Disclaimer : Bleach © Tite Kubo.

Putri Tidur © Yanz Namiyukimi-chan.

Warning : AU, OOC, typo(s), gaje story, MiniChapter, Special Fic For Celebration of IchiRuki's Day.

Summary

Ichigo adalah seorang playboy yang paling diincar. Untuk pertama kalinya dia dicuekin oleh seorang gadis yang ternyata adalah seorang maniak TIDUR!

COMPLETE

.

.


.

.

Seorang gadis bertubuh mungil berjalan lesu menuju kelasnya. Langkah mungilnya menyusuri setiap koridor sekolahnya dengan pelan. Mengabaikan bisik-bisikkan dan tatapan aneh para siswi yang tertuju padanya. Rukia tidak peduli. Toh, ia memang merasa bahwa dunia ini hanya miliknya sendiri.

"RUKIAAA!" suara teriakkan Senna masuk ke gendang telinganya dengan jelas.

Tak jauh di depannya, Senna berlari menghampirinya.

"Rukia, apa itu benar? Apa berita itu benar?" tanya Senna sambil mengguncang-guncangkan tubuhnya dengan tenaga yang tidak terkontrol. Membuat seluruh tubuh Rukia bergoyang liar.

"Rukia jawab aku! Apa berita itu benar?" tanya Senna untuk kesekian kalinya. Suaranya terdengar setengah memekik histeris. Rukia tidak tahu apa yang terjadi pada salah satu temannya ini. Yang jelas ia menangkap raut wajah Senna yang menggambarkan rasa ketidakpercayaan yang luar biasasyoklewat kedua mata sayunya.

"Kau ini bicara apa sih? Berita apa yang kau maksud?" seru Rukia dengan nada malas.

Seketika itu, Rukia merasakan sebuah tarikkan cepat di pergelangan tangannya. Kemudian ia diseret-seret dengan ketidakperimanusiaan oleh Senna.

Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kelihatannya heboh sekali?

Senna menyeret Rukia menyusuri koridor sekolah mereka. Melewati belasan siswi-siswi yang masih berbisik-bisik dan memberinya tatapan aneh. Memaksa gadis mungil itu untuk menggerakkan kaki-kaki mungilnya dengan cepat. Membuat Rukia bertanya dalam hati. Sebenarnya apa yang terjadi? Ia tak pernah melihat reaksi Senna yang seheboh ini.

Ah, nanti juga ia akan tahu. Pikir Rukia setengah tidak peduli.

Akhirnya mereka sampai ke sebuah ruangan yang ternyata adalah ruang kelas mereka sendiri. Tapi Rukia merasa aneh. Kenapa kelasnya ramai sekali?

"Kau?" Rukia mengernyit saat memasuki kelasnya.

Oh… pantas saja kelasnya begitu ramai. Ternyata kelasnya sedang mendapat kunjungan dari salah satu pangeran sekolah.

Di sana. Di dalam kelasnya terdapat pria tampan dengan rambut orangenya yang begitu dipuja oleh para gadis.

Ichigo Kurosaki sedang terdiam duduk di atas bangku meja paling depan di kelasnya. Pria yang mendapat julukan 'Jeruk Berjalan' itu tersenyum saat melihat sosoknya. Seolah Ichigo memang sedang menunggu kedatangan Rukia. Menyunggingkan senyuman yang terlihat tebar pesona.

Tapi sedang apa Jeruk Berjalan itu berada di kelasnya?

"Ternyata kau sudah datang, My Princess," serunya sambil menghampiri Rukia.

"Apa yang sedang kau lakukan di kelasku?" tanya Rukia ketus.

Rukia mengernyit tidak suka saat mendengar cara Ichigo memanggilnya. Terkesan manis tapi juga mengklaim mengingat mereka memang tak mempunyai hubungan yang spesial.

Bertemu pria berambut orange itu membuat Rukia kembali teringat akan kejadian kemarin. Walaupun Rukia tidak ingat dengan jelas seluruh kejadian kemarin, tapi yang jelas pria yang ada di hadapannya adalah pria yang menyebalkan. Ia telah mengganggu kesenangannya di ruang musik kemarin.

