"Maaf...aku harus pergi malam ini,"

Pria muda berambut hitam itu berucap lirih di dekat wajah cantik seorang gadis yang tengah tertidur pulas, tangan besarnya menggenggam lembut tangan mungil sang gadis di samping tempatnya berbaring, mata onyxnya menelusuri setiap inci wajah cantik gadis itu, tangannya yang bebas menyibakkan poni pirang gadis itu perlahan, menampakkan kesempurnaan itu secara utuh.

Tak ada kata yang terucap dari bibir sang pria, dia tak tahu harus berkata apa untuk gadisnya, dia rasa beribu kata maaf pun takkan sanggup menebus dosanya yang akan meninggalkan sang gadis tanpa pamit.

Pria itu mulai mencium kening gadis itu, kemudian turun ke mata, hidung, pipi hingga bibirnya cukup lama sebelum kemudian mencium pergelangan tangan sang gadis yang terdapat tato dengan ukiran yang sama dengan tato di lehernya, tato itu perlahan memudar dan hilang tak berbekas setelah pria itu melepaskan bibirnya dari pergelangan tangan mungil itu.

"Gomen ne..." lirih pria itu sambil menempelkan wajahnya di pipi gadisnya.

Setelah puas memandangi wajah cantik di depannya, pria itu perlahan turun dari ranjang dan berjalan menuju balkon kamar yang terbilang luas itu.

Rambut hitamnya berkibar tertiup angin malam, mata onyxnya merefleksikan pemandangan malam yang sama pekatnya dengan kedua onyxnya.

Angin kencang mengibarkan korden putih yang tergantung di dalam jendela besar yang membatasi balkon dengan ruang kamar, dan sosok tegap itu pun telah lenyap seiring dengan meredanya tiupan angin malam.

Disclaimer: Berapa kalipun dilihat, tetep aja yang tercetak di komik pasti namanya Masashi Kishimoto, kalo jadi Yuzumi Haruka itu pasti doujinnya Ruru (dilempar ke jurang)

Black Pearl Exorcist

Rate: T semi M ato udah M?

Setting: Alternate Universe

Chapter 1

=Yamanaka Ino=

Malam itu ditengah kota yang cukup ramai ada keributan besar, di mana terjadi sebuah pertempuran antara seorang gadis berbaju hitam dengan sosok makhluk yang tak bisa dibilang manusia atau hewan, karena wujudnya yang mengerikan perpaduan antara banteng dan manusia, makhluk itu juga membawa dua buah kapak besar di kedua tangannya, mengamuk dengan brutal mengahancurkan bangunan-bangunan di sekitarnya.

Makhluk asing yang tak sewajarnya ada di dunia manusia itu muncul dari Ondergrondse, dunia yang bertolak belakang dengan dunia manusia, dunia yang penuh dengan monster-monster dan makhluk liar yang menakutkan, meskipun ada beberapa jenis makhluk yang jauh dari kata liar dan menakutkan sih.

Gadis berambut pirang yang tengah melawan monster besar itu melompat lincah di setiap atap gedung sambil menembakkan peluru dari kedua pistolnya, namun monster itu masih sanggup mengejar dan menyerang sang gadis yang tak terlihat takut sedikitpun dengan keberadaan makhluk itu.

Gadis itu akhirnya melenting tinggi dan mendarat di salah satu atap gedung, kemudian berdiri tegak menunggu kedatangan monster setengah manusia tadi, kemudian mengarahkan mata pistolnya ke arah prediksi kedatangan sang makhluk.

"Transformation level 2!" seketika kedua pistolnya berubah menjadi sepasang handgun besar yang terpasang di kedua lengan gadis berbaju hitam itu.

Gadis itu berseringai lebar saat melihat kedatangan sang makhluk asing, kedua lubang handgunnya mulai menyala, pertanda akan menembakkan sesuatu.

"Apa pesan terakhirmu tuan Goblin?" tanya gadis itu santai.

GRAAOOOOOO!

Suara besar dan melengking itu terdengar menggema di seluruh kota dan membuat bulu kuduk meremang seketika bagi para awam, namun tidak berefek bagi sang gadis yang kini kembali berseringai.

"Ng? Sayang sekali aku belum mempelajari bahasa Goblin, jadi maaf saja ya! Khufufu..."

BLARRRRR!

Kali ini bunyi ledakan keras yang terdengar, dan seiring dengan itu, makhluk yang disebut Goblin tadi pun lenyap menjadi abu.

"Fyuh...merepotkan saja, aku kan belum mengerjakan PR malam ini, mana besok ulangan lagi!" degus gadis berambut pirang panjang itu sambil berlalu meninggalkan tempatnya berdiri.

Personal Identification

Yamanaka Ino

Seorang gadis berumur 17 tahun, merupakan siswa SMA biasa di siang hari, namun seorang Exorcist licik di malam hari.

Tidak!

Kalau soal licik, mungkin memang bawaannya sejak lahir, jadi sifatnya yang itu tidak hanya muncul di malam hari, tapi memang itulah sifat aslinya.

Tapi di samping itu, dia merupakan seorang Exorcist handal yang sering diberi tugas berat untuk membasmi para Goblin kelas atas yang sulit ditakhlukkan, dia memang keturunan Exorcist legendaris dari klan Yamanaka, namun saat ini klan Yamanaka telah lenyap karena Holly War 10 tahun silam, dan hanya menyisakan seorang Yamanaka Ino sebagai penerus.

"Hoahahem..." Ino menguap lebar, kedua matanya mengerjap-ngerjap malas menatap keluar jendela kelas, rambut pirang pendeknya tersibak pelan tertiup angin yang masuk dari jendela yang terbuka.

"Kalau kau menguap selebar itu dengan cueknya, nanti nggak ada cowok yang mau sama kamu lho!" kata sebuah suara di belakang Ino.

"Kheh, kau sendiri juga belum punya pacarkan Shion?" Balas Ino tanpa menengok ke arah temannya.

"Setidaknya aku sudah berusaha PDKT saat ini." kini gadis bernama Shion itu duduk di bangku depan Ino dan menghadap ke arah teman pirangnya itu.

"Hei, masa kau kalah sama Hinata yang pemalu itu, dia kan sekarang pacaran sama Kiba, anak kelas sebelah itu," Shion mencubit pipi Ino ringan demi mengalihkan perhatian gadis itu dari luar jendela.

"Soalnya nggak ada manusia yang terlihat tampan di sekitarku." kata Ino santai.

