Story About Us

Last Chapter

By

Arisa Adachi

a.k.a

U -Know Boo

This ff dedicated for YOU

Thanks for your support

Jeongmal gomawo

(^^)

xxx

Jam menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Namun namja mungil itu masih duduk di sofa. Selimut tebal menutupi tubuhnya dan segelas coklat hangat berada dalam genggamannya. Sesekali namja itu meminum coklatnya, matanya memandang kosong entah pada apa. Pikirannya kini terpusat pada perkataannya tadi.

Ketika ia mengatakan pada Yesung bahwa ia tidak ingin berpisah lagi dengannya.

Namja itu memejamkan matanya kalut. Tadi itu dia benar-benar tidak bisa berpikir sehingga dengan egoisnya mengiyakan perkataan Yesung untuk kembali bersama. Namun kini ia menyesalinya. Kalau Yesung bersamanya bagaimana dengan Eunsoo?

Suara dering telepon menyadarkannya dari lamunan panjangnya. Namja itu bergerak bangkit untuk meraih telepon yang letaknya tidak jauh dari tempatnya duduk.

"Yeobosseyo?" gumam namja itu memulai pembicaraan.

"Ryeowook-ah?"

Wookie tercekat. Suara itu tidak salah lagi adalah suara Eunsoo. Suara itu terdengar begitu parau. Tanpa melihat pun Wookie tahu kalau Eunsoo tengah menangis. Segumpal perasaan tidak mengenakkan mulai menghantuinya.

Apa yang terjadi? Apa Yesung akan menceraikan yeojya itu? Dan kini yeojya itu menangis karena harus berpisah dari suaminya. Wookie memejamkan matanya, ia tidak akan pernah memaafkan dirinya yang telah menghancurkan rumah tangga orang lain.

"Ryewook-ah? Kau masih disana?" terdengar lagi suara diantara isakan halusnya.

"N-ne Eunsoo-ah" bisik Wookie.

Selanjutnya tidak terdengar apapun. Namja mungil itu masih menempelkan telepon pada telinganya namun dia tidak melakukan apapun kecuali mendengar apa yang yeojya diseberang sana katakan padanya.

Mata namja itu membulat dan mulutnya membuka tidak percaya ketika mendengar kata demi kata yang Eunsoo ucapkan melalui telepon. Hingga akhirnya setetes dua tetes air mata menyusuri pipinya.

"Gomawo. Jeongmal gomawo Eunsoo-ah" bisiknya parau.

Henry berguling-guling di kasurnya. Senyum manisnya belum juga luntur dari wajah bulatnya. Sesekali mata sipitnya menatap ponselnya. Namja imut itu kembali tersenyum dan memeluk ponselnya erat. Karena melalui ponselnya itulah dia baru saja berbincang dengan namja yang dicintainya.

Padahal hal yang mereka bicarakan biasa-biasa saja bahkan terkesan remeh. Namun tetap saja membuat senyum itu kian melebar jika mengingat apa-apa saja yang mereka bicarakan.

Aneh sekali mengingat dulunya Henry sangat membenci namja keturunan China itu, serta menganggap eksistensi-nya di dunia ini sebagai satu kesalahan Tuhan. Tapi kini ingin rasanya Henry menemui Tuhan dan mengucapkan beribu terima kasih karena telah mengijinkannya mengenal seorang Zhoumi.

Tidak sabar rasanya untuk segera ke sekolah besok dan bertemu dengan Zhoumi.

"Kau belum tidur chagi?"

Zhoumi menolehkan kepalanya dan tersenyum ketika mendapati sosok cantik eommanya berdiri di depan pintu kamarnya.

"Aku belum mengantuk eomma"

Heechul tersenyum tipis. Namun senyum itu buyar ketika melihat sesuatu yang teronggok di sudut kamar Zhoumi. Namja cantik itu berjalan mendekati Zhoumi dan memeluk putra tunggalnya erat.

"Eomma akan merindukanmu" bisiknya lirih.

Zhoumi tersenyum, "aku juga akan merindukan eomma" matanya ikut melirik ke arah sudut kamarnya. Sekali lagi namja tinggi itu menghela napas ketika melihat sebuah koper berukuran besar teronggok disana.

"MWO?"

Ketenangan pagi di kediaman keluar Cho buyar karena teriakan sang eomma. Kyuhyun yang sedang meminum kopi panasnya nyaris tersedak. Henry yang tengah sibuk dengan ponselnya nyaris menjatuhkan ponselnya. Jino yang masih melatih kemampuan vokalnya mendadak berhenti dan memasang tampang mewek. Bocah berusia hampir tiga tahun itu kiranya belum sanggup mendengar teriakan sebegitu keras, terlebih dari sang eomma yang selama ini memperlakukannya dengan lembut.

"Ada apa Minnie? Kenapa berteriak?" tanya sang kepala keluarga ketika melihat istrinya telah kembali sehabis mengangkat telepon tadi.

Sungmin tidak segera menjawab. Namja aegyo itu lebih memilih untuk menggendong Jino dan memeluknya erat supaya bocah imut itu tidak menangis.

"Eomma ada apa?" kali ini sang putra sulung yang bertanya.

"Dia akan menikah" gumam Sungmin sambil mencium puncak kepala Jino gemas. Senyum manisnya memekar di wajah aegyo-nya.

"Dia?" Kyuhyun dan Henry membeo bersamaan.