"Hanya mengucapkan selamat pagi padamu," seru Ichigo ringan.

Cup!

"Ohayou," Ichigo memberi senyuman mautnya pada Rukia.

"KYAAAAAAA!"

"GYAAAAAAA!"

"AAAAAAAAA!"

Seketika suasana menjadi riuh. Pekikkan dan teriakkan histeris tak rela terdengar para siswi.

Rukia membelalak tak percaya dengan apa yang Ichigo lakukan padanya. Rukia tertunduk dalam. Wajahnya sudah merah padam. Tubuhnya bergetar dan kedua tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. Dan jangan lupa asap yang menguap dari kepala Rukia. Melihat itu Ichigo tahu jelas, gadis mungil itu bukan sedang menahan malu melainkan, menahan amarah yang siap meledak kapan saja.

Hei, memang siapa yang mau dicium pagi-pagi oleh lelaki yang baru saja yang ia kenal? Terlebih lagi orang itu adalah orang menyebalkan bagimu.

"Apa yang baru saja kau lakukan padaku?" tanya Rukia menggeram. Aura dingin yang menusuk membawa suasana tegang di sekitarnya.

"Menciummu. Masa kau tidak tahu?" Ichigo tersenyum geli melihat reaksi Rukia yang menurutnya terlalu berlebihan.

"Kau tahu apa yang harus bayar karena telah merebut ciuman pertamaku?" tubuh Rukia semakin bergetar menahan amarah. Apalagi melihat sikap Ichigo yang sama sekali tidak merasa bersalah. Dasar playboy terkutuk, Rukia membatin. Ingin sekali ia melenyapkan pria itu selamanya dari muka bumi ini.

Aura hitam yang terasa semakin pekat membuat orang-orang di sekitarnya mengeluarkan keringat dingin dan juga ada yang sampai pingsan tak kuat merasakannya karena memberikan tekanan batin yang luar biasa. Bahkan Senna pun hanya bisa mengigit jari.

'Ini bisa gawat…' batin Senna begitu merinding.

Hei, memang siapa yang bisa terima jika ada pria yang bukan siapa-siapamu mengambil ciuman pertamamu?

"Itu bukan ciuman pertamamu."

Cring!

Seketika aura hitam yang pekat itu menghilang begitu saja. Malah digantikan oleh aura polos yang membuat orang-orang gemas.

"Apa maksudmu?" tanya Rukia dengan wajah datar. Memiringkan kepalanya dan menatap bingung meminta penjelasan kepada Ichigo.

Bulir-bulir sweatdrop muncul di sisi kepala Ichigo. Ia benar-benar baru bertemu gadis yang seperti ini. Kemana aura hitam yang mampu membuat orang-orang bergidik ngeri tadi?

Ichigo menatap gadis pendek di hadapannya yang senantiasa masih memasang wajah datar namun menatapnya penuh keheranan.

Melihat Rukia sekarang ini, Ichigo seperti sedang melihat boneka gothic berkulit putih porselen yang tanpa cacat. Ekspresi datar namun aura polos menguar dari tubuhnya.

"Itu ciuman ketujuh yang kuberikan padamu."

Rukia benar-benar ternganga mendengar pengakuan Ichigo.

Ciuman ketujuh? Ciuman ketujuh dari mana? Jelas-jelas ia ingat kalau ini adalah ciuman pertamanya. Tapi jika benar, lalu kapan ia melakukan ciuman pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima dan keenam itu?

Deg!

Semua tampak terkejut mendengar penutur sang pangeran sekolah mereka itu. Ini adalah peristiwa yang ketiga yang paling mengejutkan di pagi hari ini.

Ketiga? Ya, ini adalah yang ketiga.

Pagi-pagi siswa-siswi SMA Karakura sudah dihebohkan oleh foto-foto mesra yang diperankan oleh Ichigo dan Rukia. Kemudian mereka menemukan Ichigo yang berada di kelas Rukia. Dan sekarang Ichigo mengaku bahwa ia mencium Rukia bukan untuk pertama kalinya!

