Arc 3. Luffy's Feeling - Part I "Cards"

.

.

Memasuki minggu terakhir musim panas Nami menjadi semakin sibuk. Ia harus bolak-balik ladang dan going merry untuk mengurus kedai dan pohon-pohon jeruknya. Tentu saja Sanji bisa diandalkan untuk mengurus kedai tapi ada beberapa hal yang terpaksa harus Nami kerjakan seorang diri. Seperti misalnya memanen jeruk-jeruknya. Nami tidak akan pernah mempercayakan jeruk-jeruknya di tangan orang lain. Pohon-pohon jeruk yang dimilikinya itu sama berharganya dengan seluruh uang yang dimilikinya. Karena itu, ketika di penghujung musim panas Vivi jatuh sakit dan tidak bisa membantu di Going Merry, Nami yang tidak bisa meninggalkan ladang dan tidak mungkin meminta Sanji meninggalkan dapur, terpaksa meminta Luffy untuk melakukan hal yang belum pernah dilakukannya sebelumnya.

Pekerjaan yang harus dilakukan Luffy kali ini tidak terlalu sulit sebenarnya. Pemuda berkulit terbakar matahari itu hanya perlu pergi ke toko bunga yang ada di sisi lain desa untuk mengambil bunga pesanan Nami. Nami selalu menghiasi kedainya dengan bunga sesuai musim. Musim panas ini misalnya Nami menghiasi kedainya itu dengan bunga pink cat atau white lilac. Luffy hanya perlu datang ke toko bunga yang Nami maksud dan mengatakan bahwa ia datang diminta Nami maka pemilik toko akan memberikan bunga pesanan Nami padanya. Pekerjaan yang tidak sulit sebenarnya tapi entah mengapa Nami sedikit enggan meminta Luffy untuk melakukannya. Hanya saja Nami tidak memiliki pilihan lain sebab saat ini Zoro tengah sibuk membantu Gen-san di gereja. Lagi pula Luffy tampak bersemangat ingin membantu saat Nami memberitahunya tentang hal ini.

Nami menggambarkan sebuah peta sederhana di atas secarik kertas dan memberikannya pada Luffy. Ia tidak tahu apakah Luffy bisa membaca peta atau tidak, akan sia-sia saja kalau ternyata Luffy sama buta arahnya dengan Zoro. Nami sedikit merasa cemas saat Luffy melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar saat meninggalkan Going Merry siang itu. Nami mencoba menenangkan dirinya sendiri dengan cara mengatakan pada dirinya sendiri bahwa desa mereka bukanlah desa besar dan letak toko bunga yang dituju Luffy tidak terletak terlalu jauh dari Going Merry. Lagi pula para penduduk desa pasti tidak akan segan-segan membantu pemuda bertopi jerami itu kalau-kalau terjadi sesuatu pada Luffy.

Nami menghela nafas panjang saat sosok Luffy telah menghilang dari pandangannya. Ia memutuskan untuk segera berangkat ke ladang dan melanjutkan pekerjaannya memanen jeruk-jeruknya yang sangat berharga. Dalam hati ia berencana untuk menghadiahi Luffy satu dari jeruknya yang berharga kalau ia bisa melakukan tugasnya kali ini dengan benar.

Sementara itu di perjalanan menuju toko bunga yang Nami maksud, Luffy kehilangan peta yang diberikan Nami padanya. Saat ia tengah mencoba membaca peta yang digambar Nami untuknya itu, angin kencang tiba-tiba berhembus ke arahnya dan menerbangkan peta berisi petunjuk arah menuju tempat yang ditujunya itu. Luffy mencoba mengejar kertas itu tapi ia tidak berhasil. Akhirnya ia pun menyerah. Lagipula ia tidak pandai membaca peta. Ia akan menemukan cara lain untuk mencapai ke tempat tujuannya. Beruntung saat Luffy tengah berjalan tanpa arah sepanjang jalan setapak ia berpapasan dengan Ussop, salah seorang penduduk desa yang sering berkunjung ke Going Merry. Luffy tersenyum lebar saat melihat pemuda berhidung panjang itu berjalan ke arahnya dengan alat pancing di tangannya. Sepertinya Ussop akan berangkat memancing. Kalau saja ia tidang sedang mengerjakan tugas dari Nami, Luffy akan dengan senang hati ikut memancing bersama Ussop.