Sungmin mengangguk semangat, "Wookie akan menikah"

Kelas itu masih belum terlalu ramai. Pasalnya ini baru jam setengah tujuh pagi. Namja imut itu masih memasang senyumnya. Tangan putihnya bergerak lincah menggoyangkan pulpen pink miliknya. Berita mengenai pernikahan Wookie jelas membawa kebahagiaan baginya. Untuknya Wookie merupakan eomma keduanya.

Yang membuat Henry tidak habis pikir adalah calon suaminya Wookie. Ya, Yesung-lah yang menjadi calon suami dari namja mungil berhati mulia itu. Setelah sekian hal yang Yesung lakukan padanya, Wookie masih mau menerima namja itu.

Andaikan Henry berada di pihak Wookie. Dimana Zhoumi menghamilinya lalu meninggalkannya begitu saja. Huh, jangan harap Zhoumi masih bisa menghirup oksigen, karena saat itu juga dia akan memutilasi tubuh tinggi itu. Mengubahnya menjadi potongan kecil, dicampur beberapa bumbu pilihan lalu ditusuk dengan lidi dan terakhir dibakar. Hemm… Sate Zhoumi bukan menu buruk untuk makan malam bukan?

"Chaa~ Gii~ Yaaaaa~~~~"

Henry agak tersentak ketika tiba-tiba saja seseorang memeluknya dari belakang. Dari suara tinggi dan nada lebaynya tidak salah lagi yang memeluk itu adalah Zhoumi. Namja tinggi dengan keberuntungan yang luar biasa sehingga berhasil menjadikan Henry sebagai namja chingu-nya.

"Melamun? Memikirkan aku?" satu kecupan di masing-masing pipi tembam Henry.

"Aiish, apa sih cium-cium!"

"Mwo? Aku 'kan namja chingu-mu sekarang?"

'blush!' seketika rona merah memenuhi wajah bulatnya. Menyadari fakta bahwa kini dirinya merupakan milik Zhoumi seutuhnya. Emm, belum seutuhnya sih… 'kan mereka belum 'begitu-begitu'.

Zhoumi masih setia memeluk tubuh mungil namja didepannya. Pipinya ia tumpukan pada bahu Henry, sesekali menggeseknya lembut dengan pipi mulus nan tembam itu. Dalam hati Zhoumi benar-benar bersyukur berhasil mendapatkan hati sang kue mochi ini. Mengingat perjuangannya selama ini yang terbilang cukup sulit.

Namun mendadak semua itu hilang ketika satu hal merasuki pemikirannya. Ya, keputusan Zhoumi untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri. Koper sudah dikemas, tiket juga sudah di tangan. Hanya tinggal menunggu waktu keberangkatan yang tepat. Tapi masalahnya, dia baru saja jadian dengan Henry dan Zhoumi tidak sanggup untuk membayangkan bagaimana ekspresi namja imut ini ketika dia mengatakan dia harus pergi.

"Mimi, ada apa…?" tanya Henry lembut ketika menyadari awan hitam nan suram memayungi wajah tampan kekasihnya.

Zhoumi melepas pelukannya. Ia mengambil posisi disamping Henry dan menumpukan kepalanya pada bahu kekasihnya. Zhoumi menarik napas dan melepaskannya perlahan. Apa dia harus mengatakannya sekarang? Memang lebih cepat lebih baik. Tapi bagaimana kalau nanti Henry malah sakit hati.

"Mi…" bisik Henry lagi sambil membelai pipi Zhoumi lembut.

Namja tinggi itu memejamkan matanya merasakan sentuhan lembut sang kekasih. Dia harus mengatakannya sekarang.

Henry memandang heran ketika Zhoumi menegakkan dirinya, berkali-kali namja itu menghela napas. "Henry…" bisik Zhoumi lirih.

"Ya?" Henry memiringkan kepalanya bingung.

"Apa… kau mencintaiku?"

"Kenapa bertanya seperti itu, Mi…?"

"Jawab saja" gumam Zhoumi agak tegas.

"Ne, tentu saja aku mencintaimu. Memang kenapa?"

Senyum tipis terulas di wajah tampan itu, "Henry, kalau suatu saat aku harus pergi…"

"Mimi mau kemana?" pertanyaan dengan nada suram barusan sukses menghentikan kalimat Zhoumi. Namja tinggi itu menolehkan wajahnya dan terkejut ketika mendapati wajah Henry begitu suram. Alisnya bertaut dan bibirnya mengerucut, "Mimi mau kemana!" tanyanya lagi dengan nada mendesak.

Dan bagaimana bisa Zhoumi mengatakan kalau dirinya akan meninggalkan Seoul dalam waktu dekat? Bisa-bisa Henry ngamuk dan membantingnya keras. Begini-begini Henry tenaganya luar biasa, lihat saja eomma-nya Henry yang merupakan atlit taekwondo.

Tapi bukan karena takut dibanting maka Zhoumi menghapus niatnya untuk mengatakan yang sebenarnya ke Henry. Hal terbesar yang ditakutinya dan sebisa mungkin dihindarinya adalah bahwa ia sama sekali tidak ingin melihat walau hanya sebutir air mata mengalir dari mata sipit itu, terlebih jika yang menyebabkan itu adalah dirinya sendiri. Seumur hidup Zhoumi tidak akan memaafkan dirinya.

"A-ah… ne, tidak ada apa-apa kok" gumam Zhoumi sambil mengacak rambut Henry.

