Yusha'Daesung AyamLvJidat™

Mempersembahkan


Menjalani sebuah hubungan yang hampa, namun kau kalah telak saat sadar bahwa telah terperosok jatuh dalam sebuah permainan yang menyakitkan. Saling menyakiti, satu sama lain.


Egoisme

Naruto © Masashi Kishimoto

Sasuke × Sakura

With

Alternative Universe story, typo(s), OOC.

Enjoy with this one


Gadis itu meringkuk menekuk lutut dengan duduk menyamping di ujung jendela rendah pada pojok dari kamarnya, matanya menerawang menatap kilauan redup senja kala itu. Hening. Hanya terdengar sesekali suara kicauan sekawanan burung yang tampak akan kembali ke sarang mereka.

Hampa matanya, sama seperti kondisi hatinya saat ini, mempunyai seseorang special harusnya mampu membuat gadis ini senang dan tak kesepian. Kenyataan memang kadang- oh tidak, kenyataan memang selalu memilihnya, apalagi itu sebuah kenyataan buruk.

Kenapa tampak seperti ini. Dia menjadi bodoh, lemah, cengeng, sekaligus senang saat menjalin hubungan dengan pemuda itu. Menyedihkan. Bahkan dia rela menjadi pertama yang diduakan oleh si pamuda es itu. Rela diam saat pemuda itu mengacuhkan, tak menanyakan kabarnya, menegurnya bahkan saat pemuda itu tak menganggap ada status mereka dan menduakannya secara terang-terangan dihadapan si gadis.

Ia sudah lelah namun enggan berhenti. Hubungan ini terikat, dan mengikat dirinya untuk pergi. Sudah berkali, Ia mencoba mengakhiri hubungan menjenuhkan ini, namun selalu berkhir sama. Pemuda itu melarangnya, bahkan mengancam akan mengakhiri hidup dirinya dan juga hidup si gadis. Mengancam rupanya? Sedang selama ini, gadis itu tak pernah barang sekalipun bisa melihat sebuah ketulusan tiap kali emerald dan onyx itu menyatu.

Tidak. Dia tidak pernah ingin menangis lagi, tepatnya, Ia lupa berapa kali pemuda itu sudah berhasil meremuk redamkan perasaanya. Membuatnya menangis dalam diam sepanjang malam.

Haruno Sakura bukan gadis yang buruk, dia cantik dan memiliki nilai baik. Mungkin itu alasan kuat Uchiha Sasuke menembaknya dulu. Sekalipun tersakiti, gadis itu tak pernah mau menunjukkan airmatanya di depan orang lain, Ia akan memilih tersenyum namun dengan raut getir.

Terdengar helaan nafas berat dari arahnya, gadis itu bangkit dan menutup gorden jendelanya. Kemudian membaringkan diri sembari bergumam dalam sunyi. "Kau sedang apa, Sasuke?"


Dentuman sepatu bergema di sepanjang koridor, nampak terburu-buru dengan langkah besar. Itu Sakura, tokoh utama kita. Akibat begadang memikirkan sang kekasih, Sakura lambat menuju kelas pertamanya. Gadis itu berharap, semoga saja si guru music itu akan memakluminya jika Ia sedikit mengarang cerita. Keringat sudah mulai meluncur pelan di pelipisnya.

Ia menghela nafas cepat, sebelum membuka sepasang pintu kembar di hadapannya.

KRIEET

Seluruh pasang mata di kelas music itu spontan menatapnya, ada yang mengernyit aneh, bingung sekaligus khawatir.

"Ku harap kau bisa memberikan alasan yang tepat untuk keterlambatanmu yang kesekian kalinya ini, nona Haruno?" sang guru bersidekap, menyurung kaca matanya, membenarkan letaknya. Ia menatap tajam Sakura dengan posisi kaki santai.

Menelan salivanya, gugup bercampur lelah, Sakura mencoba menjawab. "Maaf. Saya lupa menyetrika baju saya-" gadis itu melirik si guru, menunggu respon. Namun nihil, Ia melanjutkan. "-dan saya baru menyetrikanya pagi ini."

Masuk akal kah?

Kelas tertawa. Dengan deheman keras dari sang guru membuat kelas itu kambali bungkam.