Luffy menyukai Ussop. Tidak hanya karena keduanya seusia namun juga karena Ussop memiliki banyak cerita menarik yang tidak membosankan untuk didengarkan kapan pun juga. Sampai saat ini Luffy masih takjub pada Ussop yang dengan beraninya pernah melawan sekelompok perompak yang berusaha menyerang desa mereka. Tidak hanya itu, Ussop juga rupanya memiliki peta harta karun yang telah terkubur selama ribuan tahun. Ussop adalah orang yang hebat dan pemberani, Luffy yakin bahwa Ussop akan bisa membantunya menuju tempat tujuannya tanpa peta.

"Luffy, yo!" Sapa Ussop dengan senyum mengembang di bibir lebarnya, "mau ikut mancing bersamaku?"

"Yo, Ussop!" Luffy sedikit menyesal karena ia harus menolak ajakan Ussop untuk memancing bersamanya kali ini. Sayang sekali karena ia sangat menyukai memancing bersama Ussop. Luffy menggelengkan kepalanya, "maaf, kali ini aku tidak bisa ikut, tapi kalau boleh aku mau minta bantuan darimu, bisa bantu aku?"

Ussop berjengit mendengarnya, tidak biasanya Luffy meminta bantuan darinya, tapi ia bisa menduga bahwa ini pasti ada kaitannya dengan tugas yang diberikan Nami padanya. Pemuda berambut keriting itu mengangguk mengiyakan pertanyaan Luffy, "ya tentu saja, ada apa?"

Luffy menyeringai lebar mendengarnya, "uh, Nami memintaku mengambil bunga di toko bunga tapi peta yang Nami gambarkan untukku hilang tertiup angin," Luffy berusaha menjelaskan situasinya saat itu pada Ussop, "jadi bisa tolong antarkan aku ke toko bunga? Atau paling tidak tunjukan padaku arah menuju tokonya."

Ussop mengangguk. Hanya ada satu toko bunga di desa kecil ini dan letaknya sudah tidak terlalu jauh dari tempat mereka saat itu. Ussop tidak sedang terburu-buru sehingga ia memutuskan bahwa tidak ada salahnya untuk meluangkan waktu membantu teman barunya itu.

"Ok, ikut aku, aku antarkan ke sana," Ussop memberi tanda dengan tangannya agar Luffy mengikutinya ke arah yang ia tuju.

Luffy mengikuti Ussop yang berjalan ke mengikuti jalan setapak menuju salah satu sisi desa. Luffy menghabiskan sebagian waktunya di Going Merry atau di ladang, baik untuk membantu Nami atau memeriksa pesawatnya yang kini teronggok di ladang milik Nami, Luffy mencoba memperbaiki pesawatnya namun tidak juga berhasil. Di waktu senggangnya, Luffy akan menghabiskannya dengan Ussop dan beberapa anak-anak desa yang merupakan pengikut Ussop. Biasanya mereka akan bermain di bukit belakang gereja atau di pantai. Meskipun telah berada di desa selama beberapa bulan, masih ada beberapa tempat yang belum dikunjungi Luffy. Termasuk toko bunga yang dimaksud Nami kali ini. Luffy mengikuti Ussop sambil memandang sekelilingnya. Letak toko itu sebenarnya tidak terlalu jauh hanya saja memang letaknya sedikit terpisah dari rumah-rumah penduduk desa yang lainnya.

"Memangnya kemana yang lain?" Tanya Ussop saat mereka berbelok di ujung jalan setapak yang mereka lalui. Ia merasa sedikit penasaran sebab tidak biasanya Nami menugaskan Luffy pergi sendirian seperti ini.

Luffy meletakkan kedua tangannya di belakang kepalanya sambil berjalan mengikuti Ussop, "Sanji sibuk di dapur dan Vivi sedang sakit. Jadi aku harus pergi sendirian kali ini," lalu pemuda bermata hitam itu mengerucutkan bibirnya, "sebenarnya aku yang meyakinkan Nami bahwa aku bisa pergi sendirian, tapi aku malah menghilangkan peta yang diberikan padaku." Tapi dalam sekejap Luffy menyeringai lagi, "ah tapi beruntung aku bertemu denganmu tadi, kalau tidak aku yakin Nami akan memarahiku."