"Mimi jangan pergi kemana-mana! Aku sayang Mimi dan tidak mau kalau Mimi jauh-jauh dariku!"

Zhoumi tersenyum miris mendengarnya.

"Mimi janji ya tidak akan kemana-mana?" lanjut Henry.

"Ne…"

"Janji?" tambah Henry sambil mengacungkan jari kelingkingnya.

Bukannya menautkan kelingkingnya Zhoumi justru menggenggam tangan Henry erat dan mengecup kelopak mata namja mungil itu, "selamanya aku tidak akan pergi darimu" bisiknya parau.

Mengenai kepergiannya ke Amerika, Zhoumi tidak mungkin menundanya. Belajar di negeri adidaya itu adalah impiannya sejak kecil. Ia hanya bisa memohon semoga Henry bisa mengerti.

"CUNGMIN-AHJUMMAAAA~~~~!"

Dua suara cempreng dari pintu depan langsung memancing Sungmin keluar dari persembunyiannya(?). Namja pecinta pink itu langsung membuka pintu dan matanya membulat ketika melihat siapa yang berdiri disana.

"Ya Tuhan! Wookie!" serunya gembira sambil memeluk erat sahabat yang sudah dianggapnya sebagai namdongsaengnya.

"Aku merindukanmu Minnie" balas Wookie.

"Ne, ne, kalian masuklah" ujar Sungmin mempersilahkan masuk sahabatnya itu. Segera saja duo evil kecil Hae dan Hyuk berlarian di rumah Sungmin.

"Ahjumma, Jino manaa~~?"

Sungmin menundukkan badannya, "Jino sedang dikamarnya"

Dan tanpa diperintah lagi segera saja kembaran itu berlari kekamar Jino dan menimbulkan suara gedebug.

"Ne, Wookie, jadi kapan?" tanya Sungmin dengan antusias setelah mendudukkan Wookie di sofa.

"Kapan apanya?"

"Aiish kenapa kau jadi pabbo seperti suamimu sih? Tentu saja pernikahanmu Wookie!"

Wookie mengerjapkan matanya bingung. Yang mau nikah 'kan dia, kenapa Sungmin yang antusias? "Emm… aku menunggu keputusan dari Yesung hyung saja"

"Kalau begitu besok saja?" celetuk Sungmin.

"Mwo? Besok? Apa tidak terlalu cepat?"

"Tidak kok, justru lebih cepat lebih baik"

"T-tapi…"

"Wookie…" gumam Sungmin lembut sambil menggenggam erat tangan sahabatnya, "kau sudah menderita terlalu lama dan sebagai sahabatmu aku ingin melihatmu bahagia secepat mungkin"

"S-sungmin… gomawo…"

Sungmin mengangguk sambil tersenyum, "ne, jadi setelah ini kita akan memesan jas oke? Kau ingin pesta yang bagaimana?"

"Eumm… kurasa aku ingin yang sederhana saja. Lalu yang diundang pun hanya teman dekat dan keluarga saja"

"Hee… bagus juga, lalu-"

"HUAAAAAAAAAA~~~~!"

Sontak dua namja itu terkejut ketika mendengar suara raungan yang cukup keras. Tidak salah lagi, ini suara Hyukkie. Dengan segera Sungmin dan Wookie berlari ke kamar Jino.

"Hiks~ HUEEEEEEE~~~~~~!" yang ini bisa dipastikan suara Jino.

Kedua 'ibu' itupun menghentikan langkah mereka di depan pintu kamar Jino. Terlihat Donghae yang tengah memegangi kepalanya dan wajahnya seperti menahan sakit. Sementara tidak jauh darinya berdiri Hyukjae yang menangis keras dan di kasur terdapat sosok Jino yang menangis tidak kalah kerasnya.

Kesimpulan yang didapat Wookie dan Sungmin adalah, Donghae terjatuh. Dan kalau Donghae terjatuh bisa dipastikan yang menangis adalah kakak kembarnya alias Hyukkie. Melihat Hyukkie yang menangis, maka otomatis si magnae kecil itu ikutan menangis.

"Dasar" bisik Sungmin dan Wookie bersamaan.

"Besok? Hmm… bagus juga…" komentar Heechul sambil manggut-manggut.

Saat ini mereka semua tengah berkumpul di ruang tamu keluarga Cho untuk membicarakan soal pernikahan Wookie.

"Tapi apa tidak terlalu cepat kalau besok?" gumam Hankyung yang diamini oleh Kyuhyun dan Wookie.

"Menurutku sih tidak" gumam Sungmin.

"Ne, lagipula sebentar lagi Donghae dan Eunhyuk akan masuk SD, alangkah baiknya kalau status kedua orang tua mereka diselesaikan"

Hankyung dan Kyuhyun mengangguk mengiyakan perkataan Heechul.

"Kalau begitu semuanya setuju 'kan pestanya diadakan besok?"

"Yah, kalau aku sih terserah Wookie saja" sahut Yesung.

"Nah, jadi pestanya mau diadakan dimana? Aku tahu beberapa gedung mewah yang sering dijadikan lokasi pernikahan" usul Heechul.

"A-anou Heechul-hyung, aku dan Yesung hyung sepakat untuk mengadakan pestanya di halaman rumah kami saja"

"Oh jadi seperti pesta kebun begitu ya?"

Wookie mengangguk.