Guru barambut merah itu hanya mendengus, menanggapi alasan Sakura yang kali ini nampaknya semakin tidak masuk akal. "Alasan aneh. Untuk itu, kau ku tugaskan mebuat sebuah rangkuman sejarah music dari eropa-" Sakura mengangguk pasrah, "-setebal mungkin –dan pastikan, itu lengkap!"

"Baik guru Kurenai!"


Hari ini Uchiha Sasuke tengah berduduk santai pada bangku kantin dengan teman-teman sekumpulnya. Berkali Ia menatap layar handphonenya yang tampak sepi dari pesan-pesan mengganggu. Perasaan was-was tiba-tiba saja muncul, Ia bergumam 'Sial' dengan nada dalam menggeram saat tahu, bahwa si kekasih belum mengabarinya sampai sekarang.

"Kenapa gelisah begitu, kau?" salah satu dari temannya menyenggol lengan Sasuke, Ia menarik ujung alisnya. "Menunggu kabar dari pacarmu yang keberapa?" lanjutnya, mengejek.

Pemuda bergaya rambut raven itu hanya mendengus, menyambar minumannya. Tampaknya moodnya kali ini tengah runtuh karena si gadis. Demi Tuhan, ini kali pertama gadis itu tak memberinya kabar. Dan Sasuke bersumpah, kelas sastra selesai, maka Ia akan segera meminta penjelasan akan ini. Tidak! Gadis itu miliknya, hanya miliknya.


"Alasanmu tadi benar-benar nampak bodoh, jika kau tahu." Gadis itu melirik si sobat, yang berjalan di sampingnya. "Ya, andai guru bodoh itu Kakashi, mungkin Ia akan percaya pada kilahanmu Sakura?" Ia mengulum senyum.

Di sebelahnya, Sakura mendengus keras. "Hentikan Ino. Kau membuatku merasa kian bodoh." Sahutnya, jadenya berputar bosan.

Keduanya memasuki ruang melukis, Ya ini kelas lukis. Jika kau masuk ruangan ini, maka wangi pekat cat air-lah yang tertangkap oleh ruang pembaumu. Sebuah ruangan besar dengan deretan papan yang di letakan memutar di sekitar ruangan. Di tengah, terdapat satu buah papan yang juga lengkap dengan sebuah penyangga. Pemandangan di luar-pun tampak begitu indah, sebuah taman pada sekeliling gedung. Apalagi ruangan ini dikurung oleh bingkaian kaca yang tipis, membuatmu langsung dapat menikmati pemandangan yang tersaji.

Masing-masing siswa- dan siswi membawa persiapan mereka masing-masing. Mendudukan diri pada bangku.

"Ino!" Sakura memiringkan tubuhnya kearah Ino yang ada di sebelah dari tempat duduknya, berbicara dengan nada setengah berbisik. "Nanti aku mau cerita, kita pulang bereng ya?" ajaknya, menatap kanvas Ino yang yang mulai tercoreng dengan gerakan kecil dari kuas dan paduan warna dari si pemilik.

Tanpa menoleh, Ino bertanya. "Tentang apa?" tangannya masih asik menggores kanvas, membuat sebuah garis dari ujung ke ujung membentuk gundukan.

"Nanti saja, mau kan?"

"Iya, iya." Sahut Ino.

Sakura menarik diri, menatap kanvas kosong di hadapanya. Menghela nafas, gadis itu mulai menggerakan kuas kecilnya.

"Gambarkan, apa yang kalian rasakan!"


Pemuda berambut coklat itu tersenyum menatap layar lcd netbook apple miliknya. Di layar itu terpampang jubelan foto dari gadis yang sudah lama di taksirnya. Sebuah situs pertemanan online dengan nama facebook, menampilkan halaman album milik Haruno Sakura.

"Kapan kau putus dengan si berengsek itu, manis." Gumamnya, geli saat menyebut kata si brengsek.

Hyuuga Neji, anak satu sekolah Sakura yang sudah lama memendam rasa pada gadis cantik itu. Bukannya takut pada Uchiha tolol itu, Neji hanya tidak ingin, dicap sebagai perusak hubungan orang. Tapi, Bukankah Sasuke tampaknya juga tak serius pada Sakura gadisnya, heh. Dan tidak masalah bukan, jika Ia menyelinap masuk dalam lingkaran itu?