"Astaga Ino, apakah penglihatanmu bermasalah? Kau lihat! Banyak cowok tampan di sekolah ini!" Ino hanya memutar matanya jengah mendengar ucapan Shion.

"Kau lihat Neji!" Shion memutar kepala Ino untuk menatap ke arah Neji berada.

"Kenapa sama dia?" tanya Ino santai.

"Oh ayolah Ino, dia itu tampan, kelewat tampan malah, sayangnya dia memang kelewat dingin juga, kulihat dia tak pernah jalan bareng cewek manapun, tapi aku penasaran, kenapa dia selalu memakai kaos dalam hitam berkerah tinggi seperti itu ya? Yah meskipun ketampanannya tidak berkurang sama sekali sih," Shion mulai merancau panjang lebar, tanpa dia tahu Ino sama sekali tak memperdulikannya.

"Yaah, tapi mahluk setampan Neji yang kau puji-puji itu nyatanya adalah seorang vampir Shion sayang..." batin Ino.

"Kau tahu Ino? Penggemar Neji itu hampir semua siswi di sekolah ini, belum lagi penggemarnya di luar sana, pasti lebih banyak," Shion masih saja berbicara mengelu-elukan seorang Hyuuga Neji.

"Neji!" di saat itu Ino malah memanggil nama Neji dengan lantang, dan perhatian seluruh isi kelas pun tertuju pada gadis berambut pirang itu, sedangkan Neji yang merasa dipanggil pun ikut menoleh.

"I...Ino apa yang kau lakukan?" bisik Shion yang tersadar akan kelakuan Ino, gadis itu terlihat takut kena masalah.

"Kemarilah!" Ino tak memperdulikan bisikan Shion, dan malah memanggil Neji dengan nada memerintah.

Shion semakin terlihat takut saat melihat Neji berjalan ke arah dirinya dan Ino.

Ino mengulurkan tangannya ke arah Neji yang sudah berada di depannya, kemudian pria berambut hitam kecoklatan itu menyambut tangan ramping Ino, membuat seluruh penghuni kelas bengong tak percaya dengan apa yang mereka lihat, belum lagi dengan tindakan Neji selanjutnya yang membuat mereka semakin terperangah, pemuda itu mendekatkan bibirnya ke punggung tangan Ino dan mengecupnya dengan hikmat.

Ino berseringai licik saat menyadari teman-temannya melihat dirinya dengan tatapan shock.

"I...Ino...SEJAK KAPAN KAU JADIAN SAMA NEJIIIII?" seru Shion yang mewakili teman-temannya yang juga shok akan kenyataan yang mereka lihat tadi.

"Belum lama kok khufufu..." Ino berseringai penuh kemenangan, sedangkan Neji masih tetap memasang wajah cool nya.

Fakta pertama Ino

Dia adalah seorang yang sangat senang berada di puncak popularitas.

=oooooo=

"Aku pulang!" Ino masuk ke dalam rumah (kastil)-nya setelah Neji membukakan pintu kayu besar di depan kastil itu.

"Selamat datang Nona muda, Tuan Neji!" sapa seorang elf wanita dari dalam kastil.

"Aku capek sekali Shizune, tolong siapkan air hangat ya!" kata Ino pada elf itu.

"Baik nona, um...anda terlihat senang sekali, apakah ada sesuatu yang menyenangkan hari ini?" tanya Shizune sambil membantu Ino melepaskan blazernya.

"Khufufu...tentu saja setiap hari ada hal menyenangkan." kata Ino dengan tidak jelas sambil berlalu meninggalkan Shizune begitu saja, hingga muncul tanda tanya besar di atas kepala Shizune.

"Apa nona berbuat ulah lagi Tuan Neji?" Shizune berbisik pada Neji yang akan menyusul Ino.

"Sedikit, tapi berefek besar." jawab Neji dengan lebih tidak jelas bagi Shizune, pemuda itu pun melangkah mengikuti Ino yang sudah pergi lebih dulu.

"Ha~h repot sekali punya majikan seperti mereka..." keluh Shizune.

Fakta kedua Ino

Dia memiliki rumah yang berupa kastil besar di tengah hutan, dan memiliki pelayan berupa elf yang juga tinggal di sana.

Ino berdiri di balkon kamarnya, menatap bintang dan menikmati angin malam yang bengibarkan helaian rambut pirangnya.

"Kau sedang senggang?" Neji berjalan mendekat ke arah Ino.

"Yaah, hanya ingin beristirahat sebentar saja," kata Ino tanpa menoleh ke arah Neji di belakangnya.

"Hei, apakah Werewolf dan Vampir itu bisa bersama?" tanya Ino yang kini berbalik menatap Neji, pemuda itu terdiam sesaat sebelum kemudian menjawab.

"Seperti manusia dan vampir, mereka tak seharusnya bersatu!" kata Neji datar.

"Mereka menyembunyikan hubungan mereka dari para petinggi klan Hyuuga." lanjutnya saat melihat Ino mengernyitkan alisnya dan akan melancarkan protes.

"Kau membicarakan Kiba dan Hinata kan?" tanya Neji yakin setelah melihat tatapan Ino yang seolah bertanya padanya 'memang kau tahu siapa yang sedang kubicarakan?'

"Kau sendiri bagamana? Kau juga menyembunyikan hubunganmu denganku?" Ino mendekat ke arah Neji.

"Aku ini calon pemimpin Hyuuga, akan sangat merepotkan jika mereka tahu aku berhubungan dengan manusia." kata Neji datar, Ino memicingkan matanya, kemudian berbalik memunggungi Neji.

Tiba-tiba dia merasakan sepasang lengan kekar yang melingkari pinggangnya, kemudian merasakan tengkuknya yang mulai basah karena Neji tengah menjilat dan mencium daerah itu.

"Zeehond!"

"Ugh!" Neji jatuh berlutut di belakang Ino sambil memegangi lehernya yang terasa panas dan mencekiknya.

"Aku tak pernah mengijinkanmu meminum darahku Neji!" kedua mata Ino berkilat kemerahan menatap Neji yang masih tersiksa dengan keadaannya.

"Ugh...ma...maaf...!" Neji berkata dengan susah payah, kedua taring tajamnya masih terlihat dari sela mulutnya.

Ino duduk berlutut di depan Neji yang masih terkena siksaan segel gaibnya, kemudian mengulurkan tangannya menyentuh wajah rupawan di depannya, kemudian turun ke bibir Neji yang basah.

