Love Between

Disclaimer : Naruto always Masashi Kishimoto's belonging

Rated : T-M

Genre : Romance, Drama, Friendship

Waktu terlewati begitu sebentar bagi Sakura, kini kandungannya sudah berumur 8 bulan dan bertepatan dengan berlangsungnya acara pernikahan mereka. Kata mereka ini terdiri dari Sakura, Sasuke, Shikamaru dan Ino. Mereka menyelenggarakan pesta pernikahan disebuah taman luas yang bertema Garden Party dengan dress code 'White', begitu banyak yang datang, dari para artis sampai para wartawan untuk meliput pernikahan mereka, langsung saja ada beberapa wartawan yang menunggu Sakura datang.

"Lama sekali sih mereka," gumam Hidan.

"Namanya juga wanita," jawab Sasori.

Mereka kini sedang berada bersama pengantin pria yang sudah siap dengan tuxedo berwarna putihnya.

"Gugup? Adikku yang tampan?" ejek Itachi.

"Hn," jawab Sasuke cuek sambil berdiri didepan cermin melihat penampilannya.

"Sudah Sasuke, kau sudah tampan!" sewot Deidara yang malas mengakui kalau Sasuke sangat tampan saat itu, tuxedo putih dengan dasi putih didalamnya membuat Sasuke sangat berkharisma, begitu pula dengan Shikamaru.

"Kenapa tuxedo kalian sama begitu sih?" tanya Sasori heran.

"Biasa, permintaan sang calon istri," jawab Shikamaru sambil duduk dan mengangkat satu kakinya diatas pahanya.

Sementara itu ditempat pengantin wanita.

"I-Ino… aku gugup sekalii~" ujar Sakura yang rambutnya sedang ditata oleh penata rambut, rambutnya digulung keatas sehingga lehernya yang putih itu ter ekspos dengan indah.

"Santai saja, asal kau jangan menginjak gaunmu sendiri saja, bisa-bisa kau jatuh nanti ditengah-tengah perjalanan," ejek Ino yang tahu bahwa adiknya ini sangat ceroboh.

"Selesai," ucap wanita yang menata rambut Sakura.

"Sip, kau sangat cantik," ucap Ino.

"Kau juga Ino," balas Sakura sambil membawa bunga.

"Inooo, Sakuraaa," panggil seorang wanita berambut panjang yang memasuki ruangan mereka.

"Hinataaa?"

"Waaah, selamat yaah akhirnya kalian menikah juga," ucap Hinata memeluk mereka.

"Kau kesini sama siapa?" tanya Ino.

"Ehm… dengan Said an kak Neji," jawab Hinata malu-malu, Sakura yang tidak sengaja melihat Hinata memakai cincin di jari manisnya langsung teriak.

"Aahh! Kamu sudah dilamar yah?" tanya Sakura.

"Heh?"

"Ah, i-ini… dari… Sai," jawab Hinata tersipu

Awalnya berita ini membuat Ino terkejut, namun akhirnya dia tersenyum lembut pada Hinata dan menggenggam tangan wanita itu dengan lembut.

"Selamat yah, semoga bahagia bersama Sai," ucap Ino.

Hinata menahan air matanya agar tidak mengalir sekarang, "Ya, terima kasih Ino, kau juga yah."

"Pengantin wanita siap-siap!."

"Sakura, ayo," ajak Ino.

Sakura dan Ino berjalan pelan-pelan menuju tempat dimana para calon suami mereka sedang menunggu di hadapan penghulu diluar sana, begitu kedua mempelai wanita itu keluar, Shikamaru dan Sasuke terpesona melihat kecantikan mereka, apalagi Shikamaru baru pertama kali melihat Ino yang membiarkan rambutnya tergerai dengan indah dan sedikit dikuncir kebelakang setengah rambutnya.

Saat sampai ditujuannya, Sakura berdiri disamping Sasuke, dan Ino berdiri disamping Shikamaru, saat penghulu menyatakan keresmian mereka sebagai suami istri, pengantin pria memasangkan cincin dijari masing-masing pasangannya dan menciumnya dengan mesra.