Ussop tertawa mendengarnya, "belakangan ini mood Nami sedang tidak bagus ya? Aku dengar beberapa waktu lalu Nami marah besar padamu?"

Luffy mengerutkan dahinya, "kamu dengar soal itu?" Harusnya ia tahu, di pulau kecil seperti ini kabar seperti itu akan menyebar dengan cepat dari mulut ke mulut. Luffy terdiam beberapa saat namun ia merasa penasaran tentang seperti apa kabar yang tersebar mengenainya dan Nami, "memangnya seperti apa yang kau dengar tentang kejadian itu?"

Ussop memegang dagunya sambil berpikir, keduanya masih berjalan beriringan menyusuri jalan setapak di bawah langit musim panas yang bersih tidak berawan, "dari yang kudengar, Nami menghajarmu karena kamu menyelinap masuk ke kamarnya..." Lalu pemuda dengan hidung menyerupai pinokio itu menatap Luffy dengan dahi berkerut, "jadi? Apa benar kamu menyelinap ke kamar Nami?"

Luffy sudah menduga kalau kabar yang tersebar tidak akan seratus persen akurat.

"Benar bahwa Nami menghajarku, tapi aku tidak menyelinap ke kamarnya!" Protes Luffy, "aku menggotongnya kembali ke kamarnya karena ia tertidur di dapur dan Sanji terluka jadi tidak bisa menggotong Nami."

Ussop mengangguk mengerti, "ah, tapi intinya semua karena kamu masuk ke dalam kamarnya."

"Memangnya kenapa?" Tanya Luffy, "sepertinya kalian semua tahu apa yang Nami sembunyikan dariku." Luffy menambahkan dengan nada kesal, "tidak adil."

Ussop tertawa serba salah. Meskipun ia belum lama mengenal Luffy namun ia sudah menganggap Luffy sebagai salah satu teman baiknya. Ia tahu Luffy adalah pemuda baik-baik yang tidak akan mencelakakan Nami, dan lagi pula hal yang ingin diketahuinya itu bukan benar-benar rahasia besar. Seluruh penduduk desa sudah tahu tentang hal itu tapi Ussop tetap tidak bisa menjelaskan pada Luffy. Nami akan sangat marah kalau sampai tahu dan Ussop tidak ingin menghadapi kemarahan Nami. Jadi ia pun memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa tentang hal ini. Lagi pula ini demi kebaikan Luffy sendiri. Akan lebih baik untuknya kalau ia tidak tahu.

Akhirnya Ussop hanya menghela napas panjang. Ia tahu bahwa Luffy akan terus mendesaknya sampai ia mengatakan sesuatu. Saat di kejauhan ia mulai bisa melihat tempat yang mereka tuju, sebuah ide terlintas di kepala Ussop. Ia menoleh ke arah Luffy dan menunjuk ke sebuah bangunan yang ada di ujung jalan setapak terpisah puluhan meter dari rumah terdekat. Bangunan kecil yang dikelilingi bunga berwarna-warni di pekarangannya dan sebuah rumah kaca berdiri di sebelah bangunan itu, "kita sudah sampai!"

Luffy menatap toko bunga yang rupanya lebih menyerupai rumah biasa dibandingkan sebuah toko. Di pekarangan tampak seorang wanita berambut hitam tengah menyirami bunga-bunganya.

"Itu Robin," kata Ussop sambil melambaikan tangan pada Robin yang tersenyum pada mereka dan balas melambai dengan ramah, "ia pemilik toko bunga satu-satunya di pulau ini dan sekaligus orang yang bisa membantu masalahmu dengan Nami."

Luffy menatap Ussop dengan tatapan bingung, wanita bernama Robin itu tampak seperti wanita biasa, ia tidak mengerti mengapa Ussop berkata bahwa wanita itu bisa membantunya menyelesaikan masalahnya dengan Nami. Ia bahkan tidak merasa memiliki masalah apa pun dengan Nami, lalu apa yang perlu diselesaikan?

Seperti paham dengan kebingungan Luffy, Ussop pun menjelaskan lebih jauh mengenai apa yang ia maksud, "Robin juga merupakan seorang peramal," kata Ussop menjelaskan, "ia jago membaca kartu tarot. Kamu pun bisa minta di ramal. Tanyakan saja mengenai apa yang ingin kamu ketahui, kartu-kartu Robin bisa membaca semuanya."