"Aku tidak suka jika peliharaanku menghisap darahku!" Ino berkata dengan nada dingin dan menusuk, kedua matanya pun menatap tajam ke mata silver Neji, seringai tipis di bibir Ino membuat Neji bergindik ngeri meskipun dia sendiri merupakan bangsawan vampir, namun saat ini dia dalam kekuasaan Ino, dia tak sanggup melawan gadis itu jika segel di lehernya masih terpasang.

"Release!" satu kata dari Ino itu mengakhiri penderitaan pemuda di depanya.

Neji terengah-engah mengatur nafasnya, Ino kembali menyentuh wajah Neji, yang membuat Neji mendongakkan kepalanya menatap Ino.

Perlahan tangan Ino menelusup ke belakang tengkuk Neji, kemudian menariknya mendekat dan menutup jarak antara dirinya dan pemuda di depannya.

Ino menekan bibir Neji dengan miliknya, dan Neji pun membalas ciumannya karena merasa Ino sudah melupakan kemarahannya, kedua lengan Neji merengkuh pinggang Ino untuk merapat padanya, sedangkan Ino mengalungkan lengannya di leher pemuda itu, memperdalam ciuman mereka yang semakin panas.

Setelah cukup lama dalam posisi itu, Ino mulai mendorong dada Neji menjauh, tangan mungil Ino kembali naik ke leher Neji, menyentuh tato segel gaibnya, menyatukannya dengan tato dengan ukiran sama di pergelangan tangannya.

Tik!

Ino menjentikkan jarinya, Neji tersentak saat mendengar suara itu tepat di samping telinganya, Ino pun perlahan menjauh darinya, dan tato segel di leher Neji dan di pergelangan tangan Ino pun perlahan memudar seiring dengan Ino yang semakin merentangkan jarak antara mereka.

"Ino?"

"Aku melepaskanmu, sekarang kau bebas...tuan penerus klan Hyuuga!" Neji melebarkan matanya tak percaya dengan ucapan Ino.

"Apa maksudmu? Kau membuangku?" protes Neji.

"Pergilah!" Ino berbalik membelakangi Neji.

"Di sini bukan tempatmu!" Ino melirik Neji dari ekor matanya.

Neji mengepalkan tangannya erat-erat sebelum kemudian berdecak kesal dan lenyap dari tempatnya berdiri.

Ino mendesah pelan setelah kepergian Neji.

"Lagi-lagi anda melepas vampir tangkapan anda nona," Ino menoleh ke arah Shizune yang baru masuk ke kamarnya.

"Ini sudah yang ke 99 kalinya anda melakukan hal yang sama." lanjut Shizune.

"Aku tidak butuh vampir egois yang hanya mementingkan nafsu!" kata Ino tajam.

Fakta ketiga Ino

Dia sudah 99 kali mengikat vampir yang menurutnya tampan dengan segel gaibnya, menjadikan mereka pacar atau budaknya dan kemudian melepas mereka begitu saja tanpa penjelasan apapun, belum diketahui kenapa dia melakukan hal itu.

"Nona, anda tidak ke kota?" tanya Shizune sambil menuangkan teh ke dalam cangkir Ino.

"Untuk apa? Aku sedang malas!" jawab Ino sambil menyeruput teh yang dituangkan Shizune tadi.

"Tapi nona...anda bisa merasakan keberadaan mereka kan?" protes Shizune pada majikannya yang masih terlihat santai itu, padahal dia tahu betul majikannya itu menyadari keberadaan Goblin di tengah kota.

"Mereka hanya level rendahan, pasti ada Exorcist lain yang membasmi mereka nantinya." Ino masih bersikap santai.

"Nona...tolong jangan meremehkan keberadaan Goblin biarpun level rendahan!" Shizune menunduk pasrah dengan sikap cuek majikannya.

"Shizune sayang~, apa kau tidak merasa kalau mereka sudah lenyap sekarang?" tanya Ino dengan nada malas, Shizune langsung sadar kalau energi Goblin yang dia rasa tadi telah menghilang, dan dia pun merasa sedikit lega karenanya, namun wanita itu dikagetkan dengan sikap Ino yang tiba-tiba berdiri dengan ekspresi serius.

"A...ada apa nona? Apakah ada Goblin level tinggi? Tapi saya tidak merasakan apapun?" tanya Shizune panik sambil berusaha konsentrasi mencari petunjuk.

"Shizune..." panggil Ino

"I...iya nona?" Shizune penasaran

"Aku merasakan..."

"Me...merasakan apa?" Shizune semakin penasaran.

"KEBERADAAN VAMPIR GANTENG DI KOTA! YUHUUUU VAMPIR GANTEEEENG TUNGGU AKUUUU!" Seru Ino sambil berlari-larian di kastilnya dan merubah dirinya ke mode Exorcist di mana rambut pirangnya memanjang dan mengenakan pakaian serba hitam.

Sedangkan Shizune terlihat membatu melihat sikap Ino barusan, apa lagi setelah mendengar ucapan Ino soal vampir ganteng.

"Astaga nona...kumohon jangan lagi..." kini Shizune hanya mampu meratapi nasibnya sebagai pelayan Ino.

Sungguh dia tak habis pikir, dari mana asalnya sifat seenaknya Ino dan juga sifat gila cowok tampannya itu, atas nama leluhur Yamanaka, dia bersumpah tak pernah ada keturunan Yamanaka yang seabnormal majikannya satu itu, sudah ratusan tahun dia mengabdi pada klan Yamanaka, dan dia baru menemui majikan unik seperti Ino.

Fakta keempat Ino

Antena pendeteksinya akan langsung bereaksi saat merasakan keberadaan cowok tampan, dan akan langsung bersemangat melebihi semangatnya saat melawan musuh kuat.

"Ck, sial!" decak Ino kesal ketika dirinya terlambat dan hanya menemukan sesosok mayat perempuan di sebuah gang sempit di tengah kota, perempuan itu meninggal karena kehabisan darah.

"Vampir itu cepat juga, dia pasti sudah kembali ke Ondergrondse!" gerutunya.

"Tapi lain kali tidak akan kubiarkan lepas khufufu..." Ino berseringai lebar, kemudian melompat tinggi, menapak di setiap balkon kecil di pinggir gedung, dan berlarian di atap gedung-gedung besar di kota.

=oooooo=

"Yuhuu! Ohayo Ino-cha~n!" sapa Shion yang kebetulan bertemu dengan Ino di jalan.

"Ohayo Shion!" sapa Ino balik.

"Bagaimana hubunganmu dengan Neji?"

