Disclaimer : Masashi Kishimoto

Author : ran-moury

Pair : Sasuke x Naruto slaight Itachi x Konan

Warning : Shounen Ai, gaje, banyak typo, pendek, ancur, dll

Can I be Happy to Your Happiness ?

Chapter 1

Kehidupan seseorang sangatlah sempurna di saat orang yang kita cintai merasakan hal yang sama dengan kita. Dan lagi, bila kita bisa hidup berdampingan dengannya tanpa memperdulikan padangan dari orang, yang menganggapnya tabu. Akan tetapi, masalah muncul di saat orang yang juga kita sayangi, dan orang yang telah membuat kita berada di sini, menentang dengan adanya hubungan yang dijalani. Namun, apakah hubungan itu berhenti sampai di sini? Jawabannya, Tidak. Hubungan itu pasti akan berlanjut. Orang yang saling mencintai akan memperjuangkan cinta mereka, walaupun dengan berbagai syarat.

T_T

Dua sosok laki-laki tengah berjalan di tengah-tengah keramaian. Walaupun di sekitarnya sangatlah bising, namun bagi mereka sangatlah sunyi. Tak ada suara dari mulut mereka, yang ada hanyalah genggaman tangan yang hangat dan erat. Sedikit-sedikit mereka saling menoleh untuk sekedar melihat bagaimana reaksi sang kekasih saat ini. Si rambut pirang tampak khawatir dengan apa yang akan terjadi selanjunya. Sedangkan si rambut hitam kebiru-biruan semakin menggenggam erat tangan si pirang, menjoba untuk menenangkannya.

"Tenanglah, Naruto, apapun yang terjadi, kita hadapi bersama." Laki-laki berambut hitam kebiru-biruan itu menghentikan langkahnya saat tiba di sebuah rumah mewah.

"Tapi Sasuke, apakah orang tuamu akan menerimaku? Kita ini sama-sama laki-laki, mereka pasti akan menganggap ini menjijikan." Naruto menunduk.

Sasuke mengangkat wajah Naruto yang menunduk, melihat mata biru indah yang telah menyihirnya, hingga ia masuk ke dalam dunia yang orang agap tabu. Dibingkai wajahnya yang berwarna tan dan mengecup dahi Naruto dengan penuh kasih sayang. "Kenapa kau jadi seperti ini, Naruto? Bukankah kita sudah berjanji untuk tidak mempermasalahkan itu."

Dengan wajah agak merah Naruto mengangguk. Dengan itu mereka kembali melangkah menuju rumah yang ada di hadapannya. Jantung mereka berdetak kencang seiring semakin mendekatnya mereka dengan rumah yang akan mereka kunjungi. Di rumah itulah, nasib hubungan mereka akan di tentukan.

Setelah beberapa kali menekan bel, pintu besar dengan ukiran yang indah itu terbuka. Wajah seorang wanita tengah baya menyambut mereka dengan senyuman.

"Sasuke, kau pulang? Kebetulan sekali, Itachi dan Tou-san juga ada di rumah." Wanita setengah baya itu melirik Naruto yang ada di samping Sasuke dengan sedikit mengerutkan dahinya. "Apakah dia temanmu, Sasuke?"

"Aku datang kesini untuk membicarakan sesuatu dengan Kaa-san, Itachi, dan Tou-san. Apakah kami boleh masuk, Kaa-san?" Sasuke berbicara dengan nada santun pada ibunya.

"Tentu saja boleh, Sasuke. Ini adalah rumahmu juga." Wanita setengah baya itu tersenyum lembut pada Sasuke dan Naruto.

Mereka bertiga masuk ke dalam rumah. Wanita setengah baya itu berjalan terlebih dahulu untuk menunjukkan jalan dimana kini suami dan anak sulungnya berada.

Tiba di sebuah ruangan besar, dengan sebuah televisi layar datar yang terletak di depan sofa cokelat yang tengah diduduki dua laki-laki yang memiliki ciri-ciri hampir sama. Rambutnya yang hitam, garis wajah tegas, aura kepemimpinan, begitu mirip. Perbedaan antara keduanya hanyalah umur. Kedua laki-laki itu mengalihkan pandangannya ke arah pintu yang memperlihatkan Sasuke dan Naruto.

"Hai, Otouto, tumben kau pulang?"

"Hn. Tou-san aku ingin membicarakan sesuatu."

Fugaku berdiri dari duduknya dan memandang putera bungsunya. "Sebaiknya kau duduk dulu. Dan perkenalkan terlebih dahulu temanmu itu!" fugaku bicara dengan nada tegas, membuat Naruto menjadi sedikit takut.

"Hn." Sasuke kembali menautkan genggamannya terhadap tangan Naruto yang sempat ia lepas, membuat pandangan ketiga orang yang ada di ruangan itu teralih pada tangan mereka. Tanpa memperdulikan tatapan dari ketiga orang itu, Sasuke terus saja berjalan menuju sofa yang berada di depan televisi.

"Apa yang ingin kau bicarakan, tapi perkenalkan dulu siapa orang yang berada di sampingmu!" Fugaku membuka suara, setelah kesunyian menyerang akibat kejadian tadi.

Sasuke melirik Naruto yang sedikit bergetar dan mengeratkan genggamannya untuk sekedar meyakinkan Naruto bahwa 'semua akan baik-baik saja'. Ia kembali mengalihkan pandangannya pada Fugaku yang tengah mengerutkan dahi heran.

"Dia, Naruto." Sasuke mengambil Nafas sejenak. "Dia kekasihku. Dan tujuanku kesini, hanyalah menyampaikan bahwa kami sudah resmi menikah."

