LOVERSNaruto Uzuso

Naruto© Masashi Kishimoto

Genre: T (semi-M)

Pairs: MinaNaru, slight MinaShion, MadaMina. Tentang kisah cinta segitiga. Tapi, inti ceritanya hanya MinaNaru.

Warnings: AU, OOC, kissing scene, Typo & whatsoever. Yaoi N straight.

A/N: Disini Minato, Naruto tidak memiliki hubungan darah sedikit pun. Madara tidak pakai topeng, N wajahnya bisa readers liat di komik Naruto (gak tau chapter berapa) di covernya kalau tidak salah.

Tulisan center itu adalah pesan moral yang ingin disampaikan oleh Author disini.

Chapter 1: OMG! My first kiss…

Terkadang secercah cahaya kecil bisa menghantam kegelapan yang besar.

. . .

"Naruto! Kesini kau! Jangan lari! Kau belum mengerjakan tugas dari Pak Jiraiya, sedikit pun!"

Teriakan yang memekakkan telinga seperti itu menjadi sebuah hal yang sangat amat biasa di Universitas Konohagakure. Aksi kejar-kejaran turut menyertai teriakan-teriakan itu.

Tampaklah pemuda blonde dengan pakaian acak-acakan, dan ada sepotong roti di mulutnya. Sejak beberapa saat yang lalu, ia sudah memacu kemampuan berlarinya. Seperti akan ada vampire yang akan menggigitnya dari belakang jika ia berhenti berlari.

"Saku-chaaann. Elo 'kan udah nyelesein tugas itu bareng Sasuke. Kenapa gue lagi yang kena?" Teriaknya sambil berlari. Bagaimana tidak? Jika dia berhent berlari, bisa saja gadis yang mengejarnya itu akan membunuhnya. Gadis berambut pink dan bermata emerald itu, sebaya dengan Naruto. Ya, nyawanya sedang dipertaruhkan dalam insiden ini. Hii. . Membayangkannya saja sudah membuat Naruto bergidik ngeri. Apalagi jika kejadian itu menjadi kenyataan.

"Sakura-chaann, please.. Kali ini aja biarin gue tenang. . ." Mohon Naruto dengan amat sangat. Dirapatkan tangannya dan sesekali menoleh ke belakang berharap maut tak menjemputnya kali ini. Mimpi buruknya setiap malam tentang malaikat pencabut nyawa membuatnya trauma jika dikejar-kejar Sakura yang terbuai nafsu membunuh. Dan roti di mulut Naruto sudah tidak ada lagi karena sudah masuk ke dalam organ pencernaannya.

"NARUTOOO! Jangan lari lagi atau kalo lo tertangkap, bakal gue cincang lo!" Ah, gawat! Tinggal beberapa meter lagi Sakura memegang kerah baju Naruto. Tapi, sayang beribu sayang karena Naruto semakin memacu kecepatannya begitu menyadari aura mencekam semakin menusuk.

Benar, Sakura tak main-main kali. Sudah sering Naruto tak mengerjakan tugas kelompok. Dia hanya mengandalkan teman-temannya.

Andai saja Naruto lebih memilih membantu menemani Sakura dan Sasuke dalam melakukan suatu riset, pastilah nasib tragis ini tak akan menerjangnya.

Sakura dan Sasuke hampir diculik gara-gara melakukan riset itu. Mereka berdua (yang harusnya bertiga), melakukan riset di bar terkenal di Konoha. Bar itu dipenuhi dengan wanita mau pun lelaki yang menjajakan diri. Orang-orang mabuk, dll.

Mereka menyamar sebagai salah satu pelanggan di bar itu. Dan menemui gremo disana untuk diriset (secara rahasia).

Setelah mendapatkan informasi yang dibutuhkan, mereka akhirnya pergi. Tetapi, di gank sempit mereka dihadang belasan preman.

"Boo``, ada preman Sasuke-kun``" Goda Sakura yang lalu ber-actingdengan bersembunyi di belakang punggung Sasuke.

Suasana mencekam mengintervensi gank sempit itu.

"Oh, elo cewek ya?" Suara tanpa nada bersalah yang keluar dari salah satu mulut mulut preman itu lantas membuat emosi Sakura meledak-ledak. Dia yang super sekseh ini diragukan statusnya sebagai cewek. What the heck?

"Dia itu cowok. Liat aja dari bodynya. Tapi, walau rada-rada bences sih," celetuk preman satunya yang membuat Sakura mendidih, meletup-letup. Bodynya yang, wahh, membuat siapa saja berdecak kagum. Tapi, memang sih, dadanya terlihat agak 'rata' karena pakaian ketat yang digunakannya.