"Kalau itu juga keren! Lalu siapa saja tamunya?" tanya Sungmin antusias.

"Emm… mungkin kalian saja, lalu keluargaku dan Yesung hyung" gumam Wookie.

Sungmin mengangguk, "kalau begitu aku akan memikirkan mau masak apa"

"Yep! Kalau masalah dekorasi serahkan padaku!" ujar Heechul.

Hankyung dan Kyuhyun hanya menggeleng sambil menghela nafas. Istri mereka terlihat lebih semangat mengurusi pernikahan orang lain ketimbang yang mau menikah itu sendiri.

"Menikah?" Hyukkie bertanya dengan mata membulat penuh tanya, "apa itu?"

"Menikah itu janji untuk hidup bersama selamanya" jelas Zhoumi.

Selagi para orang tua tengah membicarakan mengenai pesta pernikahan, para anak kini tengah berkumpul di kamar Henry. Henry sedang asyik bermain komputer. Donghae lagi sibuk main sama Jino. Sedangkan Zhoumi menjelaskan apa itu 'menikah' ke Hyukkie.

"Eummm~ kalau begitu Hyuk mau menikah cama Hae, cama eomma, cama appa…" Hyukkie menghitung dengan jarinya, "cama hyung juga, telus Henly hyung, Jino, Cungmin ahjumma, Kyuhyun ahjucci, Hangeng ahjucci, Heechul ahjumma, telus…"

"Oi oi Hyukkie, kau tidak boleh menikah sebanyak itu, kau hanya boleh menikah dengan satu orang saja!"

"Catu olang? Huee~ capa dong~ Hyuk 'kan cayang cama cemuanaaa~"

"Akan ada satu orang yang benar-benar menjadi orang spesial untuk Hyuk kalau Hyuk sudah dewasa nanti" jelas Zhoumi sambil mengusap pipi Hyukkie.

"Olang cpecial?" Hyukkie memiringkan kepalanya, "nggak ngeltiiiii~~~" gerutunya kemudian.

"Kalau hyung, apa hyung juga akan menikah?" celetuk Donghae, meninggalkan Jino sejenak.

"Yap!" jawab Zhoumi cepat.

"Cama ciapa?" tanya Donghae dan Eunhyuk berbarengan.

"Sama Henry!" seru Zhoumi bangga, lalu tiba-tiba…

'pletak!'

"Aww!" Zhoumi memegang dahinya yang baru saja kena lemparan sesuatu. Namja China itu terkejut ketika mendapati bahwa yang mengenai dahinya barusan adalah mainan pesawat-pesawatan milik Jino.

"Jino, kenapa lempar ini ke hyung?" protes Zhoumi.

Namja mungil itu tidak menjawab. Alisnya bertaut menjadi satu dan bibirnya mengerucutkan. Kalau Zhoumi tidak salah ingat, ekspresi semacam ini juga diperlihat oleh Henry ketika dia merasa marah.

"Nya! Nya! Nya! Nya! Nyaaa~" celoteh Jino entah-apa.

"Jino malah tuh" celetuk Eunhyuk yang diamini oleh Donghae.

"Sayang sekali ya Mi, sepertinya namdongsaeng-ku nggak merestui pernikahan kita" gumam Henry.

"Mwo?" Zhoumi teriak frustasi, "aigooo~ kenapa tidak boleh Jino?" rajuknya sambil menarik-narik pelan tangan mungil bocah itu. Namun bukannya menjawab(?), Jino malah…

'pletak!'

Melemparkan bola mainan ke kepala Zhoumi.

Poor Mimi…

"Ya! Hae! Hyuk! Jangan banyak bergerak!" gerutu Henry sambil berusaha mendiamkan si kembar heboh.

Saat ini dirinya tengah berada di gereja untuk menyaksikan pernikahan antara Yesung dengan Wookie yang sebentar lagi akan dimulai. Henry duduk di barisan paling depan. Urutan dari kiri ke kanan adalah Kyuhyun, lalu Sungmin yang sambil memangku Jino, lalu Henry yang memangku Donghae, Zhoumi yang memangku Hyukkie, Heechul dan yang terakhir adalah Hangeng. Di barisan belakangnya duduk Leeteuk dan suaminya Kangin, Kibum istrinya Siwon dan Eunsoo serta beberapa rekan kerja Yesung. Di depan altar sudah berdiri Yesung dengan jas hitam dan bunga mawar merah yang diselipkan di saku dadanya dan pendeta yang tidak lain adalah Siwon.

'ting' tuts pertama piano ditekan dan dilanjutkan menekan tuts yang lain sehingga menciptakan musik lembut yang mengalun merdu. Bersamaan dengan itu pintu paling ujung terbuka dan memperlihatkan sosok manis Wookie dalam balutan jas putih.

"Eomma!" pekik Donghae senang sambil berusaha berdiri di pangkuan Henry.

"Hyuk mau kecanaaaa~" gumam Hyukkie merajuk sambil berusaha lepas dari pelukan Zhoumi.

Langkah pertama, langkah kedua, perlahan namun pasti Wookie melangkah anggun menuju altar dengan ditemani sang appa. Jelas sekali raut bahagia plus gugup mewarnai wajah manis itu.

Tidak lama hingga akhirnya Wookie sudah berdiri di samping. Berulang kali dia menghembuskan nafas gugupnya.

"Kau terlihat cantik" bisik Yesung sambil tersenyum dan jelas hal itu menambah gugup Wookie.