Luffy menaikan sebelah alis. Pemuda bertopi jerami itu tidak tahu apakah dirinya di masa lalu pernah diramal atau tidak tapi entah mengapa dirinya yang saat ini tidak begitu mempercayai hal-hal semacam ini.

"Lagipula siapa tahu Robin bisa membantu mengembalikan ingatanmu?" Ussop menambahkan, "kamu ingin agar ingatanmu segera kembali kan?"

Luffy mengangguk meskipun anehnya ia tidak begitu yakin dengan jawabannya itu. Ia memang ingin mendapatkan ingatannya kembali dan memperbaiki pesawatnya namun ia tidak yakin kalau itu adalah yang terbaik untuknya. Mungkin akan lebih baik untuknya kalau ia tidak pernah lagi mendapatkan ingatannya kembali?

.

"Selamat datang! Kamu datang untuk mengambil bunga pesanan Nami bukan?"

Luffy mengangguk.

Dari jarak sedekat ini ia bisa melihat dengan jelas bahwa wanita bernama Robin ini berwajah cantik dan terlihat dewasa. Luffy merasa sedikit tegang dan dalam hati ia sedikit merasa kesal pada Ussop yang meninggalkannya sendirian begitu saja. Robin terlihat baik dan ramah tapi ada sesuatu pada senyuman wanita bermata hitam itu yang membuatnya berpikir bahwa Robin bisa membaca apa yang ada di pikirannya.

"Kamu datang lebih awal dari yang kuduga, ah, siapa namamu?" Robin masih tersenyum ramah.

"Luffy," gumam Luffy.

"Ah, baiklah Luffy," kata Robin sambil memberi isyarat dengan sebelah tangannya ke arah rumahnya, "bagaimana kalau minum teh dulu bersamaku di dalam?" Robin mempersilahkan, "saat ini pekerjaku masih menyiapkan bunganya, sambil menunggu, masuklah sebentar."

Luffy tidak bisa menolak ajakan Robin dan mengikuti perempuan itu memasuki rumahnya.

Bagian dalam rumah Robin tidak terlalu besar namun tertata rapi dengan beberapa rak buku berjajar rapi di dinding ruangan. Lantainya berlapis karpet berwarna merah marun dan ruangan itu beraroma lembut seperti gabungan antara aroma teh hijau dan lavender. Robin mempersilahkan tamunya itu untuk duduk di salah satu sofa di ruangan itu sebelum meninggalkannya sesaat untuk mengambilkan teh.

Saat Robin kembali dan menghidangkan teh untuknya, Luffy tengah berdebat dengan dirinya sendiri apakah ia perlu melakukan apa yang dikatakan Ussop tadi padanya. Ia tidak begitu mempercayai ramalan dan semacamnya namun ia ingin tahu apa yang disembunyikan Nami darinya. Siapa tahu Robin bisa memberitahu padanya apa yang disembunyikan Nami darinya.

"Kartu Tarot tidak bisa memberitahu apa yang orang pikirkan tentangmu," kata Robin tiba-tiba, seolah-olah bisa membaca pikiran Luffy. Melihat ekspresi terkejut bercampur takjub di wajah pemuda yang berusia lebih muda darinya itu, Robin tersenyum geli, "tidak, aku tidak bisa membaca pikiran, tapi apa yang kau pikirkan tergambar jelas di wajahmu, Luffy," kata Robin menjelaskan, "jadi? Apa kau tertarik untuk diramal?"

Luffy menghela napas, sebenarnya ia ingin diramal, "tapi aku tidak punya uang."

Robin tertawa lagi, pemuda yang duduk di hadapannya ini cukup menarik dan ia menyukai pemuda ini, "aku tidak menarik bayaran untuk ramalan."

Wajah Luffy berubah cerah dalam sekejap, "benarkah?"

Wanita berusia awal tiga puluh tahun itu tersenyum dan menyodorkan setumpuk kartu pada luffy, "kocok dan lalu deretkan tiga kartu di atas meja."

Luffy melakukan seperti apa yang diperintahkan. Ia menderetkan tiga buah kartu di atas meja. Ia menatap Robin ragu-ragu setelah menjajarkan ketiga kartu yang telah dipilihnya, "seperti ini?"

Robin mengangguk, "ya, seperti itu."