"U-APWAA?"

Kehisterisan Sakura itu nampaknya akan berdampak buruk bagi Sasuke. Gendang telinga Sasuke bisa saja rusak mendadak mendengar suara ultrasonik itu. Bahkan teriakan Sakura itu mampu membuat tong sampah yang tak berdosa di dekat mereka oleng dan ambruk.

"Sakura, tenanglah," kata Sasuke pelan sambil sedikit menolehkan kepalanya ke belakang.

"Ah, Sasuke-kuunn. Sorry, tadi kelepasan ehehehehe," ekspresi Sakura langsung berubah 180 derajat jika Sasuke 'menenangkan'nya.

Semua preman disitu pada sweatdrop.

"Ehem, ehem, serang N culik mereka!" Komando salah seorang preman.

.

.

"Ah, akhirnya beres. Kita pergi yuk Sasuke-kun," kata Sakura yang lalu menggandeng tangan kiri Sasuke.

"Hnn. . ." Sasuke pun mengangguk.

Sakura dan Sasuke melenggang pergi dari gang sempit itu. Tampaklah para preman tadi terkapar. Poor you all.

"NARUTOOO! Balik lo kesini! Gue mau cincang elo!"

Suara Sakura yang menggema itu membuat Naruto semakin mempercepat berlarinya. Naruto jadi berpikir, lebih seram Sakura yang sedang marah daripada Godzilla yang kelaparan. Hii~~, Naruto bisa terus bermimpi buruk jika membayangkannya.

"Sakura-channnn, gue mohon, sekali ini aja maafin gue. Gue janji bakalan bantu kalian ngerjain tugas kelompok. Jangan kejar gue lagi."

Seakan tak memperdulikan permohonan Naruto, Sakura masih tetap terus mengejarnya.

Gawat! Naruto menemui jalan buntu. 'Gimana nih?' Naruto harap-harap cemas dalam hatinya. Satu-satunya cara adalah dengan naik ke lantai berikutnya melalui tangga di sampingnya. Tapi, itu 'kan area para seniornya. Tapi, bagaimana ini? Jika dia tidak naik, mungkin saja nyawanya akan sulit tertolong. Tapi, kalau naik, bisa-bisa 'dimakan' oleh seniornya.

Bagaimana ini...?

Sakura semakin mendekat. Diperlambatnya kecepatan berlarinya. Raut kelelahan tak tampak di wajahnya. Seperti seekor macan yang menemukan kucing. Sakura yakin, Naruto tak akan sanggup untuk pergi ke lantai berikutnya.

10 meter.

7 meter.

5 meter. . .

'Dapat kau!'

Tapi, Sakura salah sangka. Ternyata Naruto berani naik dengan kecepatan yang dipacu.

"Naruto! Jangan lari!" Seakan tak takut habis suaranya Sakura terus meneriaki Naruto agar mau berhenti berlari. Percuma, rasa takut Naruto yang sudah stadium akhir itu terhadap Sakura yang sedang dilanda nafsu membunuh tak akan membuatnya berhenti berlari. Walaupun dia sudah hampir kehabisan tenaga.

.

.

Kelelahan tak akan membuatku meyerah. Segenap seluruh staminaku yang terkuras tak boleh menjadi sebuah perjuangan yang sia-sia.

. . .

"Mina-kun itu suara apa ya?"

"Entahlah."

Minato Namikaze. Siapa yang tak mengenal dirinya. Dirinya yang punya paras yang menarik, dan otaknya yang terbilang jenius. Siapa pun akan bertekuk lutut.

Shion. Teman semenjak kecil Minato. Rambut pirangnya yang cerah, sikap yang sangat ramah. Seperti tak ada kekurangan sama sekali.

Mereka berdua adalah sepasang sahabat tak terpisahkan. Tapi, jika ada perasaan lebih, tak salah juga, bukan?

. . .

DRAP, DRAP, DRAP. .

Derap langkah kaki itu semakin terasa. Seperti orang berlari.

Minato dan Shion yang sedang berjalan berdampingan itu turut merasakan suara langkah kaki yang cepat dan suara-suara yang seperti teriakan. Berulang-ulang.

Minato, yang sedang pakaian biasanya itu hanya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Berjalan sangat-amat santai. Sementara Shion di sebelahnya, sedang menenteng beberapa buku di depan, dan tas di belakang.

Di depan mereka, beberapa meter lagi ada tikungan ke kiri. Di balik tikungan itu ada tangga ke lantai sebelumnya (lantai 2) universitas ini.

. . .

BRUKK. .

. . .