"Sa-Sasuke." Mikoto, wanita setengah baya yang merupakan ibu Sasuke, kini jatuh pingsan mendengar apa yang barusan dikatakan putera bungsunya.

PLAK

Sebuah tamparan keras kini melayang di wajah putih Sasuke. Wajah sang Fugaku amat geram. Sudah kedua kalinya Sasuke melihat tampang Tou-sannya seperti ini. sedangkan Itachi hanya memandang Sasuke dan Naruto dengan tatapan sedih sambil membawa Kaa-sannya ke kamar.

Naruto yang sejak tadi hanya diam, kini ia meneteskan air matanya. Ia sungguh tidak menduga bahwa kejadiannya bisa seburuk ini.

"Kau harus berpisah dengannya!" Fugaku bicara dengan nada geram.

"Tidak akan, Tou-san. Kami saling mencintai. Aku tidak akan meninggalkannya. Dan aku tidak akan mengulangi kebodohan aniki yang dulu."

PLAK

Sebuah tamparan keras kembali melayang. Walaupun perih dan panas yang Sasuke rasakan di wajahnya, namun tak sedikitpun yang membuat ia ragu ataupun takut dengan apa yang ia lakukan ini. ia mencintai Naruto. Dan ia akan memperjuangkan cintanya pada laki-laki yang telah merebut hatinya itu.

"Baiklah kalau begitu. Aku akan memberikan kesempatan pada kalian." Fugaku menghentikan perkataannya sejenak. "Kalau kau bisa memberikan cucu kandung untuk meneruskan perusahaan kita, maka aku akan merestui kalian."

"Ta-tapi, itu mustahil, Tou-san!" Sasuke berteriak. Ia sungguh tidak terima dengan persyaratan yang diajukan ayahnya.

"Aku tidak perduli. Dan ingat! Waktu kalian hanyalah 6 bulan. Jika selama itu tidak ada tanda benih Uchiha akan muncul, kalian harus berpisah!" Fugaku meninggalkan Sasuke dan Naruto di ruang keluarga. Ia sungguh marah pada Sasuke yang telah mencoreng nama baik Uchiha.

T_T

Itachi membuka pintu kamarnya dan melihat isterinya tengah duduk di sana. Senyum lembut terlihat dari bibir wanita berambut hitam sebahu, yang kini sudah menjadi pendamping hidupnya.

"Konan." Itachi mendudukkan diri di samping isterinya, memeluknya dengan erat. "Apakah kejadian dulu harus terulang lagi?" Itachi bertanya dengan suara yang lirih.

Konan membelai rambut Itachi dengan lembut. "Semua sudah digariskan, Itachi. Semua akan terjadi jika itu yang sudah digariskan. Tapi percayalah, semua masih bisa dirubah jika mempunyai kemauan."

"Ya, semoga saja"

T_T

Sasuke kini tengah terduduk di kamar apartemennya bersama dengan Naruto yang masih terdiam sejak pulang dari kediaman Uchiha. Naruto mendekati Sasuke yang terus saja memegangi kepalanya.

"Sa-Sasuke." Naruto memanggil Sasuke dengan agak takut.

"Apa yang harus kita lakukan? Kita tidak mungkin memenuhi syarat itu."

"Sa-Sasuke, kita... em maksudku kau bisa melakukannya."

Sasuke mengeryitkan dahinya. "Bagaimana? Kita sana-sama laki-laki, kita tidak akan bisa memberi keturunan."

"Bukan kita Sasuke, tapi kau." Naruto menundukkan wajahnya. Rasanya sangat berat bagi Naruto untuk mengatakannya. Tapi ini untuk kebaikkannya dan Sasuke. "Menikahlah dengan seorang wanita!"

Mata sasuke terbelalak lebar mendengar penuturan dari Naruto. Bagaimana bisa orang yang sangat ia cintai, menyuruhnya untuk menikah dengan orang lain.

"Apa yang kau bicarakan, Naruto?" Sasuke berdiri dari duduknya, melangkah mendekati Naruto, dan mencengkeram bahunya yang bergetar hebat.

"Menikahlah, dengan orang yang bisa memberimu keturunan Sasuke." Naruto menegakkan pandangannya pada Sasuke. Air mata yang ia tahan sejak tadipun kini sudah meleleh.

Sasuke sangat benci melihat malaikatnya menangis. Ia melepaskan cengkramannya dan memeluk Naruto dengan erat. "Tidak, Naruto. Aku tidak akan pernah melakukan itu."

Naruto melepaskan pelukan Sasuke. "Lalu bagaimana lagi, Sasuke?" Naruto berteriak. "Apa kau berharap aku bisa hamil? Itu tidak mungkin." Kakinya sungguh lemah, ia sudah tidak bisa menahan berat badannya. Kini tubuhnya terduduk di lantai. "Hanya itu caranya, Sasuke," Naruto tertunduk.

Sasuke kembali merengkuh tubuh yang sekarang terlihat rapuh itu, mencoba menyalurkan sebanyak-banyaknya tenaga yang ia punya. "Jika itu yang kau inginkan."

To Be Continued

A/N : Cliffhanger? I know. He he.. Maaf ceritanya pendek, gaje dan banyak typo. Dan saya juga minta maaf. Bukannya mengupdate My Brother is My Life, malah buat lagi.

Ide ini muncul begitu saja di benakku, jadi aku tidak tahu ini layak atau tidak untuk di lanjutkan.

Oh ya, bagi yang berkenan untuk dilanjutkan, tolong di review ya...!

Review

Review

Review

Review