"Kau mau aku bagaimana, manis?" Jemari telunjuk kanannya menyentuh layar lcd, menyusuri sebuah foto gadis cantik yang tengah tersenyum padanya. "Apa?" Ia bergumam kecil sembari menopang dagu, lalu tersenyum. " Kau mau aku mengejarmu, heh?" tanyanya entah pada siapa.

Dan sebuah seringai. "Permintaanmu dikabulkan, my golden princess."


Berjalan tergesa, Sasuke langsung menuju parkiran, guna menunggu Sakura di sana. Kenapa Ia tidak datang saja ke kelas si gadis?

Oh, ayolah, Sasuke malas melakukan itu. Tepatnya, Ia malas ditatap oleh sobat blondie Sakura, yang –kalau tidak salah bernama Ino. Entah apa, Sasuke merasa risih saja. Gadis itu cantik sih cantik, tapi tatapannya seolah ingin membunuhnya, menerkamnya. Mungkin dendam pribadi, heh? Tak tahu dendam apa.

Ia menggeram, melirik jam tangan digital yang melingkar pada tangan kirinya. Tubuhnya menyandar pada force merah miliknya. Lama sekali, pikirnya gusar. Ia berjalan mondar-mandir, sembari menggerutu tak jelas. Kesal? Oh tentu saja. Seingatnya, Sakura belum pernah seperti ini sebelumnya. Apa gadis itu marah padanya, ya? Oh tidak, tidak. Sakura tidak punya hak atas dirinya. Tapi, Ia punya hak kuat atas diri Sakura. Begitu aturan mainnya, dan gadis itu harus mengikuti aturan, jika Ia tidak ingin tamat dengan kekalahan atau kematian mungkin?

"Kemana gadis sialan itu?"


Ino mendelik ke arah Sakura, saat gadis itu menyeretnya keluar paksa dari wilayah sekolah setelah pelajaran resmi usai. Padahal bel baru berdentang sesudahnya.

"Kau pasti bertengkar lagi dengan si Sasuke itu? Iyakan?" Tanya Ino, menyipit berkacak pinggang.

Sakura mengatur nafasnya yang terengah, menghembuskannya perlahan lalu membuka suara. "Tidak!"

Ino mengernyit, "lantas?"

"Tidak di sini Ino-" Sakura celingukan memperhatikan sekitar, dan itu sebuah jalan yang penuh dengan anak satu sekolahnya yang lain. Bukankah suatu tempat yang tidak nyaman digunakan untuk bicara? "-kita di kedai ice cream saja Ino, aku yang traktir."

Dan Ino hanya mengangguk. "Terserahmu sajalah." Dan Sakura kembali menyeretnya beranjak dari sana.


"Tunggu!" Sasuke mencengkram lengan seorang gadis berambut coklat. "Kau lihat Sakura?"

Gadis itu menggeleng cepat dengan wajah merona.

Sasuke melepaskannya. Namun si gadis hanya cengok di tempat, memandang Sasuke.

"Apa yang kau lihat! Pergi sana!"

Dan gadis itu dengan langkah cepat pergi dari sana.

"Rrrghh!" Sasuke menendang pintu mobil itu dengan geram. Sakura sudah mulai menentang dan membohonginya. Demi Tuhan! Sasuke membenci ini.

Dengan cepat, Ia merogoh kantong celananya, mengambil handphone dan mengetikkan sebuah pesan singkat pada Sakura.


Sakura menyinduk ice screamnya dengan sendok kecil bening biru dan mengemutnya, membiarkan rasa choco cream khas melumer dalam mulutnya.

"Kau berniat memutuskannya?" Selidik Ino, mengaduk gelas gembung berisi ice vanilla itu. Ia tak percaya akan ini, dan juga kurang bisa mempercayainya. Tapi melihat raut serius Sakura, tampaknya keputusan final itu keluar juga, dan itu mengurangi kekhawatirannya pada sahabat pink peach-nya ini. Tak perlu ada death glare lagi pada pemuda brengsek itu, benar-benar tak penting. Dan tentunya Ino tidak usah bersusah payah lagi mengingatkan Sakura yang tiap kali datang menangis padanya, mengingatkanya bahwa tak perlu susah-susah menangis untuk si brengsek Uchiha itu.