Siwon tersenyum menatap dua pasangan yang kini berada di hadapannya. Namja yang merupakan guru agama di sekolah Henry itu kemudian mulai membacakan beberapa patah kata pembuka. Dilanjutkan dengan sumpah yang diucapkan oleh kedua mempelai.

"Kim Jongwoon, apakah kau-"

"Eomma!"

"Appa!"

Perkataan pendeta Siwon terhenti oleh suara cempreng yang berlari ke arah kedua mempelai. Kelihatannya mereka berdua berhasil lepas dari Henry dan Zhoumi. Namun baru beberapa langkah berlari tiba-tiba saja kaki mungil Donghae tersandung sesuatu dan terjatuh. Henry yang melihatnya merasa tegang sendiri. Kalian sendiri tahukan apa yang akan terjadi kalau Donghae terjatuh? Apalagi kalau bukan raungan keras Hyukkie yang pasti nanti akan disahuti Jino yang ikut menangis pula.

Namun agaknya kali ini berbeda. Bukannya menangis, Eunhyuk malah berjalan ke arah Donghae dan membantu adik kembarnya itu berdiri. Sambil menggenggam tangan mungil Donghae, Eunhyuk berjalan menuju kedua orang tuanya.

Begitu sampai di depan altar segera saja Yesung menunduk dan menggendong Donghae sedangkan Wookie menggendong Eunhyuk. Henry dan Zhoumi yang tadinya ingin mengambil kembali HaeHyuk mengurungkan niat mereka ketika melihat Wookie yang berkata 'gwaenchana' tanpa suara.

Sejenak tamu yang hadir agak tercengang menyaksikan pernikahan yang agak aneh itu. Siwon tersenyum tipis dan kembali melanjutkan perkataannya yang terputus.

"Nah Kim Jongwoon, apa kau bersedia menerima Kim Ryeowook sebagai istrimu dan selalu bersamanya di kala suka maupun duka?"

Yesung melirik Wookie sejenak, "Yes, I do" ujarnya lembut.

Siwon kemudian beralih ke Wookie dan menanyakan hal yang sama, "Kim Ryeowook, apa kau bersedia menerima Kim Jongwoon sebagai suamimu dan selalu bersamanya di kala suka maupun duka?"

Wookie menarik napas untuk menetralisir rasa gugup, "Yes, I do" jawabnya kemudian.

"Dengan ini, saya menyatakan kalian sah sebagai suami-istri. Kedua mempelai dipersilakan untuk berciuman sekarang"

'blush!'

Wajah Wookie memerah sempurna sekarang. Bagaimana bisa dia dan Yesung berciuman di depan Donghae dan Eunhyuk.

Yesung kemudian berjalan mendekati Wookie yang menunduk. Tangannya terjulur dan mengangkat wajah Wookie. Dengan perlahan Yesung mendekatkan wajahnya ke wajah Wookie yang memerah sempurna. Dan sebuah ciuman tulus penuh cinta mendarat lembut di dahi Wookie.

"Jeongmal saranghae" bisik Yesung lembut.

Donghae dan Eunhyuk hanya saling berpandangan bingung. Kelihatannya dua bocah itu belum mengerti apa yang terjadi. Namun ketika melihat Yesung mencium Wookie, segera saja Donghae mencium pipi Yesung dan Eunhyuk mencium pipi Wookie.

Sontak hal itu membuat sebagian tamu yang berada di sana tersenyum terharu. Kangin terlihat mengusap pundak Leeteuk yang bergetar karena menahan tangis. Hangeng mengusap pipi Heechul yang basah karena air mata. Hal itu membuat Zhoumi merasa agak terkejut, siapa sangka eomma-nya yang menyeramkan seperti nenek sihir ternyata bisa menangis ketika menyaksikan sebuah pernikahan.

"Kyu, melihat itu aku ingin jadi menikah lagi" bisik Sungmin ke suaminya.

Mendengar itu Kyuhyun tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai, "tenang saja, nanti malam aku akan 'menikahimu'"

"Yadong!" ketus Sungmin.

"Kau lihat itu?" bisik Zhoumi ke Henry sambil menggenggam lembut tangan Henry, "beberapa tahun lagi kita yang akan berdiri disana"

"A-apa sih!" ketus Henry gugup. Melihatnya membuat Zhoumi tersenyum, namja tinggi itu memiringkan badannya perlahan dan mencium pipi Henry gemas. Hal itu secara kebetulan terlihat oleh Sungmin dan Heechul.

"Sepertinya kita akan berbesanan" gumam Heechul tanpa suara yang dijawab anggukan Sungmin.

Kini lokasi pernikahan dialihkan ke kebun kediaman Yesung yang luas. Kebun indah yang penuh dengan bunga mawar putih terlihat makin indah dengan dekorasi yang sederhana namun terlihat begitu cantik. Silahkan beterimakasih pada Kim Heechul yang berhasil menyulap kebun itu menjadi kebun terindah yang pernah ada.

Dan inilah saat yang ditunggu-tunggu. Pelemparan buket bunga pengantin. Ada mitos yang mengatakan jika berhasil menangkap bunga yang dilempar oleh mempelai maka orang itu akan menikah dalam waktu dekat.

Wookie berdiri membelakangi tamu yang siap menerima lemparan bunganya. Dan Zhoumi satu diantaranya. Namja China itu mengernyit heran ketika melihat Kyuhyun, Hangeng dan Kangin juga berada di antara kerumunan itu.