Kemudian Robin menunjuk salah satu kartu yang masih dalam keadaan tertutup itu, "ini adalah kartu masa lalumu, mengingat aku dengar kamu kehilangan ingatanmu, kartu ini sangat penting untukmu. Sekarang buka kartu ini dan angkat tanpa merubah posisinya, tunjukkan padaku."

Luffy mengangguk dan melakukan seperti yang diperintahkan padanya, ia menatap kartunya dengan bingung sebelum menunjukkannya pada Robin, "bulan? Apa maksudnya."

"The moon, bulan, dalam posisi terbalik," kata Robin menjelaskan, "ketidakpastian, misteri, kebimbangan. Belum ada petunjuk tentang masa lalumu," Robin menunjuk kartu kedua dengan telunjuknya yang ramping, "sekarang buka kartu masa kinimu."

Lagi-lagi Luffy melakukan seperti yang diperintah.

"The empress, kaisar wanita, posisi tegak," kata Robin membaca kartu tersebut dengan senyum mengembang, "saat ini ada seorang wanita yang berpengaruh besar dalam hidupmu. Jangan menentangnya dan ikuti kemauannya untuk saat ini, wanita ini akan memberi pengaruh besar untukmu."

"Nami?" Tanya Luffy bingung.

Robin tertawa mendengar kata-kata Luffy, "oh aku tidak tahu, tapi mungkin saja Nami. Aku hanya membaca apa yang disampaikan kartu yang kau pilih, aku tidak tahu pastinya."

"Tapi itu terdengar seperti Nami untukku," kata Luffy dengan alis bertaut satu sama lain, "Nami seperti seorang ratu."

Robin masih tersenyum dan mengangguk. Ia sudah mengenal Nami sejak lama dan ia paham apa maksud kata-kata Luffy. Ia pun akhirnya menunjuk kartu terakhir. "Sekarang buka kartu masa depanmu dan tunjukkan padaku."

Pemuda berwajah polos itu mengangguk dan mengambil kartu terakhirnya dan menunjukkannya pada Robin. Ia menatap kartunya dengan tatapan tidak mengerti, di matanya kartu-kartu itu tidak tampak seperti sesuatu yang istimewa, hanya kartu biasa. Ia tidak mengerti bagaimana Robin bisa mengetahui sesuatu hanya dari kartu-kartu tersebut.

"The lover, sang kekasih, posisi terbalik," kata Robin menjelaskan, "perpisahan."

Luffy tidak suka mendengar kata-kata wanita berwajah cantik tersebut tapi ia memilih untuk tidak mengatakan apapun dan menunggunya melanjutkan penjelasannya.

"Akan ada perpisahan. Atau kamu akan dihadapkan dengan dua pilihan, dan kamu harus meninggalkan salah satu untung yang lainnya," Robin melanjutkan, "atau bisa juga diartikan bahwa kamu akan melakukan satu pengorbanan yang yang cukup besar."

Baru saja Luffy akan membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu, terdengar suara seseorang mengetuk pintu.

"Ah, itu pasti Coby," gumam Robin sebelum mengeraskan suaranya mempersilahkan siapa pun yang baru saja mengetuk pintunya itu untuk masuk.

Benar saja, seorang pemuda berkaca mata memasuki ruangan sambil tersenyum. Ia menunduk ramah pada Luffy sebelum mempercepat langkahnya menuju Robin. Sepertinya laki-laki yang kurang lebih seusia dengan Ussop dan Luffy itu adalah pekerja yang tadi disebutkan Robin. Benar saja, saat tiba di sebelah Robin, pria yang dipanggil Coby itu mengatakan bahwa ia telah selesai menyiapkan bunga pesanan Nami.

Robin mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada Coby sebelum berpaling pada Luffy dan tersenyum mengatakan bahwa ia bisa membawa bunga pesanan Nami pulang.

Sebenarnya ada banyak hal yang masih ingin ditanyakan Luffy pada Robin namu ia memutuskan untuk menyimpannya dalam hati.

Salah satu bagian dirinya menolak untuk tahu tentang masa lalu dan masa depannya.

.

Arc 3. Luffy's Feeling - Part I "Cards": END

.

.

Author's Note :

Mulai chapter depan saya akan usahakan untuk membalas satu persatu review yang masuk di pojok ini. :) sorry lama.