lalu berhenti di sebuah toko boneka antik. Suigetsu berjalan kebelakang toko itu dan mengetuk pintu samping toko.

.

Toook...tookkk...tokkk...

Sreeeeek...

Sepasang mata muncul di jendela kecil yang terdapat di pintu, lalu terdengar bunyi kunci yang putar dan terlihat sosok hitam dibalik pintu.

"Masuklah..."

Sosok itu menyilakan kami masuk ke dalam toko, akupun memegang lengan Suigetsu yang mulai masuk ke dalam.

"Hn...tumben kau datang ke tokoku Suigetsu dan...membawa gadis yang sangat manis, apa dia pacarmu ?"

"Tidak, dia bukan pacarku.", jawabku sambil menyilangkan tanganku di dadaku sambil terus memeluk lengan Suigetsu.

"Mana mungkin aku berpacaran dengan gadis cerewet ini, Kankuro."

"Lalu, kalau dia bukan pacarmu, kenapa kau memeluk lengannya?"

Seketika aku melepas pelukanku dari lengannya dan kemudian wajah kami berdua bersemu merah.

"Wah...wah...inilah indahnya cinta..."

"Kau...berisik kau Kankuro !"

Akupun masih blushing dan terlihat juga pipi Suigetsu yang bersemu merah yang sedang berusaha memukul Kankuro.

"Ha..ha...ha...aku hanya bercanda kok, tak usah dimasukkan kehati."

"Dasar, bercandamu itu..."

"Hei, kau Kankuro kan? Aku Karin, kau tau dimana saudaraku berada?"

"Owh, salam kenal Karin, dan maksudmu apa?"

"Kami ingin melihat tiga boneka yang kemarin dibawa Nii-san.", jawab Suigetsu.

"Owh, jadi boneka yang dibawa Mangetsu itu saudaramu Karin? Kalau begitu ikuti aku."

Took...tok...tok...

"Hmm...sepertinya ada yang datang, tunggu sebentar yah."

Pemuda bernama Kankuro itu berjalan meninggalkan kami berdua menuju pintu depan toko, kami berdua pun mengikutinya dari belakang. Kankuro seperti biasa mengintip tamu yang ada di depan pintu melalui lubang kecil yang ada di pintu, lalu membuka pintu dan mempersilahkan tamu itu masuk. Terlihat wajah pemuda stoic berambut buntut ayam muncul dan di sampingnya terlihat sesosok gadis berambut bubblegum.

"Karin...?"

"Sakura...?"

.

.

.

End of Chaper 4


.

Behind The Scene

.

Ohhh...akhirnya selesai juga chapp 4na . btw chap 2-3 saya edit loh :D yg chap 3 saya tambahin critana n saya ganti 1 charanya biar lebih menegangkan fufufufu...sorry yah pada lama nunggunya, alna saya benar2 sibuk selama kuliah ini dan baru bisa update sekarang :D Makasih bgt buat yg udh review n para silent-reader yg udh baca fic abal-abal saya . Mohon kritik dan saran krn saya masih newbie :D

.

Fiyui-chan : hmm...kalau dibilang sih penghuni dunia roh itu yang sudah mati dan para hantu-hantu :p hahaha...ceritana disitu dulu ada sebuah karnival kek dufan gitu tp ditutup karena bnyk muncul kejadian yang aneh-aneh (nanti akan dibahas di ending cerita, maybe #PLAAAK)

lia-chan : haha, sdh saya update . silahkan baca :D

penakun : ini ma mungkin bukan update kilat yah...udh berbulan-bulan saya hiatus TT^TT

Kurousa Hime : iya itu memang saya adaptasi dari anime spirited away karya hayao miyazaki iya makasih senpai atas kritik dan sarannya TT^TT saya akan lbh berjuang membuat fic ini .

sasukecap-a : dia itu tetua di konoha coba buka naruto wiki-a btw charana dia udh saya ganti

Ayhank-chan : bingun yah? Saya yg baca juga tiba-tiba jadi bingun, nanti smua misteri akan terkuak di pertengahan story B-)

RenaKazama : makasih Rena . aduh masa sih saya pandai ngeguyon? Kayakna ini gg ada lucu2na n bahasanya EYD bgt

poetry monoarfa : itu saya adaptasi dari anime spirited away karya hayao miyazaki tentunya pasti HAPPY ENDING, soalna saya benci sad ending #PLAAAK :p

Chiwe-SasuSakuNaru : Sipppo...sudah saya update .