"Aku sedang menunggu pacarku datang,"jawab Ichigo sambil tersenyum manis saat ada orang yang bertanya padanya.

Oh, My God! Mereka rasanya ingin pingsan saja mendengar pengakuan itu.

Ichigo tersenyum melihat tingkah imut Rukia, kemudian merendahkan tubuhnya dan memiringkan kepalanya. Dalam detik berikutnya, jarak wajah Ichigo dan Rukia sudah tinggal beberapa senti. Ichigo memejamkan kedua matanya saat bibirnya menyentuh bibir Rukia untuk yang kedelapan kalinya. Mengecap kembali bibir Rukia yang semanis madu. Ichigo bisa merasakan tubuh itu menegang. Sepertinya ia tidak siap menerima serangan tiba-tiba.

"Nah, sampai ketemu lagi nanti, Dear," ucapnya setelah memberi kecupan singkat pada Rukia.

Dengan cepat Ichigo melesat keluar dari kelas Rukia sebagai antipasi akan hal-hal yang buruk.

Dan benar saja, tak lama kemudian Ichigo mendengar jeritan kesal Rukia yang bergema di antara koridor sekolah.

.

.


.

.

Ichigo berjalan santai sambil bersenandung kecil mengiringi kaki jenjangnya menuju kelasnya. Pagi-pagi hatinya sudah merasa senang karena menggoda sang Putri Tidur. Ichigo terkikik geli setiap teringat dengan wajah manis itu memasang wajah terkejut ataupun mengernyit bingung. Selama hidupnya ia belum merasa sesenang ini.

Dan mengingat kembali ekspresi Rukia yang ternganga saat ia mengatakan 'ciuman ketujuh' itu. Sungguh ia ingin sekali tertawa keras-keras. Rukia benar-benar lucu dengan ekspresi seperti itu.

Ichigo meraba permukaan bibirnya.

"Kau tahu apa yang harus kau bayar karena telah merebut ciuman pertamaku?"

Ichigo tersenyum, "Ciuman pertama."

Grek!

"Ohyou."

"Yo, Ohayou."

Ichigo berjalan menuju bangkunya kemudian setelah pantatnya mendarat aman di kursinya, ia memutar tubuhnya ke belakang.

"Kau kenapa, Toushirou?" tanya Ichigo saat teman mungilnya itu sedang menatap sinis.

Entah kenapa, Ichigo merasa jika tatapan itu bisa menyerangnya secara nyata, ia yakin ia tidak akan bisa hidup dengan selamat. Sungguh, Ichigo merasa jika Toushirou seperti ingin memakannya hidup-hidup.

"Tsk," Toushirou memalingkan wajahnya dari Ichigo.

Ichigo mengernyit melihat sikap Toushirou padanya.

'Dia kenapa sih?'

"Dia marah tentang foto yang beredar pagi ini," seru Ashido seolah membaca pikiran Ichigo.

"Oh…" tanggap Ichigo sambil tersenyum tidak jelas.

Bletak!

"Apa-apaan wajahmu itu! Apa kau tidak keberatan akan hal itu?" seru Grimmjow garang.

"Tidak sama sekali," ringis Ichigo memegang kepalanya yang sakit.

"Kau menyukai gadis itu, Ichigo?" tanya Ashido.

Ichigo hanya tersenyum misterius.

Srettt!

"Jangan pernah coba-coba untuk menyakitinya," desis Toushirou menahan emosi yang sedari ia tahan. Toushirou mencengkram erat kerah baju seragam Ichigo.

Ingin sekali ia menghajar habis-habisan pemuda berambut orange itu.

"Wah… kau menyerah, Toushirou? Jadi kau berniat menyerahkan gadis imut itu pada Ichigo?" seru Grimmjow menangkap bahwa ucapan Toushirou seperti di dalam film-film percintaan saat gadis yang disukainya direbut oleh orang lain.

"Cih, tentu saja tidak!" Toushirou menghentakkan tangannya melepaskan cengkramannya pada kerah Ichigo.

"Hei… kau mau ke mana, Toushirou?" tanya Ashido setengah berteriak melihat Toushirou hendak pergi meninggalkan kelasnya.