'Mereka memangnya mau menikah lagi ya?' batin Zhoumi.

"Hana… Dul… Set!" Wookie melempar buket bunganya dan sontak yang berada di belakang Wookie pun melompat berusaha menangkap bunga itu. Dalam hal ini Zhoumi cukup percaya diri mengingat dia yang paling tinggi disana. Namun sayangnya namja bertubuh tinggi itu tidak mendapatkan bunganya.

Buket bunga itu terjatuh di pangkuan seseorang yang tengah duduk dan Wookie tersenyum tipis melihat siapa yang menerima bunganya. Yeojya itu terlihat terkejut dengan buket bunganya yang mendarat di pangkuannya. Senyum bahagia melengkung di bibir pink-nya. Dan yeojya itu tidak menyesal telah melepaskan Yesung, karena dirinya yakin setelah ini pun dia juga akan meraih kebahagiaannya sendiri.

"Ne, Wookie-ah, datanglah ke pernikahanku suatu hari nanti" teriak yeojya itu.

"Pasti Eunsoo-ah!" sahut Wookie.

"Henry, apa yang kau lakukan disini?" tanya Zhoumi heran ketika melihat Henry duduk di sudut kebun yang jauh dari keramaian.

"Disana terlalu ribut. Jino berisik sekali" gumam Henry sambil sesekali meminum minumannya.

Zhoumi lalu mengambil posisi di samping Henry, "maaf ya, aku gagal dapat buket bunganya Wookie ahjumma"

"Aish, yang seperti itu 'kan tidak perlu minta maaf"

Zhoumi hanya tersenyum tipis. Namja itu kemudian berjalan ke arah rimbunan mawar putih dan memetik bunga itu setangkai.

"Sekarang sih hanya setangkai" gumam Zhoumi sambil menyerahkan bunga itu ke Henry, "tapi aku janji, ketika kita menikah nanti aku akan menyediakannya lebih banyak sesuai keinginanmu"

"Aku mau seribu tangkai"

"Berapapun, My Princess"

Sejenak suasana hening. Henry memutar-mutar tangkai bunga itu sambil tersenyum lembut. Sesekali angin semilir berhembus dan meniup rambut Henry pelan. Disampingnya Zhoumi menarik napas, ini saatnya…

"Henry"

"Hm?"

"Ada yang ingin kukatakan"

Henry memandang Zhoumi bingung, namja itu terlihat tidak nyaman, "ada apa Mi?"

"Aku…" Zhoumi menarik napasnya, "aku berencana untuk melanjutkan pendidikan ke Amerika selama lima tahun dan aku akan pergi besok.

Mendadak suasana hening. Zhoumi menundukkan kepalanya, bisa dirasakan Henry menatapnya terkejut.

"Kau… kau akan meninggalkanku?" tanya Henry. Suaranya terdengar parau.

"T-tidak, aku tidak bermaksud begitu!"

"Lalu apa maksudmu ke Amerika selama lima tahun? Lima tahun itu bukan waktu yang sebentar, Mimi"

"Kumohon Henry, mengertilah, belajar di Amerika adalah keinginanku sejak dulu"

"Kalau kau memang berencana untuk kesana, kenapa memintaku untuk menjadi kekasihmu? Aku yakin kau pasti akan melupakanku!"

"Tidak Henry, aku tidak akan melupakanmu, sumpah" ujar Zhoumi seraya menggenggam erat bahu Henry.

"Kalau begitu mana yang kau pilih, aku atau sekolah di Amerika?" tuntut Henry.

Zhoumi mengerjapkan matanya bingung. Belajar di Amerika adalah keinginannya sejak dulu dan Henry adalah namja yang paling berarti bagi hidupnya. Memilih yang mana pun tetap saja akan ada satu sisi dalam hati Zhoumi yang merasa tidak nyaman.

"Oke, silakan ke Amerika dan lupakan aku!" ketus Henry ketika tidak juga mendapat jawaban dari Zhoumi.

"T-tunggu Henry! Apa maksudmu?"

"Sudah jelas 'kan? Kita selesai Zhoumi!"

"S-selesai? Hanya karena masalah aku akan pergi ke Amerika?"

"Hanya? Kau bilang hanya?" Henry membelalakkan matanya, "dengar ya Zhoumi, aku terlanjur mencintaimu dan aku kecewa karena kau yang pergi seenaknya!"

"Aku tidak pergi Henry, aku akan kembali dan aku tidak akan melupakanmu!"

Henry tersenyum sinis, "aku tahu kau orang yang seperti apa. Kau orang yang ramah dan mudah jatuh cinta pada siapa saja yang kau anggap baik. Aku yakin di Amerika sana kau pasti akan menemukan seseorang dan melupakanku!"

"Henry dengar…" ujar Zhoumi, namun ucapannya terputus ketika dilhatnya Henry sudah membalikkan badannya, "Henry! Dengarkan aku!"

Namun namja bermarga Cho itu tidak peduli dan tetap berjalan meninggalkan Zhoumi.

Henry mengguling-gulingkan badannya di kasur. Tidak dipedulikannya sang eomma yang memanggilnya untuk makan malam sedari tadi. Alasan pertama dikarenakan ruang makan yang terlalu ribut. Kalau hanya suaranya Jino sih Henry masih bisa tahan, lha ini ada soulmate-nya Jino alias Donghae dan Eunhyuk, bayangkan saja betapa ributnya. Penasaran kenapa Hae dan Hyuk bisa ada di rumah Henry? Ohohoho~ tentu saja Yesung dan Wookie memerlukan waktu privasi berdua untuk melakukan you-know-what-I-mean.