Semua shock. Sakura dan Shion hanya dapat mengatup-ngatupakn mulutnya. Pemandangan di depan mereka sudah tidak etis.

Naruto telah melakukan kesalahan dengan pergi ke lantai 3.

Betapa tidak? Pemandangan di depan mereka, tidak boleh dilihat oleh anak di bawah umur.

First KissNaruto sudah direnggut oleh mahasiswa seniornya yang bernama Minato Namikaze (salah Naruto sendiri).

Naruto berada di atas tubuh Minato. Bibir bertemu bibir.

Kancing kemeja Naruto yang sebagian terbuka, terutama bagian atasnya membuat orang lain yang lewat disitu akan salah paham. Naruto tak beranjak dari tempatnya. Masih terlalu shock untuk menerima semua ini.

Sedang Minato? Keadaannya juga sama seperti Naruto. Masih terlalu shock.

Ciuman itu berlangsung cukup lama tanpa ada yang berani mengintervensi.

Beberapa mahasiswa lain yang lewat disitu sedikit tercengang, tapi toh akhirnya mereka cuek dan menganggap tak terjadi apa-apa.

Durasi ciuman yang hampir 4 menit di-interupsi oleh Sakura. Digaruknya sedikit belakang kepalanya.

"Ehem! Na-naru-Naruto. Ehmm, i-it-itu," Sakura gelagapan. Gugup menerpanya. Bukannya apa, Sakura merasa tidak enak jika teman baiknya itumenjadi bahan tontonan gratis oleh beberapa insan yang lewat. Adegan ini tak berada pada tempat yang tepat.

"Hah?" Naruto dan Minato sadar akan apa yang barusan terjadi setelah otaknya loading selama 4 menit-an.

Naruto bangkit dari tubuh Minato dan membantu Minato berdiri.

"Ma-maaf. Kami tak sengaja," ucap Sakura pada Minato. Sakura beberapa kali membungkuk mengekspresikan rasa bersalahnya.

Naruto turut pula menundukkan kepalanya tanda penyesalan.

Serpihan penyesalan dicurahkan dalam untaian kata maaf.

"Eh? Iya. Tidak apa-apa. Hanya insiden kecil koq. Tak usah terlalu dipikirkan."

Wah semua seakan terlarut ke dalam suasana. Seorang Namikaze menganggap ini adalah hanya insiden kecil. Patut dipertanyakan. Sebuah ciuman, dianggap insiden kecil?

Mungkin Minato tak ingin terlalu mempermasalahkannya. Dan dia berpikir pemuda di depannya ini tak sengaja melakukannya.

. . .

BLUSHH~~. . .

Wajah Naruto memerah tatkala Minato mengancingkan semua kancing kemejanya. Kemeja Naruto yang semula acak-acakan, sekarang sudah rapi.

Minato kembali tersenyum. "Sudah rapi. Kalau begitu kami duluan." Dengan itu Minato dan Shion kembali meneruskan perjalanannya yang sempat tertunda beberapa menit.

Naruto semakin tak percaya dengan realita ini. Semua seakan tak logis dalam benaknya.

Sakura yang tampangnya seperti monster apabila terbuai nafsu membunuh dan amarah, itu tak aneh bagi Naruto. Itu adalah hal biasa.

Tapi, ini? Ciuman pertamanya direnggut oleh mahasiswa senior-nya. Dan seniornya itu adalah PRIA, pemirsa. Naruto seakan berada di ambang pintu kematian, menunggu bunyi terompet maut berdentang.

Lebih buruk dari amukan Sakura.

. . . . .

Saat pergolakan emosi yang begitu memuncak, ada perasaan lain yang tumbuh di dalam lubuk hati Naruto.

. . . . .

Sakura mulai merasa bersalah pada sobat bermata cobalt-nya itu. Betapa tidak? Sejak insiden 'perciuman tak sengaja' itu Naruto seakan tak punya semangat hidup. Dia selalu nunduk. Ini membuat dinding rasa bersalah dalam diri Sakura semakin tebal. Andai saja, dia tak mengejar Naruto, mungkin insiden itu tak terjadi.

Tapi, jangan salahkan Sakura. 'Aksi kejar-kejaran' itu adalah sebuah 'adat' yang harus dilakukan keduanya saat Naruto tak turut andil dalam kerja kelompok. Apalagi jika Sakura mengalami kesulitan.

Naruto juga bisa disalahkan dalam realita ini. Selama ini, Naruto tak pernah lari ke lantai 3 saat dikejar oleh Sakura. Kenapa dia malah nekat berlari ke lantai 3? Entahlah. Biasanya dalam keadaan apa pun, Naruto hanya akan lari di lantai dua, lantai di mana room-nya berada. Entah mengapa kai ini dia bergerak di luar kineja kendali otaknya.