"Bukan urusanmu!"

"Hah… dia itu," Ashido menghela napas mendengar nada sinis itu.

"Jadi benar kau menyukai gadis itu, Ichigo? Lalu bagaimana dengan Nozomi pacarmu itu?"

"Aku akan memutuskan siang ini," ucap Ichigo begitu santainya.

.

.


.

.

Puncak musim panas telah datang. Membawa keceriaan bagi setiap makhluk yang begitu nanti-nanti hari itu. Rasa riang gembira memenuhi setiap sudut kota. Wajah yang berseri-seri begitu tampak di mana-mana. Sungguh hal yang membahagiakan. Semua tampak senang dan bahagia.

Rukia menghela napas. Musim panas telah datang dan ini waktunya bersenang-senang ataupun hanya bersantai ria.

Tidak ada lagi guru yang akan memberikan sebuah materi yang membosankan atau celotehan yang tertele-tele. Tidak ada lagi pelajaran-pelajaran berat yang membebani pikirannya. Ya, tidak ada lagi setidaknya sampai musim panas berakhir.

SMA Karakura setiap tahunnya selalu mengadakan acara liburan musim panas bersama seperti halnya tahun ini. Dan liburan musim panas kali ini mereka akan pergi ke sebuah pantai yang berada di pinggir kota Seireitei. Tempat yang cukup jauh dari Karakura karena setidaknya mereka membutuhkan dua jam lebih untuk sampai ke sana.

Tapi bukan itu masalahnya. Rukia tidak peduli dengan acara musim panas yang diadakan sekolahnya. Rukia tidak peduli berapa lama ia akan sampai ke tempat tujuan. Rukia tidak peduli semua itu.

Yang diperlu dipertanyakan adalah KENAPA IA BISA BERADA DI ANTARA ORANG-ORANG YANG IKUT ACARA LIBURAN MUSIM PANAS TAHUN INI?

Oke! Seingatnya ia akan menghabiskan sisa liburan musim panasnya dengan bermalas-malas di rumahnya yang nyaman dan lepas dari segala gangguan. Dan yang terakhir ia ingat adalah lengkingan suara Senna yang masuk ke kamarnya tadi pagi. Tapi… ia kira itu hanya mimpi.

Sudah dipastikan Senna-lah yang menyeretnya ke sini dan memakaikannya celana levis sepaha dan kemeja kotak-kotak berwarna ungu membalut tubuhnya. Pada bagian lengannya ia gulungkan sampai siku dan rambutnya dibiarkan tergerai. Dan satu lagi tas berwarna coklat yang tidak tahu apa saja isinya. Rukia terlalu malas untuk memeriksa isinya.

Rukia duduk terdiam di dalam bus yang berada di deretan kelima di sisi jendela. Rukia melirik keluar dari jendela itu. Dilihatnya beberapa murid yang baru saja datang dituntun masuk untuk naik bus.

Hah… Rukia berharap liburannya akan tetap menyenangkan.

"Apa yang kau lihat di luar sana, Rukia? Kau tidak sedang mencari sosokku, 'kan?"

Rukia menoleh cepat dan detik berikutnya ia bisa menemukan wajah Ichigo sedang tersenyum menggoda ke arahnya. Kemudian Rukia mengerlingkan matanya ke arah lain.

"Senna! Kenapa kau duduk di sana?"

Senna yang sedang asyik mengobrol dengan Grimmjow segera menoleh saat namanya dipanggil seseorang.

"Akh, Rukia. Ichigo bilang ia ingin duduk di sampingmu. Jadi kami bertukar tempat duduk. Tak apa 'kan?"

Dahi Rukia berkedut. Tak apa katanya?

Rukia menarik napas mengendalikan emosinya. Jika ia duduk berdekatan dengan pria yang paling menyebalkan yang pernah muncul di sepanjang hidupnya, apa itu masih bisa dibilang tidak apa?

Oh… itu bencana bagi Rukia.

"Hei, Rukia. Nanti kita pergi ke suatu tempat ya? Hanya berdua saja," seru Ichigo yang sejak tadi memperhatikan Rukia.