"Ukh…"

"Kenapa?" tanya Sasuke pada Sakura yang tiba-tiba merintih.

"Akh! S-Sasuke…." Sakura makin merintih dan mencengkram lengan Sasuke sambil memegang perutnya.

"Sakura?" tanya Ino yang mulai khawatir.

"K-ketubanku…. Pecah…" jawab Sakura ditengah-tengah rasa sakitnya itu.

"APA! KAKAK! NYALAKAN MOBILMU CEPAT!" teriak Sasuke pada Itachi.

"SIAP!" jawab Itachi yang langsung berlari menuju mobilnya.

Sasuke langsung menggendong Sakura dan berlari mengikuti Itachi, tapi langkah Sasuke begitu ribet karena gaun Sakura yang panjang, sementara itu Sakura terus berteriak kesakitan.

"Gaunnya menghalangiku!" sewot Sasuke, "Kenapa pakai gaun yang panjang begini sih!"

BLETAK! Ino sukses menjitaknya dengan kencang.

"Hargai kami dong! Biar aku yang mengangkat gaunnya," ujar Ino.

"Makin ribet, potong saja!" ucap Neji yang datang membawa gunting rumput yang entah dia dapat dari mana.

KRESSSS.

"Ahh! Gaunkuu!" rintih Sakura sambil kesakitan.

"Kau pilih gaun apa bayimu!" sewot Ino yang heran dengan adiknya ini.

"Deidara, Sasori! Ayo kita juga ikut kerumah sait," ajak Hidan.

"Sai, Kak Neji… aku juga mau ikut," pinta Hinata.

"Baiklah," jawab Sai.

"Ino kau ikut denganku," Shikamaru menarik lengan Ino dan langsung masuk kedalam mobilnya.

Selagi mereka sibuk mengurusi Sakura yang akan segera melahirkan, penghulu dan seluruh tamu juga wartawan hanya bengong ditempat, mereka masih memutar otak dengan apa yang sebenarnya terjadi.

.

.

.

.

.

"AARRGHHHHH!"

"Tarik nafas nyonya, tariiiikk.."

"Hah hah hah… Nghhhh!"

"Anda pasti bisa, ayo tarik dan keluarkan lagi."

"Nghhhhhaaaaaaahhhhh!"

Saat ini Sakura sedang berada diruang bersalin dengan gaunnya yang sudah bercorak darah itu, dibantu oleh dokter dan para suster yang memeganginya, sementara itu Sasuke dan yang lainnya sedang menunggu diluar, Sasuke yang sangat gelisah mondar-mandir didepan pintu ruang bersalin sambil menggigit-gigit jarinya dan sesekali mengacak-acak rambutnya.

"Sasuke diam sedikit! Aku jadi ikutan panic!" sewot Ino.

"HYAAAAAAA!"

Terdengar suara teriakan Sakura yang sangat kencang dan disusul oleh…

"Oeeeee… ooeeeeee…"

Semua yang berada diluar saling pandang dan tidak mengucapkan apa-apa, lalu dengan serentak mereka semua berteriak.

"YEESS!"

"HOREEE!"

"Kyaaaaa!"

"Sasuke selamaat, akhirnya kau jadi ayah," peluk Ino pada Sasuke yang juga dibalas peluk oleh Sasuke. Bukan hanya Ino yang memeluknya, semua yang datang juga memeluknya, bahkan moment ini kesempatan untuk Hidan dan Deidara untuk menggetok dan mengacak-acak rambut Sasuke.

Begitu salah satu suster itu keluar, semua terdiam dan melihat suster itu celingak-celinguk mencari seseorang, dan begitu tatapannya kearah mereka.

"Ah itu dia," kata sang suster dan berjalan kearah mereka.

"Selamat yah, anak anda laki-laki," ucap suster itu kearah…

Deidara?

"A-anu…"

"Anda boleh kok langsung melihatnya," azin suster tersenyum ramah.

"T-tapi bukan…"

"Anda tidak usah malu, ayo masuk," paksa sang suster.

"Suster!" panggil Ino, "Bukan itu ayahnya, tapi dia." Tunjuk Ino pada Sasuke.

"Eh?" sang suster kini bingung, "Tapi rambut anak itu pirang."

