Title: Love Hurts
Rating: NC17
Genre: Angst, Romance
Cast: Yunjae
Author: Park Hyerin a.k.a Devi_L

Warning!
This is YAOI a.k.a boysXboys story, so if u dont like this kind of story, just DONT READ! Tidak trima bashing dlm bntk apapun! Klo kritik boleh^^

Disclaimer:
All of the casts belong to themself, got the inspiration from Rossa's song 'Memeluk Bulan'

A/N: Cuma mau bilang, nanti setelah tanda -0- itu artinya flashback yang terjadi di dalam mimpi Jaejoong, trus tanda x-x artinya akhir flashback itu^^

*~Love Hurts~*

Kini kusadari, rasa ini tak mungkin dapat terwujud dalam kisah kasih kita..

Kini kumengerti tulus cinta ini
hanyalah mimpi panjang yang tak pernah usai..

Karena tuk bersamamu, bagaikan berharap memeluk bulan..
Harapan semu yang berujung kelabu..

==================

~Author POV~

Malam menyelimuti belahan kota Seoul. Kesunyian mulai mengambil alih jalanan kota yang biasanya menderu sibuk. Hawa sejuk malam hari membelai kulit setiap raga yang tertidur melepas lelah, menambah ketenangan yang telah mengalun.

Tapi segala suasana itu begitu kontras terasa bila dibandingkan dengan ruangan kelam yang tertutup kian rapat, seolah berusaha menyembunyikan segala peristiwa yang berlangsung di dalamnya.
Jerit dan rintihan kepedihan menyeruak jelas dari balik pintunya. Menusuk telinga, menyayat hati, namun tak mampu untuk mengetuk nurani pria yang tengah memandang dingin kepada pria cantik pemilik jeritan pilu itu berasal.

"Aahhh...ahh,, Yun, sa-sakit..ampun,.."
Rintihan rasa sakit kembali mengalun dari bibir mungil Jaejoong yang kini sudai mulai membiru dilanda lelah yang menjalar di sekujur tubuhnya. Matanya terpejam menahan air mata yang dengan keras kepalanya tetap mengalir mulus membasahi pipinya.

Ia mempererat cengkramannya pada kedua sisi ranjang saat merasakan benda besar itu terus menerus bergetar hebat di dalam lubang openingnya selama kurang lebih 4 jam ini.

"Ssakit.. Yunn,,akh hentikann, ampun.." erangnya lagi. Suaranya keluar hanya berupa bisikan, putus asa setelah untaian rintih ampunnya terabaikan.

Namun diluar dugaannya, Yunho tiba-tiba saja menarik keluar mainan berukuran jumbo itu dari dalam lubang openingnya.
Darah segar segera mengalir keluar dari dalam lubang yang kini sudah tidak lagi karuan bentuknya itu.

Jaejoong menarik nafas berulang kali, mencoba mengurangi rasa lelah dan sakit tubuhnya.
Tapi belum juga rasa letih itu berkurang, ia mendengar suara resleting dibuka.

Matanya membelalak saat melihat Yunho melepaskan celananya. Tubuhnya bergetar takut saat melihat bagian privat milik Yunho yang menegang menantang di hadapan lubang openingnya.

"Ja-jangan, aku mohon yun, aku masih sakit.." pintanya histeris.
Ia mencoba menutup kedua pahanya, namun rasa sakit di bagian bawah tubuhnya membuatnya hanya bisa menangis pasrah saat yunho mendorong juniornya masuk ke dalam openingnya yang sudah terluka itu.

"Ini hukumanmu karena kau sudah membuatku repot di sekolah." ucap yunho dingin.
Tak ada lagi jeritan yang terdengar, hanya desahan yang menggema di ruangan itu saat akhirnya Jaejoong kehilangan kesadarannya.

xoxoxo

Sosok lemah itu terbaring tak berdaya di atas ranjang kingsize miliknya. Seluruh pakaiannya berserakan disekeliling ruangan tersebut. Tak sehelai benangpun yang melindungi tubuhnya dari kejamnya udara dingin sang malam. Bahkan pelaku penyebab rasa perihnya itu pun enggan untuk sekedar melampirkan sehelai selimut pada tubuh polosnya yang berbalut darah dan cairan putih lengket.