"Naruto? Elo gak apa-apa 'kan?" Sakura mulai khawatir. Entah mengapa insiden tadi bisa terjadi. Tapi, sisi baiknya Naruto tak akan mendengar 'bunyi terompel maut' dari Sakura.

"Gak apa-apa koq," jawab Naruto dengan suara lemah. Dilihat dari air mukanya, tak ada semangat hidup sama sekali. Pandangannya masih tertumpu pada lantai yang dilaluinya.

Sakura tidak tahu harus berbuat apa lagi. Segenap seluruh usahanya untuk mengembalikan senyum sobat blonde-nya itu hanya sia-sia.

'Aha, gue punya ide bagus.' Pikiran Sakura itu nampaknya akan mengembalikan sifat awal Naruto.

Dirogoh sakunya, dan mengambil sebuah ponsel (qwerty, touchscreen, and so whatever, sesuka readers aja). Dicarinya sebuah file suara. Dan gottcha, diputarnya agak pelan. Didekatkannya ponsel itu ke telinga Naruto.

Naruto shock.

'Ahh, Nnn, arhh, lebih cepat. Nghh,. . .' Suara desahan-desahan itu mirip sekali dengan suara Naruto.

"Ini 'kan suara gue." Naruto semakin tak percaya.

Setelah diingat-ingatnya, dia pernah mendesah seperti itu. Tapi, bagaimana Sakura bisa merekamnya?

Naruto semakin panik. Lipatan kekesalan terpampang jelas di pelipisnya.

"Gue kencengin ah suaranya," ancam Sakura.

"Ja-JANGAN, Sakura-chan!"

Saking kerasnya teriakan Naruto, membuat puluhan pasang mata menghantam mereka. Detik selanjutnya, semua kembali seperti semula.

"Itu 'kan suara gue waktu dikerokin sama Shizune-san. Waktu gue masuk angin."

Kumpulan ingatan di memorynya itu sudah cukup menjadi sebuah pembelaan.

"Gitu donk," Sakura menghentikan suara itu dan memasukkan kembali handphone-nya ke dalam saku celananya.

Sakura pun memacu kecepatannya walau pun tidak sampai berlari mendahului Naruto. Naruto hanya bisa cengo'.

"Dasar."

Penghiburan sangat dibutuhkan untuk menyiram kepenatan duka dan lara

.

.

"Aaahh. .." Naruto merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya. Dia menghela nafas berat.

Mimpi apa Naruto semalam, sampai-sampai dia secara tidak sengaja berciuman dengan seorang seniornya. PRIA lagi.

Bukan mimpi aneh. Naruto hanya mimpi dikejar Sakura yang ngamuk-ngamuk. Seperti biasa.

Hamparan kejadian yang dialaminya hari ini terekam jelas di benaknya. Ciuman pertamanya sudah direnggut oleh kejadian tak disengaja.

"Argghh," Naruto mengacak-acak rambutnya tanda frustasi.

Dia hanya ingin ciuman pertamanya diambil oleh kekasihnya. Tapi, beribu sayang. Naruto tak mempunyai kekasih. Dan lagi, ciuman pertamanya sudah tak ada lagi. Yang ada second kiss.

Yah, walaupun dia tak menyalahkan Sakura. Karena aksi kejar-kejaran memang hampir setiap hari terjadi.

Tapi, Naruto merasa sedikit tertarik dengan sang Minato, seniornya itu. Tapi, sedikit dan bukan berarti perasaan cinta, bukan?

Naruto memegang bibirnya. Dia memutar kembali adegan itu.

BLUSH. .

Muka Naruto memerah. "Tidak boleh. Tidak boleh." Naruto menggelengkan kepalanya. Kata-kata itu diucapkan bak mantra.

Naruto memiringkan posisi berbaringnya. Ditutup matanya perlahan.

Alam mimpi buruk sedang menunggunya.

First sight dengan orang spesial akan diwarnai dengan kejadian tak terduga.

.

T

.

B

.

C

.

A/N: Akhirnya bersambung juga. Maaf, kalo awalnya agak aneh awalnya, tapi seiring jalannya cerita akan nymabung koq. Chapter ini emang sengaja dibikin pendek karena masih permulaan. Chapter depan akan lebih panjang koq. Asal readers mau nge-review fanfict ini.

Jika ingin fanfiksi ini berlanjut silahkan tekan kotak link review di bawah. .

One again, PLEASE REVIEW. . #jlep

.