Rukia mengambil iPod yang berwarna putih dari dalam saku celananya. Kemudian ia memasang headset pada kedua telinganya. Tidak peduli dengan Ichigo yang mulai mengoceh mengajaknya bicara. Rukia hanya butuh ketenangan. Dipejamkannya kedua mata violet itu dan mulai menikmati lagu yang sedang mengalun santai.

"Hei, kau sedang mendengarkan lagu apa sih?" Ichigo merenggut salah satu headset milik Rukia dan menyelipkannya pada salah satu telinganya.

"Ck, tidak bisakah kau membiarkan aku senang?" seru Rukia kesal.

"Kau ini gampang sekali marah, Rukia. Tidak asyik!"

Ichigo mengatur posisi duduknya dan menyandarkan kepalanya pada bahu Rukia dengan nyaman. Mendengarkan musik yang mengalun dari salah satu headset yang ia pakai di salah satu telinganya.

"Singkirkan kepalamu dariku!" ucap Rukia tidak suka dengan tingkah Ichigo.

Bukannya segera menyingkir, Ichigo malah semakin merangsek lebih dekat pada Rukia.

"Kau wangi," gumam Ichigo dapat menghirup bebas wangi tubuh Rukia dari lekuk leher gadis mungil itu.

Rukia merasakan detak jantungnya mulai berlaju cepat saat merasakan deruan napas hangat menerpa lehernya.

"Ka-kau jangan berbuat macam-macam padaku!" gertak Rukia.

"Tidak akan kok," Ichigo menyeringai.

Cup!

Dengan santai Ichigo kembali menyandarkan kepalanya di bahu Rukia setelah mencium pipi kenyal itu.

'Kami-sama… Selamatkan aku dari setan berkepala jeruk ini,' batin Rukia sudah ingin menangis rasanya.

Ichigo terkikik geli melihat ekspresi Rukia.

'Ini akan menyenangkan…'

Sebuah senyuman terukir menghiasi wajah tampannya.

.

.


.

.

"Hai, Hitsu-chan."

"Hai, Kuchiki," sapa balik Toushirou menatap Rukia dengan mata berbinar-binar.

Hei, siapa yang tidak senang disapa oleh gadis pujaan hatinya. Apalagi senyum manis itu hanya ditunjukkan padamu.

Sekarang semua sudah berganti pakaian. Rukia menggunakan pakaian berwarna putih dengan tali yang menjuntai di kedua bahunya. Memperhatikan bahunya yang bebas terakses oleh mata siapa saja dan masih mengenakan celana sepaha tadi. Sedangkan Senna di sampingnya mengenakan kaos berwarna kuning pucat dan celana di atas pahanya.

Toushirou mengenakan kaos berwarna biru muda dan celana selutu. Grimmjow telanjang dada hanya mengenakan celana selutut. Ashido tak jauh berbeda dari Toushirou hanya ia mengenakan kaos berwarna hijau tua.

"Hei, kalian mau ikut jalan-jalan bersama kami?" ajak Toushirou.

"Aku masih capek," seru Rukia. Ia masih merasa lelah dengan perjalanannya ke pantai ini. Apalagi ada manusia berkepala jeruk duduk di sampingnya.

"Kalau begitu, ayo kita beli es krim sambil beristirahat," tawar Ichigo tiba-tiba muncul sambil merangkul Rukia. Ichigo memakai celana berwarna krem sebatas betisnya dan kaos putih

"Itu ide yang bagus!" seru Senna dengan riangnya diiringi anggukkan setuju dari yang lainnya.

"OUCH!" Ichigo meringis kesakitan saat Rukia dengan seenaknya menginjak kakinya dan menyikut perutnya.

Dan tidak berperasaannya gadis itu, Ichigo ditinggalkan begitu saja.

"Rasakan! Makanya jangan seenaknya kau menyentuhnya," kepalan tangan Toushirou memukul punggung lebar Ichigo yang sedang membungkuk kesakitan.

"Hahaha… Kasian sekali kau, Ichigo," seru Grimmjow sama sekali tak mengasihani nasib Ichigo.