"Sudah berakhir!" jawab Ino langsung, dengan senyum kelewat manis.

Shion membeku seketika melihat sikap Ino yang begitu santai saat mengatakan hubungan asmaranya telah berakhir.

"Apa-apaan ekspresimu itu sama sekali tidak menunjukkan kekecewaan seorang yang baru saja putus hubungan!" tuding Shion.

"Memangnya kenapa? Toh aku sendiri yang memutuskannya!" kata Ino santai.

"Kenapaaaaaa? Padahal kau beruntung sekali bisa memiliki pacar setampan Hyuuga Neji!" protes Shion.

"Soalnya dia mau menyerangku tadi malam." kata Ino sambil lalu.

"Me...menyerangmu?" tanya Shion tak percaya.

"Padahal dia terlihat cool dan perfect, ma...masa dia begitu sih sama kamu?" tanya Shion dengan wajah memerah.

Padahal kata 'Menyerang' versi Ino dan versi Shion itu berbeda makna, tapi Ino dan juga Shion tak sadar kalau yang mereka pikirkan itu berbeda sehingga menimbulkan kesalah pahaman di antara keduanya.

Di sekolah, Ino kembali bertemu Neji yang kini sudah tidak memakai kaos dalam berkerah tinggi lagi, tentu saja karena tanda kontrak dengan Ino di lehernya telah lenyap tadi malam.

Ino hanya melewati pemuda itu tanpa menyapanya sama sekali, sedangkan Neji hanya bisa menggeram kesal sambil menatap punggung Ino yang semakin menjauh, Shion yang melihat sikap Neji, tentu menyalah artikan sikap pemuda itu yang dia kira kesal karena Ino menolaknya melakukan itu.

*Tolong siapa saja, luruskan kesalahpahaman ini!* (reader: "Elu kan yang bikin nih fic, jadi mestinya elu yang jelasin!")

Kastil Yamanaka

"Nona, malam ini anda ingin makan malam apa?" tanya Shizune sopan.

"Aku mau vampir ganteng..." jawab Ino asal, Shizune sweatdrop seketika.

"To...tolong dijawab dengan serius nona..." kata Shizune yang mulai berlinangan air mata mengingat sikap cuek majikannya.

"Bakilah, aku mau makan malam ala Italia dengan ditemani vampir ganteng!" jawab Ino lagi.

"Kalau begitu kenapa anda mengusir tuan Neji kemarin?" tanya Shizune berusaha sabar akan sikap kekanakan Ino.

"Soalnya dia mau meminun darahku, sebagai seorang bangsawan vampir, seharusnya dia bisa menahan hasrat yang satu itu kan?" sungut Ino kesal.

"Masalahnya darah anda itu langka, jadi vampir manapun pasti akan langsung tertarik untuk mencicipinya nona, sadarlah akan hal itu!" Shizune masih berusaha sabar.

"Tapi dia tidak pernah mau meminum darahku kalau aku tidak memaksanya..." raut wajah Ino berubah menjadi sendu saat mengingat wajah seseorang, atau lebih tepatnya vampir yang pernah dia kenal dulu.

"Tapi tuan muda sudah tidak ada di sini nona, dan tolong berhentilah mencari pelarian, karena saya yakin tidak ada vampir lain yang sama seperti tuan muda." kata Shizune yang tahu siapa 'dia' yang dimaksud majikannya.

=oooooo=

Harajuku 19.00 pm.

Ino berjalan menyusuri pertokoan Harajuku dengan masih mengenakan seragam sekolahnya, dia belum mau pulang karena entah kenapa dia masih ingin bermain-main di pusat keramaian itu.

Gadis pirang itu berjalan-jalan santai sambil berflirting-flirting ria dengan cowok-cowok yang dianggapnya cukup tampan, bahkan pada pria yang sudah memiliki pasangan yang kebetulan lewat atau dia lewati di pinggir jalan, menyulut sebuah pertengkaran di antara pasangan itu, karena si pria kebanyakan langsung tergoda oleh kecantikan Ino.

"Khufufu, aku ini memang cantik..." gumam Ino bangga, sambil menggibaskan rambut pirang pendeknya ke belakang.

Fakta kelima Ino

Dia memang narsis dan suka membanggakan dirinya sendiri, dia juga paling senang menjadi pusat perhatian, kecuali saat dia bertarung, karena dia tak ingin orang-orang tahu kalau dirinya adalah seorang Exorcist.

Ino tersentak saat merasakan ujung roknya ditarik-tarik pelan oleh sesuatu, gadis itu menunduk dan mendapati seorang anak kecil yang kusut tengah tersenyum manis padanya.

"Kakak mau beli permen?" tanya anak itu sambil menyodorkan keranjang kecil usang berisi permen ke arah Ino.

Gadis itu berjongkok di depan anak itu mensejajarkan dirinya dengan sosok mungil yang terlihat rapuh di depannya.

"Kau jual berapa permennya?" tanya Ino lembut sambil mengusap kepala anak itu, senyumpun mengembang di bibir mungil si kecil.

"100 yen saja kak," kata anak itu polos, Ino tersenyum miris melihat anak kecil di depannya.

"Baiklah, ku ambil semua," Ino mengambil semua permen di dalam keranjang itu, kemudian menukarnya dengan 5 lembar 10.000 yen, anak itu terbelalak kaget dengan nominal uang yang ditaruh Ino dalam keranjang kecilnya.

"K…kak, i…ini kebanyakan?" anak itu semakin heran saat tak mendapati keberadaan gadis berambut pirang itu di depannya, padahal sedetik yang lalu gadis itu masih ada di depannya.

Rupanya Ino telah lebih dulu melompat ke atap gedung pertokoan di atas anak tadi, dia sudah tahu anak itu pasti akan bereaksi demikian saat dia memberi sejumlah uang yang terlalu banyak untuk membayar sekeranjang kecil permen tadi.

Gadis itu tersenyum tulus saat melihat anak tadi berlari kegirangan dengan mengantongi uang 50.000 yen darinya, setelah yakin anak tadi lenyap dari pandangannya dia pun berbalik meninggalkan tempatnya sembunyi, kali ini dia berniat untuk pulang.

Ino berjalan menyusuri gang-gang sempit yang mulai jauh dari pusat kota, sebenarnya dia menyadari sesuatu, ada yang mengawasi dirinya sejak dia lepas dari area Harajuku, Ino berseringai tipis di sela perjalanannya, seperti seorang pemburu yang akan mandapatkan mangsanya.