"….."

"…"

Pirang?

Oke…

Bukan karena rambut anak itu pirang lantas sang suster menganggap ayah dari anak itu Deidara kan?

"Ah, maaf kalau begitu," ucap sang suster yang wajahnya memerah, "Silahkan Tuan boleh masuk."

Sasuke mengikuti suster itu dengan wajahnya yang kusut.

"Ngahahahahahaa, Deidara dikira ayahnya?" ejeh Hidan.

"Berisik!" bentak Ino.

"Aku penasaran dengan bayinya," ucap Hinata.

Semua terdiam, mereka juga penasaran seperti apakah sosok bayi yang kata suster itu terlihat pirang? Apakah sangat mirip dengan Naruto?

Sasuke berjalan menuju Sakura yang sedang menggendong bayinya, terlihat sosok wanita yang dicintainya itu penuh dengan keringat yang baru saja melakukan perjuangan yang sangat mulia bagi kaumnya, Sasuke sangat bangga ketika melihat Sakura sedang sedikit merintikan air matanya sambil menggendong bayi itu.

"Sasuke…" ucap Sakura yang sadar akan kedatangan Sasuke.

"Selamat yah," ucap Sasuke mendekati Sakura dan melihat bayi itu, "Sangat mirip dengannya." Ujar Sasuke yang memegang pipi bayi itu memakai telunjuknya.

"Aku mau kau yang memberi namanya," ucap Sakura.

Sasuke tersenyum dan mencium kening Sakura lalu memegang tangan mungil bayi itu, "Selamat datang, Uchiha Naruto."

.

.

.

.

.

5 tahun kemudian sejak peristiwa lahirnya bayi dalam acara pernikahan yang sangat heboh saat itu, kini Naruto sudah berusia 5 tahun, dan saat ini dia sedang bersama ayahnya dirumah sakit serta dengan pamannya.

"Paman, Bibi Ino kok masuk rumah sakit barengan dengan Ibu?" tanya Naruto sambil menempel pada ayahnya.

"Itu karena Bibi Ino dan Ibumu akan melahirkan secara bersamaan," jawab Shikamaru dengan lembut.

"Melahirkan itu apa?" tanya Naruto.

"Ehm, melahirkan itu proses pengeluaran seorang anak," jawab Shiakmaru lagi.

"Melalui apa?" tanya Naruto yang umur-umur segitu sedang suka-sukanya bertanya.

"Ehm… itu…. Ah! Tanya ayahmu," kata Shikamaru menunjuk Sasuke dan meminum kopi kalengnya.

"Ayah, melairkan itu melalui apa? Dan kenapa bisa ada anak didalam perut?" tanya Naruto pada Sasuke.

"Aa… Shikamaru brengsek!, begini…." Sasuke sangat bingung menjelaskan pada anaknya yang masih sangat kecil ini.

"Keluar dari tempat pipis yah?" jawab Naruto yang juga merupaan pertanyaan.

BRUUFTTTT

Shikamaru menyemburkan kopi itu begitu mendengar ucapan Naruto kecil, sedangkan Sasuke hanya membatu, seingatnya dia dan Sakura tidak pernh membahas masalah ini, jadi siapa yang memberi tahunya?
"Siapa yang memberi tahumu?" tanya Sasuke.

"Paman Hidan, paman Deidara, dan Paman Itachi… mereka juga menceritakan padakau saat ayah dan ibu membuatku," jawab Naruto dengan sangat polos.

Detik itu juga Sasuke bersumpah, ketika pulang nanti dia akan menghajar mereka bertiga.

"Tuan Uchiha? Tuan Shikamaru?" panggil sang suster, "Kalian sudah boleh masuk."

"Ayo Naruto, kita lihat adikmu," ajak Sasuke sambil menggenggam tangan Naruto.

Sasuke, Shikamaru dan Naruto berjalan keruangan yang sama, karena Ino dan Sakura ingin melahirkan ditempat yang sama, dan sangat kebetulan mereka mengandung bersamaan, senam hamil bersama, dan juga merasakan mules yang sama, air ketuban pun pecah secara bersamaan, namun kelahirannya lebih dulu Ino 5 menit dari pada Sakura.