"Ck, Baka!" gumam Ashido.

"Sialan kalian," umpat Ichigo.

.

.


.

.

Hari semakin siang dan tentunya semakin panas pula. Tapi itu tidak menyurutkan semangat orang-orang yang sedang menikmati masa liburannya. Keadaan pantai pun semakin ramai. Di pinggir pantai yang teduh terdapat beberapa gadis-gadis berjalan melewati tempat itu sambil tersenyum geli ataupun melempar senyum nakal.

Ichigo menyeringai senang melihat gadis-gadis berbusana bikini membuat mereka terlihat sexy mencoba menarik perhatiannya.

"Berhentilah berwajah mesum seperti itu, Ichigo!"

"Akh, Toushirou kau seperti tidak tahu tabiat Ichigo yang satu ini saja," ucap Grimmjow merangkul bahu Ichigo sambil menyeringai.

Toushirou memutar kedua bola matanya. Apa Ichigo tidak sadar jika Rukia ada di sampingnya?

Toushirou melirik gadis yang juga duduk di sampingnya. Terlihat Rukia asyik menikmati es krim batang rasa anggurnya sambil menikmati pemandangan yang ada di hadapannya. Angin sepoi-sepoi bergerak menerbangkan helaian rambut hitam Rukia dengan lembut.

Toushirou menyunggingkan senyumnya. Seperti biasa Rukia selalu mengabaikan keadaan sekelilingnya.

Rukia menatap heran pada es krim miliknya yang tiba-tiba berpindah haluan keluar mulut.

Slurp!

"Hei, rasanya sama saja."

"Tentu saja! Es krim milikmu juga rasa anggur!" seru Rukia kesal.

Ichigo kembali memasukkan es krim milik Rukia ke dalam mulut. Sebenarnya sedari tadi ia memperhatikan Rukia yang diam sambil menikmati es krimnya yang terlihat begitu nikmat.

Padahal rasanya sama saja setelah Ichigo mencicipinya. Rasa tidak jauh beda dengan es krim miliknya.

Lalu kenapa Ichigo kembali memasukkan es krim Rukia ke dalam mulutnya.

Oh… Karena es krim itu bekas Rukia jadi rasanya sedikit berbeda. Ichigo melumat seluruh permukaan es krim yang pernah Rukia cicipi.

Sehingga Rukia menatap risih Ichigo. Ingin sekali gadis itu menarik tangannya, tapi pergelangannya di cengkram erat Ichigo. Rukia memalingkan wajah dari Ichigo apalagi Ichigo terus menatapnya dengan tatapan aneh sambil terus bergelut dengan es krim miliknya.

"Kuchiki, kau mau mencoba punyaku?"

Tiba-tiba Rukia mendapati Toushirou menawarkan es krim rasa vanila miliknya.

"Boleh?" tanya Rukia. Sebenarnya Rukia sempat bingung mau memilih es krim rasa anggur atau vanilla karena ia menyukai keduanya. Sedangkan Toushirou hanya mengangguk dan tersenyum penuh arti.

Rukia dengan senang hati membukakan mulutnya untuk mencicipi es krim milik Toushirou yang disodorkan padanya.

'Hehe… kalau begini aku bisa mendapatkan ciuman tidak langsung itu,' batin Toushirou tersenyum lebar.

Slurp!

"Makan es krim milikku saja, Midget jika kau mau," Ichigo langsung memasukkan es krim miliknya pada mulut Rukia. Sepertinya ia tahu niat Toushirou karena ia bisa melihat pria pendek itu mendelik tajam padanya.

"Puah! Apa-apaan sih kau ini?" seru Rukia cemberut setelah menarik keluar es krim itu dari mulutnya.

Ichigo menatap tajam Rukia membuat gadis mungil itu tidak mengerti. Yang jelas ia tidak jadi mencicipi es krim rasa vanila milik Toushirou.

Tangan Ichigo menyapu bibir Rukia yang belepotan.

"Kau milikku!"

.

.


.

.