Dan sosok hitam itu kian mendekat saat Ino berbelok di suatu gang sempit dan sepi, Ino membalikkan badannya dan melihat seorang pria tampan berbaju serba hitam, dengan rambut sama hitam yang mencuat ke belakang, dan mata onyx yang menatap tajam ke arahnya.

Harus dia akui, dia sempat terpana saat melihat sosok itu, sampai pemuda itu berjalan mendekatinya pun Ino masih terpana akan sosoknya yang rupawan, mengingatkannya pada seseorang.

Pemuda itu mengulurkan tangan pucatnya menyentuh pipi Ino, kemudian mendekatkan wajah tampannya pada wajah cantik di depannya, kemudian menutup jarak di antara mereka, langkah pertama bagi seorang vampir sebelum memangsa buruannya adalah melumpuhkannya dulu, pemuda itu mencium Ino dengan sedikit menuntut, entah apa yang dirasakan pemuda itu, yang pasti dia tidak tahu bahaya apa yang akan mengancamnya setelah ini.

Ino berseringai di sela ciumannya dengan sang pemuda, dan pemuda itu pun melepaskan ciumannya saat merasakan seringaian Ino di bibirnya.

"Khufufu…sayang sekali kau telah memilih mangsa yang salah!" seringai di bibir Ino semakin lebar, Ibu jarinya mengusap bibirnya pelan, menghapus jejak basah di sekitarnya, kedua matanya berkilat kemerahan seiring dengan aura di sekitar tubuhnya yang berubah berat.

Pemuda itu mundur selangkah, menjaga jarak dari Ino yang kini mulai bertransformasi ke wujud Exorcist.

"Selamat malam vampir tampan!" sapa Ino dalam mode Exorcist-nya.

"Kheh, jadi kau Black Pearl Exorcist yang dibicarakan itu?" decih vampir tampan di depan Ino.

"Khufufu…ternyata aku terkenal juga ya? Aku tersanjung," kata Ino seolah baru tahu kalau dia memang sudah terkenal di dunia Undegruound.

"Kau Exorcist gila yang suka menangkap kaum kami untuk dijadikan mainan kan?" pemuda itu mulai mengeluarkan pedangnya yang memercikkan kilatan listrik.

"Ah~ kejamnya…kau mengataiku gila?" Tanya Ino berlagak terluka.

"Kubunuh kau!" seru vampir itu yang langsung maju menyerang Ino.

Tentu saja Ino langsung menghindari serangan, dan mencabut pistol di kedua sisi pinggangnya, kemudian menembakkan beberapa peluru ke arah vampir yang menjadi lawannya, namun gerakan vampir itu rupanya cukup gesit untuk menghindari tembakan Ino, pria itu melompat melewati atas kepala Ino, kemudian menebaskan pedangnya pada gadis yang berada di bawahnya, namun kembali dapat dihindari.

Ino melompat, dan berlarian di sisi bangunan kosong yang mengapit gang itu sambil menembaki sang vampir yang mengejarnya, kini gadis itu bertolak dari sisi bangunan, melentingkan tubuhnya, dan bersalto ringan ke arah atap gedung, kemudian mendarat dengan tepat di sana dan kembali menembaki vampir tampan itu.

"Kheh, jangan harap aku akan sama dengan vampir-vampir yang pernah kau tangkap sebelumnya!" seru vampir itu sambil menebaskan pedangnya ke arah Ino, namun lagi-lagi dapat dihindari.

"Yaah…aku memang tidak menganggapmu sama dengan mereka kok!" kata Ino santai tanpa rasa takut sedikitpun, padahal dia sedang berhadapan dengan vampir yang sedang marah.

"Kau akan menyesal karena telah meremehkanku!" pemuda itu menghilang dengan cepat, kemudian muncul tiba-tiba di belakang Ino, Ino membelalakkan matanya, terkejut dengan keberadaan sang vampir yang kini berada di belakangnya, gadis itu menoleh namun tak sempat mengghindari serangan, tatapan mereka bertemu, onyx mengunci aquamarine.

"Ugh!"

Entah kenapa vampir itu terlihat kesakitan, pemuda itu kini melompat mundur beberapa meter, menjauh dari jangkauan Ino, dia meremas dadanya sendiri seolah ada sesuatu yang membuatnya sakit dari dalam sana, pria itu mendongak menatap Ino yang masih berdiri tak jauh di depannya.

Sekelebat bayangan muncul dalam memori sang vampir, namun bayangan itu tidak terlalu jelas dia lihat, namun cukup untuk menambah rasa sakit di dadanya, entah apa itu.

Ino menatap heran vampir di depannya, dari posisinya melihat sang vampir, entah kenapa dia merasakan sesuatu yang familiar, sesuatu yang telah lama dia rindukan, sosok vampir yang dulu pernah bersamanya, benar-benar mirip dengan lelaki di depannya itu.

"Kau...kenapa?" tanya Ino ragu.

"Jangan mendekat!" seru vampir itu, menyentakkan Ino yang baru akan melangkahkan kakinya mendekat.

"Aku tidak seperti vampir-vampir lain yang menjadi korbanmu ingat itu!" mata onyx vampir itu berubah warna menjadi merah darah, tatapan mata yang tajam dan menusuk, seolah ingin membunuh Ino saat itu juga, membunuh penyebab rasa sakit di dadanya yang tak pernah dia alami selama ini.

Ino tercengang melihat perubahan aura vampir itu, namun hal itu malah membuat seringai Ino kembali bersarang di bibirnya, dan membuatnya semakin bersemangat untuk memiliki vampir tampan di depannya.

"Khufufu...baiklah vampir tampan, bersiaplah, karena mulai hari ini kau akan kujadikan milikku!" Ino mengarahkan mata pistolnya ke arah sang vampir, dan vampir itu pun mengarahkan mata pedangnya ke arah Ino.

Keduanya pun maju secara bersamaan dan bertemu di titik tengah, vampir itu mulai bersiap menebaskan pedangnya, namun entah kenapa Ino bukannya menembak vampir itu malah melewatkan tangannya di leher sang vampir.

"Magische Zegel!" desis Ino di telinga sang vampir, dan membuat kedua crimson vampir itu terbelalak sempurna.

"Ap...? ARRRGH!"

Ino kembali menggunakan segel gaibnya, vampir itu terlihat kesakitan saat ukiran hitam mulai melilit di lehernya, namun Ino hanya diam saja saat ukiran yang sama tercetak di pergelangan tangan kanannya.