Mengangkat bahu, Sakura mengangguk dengan raut cueknya. "Ya." Jawabnya tanpa keraguan sedikitpun.

Ino menyeringai, menepuk pundak Sakura yang ada di seberang mejanya. "Bagus. Kali ini kau tampak pintar dengan keputusanmu."

Kenapa Sakura mengambil keputusan ini? Ya, ya. Hasil dari pemikirannya tadi malam adalah, ini. Sakura sudah lelah. Masa bodoh pemuda itu akan membunuhnya, tapi jadi –lebih baik jika pemuda itu lebih condong membunuh dirinya sendiri. Bukankah itu lebih menguntungkan, heh? Dengan begitu, kaum hawa yang dipermainkannya akan tenang bukan?

Perasaan itu memudar perlahan, atau bahasa melankolisnya terkikis rasa benci yang mendalam. Gadis bodoh! Mau-maunya dia terperangkap dalam kata-kata Sasuke yang membuatnya hangat hanya dalam sekejap lalu hilang. Rela diduakan, di acuhkan, dan juga dibentak. Oh, oh, oh. Sakura kau gadis yang benar-benar malang jika diingat-ingat.

Sakura melirik layar handphonenya yang berkedip-kedip dan bergetar pelan di meja. Gadis itu membuka pesan singkat itu, lalu mendengus keras. Detik berikutnya, gadis beriris hijau cerah itu manggeletakkan begitu saja handphonenya.

"Dari siapa?" Tanya Ino, menarik alis kirinya. Gadis blondie itu menarik selembar tissue dari sebuah kotak.

"Sasuke. Dia marah saat tahu aku kabur darinya." Jelas Sakura.

"Terus? Apa tanggapanmu?" tanyanya, sembari mengelap menyelidik pada raut Sakura yang nampak tak terbaca.

Mengangkat bahu, "apa peduliku? Dia ya dia, aku ya aku" sahutnya dengan nada cuek.

Kali ini, Ino tertawa, kemudian menatap Sakura salut. "Aku suka kau yang seperti ini, Saku. Kau terlihat kuat!"

Sakura hanya tersenyum damai. Pertama dalam hari-harinya Ia kembali tersenyum tulus seperti ini, dan Ia yakin. Setelah ini, keadaan akan berbalik.


Geram, mata onyx itu menatap tajam pandangan di depannya. Lalu menoleh pada rumah Sakura –ya Sakura hidup seorang diri di kota ini. Orang tuanya ada di Suna mengurus perusahaan keluarga Haruno yang ada di sana.

Masih sunyi, dan dia sudah menunggu selama empat jam lebih. Itu cukup membuatnya kesal bukan kepalang pada Sakura. Sampai matanya menangkap Sakura yang tengah berlari setengah melompat-lompat kecil kearahnya. Pemuda itu turun dari mobil, mencegatnya

BLAM!

"Dari mana saja kau!" selidik Sasuke mengamati Sakura.

Gadis itu menghentikan langkahnya tepat di hadapan Sasuke. Bukannya menyahut, Ia malah memilih diam.

"Jawab aku!"

Mata Sakura berputar bosan, jenaka. "Apa masalahmu?" jawabnya acuh.

Sasuke tersentak. Menatap tajam Sakura, yang kini menyalak balik menatapnya. Tangannya mencengkram pundak Sakura. Tapi kali ini berbeda, Sakura nampak tak gentar sedikitpun pada sepasang onyx itu. "Kau. Dari mana, Haruno Sakura?" geramnya.

Seolah tak perduli, Sakura melengos menyingkirkan lengan Sasuke. "Lepas, bodoh!" kecamnya, tanpa ragu. "Mau kemana aku, itu hakku. Dan aku, tidak sudi di atur-atur olehmu!" ucapnya setengah berteriak tertahan.

"Kau kekasihku. Dan kau adalah hak mutlak untukku!" balas Sasuke.

Sakura memutar bola matanya bosan menanggapi Sasuke. Sok-sok mengatur rupanya, heh?

Pemuda raven itu mendengus, tertawa mengejek. "Inilah akibat kau bergaul dengan gadis blondie murah temanmu itu." Ejeknya. Membuat Sakura menyipit berbahaya ke arahnya.

"Jaga mulutmu brengsek! Kau yang murahan, dan seharusnya jika kau punya otak kau akan sadar akan itu!" Makinya sembari menunjuk-nunjuk Sasuke.