Dan alasan kedua adalah karena pembicaraan dengan Zhoumi tadi. Tampak jelas kalau Henry memang masih sangat tidak menerima keputusan Zhoumi untuk sekolah di luar negeri. 'Aish… kenapa mesti di Amerika? Apa di Seoul sudah tidak ada sekolah lagi?' batin Henry.

"Chagi?" Henry memutar kepalanya ketika ada yang memanggil, dilihatnya sosok sang eomma berdiri di depan pintu kamarnya yang memag sengaja dibuka, "tidak makan malam chagi?" tanya Sungmin lembut.

"Ani eomma, aku tidak lapar"

"Oh ya Henry, besok Zhoumi akan ke Amerika, kau mau ikut mengantar ke bandara?"

"Ani, kecuali kalau dia ke neraka baru aku akan mengantar!" jawab Henry sambil menelungkupkan badannya ke kasur dan membenamkan wajahnya ke bantal.

Sungmin memiringkan kepalanya bingung dengan sikap Henry yang menjadi ketus begini. Namja aegyo itu lalu mendekati kasur putranya dan duduk di pinggir kasur Henry, "terjadi sesuatu chagi?" tanyanya lembut sambil membelai rambut Henry. Namun yang didapatnya sebagai jawaban ada gelengan pelan kepala Henry.

"Apa ada hubungannya dengan Zhoumi dan rencananya ke Amerika?" tebak Sungmin. Meski Henry mengatakan tidak tapi sebagai ibu(?) Sungmin tahu kalau ada sesuatu yang dipikirkan oleh putranya ini.

"Kau takut kalau di Amerika nanti dia akan melupakanmu?" tebak Sungmin lagi ketika tebakannya yang pertama tidak mendapat hasil.

"Kenapa eomma tanya begitu?" tanya Henry pelan dan nyaris tidak terdengar karena suaranya teredam bantal.

"Eomma tahu kalau kau dan Zhoumi menjalin hubungan" gumam Sungmin yang sukses membuat Henry bangkit dari tidurnya dan menatapnya dengan tatapan kok-eomma-tahu-?

"Jadi benar karena itu?" tanya Sungmin lagi.

Henry hanya menghela napas dan akhirnya mengangguk pelan.

"Kenapa tidak percaya dengan Zhoumi chagi? Namja itu tidak mungkin melupakanmu" gumam Sungmin lembut.

"Eomma nggak ngerti Zhoumi itu orang yang seperti apa! Dia itu pervert! Sudah begitu dia tipe yang gampang suka sama orang lain!"

Sungmin terdiam mendengar penjelasan putranya. Dari caranya berbicara jelas sekali kalau Henry sangat mencintai Zhoumi dan tidak ingin ditinggal pergi oleh Zhoumi.

"Chagi…" Sungmin membelai kepala Henry lembut, "apa kau tulus mencintai Zhoumi?"

Henry mengangguk sambil menggigit bibir bawahnya. Menahan tangis yang siap meledak.

"Apa Zhoumi mencintaimu?"

Henry mengangguk lagi.

Melihat itu Sungmin memasang senyum lembut, tangannya terulur membingkai pipi bulat Zhoumi, "kalau begitu yang harus kau lakukan adalah percaya. Percaya bahwa kau mencintai Zhoumi, percaya bahwa Zhoumi juga mencintaimu dan percaya kalau Zhoumi tidak akan meninggalkanmu, arraseo?"

Henry menatap mata Sungmin dalam. Kata-kata Sungmin memang sangat sederhana namun mengena pas di hati. Namja mungil itu mengangguk dan memeluk eomma-nya erat.

"Jeongmal gomawo eomma" bisiknya parau.

Sungmin tersenyum dan balas mengusap punggungn Henry. Namun matanya membulat ketika secara tidak sengaja melihat ke pintu kamar Henry. Sontak hal itu membuatnya melepas pelukannya, Henry yang merasa aneh dengan eomma-nya ikut melirik ke pintu kamarnya.

"Aigooo~" gumamnya terkejut.

Terlihat di pintu kamar Henry sosok Donghae dan Eunhyuk. Namun bukan itu yang membuat Sungmin dan Henry terkejut, melainkan sosok kecil mungkin yang berdiri di samping dengan kaki gemetar. Namja bernama Cho Jino itu terlihat menggenggam tangan Donghae erat dan kaki mungilnya agak gemetar.

"Astaga! Jino!" seru Sungmin kaget. Tentu saja terkejut, pasalnya beberapa menit yang lalu Jino masih merangkak, namun sekarang sudah bisa berdiri dan parahnya lagi sudah bisa naik tangga menuju kamar Henry di lantai dua. Mulanya Sungmin mengira Jino digendong oleh Hae maupun Hyuk, namun itu mustahil mengingat badan Hae dan Hyuk terlalu kecil untuk mampu menggendong Jino.

"Jino sudah bisa jalan?" gumam Sungmin khawatir. Namja aegyo itu memeluk dan menggendong putra bungsunya. Namun hal itu justru membuat Jino memberontak dan membuat Sungmin kembali menurunkan Jino.