"Khufufu...kau sudah jadi millikku vampir tampan hahaha..." Ino tergelak penuh kemenangan saat segel gaibnya telah terpasang sempurna di leher sang vampir.

Vampir itu berdecak kesal karena dia telah masuk kedalam perangkap sang iblis wanita berkedok Exorcist.

"Jadi, siapa namamu?" Ino merendahkan tubuhnya, mensejajarkan diri degan sang vampir yang masih terduduk.

"Tch, Uchiha Sasuke!" decak vampir yang bernama Sasuke itu, Ino menegakkan kembali tubuhnya.

"Uchiha ya? Um...baru kemarin aku mengusir pria Hyuuga, sekarang aku dapat yang lebih tinggi dari Uchiha klan ya?" Ino tersenyum senyum bangga.

"Aku pasti akan melepaskan segel ini dan membunuhmu!" desis Sasuke, Ino melirik Sasuke lewat ekor matanya.

"Khufufu...menarik sekali, silahkan saja kalau bisa! Karena segel itu baru bisa lepas jika aku menginginkannya atau jika aku mati." kata Ino santai.

"Kalau begitu aku akan membunuhmu!" Sasuke mulai berdiri, menatap Ino yang berdiri membelakanginya

.

"Begitu?" lirih Ino tanpa membalikkan badannya.

Entah kenapa Sasuke merasa ada yang ganjil dengan sikap gadis di depannya, punggung kecil yang dia lihat di depannya itu, terlihat begitu rapuh, namun kuat di waktu yang bersamaan, punggung seseorang yang butuh keberadaan orang lain di sampingnya.

Punggung seorang yang kesepian.

"Nah, ayo kita pulang!" Kini Ino membalikkan badannya, dan mengatakannya dengan senyum ceria dan tulus pada Sasuke.

Harus Sasuke akui, senyum Ino barusan membuatnya seolah kehabisan kata-kata untuk melawan, kehilangan alasan untuk membunuh gadis itu, dan kehilangan akal sehatnya untuk menolak keberadaan gadis yang beberapa waktu lalu dia anggap iblis wanita.

Sasuke menggangguk patuh, kemudian mengikuti kemana arah gadis itu melangkah.

Setelah memakan waktu hampir satu jam, akhirnya merea sampai di kastil Ino.

"Ini rumahmu?" tanya Sasuke sambil menatap sekeliling kastil besar itu.

"Ya." jawab Ino singkat.

"Jauh sekali dari keramaian ya? Padahal ku pikir kau orang yang terbuka, dan suka bersosialisasi," Sasuke menatap punggung Ino yang berjalan di depannya.

"Sebenarnya sih tidak terlalu jauh dari keramaian," Ino menggantungkan kalimatnya.

"Kalau jalan ke arah sana sekitar 5 menit saja sudah sampai di pinggiran kota, juga tempat pertarungan kita tadi khufufu..." Ino menunjuk ke arah kanan sambil menahan rasa gelinya.

"Apa? Jadi untuk apa kau mengajakku melewati jalan memutar sampai sejauh itu hah?" seru Sasuke kesal.

"Hanya ingin mengerjaimu saja." Ino bersiul-siul santai seolah tanpa dosa.

"Kurang ajar! Brengsek! Sial! Perempuan Ibliiiiiis!" geram Sasuke dalam hati sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat, seolah ingin memukul kepala Ino saat itu juga, baru kali ini Sasuke merasa begitu ingin membunuh orang namun tidak bisa dia lakukan.

Setelah sampai di depan pintu Ino disambut oleh Shizune.

"Selamat datang nona..." Senyum Shizune lenyap seketika saat melihat sosok lain di belakang Ino.

"Nona...anda membawa pulang seekor vampir lagi?" desah Shizune yang mulai menyerah dengan kelakuan majikannya.

"Hehehe...kau lihat Shizune, dia tampan kan? Iya kan?" tanya Ino sambil bergelayut manja di lengan Sasuke.

"Le...lepas!" sentak Sasuke yang entah kenapa tergagap seperti itu.

"Tapi sayangnya dia belum jinak Shizune, tapi...aku akan menjinakkannya malam ini juga hohoho..." Ino tertawa bangga sambil menaiki tangga menuju kekamarnya.

"Hh...dasar nona ini..." Shizune menggelengkan kepalanya pasrah, kemudian menengok ke arah Sasuke yang masih berdiri di depan pintu.

"Ah, selamat malam tuan...um..."

"Sasuke, Uchiha Sasuke!" kata Sasuke yang mengerti maksud Shizune.

"U..Uchiha?" ulang Shizune, wanita elf itu menelan ludahnya dengan susah payah.

"Astaga nona...setelah Hyuuga sekarang Uchiha? Apa jadinya nama baik Yamanaka nantinya?" batin Shizune miris.

"Ba...baiklah tuan Uchiha, silakan naik untuk menemui nona terlebih dahulu, saya akan menyiapkan kamar untuk anda." Kata Shizune sambil menunduk sopan, kemudian pergi meninggalkan Sasuke.

Sasuke yang ditinggalkan sendirian malah berpikir, bagaimana kalau dia pergi saja diam-diam, toh tidak ada yang tahu, lalu lain kali sebisa mungkin tidak menunjukkan diri di depan perempuan iblis yang telah menangkapnya dengan segel gaib atau apalah itu.

Sasuke bersiap untuk berbalik untuk pergi.

"Zeehond!"

"Ugh!" langkah Sasuke terhenti, dan kini dia jatuh terduduk sambil memegangi sekitar lehernya yang terasa sesak dan panas.

"A...apa-apaan ini?" pikirnya.

"Kau jangan coba-coba kabur ya! Atau hal itu yang akan kau rasakan jika kau menentangku!" Sasuke menoleh ke sumber suara.

Ternyata Ino tengah berdiri di tengah tangga, menatap Sasuke dengan tajam seolah takkan melepaskan barang berharganya yang akan hilang.

"Kau mengerti? Sasuke?" Ino berjalan menuruni tangga, mendekat ke arah pria yang tengah tersiksa itu.

"Release!"

Dan satu kata dari Ino itu membebaskan Sasuke dari siksaan, Ino berlutut di depan Sasuke, melewatkan lengannya di leher pemuda itu, kemudian mendekapnya lembut, tapi tindakan Ino itu bukannya membuat Sasuke merasa tenang, namun sebaliknya, dia merasa takut, dia takut akan keberadaan gadis itu, aura yang dia rasakan saat ini benar-benar membuatnya bergindik, dia tak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya, tak pernah sekalipun.