Ichigo berjalan menyusuri pesisir pantai. Tangan kanannya menggenggam erat pergelangan tangan gadis mungil yang berjalan di belakangnya. Rukia yang sedari tadi memperhatikan ekspresi Ichigo, menatap pria itu tidak mengerti. Rukia merasa heran kenapa Ichigo saat ini terlihat begitu bahagia?

Genggaman tangan Ichigo turun menautkan jari-jarinya di sela-sela jari-jari milik Rukia. Wajahnya berseri-seri sambil terus menuntun Rukia mengikuti langkah kaki jenjangnya.

"Kurosaki, pelan-pelan," ucap Rukia mulai kewalahan mengikuti langkah Ichigo.

Ichigo menoleh dan tersenyum ke arah Rukia dan malah mengajak Rukia berlari. Kaki-kaki telanjang itu sesekali terkena sapuan ombak membuat kaki-kaki mereka basah karenanya.

Ichigo tertawa riang. Angin kencang yang berhembus dan suara deruan ombak meredam suaranya.

Ichigo merasa senang. Ia belum merasakan hal ini sebelumnya saat bersama pacar-pacar dulu. Tidak seperti saat ini. Bersama Rukia.

Apa ini yang namanya kasmaran?

Ichigo terkekeh dalam hati. Jika benar yang seperti ini rasanya kasmaran, kenapa baru saat ini ia merasakannya?

Padahal rasanya begitu menyenangkan. Hatinya berbunga-bunga membuatnya tidak tahan untuk selalu menebar senyum. Dadanya berdebar-debar menyenangkan. Entah kenapa seperti ada sebuah dorongan semangat baru dalam dirinya. Dan hari-hari yang dilewatinya pun terasa begitu berwarna.

"Hah… Hah… Kurosaki… Aku tak… sanggup lagi," seru Rukia dengan napas terengah-engah.

Bugh!

Tiba-tiba Ichigo berhenti berlari membuat Rukia yang berada di belakangnya menabrak punggung tegapnya. Dan ketika Ichigo berbalik, Rukia kehilangan keseimbangan hingga membuatnya menarik apa pun di depannya.

Syuut!

"KYAAAAAAA!"

BYUUR!

"Itaiii," rintih Rukia saat setelah punggungnya menghantam pasir yang tidak empuk itu. Apalagi beban tubuh Ichigo yang juga ikut menimpanya.

BYUUR!

Gelombang ombak kembali menghempaskan kedua insan itu. Membuat tubuh dan pakaian keduanya benar-benar basah kuyup.

"Menyingkirlah dari atas tubuhku, Kurosaki !" Rukia menyipitkan matanya saat tetesan air jatuh dari atasnya ke wajahnya.

"Dari tadi kau memanggilku, Kurosaki, Kurosaki, Kurosaki terus!" ucap Ichigo jengah.

"Bukankah itu namamu, Baka!"

Ichigo diam menatap lekat gadis di bawahnya. Ada sesuatu yang tengah ia pikirkan.

"Rukia, apa kau menyukaiku?"

Rukia terdiam sebentar, "Kenapa kau menanyakan hal itu padaku?" tanya balik Rukia sambil mendorong tubuh Ichigo.

"Seharusnya kau tanyakan hal itu pada dirimu sendiri," Rukia mulai beranjak pergi ingin meninggalkan Ichigo.

"A-apa maksudmu?" Ichigo menarik tangan Rukia.

Rukia menatap lurus pada mata hazel itu kemudian menghela napas, "Apa alasanmu kau mendekatiku? Apa karena kau benar menyukaiku atau hanya sekedar merasa tertarik padaku?"

Ichigo tertunduk. Sebenarnya ia juga belum tahu perasaan seperti apa yang ia miliki untuk Rukia. Perasaan yang selalu bergejolak saat berada didekat gadis itu.

"A-aku belum tahu. Tapi aku butuh kepastian darimu," Ichigo mencengkram erat bahu mungil itu.

"Kepastian seperti apa yang kau mau?"

"Jika kau menyukaiku!"

"Aku tidak bisa memberikan kepastian seperti itu padamu," jawab Rukia.

"Kenapa?" tanya Ichigo. Kenapa? Kenapa Rukia bicara seperti itu?