"Kau bilang apa tadi, heh?" Sasuke mencengkram rahang Sakura. Matanya berkilat marah. "Sejak kapan kau berani seperti ini? Kau berani sekali mengataiku hah!" nadanya merendah penuh emosi.

Sakura menggeleng tidak berkata apapun. Wajahnya memerah menahan tangis, akibat rasa sakit dari cengkraman itu.

Sasuke sadar akan itu, Ia melepas cengkaramannya dan beralih memeluk Sakura sembari berucap. "Maaf. Aku hanya tak ingin ditentang olehmu, kau adalah milikku!" Ia memeluknya erat.

Selalu seperti ini, Sasuke selalu melakukan ini di saat merasakan sikap kasarnya keterlaluan. Dan itu membuat keputusan Sakura hampir saja goyah. Tapi Sakura sudah membulatkan tekadnya.

"Kau dari mana saja?" Tanyannya melembut, mengusap lalu mencium puncak kepala Sakura. "Aku menunggu sampai berjam-jam, kau tahu" lanjutnya setengah berbisik, namun terdengar jelas oleh Sakura.

Sakura tak menjawab, mendorong Sasuke pelan. Membuat pemuda pemuda itu melepas paksa pelukannya.

"Maaf-"

"-kita sampai di sini saja Uchiha." Sakura menatapnya tanpa ada keraguan terpatri di sana. "Dan kau bisa melepaskan aku sekarang." Sambungnya.

Ada apa ini? Kenapa meminta putus seperti ini, bukankah selama ini hubungan mereka baik-baik saja? Ya- walau Sasuke sendiri juga tahu bahwa di sini, pihaknya-lah yang salah dan Ia sadar akan itu. Tapi jujur, perasaan Sasuke mengatakan ini tidak boleh terjadi, apapun caranya Ia akan membuat Haruno itu terus melihat dan mengaguminya. Apa itu semua karena Sasuke mencintainya? Entahlah.

"Apa alasanmu?"

Menghela nafas. "Sekalipun kau putus dariku, kau masih punya yang lain. Dan ku pikir, berakhirnya ini tidak mempengaruhi hidupmu, Uchiha." Sahut Sakura sembari menatapnya datar, seolah tanpa merasakan hal apapun saat melafaskannya.

Sasuke mendengus, "Heh. Kau pikir kau bisa lari dariku?" Tanyanya, "kau tahu bukan apa akibatnya?"

"Bunuh saja aku!" tantangnya dengan tanpa takut.

Menyeringai. "Kau akan menyesal, Haruno!"

"Tidak!" Sakura menggeleng dengan wajah tersenyum. "Aku akan bahagia setelah ini, dan kau!-" telunjuknya mengarah tegak pada Sasuke yang menatapnya datar.

"-akan menderita dalam permainanmu sendiri!"

Detik berikutnya, Haruno Sakura sudah melenggang pergi ke kediamannya. Meninggalkan Sasuke yang dengan geram mencengkram rambut deep blue-nya. Haruno Sakura tadi baru saja menyumpahi dirinya. Biar bagi Sakura hubungan ini berakhir tapi tidak bagi Sasuke.

Karena Haruno Sakura si tunggal, hanya milik Uchiha Sasuke si bungsu yang terkenal playboy.

TBC


-engingeng- Tadaaaaaaa . . . . AO –salamalateletubies- Yusha bikin fict baru lagi, ini anggap aja cerita pengganti dari perjodohan yang udah 'the end' semoga berkenan dan nggak bosen ya, tiap liat –atau baca cerita-cerita punya Yusha ^_^

Maaf kalau ada yang bingung sama deskrip Yusha –yang nggak tahu kenapa banyak berputar-putar dan nggak jelas. Maklum masih pelajar-?-

Buat yang nunggu AyamLvJidat, MAAF! Fanfict itu jadi terlantar. Tapi janji deh, beberapa hari ke depan bakal updet, jadi di tunggu yaw-siapayangmaununggucoba?-

Kalau bahasanya agak kasar juga maaf ya, bahasa itu agar mendukung sikon aja kok

Yuph! Akhir kata, terimakasih banyak sudah membaca!

Boleh minta ripiunya nggak?

Keep or Delete