"Tolong jangan pergi dariku!" bisik Ino yang membuat Sasuke tersentak, bingung dengan ucapan gadis itu, namun dalam hatinya bergetar.

Dari nada suara yang dia dengar dari bibir Ino, terasa sekali jika gadis itu merasa takut, entah takut karena apa dia sendiri tidak tahu, dan yang bisa dia lakukan sekarang hanyanlah mengucapkan satu kata.

"Maaf..." bisik Sasuke, tanpa dia sadari, kedua lengannya kini membalas dekapan Ino.

=oooooo=

Ino menaiki ranjangnya bersiap untuk tidur, hari ini memang hari yang cukup melelahkan baginya, gadis itu melirik Sasuke yang beriri di samping ranjangnya.

"Kau tidak tidur?" tanya Ino berlagak polos.

"Aku ini vampir, memangnya ada sejarahnya seorang vampir yang tidur malam? Malam hari itu waktunya bagi kami untuk mencari mangsa, dan kau mengacaukan kegiatanku malam ini!" kata Sasuke panjang lebar, sungguh baru pertama kali ini dia berbicara sepanjang itu dalam satu tarikan nafas, dan semua ucapan Sasuke itu hanya ditanggapi Ino dengan rolling eyes saja.

"Ya sudah sana cari makan! Aku mau tidur!" usir Ino tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Lagi pula bukan Ino juga yang sepenuhnya bersalah, Sasuke sendiri juga tidak berhati-hati sehingga dia sampai salah menentukan mangsa, jadinya sekarang keadaan berbalik di mana dialah yang saat ini sedang dimangsa Iblis wanita berkedok Exorcist.

Sasuke menggeram kesal melihat sikap Ino yang kelewat cuek.

"Sedang apa kau di sini? Katanya mau cari makan?" tanya Ino sambil menaikkan selimut untuk menutupi tubuhnya yang hanya terlapisi sehelai dress tidur yang tipis.

"Apa begini caramu memperlakukan vampir kelas atas sepertiku?" geram Sasuke.

"Ah aku tidak perduli soal itu!" kata Ino dengan sikap cueknya.

"Tch, aku pergi!" Sasuke pun menyerah menghadapi mulut tajam si Iblis wanita.

"Tunggu!" Ino menghentikan langkah Sasuke.

"Apa lagi?" Sasuke kembali berbalik.

"Jangan meminum darah wanita muda!" perintah Ino dengan ekspresi datar.

"Apa? Kau gila ya? Lalu kau mau aku meminum darah apa? Laki-laki? Jangan bercanda! Aku masih normal!" protes Sasuke.

"Kau bisa meminum darah hewan atau perempuan tua yang tidak tahu diri di pinggiran kota!" kata Ino santai.

"Kau menyuruhku yang bangsawan ini untuk meminum darah hewan? Kau benar-benar gila!"

"Zeehond!"

"Maaf...maaf...maaaaaf..." rintih Sasuke sambil memegangi lehernya.

"Release!"

Ino bmembalikkan badannya memunggungi Sasuke.

"Tapi darah perempuan tua apa lagi pelacur itu tidak enak," Sasuke masih sempat menggertu, dan setelahnya dia kembali merasakan lehernya tercekik.

"A...aku mengerti!" segelnya pun kembali melonggar setelahnya.

Fakta ke enam Ino

Dia tidak suka dibantah.

Kini Sasuke berada di tengah kota, dia sedang mencari mangsanya, dia benar-benar kelaparan saat ini, gara-gara ditangkap Ino, dia jadi melewatkan banyak waktu untuk mencari mangsa.

Mata onyx Sasuke menangkap sosok seorang gadis manis berambut hitam pendek di tengah kota, rupanya dia ingin melanggar janjinya pada Ino, padahal dia sudah menyetujui syarat dari Ino yang tidak akan meminum darah wanita muda.

"Persetan dengan syarat perempuan iblis itu, toh dia nggak lihat aku meminum darah wanita muda atau bukan!" gumam Sasuke sambil bersiap menangkap buruannya.

Tak berapa lama, gadis incarannya telah terjepit di salah satu gang sempit bersamanya, gadis itu tentu saja tergoda dengan ketampanan Sasuke, wanita mana yang akan tahan jika diundang oleh pria setampan Sasuke.

Vampir itu mulai menunjukkan taringnya, dan gadis itu terbeliak ketakutan, dia baru sadar kalau Sasuke adalah vampir, gerakan gadis itu terkunci, tubuhnya tak dapat digerakkan, seluruh syaraf tubuhnya melemah, dia pun pingsan saat Sasuke mulai mendekatkan taringnya di leher jenjang gadis itu.

Greb!

"Ugh!"

Sasuke tak jadi menghisap darah gadis di depannya, dia heran dengan kondisi lehernya yang kini terasa sesak.

"Ti...tidak mungkin dia tahu?" pikir Sasuke menyangkal kemungkinan yang dia pikirkan.

"Sudah kubilang tidak boleh menghisap darah wanita muda kan Sasuke!" sebuah suara terngiang di kepala Sasuke.

"A...apa? Kau...?"

"Aku punya banyak mata untuk mengawasimu!"

Flap flap flap...

Seekor kelelawar melintas di depan Sasuke.

"Tch, kau benar-benar licik!" degus Sasuke.

"Khufufu...kalau tidak begitu aku tak kan bisa mendapatkanmu!" kata Ino sama sekali tak tersinggung dengan ucapan Sasuke.

Cengkraman di leher Sasuke pun mengendur, mungkin Ino telah melepaskan belenggu segelnya.

"Pulang sekarang!" perintah Ino.

"Apa? Aku sama sekali belum mendapat mangsa kau tahu?" protes Sasuke.

"Kubilang Pulang Sekarang!" perintah Ino lagi, kali ini menambah penekanan di setiap kata.

"Baiklah baiklah!" Sasuke menyerah dengan kekeras kepalaan Ino, dia pun bersiap kembali ke kastil Ino dengan perut kosong.

Saat Sasuke baru mendarat di balkon kamar Ino, dia sudah ditunggu oleh Ino yang tengah menyodorkan segelas penuh cairan berwarna merah kental, dia tahu apa itu, namun dia tetap bertanya untuk memastikan.

"Apa ini?" tanya Sasuke ragu.

"Darah, kau bisa lihat sendiri kan?" Ino menelengkan kepalanya, kedua tangannya masih menyodorkan segelas darah pada Sasuke yang mengernyit heran.