Namja kecil itu sempat terhuyung sebelum akhirnya tangan mungilnya mencengkeram kaos Donghae erat sebagai pegangan.

"Jino nggak cuka digendong ahjumma" celetuk Hyukkie.

Sungmin masih memandang Jino terkejut, namun kemudian dia tersenyum lembut.

'Anak-anakku sudah pada besar' batinnya

Zhoumi memandang sekelilingnya gelisah. Saat ini namja tinggi tersebut tengah berada di bandara bersama dengan keluarganya, keluarga Kim dan keluarga Cho. Waktu keberangkatan sekitar setengah jam lagi. Namun ia masih gelisah dikarenakan satu orang yang paling ditunggu kehadirannya justru tidak datang.

"Sungmin ahjumma, apa Henry memang tidak akan datang?"

"Mian Zhoumi-ah, tapi ahjumma juga tidak tahu"

Zhoumi hanya menghela napas. Ternyata benar kalau Henry sudah mengakhiri hubungan mereka. Tidak lama kemudian terdengar suara yang mengatakan kalau pesawat menuju Amerika akan segera berangkat.

"Jaga dirimu" gumam Heechul sambil menepuk punggung Zhoumi. Namja tinggi itu hanya tersenyum tipis.

"Ne, semuanya aku berangkat ya?" gumam Zhoumi sambil menyeret kopernya. Namun ketika dia akan membalikkan badannya tiba-tiba saja sesuatu mengenai kepalanya.

"Aww!" Zhoumi meringis sakit. Namja itu terheran ketika melihat sebuah sepatu yang sepertinya tadi dilemparkan ke arahnya. Zhoumi melemparkan pandangannya ke arah sepatu yang terlempar tadi dan senyum lima jari terpasang di wajahnya ketika melihat siapa yang melempar sepatu itu.

"Henry!" serunya semangat.

Henry berjalan mendekati Zhoumi dengan wajah kesal dan tiba-tiba saja menampar keras pipi namja itu.

"Henry… kenapa…"

"Pabbo! Koala pabbo! Kau mau pergi begitu saja tanpa mengucapkan selamat tinggal padaku hah?"

"T-tapi… kau bilang kau benci padaku…"

Tamparan lagi, kali ini di pipi sebelah kiri.

"Mana mungkin aku membencimu, pabbo!"

Senyum kembali terkembang di wajah tampannya, dengan erat Zhoumi memeluk Henry.

"Aku tidak akan melupakanmu, aku sumpah, aku akan terus mencintaimu dan setia hanya padamu" ujar Zhoumi lalu melepas pelukannya.

"Kau memang tidak boleh melupakanku! Kalau kau sampai punya pacar baru di Amerika, aku akan mendatangimu dan langsung membunuhmu!"

Seketika Zhoumi ciut mendengar perkataan Henry. Tidak lama kembali terdengar pengumuman dari operator bandara yang mengatakan bahwa pesawat menuju Amerika bersiap lepas landas dan membuat Zhoumi merutuk kesal.

"Ne, aku pergi dulu, aku akan merindukanmu chagi" bisik Zhoumi sambil perlahan memajukan wajahnya. Tangannya terjulur menyentuh dagu Henry dan mengangkatnya. Henry hanya menelan ludah gugup dan memejamkan matanya siap menerima ciuman dari sang kekasih.

3 cm.

2 cm.

1cm.

Dan…

'pluk' kembali Zhoumi merasakan sesuatu dilemparkan ke kepalanya. Sepatu lagi, namun kali ini ukurannya lebih kecil. Ketika dia mengangkat kepalanya melihat siapa yang melempar, namja meringis ngeri.

'Aiish… sepertinya akan sulit mendapat restu dari adik ipar' batin Zhoumi dramatis.

Namja itu kemudian membalikkan badannya dan berjalan menuju area pesawat. Meraih impiannya di negeri orang walau harus meninggalkan keluarga dan orang-orang tercinta.

Sebelum benar-benar pergi Zhoumi membalikkan badannya dan berteriak.

"SEMUANYAA! AKU PERGI YAA? JANGAN LUPAKAN AKU! DAN KAU CHO HENRY! BEGITU AKU PULANG NANTI KITA LANGSUNG MENIKAH YAAAA?"

Dan buru-buru Zhoumi pergi sebelum Jino kembali melemparinya dengan sesuatu.

'Dasar pabbo!' batin Henry

END

xxx

a/n :: HYAAAAAA~~~~~~ akhirnya tamat jugaaaaa~. Terimakasih buat yang selama ini mendukung dan sudi meripiu epep saia ini… *bungkuk2* semoga chapter terakhir ini nggak mengecawakan readers sekalian…

nyaaaaaaa~ saia nggak tau mau ngomong apalagi.. pokoknya makasih banyak sebanyak-banyaknya buat dukungan readers selama ini… maaf kalau saia nggak pernah membalas ripiu readers sekalian… saia sendiri nggak nyangka ternyata terhitung sampai chap 9 mampu menampung sampai lebih dari tiga ratus ripiu… saia benar-benar berterimakasih sama readers sekalian

well, sebenarnya saia berniat bikin sekuelnya, yang ceritanya pas kepulangan Zhoumi, tapi saia gak yakin… soalnya lagi ada banyak proyek epep sihh~

ne… akhir kata… RIPIU PLISSSS?

Sign

Arisa Adachi a.k.a U-Know Boo a.k.a Changmin's Wife.