"Aku ini sudah mempunyai tunangan."

.

.


.

.

"Jadi Rukia, kau akhirnya kau menerima Ichigo sebagai pacarmu?" tanya Senna saat Rukia baru saja duduk nyaman di bangkunya.

Rukia merebahkan kepalanya di atas meja dan menatap sayu Senna yang duduk di sampingnya.

"Ya, mau bagaimana lagi. Jika tidak begitu sepertinya dia tidak akan berhenti mengejarku. Dan itu sungguh menyebalkan, kau tahu?" Rukia memutar kedua bola matanya bosan.

"Ya dan sepertinya dia akan tetap begitu sebelum benar-benar mendapatkan hatimu," ucap Senna menopang dagunya dan salah satu jarinya menunjuk sesuatu.

Rukia mengikuti ke mana arah telunjuk itu dan akhirnya mata violetnya mendapati sosok pria jangkung dengan rambut orange berada di ambang pintu kelasnya sambil memasang senyum manis di wajahnya. Rukia menghela napas dan dengan enggan ia mulai beranjak dari kursinya.

"Ya, setidaknya selama satu minggu ini aku harus bertahan dengannya. Lalu dia akan memutuskanku seperti mantan-mantan pacarnya. Begitu 'kan Senna?" ucap Rukia sebelum benar-benar meninggalkan Senna untuk menghampiri Ichigo.

"Err… kali ini aku tidak yakin dengan hal itu, Rukia," ringis Senna sama sekali tidak sampai ke telinga Rukia.

.

.

Satu bulan kemudian…

"SENNA! KENAPA ICHIGO BELUM JUGA MEMUTUSKANKU! KAU BILANG IA AKAN MEMUTUSKANKU SETELAH SATU MINGGU KAMI JADIAN!"

"Errr… Kapan aku bilang begitu, Rukia?

Tap! Tap! Tap!

"Hey, Rukia kenapa kau lari meninggalkanku?"

Twitch!

.

.

FIN

.

.

Ini fic multichap yang pendek dari Yan. tapi membutuhkan jangka panjang untuk membereskannya. Puji syukur alhamdulillah pada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan fic ini *loh? kok malah pidato?*

Bletak! Bletak!

Yan udah tamatin fic ini ya?^^ jadi jangan minta lagi Yan buat update fic ini O.o

maaf akhirnya sangat gaje dan tidak memuaskan. Itulah usaha Yan yang semaksimalnya.

Yes! satu fic beres^^

Special's thanks for : Hana – Kori no Akuma, Ruki Yagami, chibiiBerry, Putri Luna, Arashi Naoki, Tsuki-onna, Poppholic Uki, Sora Yasu9a 2230612, ariadneLacie, Michilatte626, curio cherry, Twingwing RuRaKe, Chappy Ruki Oguri, Hikari-Kiddo, Melody AMPv Schiffer, Aizawa Li Syaoran Vessalius, Haza ShiRaifu

Anezakibeech : Yan udah update fic-nya ya?^^ Hahaha… maaf lama.

Shira Roles : Haha… Iya. Salah Ichigo tuh, orang lagi ngantuk malah dicium^^ *gak nyambung*

ryuzaki kuchiki : Makasih udah nunggu fic gaje ini^^

wu : Yan udah update fic-nya. Maaf lama^^

Nine tailed fox love naruto : Aduh, sampai hafal gitu atau copy paste? *nyengir*

Zanpaku-nee : Hahaha… Yan juga. Suka Ichi yang mesum tapi gak berengsek. Makanya di sini pas nyium Ruki itu adalah ciuman pertamanya. Muhahaha…

IchiRuki Lovers : Thanks you *kissu* *plak* apakah scene IchiRukinya memuaskan?

corvusraven : Hahaha… sepertinya nasib Rukia berakhir menderita karena terus dikejar jeruk mesum^^ *plak*

Taviabeta-Primavera : Yan udah update^^

Arigatou atas RnR fic Yan selama ini. Sungguh karena itu Yan tetap semangat menulis fic :D Sankyuu minna… Untuk terakhir kalinya Yan minta review buat fic ini^^

Please Review…