"Sasuke," panggil Sakura yang sedang menggendong bayinya, "Jadi teringat saat pertama kali Naruto lahir."

Sasuke tersenyum dan mencium kening Sakura, "Perempuan yah?"

"Sakura," panggil Shikamaru yang berada disamping Ino, "Siapa nama anakmu?"

Sakura dan Ino saling tatap dan tersenyum lalu menjawab, "Ayame."

"Kalau kau Ino?" tanya Sasuke.

Ino tersenyum dan menjawab, "Ayaka."

Shikamaru terdiam kemudian tersenyum, dia berfikir pasti istrinya sudah merencanakan dari awal dengan Sakura kalau punya anak akan dinamakan bersama dengan awalan yang sama.

"Ibu, Ibu… aku mau lihat Ayame," ujar Naruto yang mengangkat tangannya.

Sasuke menggendong Naruto agar bisa melihat adiknya, dilihat adiknya mempunyai mata onyx dan rambutnya yang hitam seperti Sasuke.

"Ibu, kenapa rambutku bisa pirang? Aku mau dihitamkan agar sama dengan Ayame" tanya Naruto bingung.

"Naruto… Ibu lebih suka Naruto yang seperti ini, lebih terlihat tampan," jawab Sakura sambil tersenyum.

"Benarkah?"

"Iya."

"Lebih tampan dari ayah?"

"Tentu."

"Kalau begitu baiklah, aku seperti ini saja, hehehe… Ayameee, selamat datang yaaah," ucap Naruto yang memegang tangan adiknya, dan Ayame menggenggam balik jari telunjuk Naruto yang menyentuhnya itu.

Sakura dan Sasuke saling melemparkan senyum lembut satu sama lain.

"Naruto, tidak mau melihat Ayaka?" ucap Ino.

"Ah iya…" Naruto turun dari kasur dengan cepat dan digendong oleh Shikamaru untuk melihat Ayaka.

"Waaah, cantiiiik," ucap Naruto dan melanjutkan, "T-tapi Ayame lebih cantiiik."

"Hahaha, iyaa iyaaaa, lihat sepertinya Ayaka ingin menyentuhmu," kata Ino.

Shikamaru meletakkan Naruto dikasur Ino dan membiarkan Naruto menyentuh anak perempuannya.

Naruto memberikan telunjuknya pada Ayaka dan Ayaka menggenggam telunjuk itu lalu tersenyum polos, wajah Naruto langsung memerah terpesona pada bayi?

"Ayah… Ibu… kalau sudah besar aku ingin menikahi Ayaka boleh tidak?" tanya Naruto yang membuat Shiakamaru tersedak ludahnya sendiri.

"Uhuk uhuk uhuk."

"Hahahaha, boleh, silahkan saja, asal kau jadi laki-laki yang hebat dan jantan!" ucap Sasuke.

"Tu-tunggu dulu… mana mungkin aku menyerahkan anak perempuanku dengan mudah!" sewot Shiakamaru.

"Hahahaha, nah Naruto, memangnya kamu ingin punya istri yang bagaimana?" tanya Ino.

Naruto tersenyum dan menjawabnya dengan riang.

"Yang pintar memasak!" jawab Naruto, dan jawabannya itu membuat mereka teringat pada Naruto yang dulu saat ditanya pertanyaan yang sama, dia… benar-benar anak Naruto.

"Atau aku ingin yang seperti ibu, hehehehe," jawab Naruto sekali lagi.

Sakura tersenyum lembut sambil meneteskan air matanya, Sasuke yang mengetahui hal itu segera memeluk dan menghapus air matanya.

Kesulitan yang mereka hadapi dulu kini terbalas dengan kebahagiaan yang setimpal, kesedihan, keterpurukan dan penderitaan mereka jalani dengan tegar, kini saatnya mereka menjalani hidup baru dengan orang-orang baru, sampai anak-anak besar nanti, mereka semua akan terus bersama.

THE END


A/N : yeeey tamat, maaf yah kalau kurang memuaskan.. heheheee..

makasih udah ngedukung LB selama ini yah...

salam hangat semuanya :)