"Tenang saja, tak ada racunnya kok." Ino meyakinkan Sasuke dengan senyum manisnya.

Sasuke pun menerima gelas itu dengan sedikit ragu, kedua mata onyxnya melirik curiga pada gadis di depannya.

"Kau tidak percaya padaku?" tanya Ino sedikit kecewa akan sikap Sasuke.

"Ti...bukan...baiklah kuminum sekarang!" Sasuke mulai menegak isi gelas itu dan menuntaskannya hingga tak bersisa.

Ino tersenyum menatap Sasuke yang kini menyodorkan kembali gelas kosongnya, kemudian menyeka sudut bibirnya yang belepotan darah.

"Bagaimana enak?" tanya Ino.

"Lumayan." jawab Sasuke.

Ino pun kembali masuk ke dalam kamarnya, diikuti Sasuke di belakangnya.

"Katanya kau mau tidur?" tanya Sasuke sambil melepas baju bagian atasnya, dia merasa benar-benar kepanasan setelah mencari mangsa dan akhirnya tidak dapat, kemudian harus kembali lagi ke kastil dengan perut kosong, meskipun kemudian dia disuguhi dengan makanan yang lumayan enak menurutnya, tapi tetap saja dia sudah terlalu banyak mengeluarkan keringat untuk perjalanannya tadi.

"Sudah kenyang?" tanya Ino tanpa menjawab pertanyaan Sasuke, kini dia kembali ke ranjangnya.

"Belum!" jawab Sasuke asal.

"Begitu?" Ino menyamankan posisinya di tempat tidur, Sasuke hanya menatapnya tanpa berkedip, suasana kamar yang remang-remang itu membuat pikiran Sasuke terkontaminasi oleh pesona Ino, namun dibuangnya jauh-jauh pikiran itu, jika dia beruntung, dia masih bisa melihat bulan purnama besok malam jika dia menurut pada gadis itu, dan mengesampingkan pikiran kotornya.

"Kemarilah!" Ino mengulurkan tangannya ke arah Sasuke, pemuda itu hanya menurut saja dengan apa yang Ino perintahkan, pria itu hendak menyambut tangan Ino, tapi gadis itu malah menepiskan tangannya, kemudian menarik tubuh Sasuke hingga pria itu kini menindih tubuh Ino.

"Kau boleh...meminum darahku," bisik Ino, gadis itu memejamkan matanya saat merasakan bibir Sasuke tak sengaja menyentuh lehernya.

Sasuke sendiri merasakan desiran aneh di dadanya saat Ino berbisik tepat di telinganya.

Pemuda itu mengangkat kepalanya, menatap lurus mata aquamarine Ino yang terlihat lebih gelap karena minimnya penerangan di dalam ruangan itu.

Entah kerena dorongan dari mana, Sasuke mulai mendekatkan wajahnya pada wajah cantik di bawahnya, kemudian memangut bibir merah muda milik Ino, langkah pertama sebelum meminum darah korbannya.

Namun setelah cukup lama, Sasuke tak juga melepaskan ciumannya, dia seolah terbius oleh kelembutan bibir Ino yang menyentuh miliknya, dia bahkan lupa dengan tujuan awalnya yang ingin menegak habis darah Ino, kemudian dia sendiri bebas dari kekangan perempuan iblis itu.

Tapi apa yang dia lakukan sekarang malah jauh melenceng dari rencana semula, sejak menatap ke dalam aquamarine Ino tadi, dia seolah terhipnotis oleh pesona tatapan gadis itu, membuat otaknya tak mampu bekerja dengan baik, membuat seluruh tubuhnya tak dapat bekerja sebagaimana mestinya, melumpuhkan semua sistem syarafnya, yang dia tahu hanyalah keinginan untuk menelusuri lebih dalam sang pemilik mata indah itu, persetan dengan bulan purnama besok malam, mati sekarang pun tak masalah baginya.

Kini lengan Sasuke mulai melingkar di pinggang Ino, ciumannya pun berlaih ke kelopak mata pucat Ino, yang menyembunyikan keindahan kristal aquamarine yang menenggelamkannya tadi, kemudian mulai turun ke pipi porselen gadis itu, lalu turun lagi ke arah leher jenjang Ino, pemuda itu menghirup dalam-dalam aroma floral gadis dalam dekapannya, kantukpun mulai memberatkan matanya, dia terlalu menikmati aroma ini, aroma yang membuatnya merasa begitu nyaman saat menghirupnya.

"Aku…belum tahu siapa namamu…" bisik Sasuke yang masih menenggelamkan wajahnya di sela leher Ino.

"Aku Ino, Yamanaka…ngh…Ino…" jawab Ino dengan susah payah, karena dia harus menahan berat tubuh Sasuke yang menindihnya, juga menahan sensasi hembusan nafas Sasuke di tengkuknya.

"Ino…boleh kupanggil begitu?" tanya Sasuke lagi dengan setengah sadar karena kelopak matanya sudah terasa berat sekali saat ini.

"Ya."

Dan Sasuke pun tertidur seiring dengan jawaban terakhir Ino tadi, Ino memiringkan kepalanya, menatap wajah Sasuke yang tertidur, kemudian dengan sedikit usaha, gadis itu bergerak menyingkirkan tubuh Sasuke dari atas tubuhnya, hingga saat ini mereka berhadapan dengan posisi miring, Ino menatap wajah pemuda itu lekat-lekat, kemudian menyingkirkan helaian rambut hitam Sasuke yang menutupi paras tampannya, senyum tipis tersungging di bibir Ino, dia pun kini menyamankan diri tidur berbantalkan lengan Sasuke.

Keesokan harinya, saat Shizune masuk kekamar Ino untuk membangunkan majikannya itu, dia melihat pemandangan yang langka.

Ditatapnya sosok kedua orang majikannya yang tengah tidur dengan posisi saling mendekap itu, baru kali ini sejak 2 tahun yang lalu, dia melihat Ino tidur senyaman itu, senyum lembut pun tak dapat dia sembunyikan.

"Semoga kali ini akan bertahan lama!" Shizune berdoa untuk kelancaran hubungan kedua majikannya itu.

Chapter 1 end

Nah minna, ini fic Sasuino yang saya janjikan lewat fic Promise saya chapter 14 kemarin

Bagaimana?

Gaje kah?

Apakah fic ini layak untuk dilanjutkan? Atau saya delete saja?

Apakah ratingnya tetap T atau dirubah jadi M?

Mohon pendapat kalian, silahkan masukkan pendapatnya lewat review ^_^

*Salam Cute*