Bulir-bulir keringat dingin mengalir di seluruh tubuhnya. Nafasnya menderu kencang dikarenakan suhu tubuhnya yang kian meninggi, dan kepalanya bergerak gelisah saat rangkaian memori melintasi alam bawah sadarnya

-0-

"Mulai sekarang kau dan ibumu akan tinggal di sini, kau maukan?" tersenyum ramah kepada anak kecil berumur 5 tahun yang meringkuk nyaman di dalam genggamannya. Anak kecil itu hanya mengedip-ngedipkan kedua mata besarnya bingung. Kim Tae Hee, ibunya, tersenyum kecil melihat pemandangan lucu itu.

"Jae, ayo bilang iya.. Tidak baikkan kalau kita diam saja saat ada yang bertanya." ujar wanita itu lembut.

Jaejoong yang memang masih teramat polos itu hanya menganggukkan kepalanya, mematuhi seluruh ucapan ibunya selayaknya seorang anak yang baik. "Ne, ahjusshi.." jawabnya yang menghasilkan sebuah tawa renyah dari pria yang kini memegangnya dalam tangannya.

"Jangan panggil aku ahjusshi, panggil aku appa." Sekali lagi Jaejoong menganggukkan kepala mungilnya.

"Ne, appa.." jawabnya.

"Aigoo, kau lucu sekali Joongie.." mencubit pipi Jaejoong gemas, membuat anak itu meringis sebelum kemudian mengerucutkan bibirnya kesal.

Kedua orang dewasa itu kembali tertawa, mereka begitu terhanyut di dalam segala tingkah lugu jaejoong hingga tak menyadari keberadaan sepasang mata kecil yang memandang benci ke arah pemandangan itu dari balik kaca jendela.

Pemilik mata itu segera mengalihkan pandangannya ke pintu begitu melihat ke tiga orang diluar mulai beranjak masuk ke dalam mansion itu. Senyum di wajah terukir semakin lebar ketika matanya menangkap sosok anak berumur 7 tahun yang berdiri terpaku di depan jendela.

"Yun, sini, appa mau memperkenalkanmu pada umma dan dongsaeng barumu." panggilnya riang. Yunho mengepalkan telapak tangannya dan menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan air mata dan amarah yang meluap di dalam dirinya.

"Aku tidak mau ibu baru! Aku tidak mau adik baru! Aku mau umma! Aku benci mereka!" teriaknya.

Tepat ketika ia selesai mengatakan hal itu, sebuah tamparan mendarat tepat di pipinya. Rasanya sakit, tapi tidak sesakit rasa perih di hatinya. Untuk pertama kalinya ayahnya menamparnya. Air matanya mengalir deras. Jiwa rapuh seorang anak yang masih berumur tujuh tahun seperti dirinya tidak sanggup untuk menerima semua kejadian pahit yang kini dialaminya.

Rasa kesal dan terluka mengambil alih seluruh pikirannya. Tanpa berpikir panjang ia mengambil sebuah patung kecil dari meja di sebelahnya dan kemudian melemparkan benda itu ke arah dua pendatang baru di rumahnya itu.

Dalam hitungan detik berbagai bunyi suara menggema dari dalam mansion itu. Diawali oleh suara tamparan keras yang kembali mengalun, suara jerit tangis dari bocah termuda, deru panik para orang dewasa yang melihat cucuran darah segar mengalir dari pelipis sang pemilik tangisan, hingga diakhiri oleh teriakan...

"Aku benci kalian! Aku benci! Karna kalian ummaku pergi, karna kalian appaku bahkan tega memukulku, karna kalian aku tidak mempunyai siapapun lagi! Aku benci! Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menerima kalian, apalagi kau Kim Jaejoong! AKU BENCI KAU KIM JAEJOONG!"

Yunho berteriak tepat dihadapan jaejoong. Tak dipedulikannya tubuh rapuh Jaejoong yang bergetar menahan perih di pelipis kanannya bercampur dengan ketakutan yang menjalar di tubuhnya.

Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, jalan pikirannya yang polos tak mampu mencerna seluruh seluk beluk kemelut persoalan yang tengah berlangsung. Yang ia tau hanyalah Yunho membencinya, bahkan sebelum ia sempat mengucapkan sepatah katapun.

Jaejoong memandang ragu ke arah yunho yang berjalan lumayan jauh di depannya. Hati dan pikirannya berperang hebat hingga pada akhirnya hatinya memenangkan perdebatan itu. Ia mengambil nafas dalam sebelum kemudian mempercepat langkahnya dan berhenti tepat di hadapan hyungnya itu. Yunho memandangnya dingin.

"Apa maumu?" tanyanya tak kalah dingin dengan wajahnya. Jaejoong memainkan ujung seragamnya gugup.

"Err, hyung.." mulainya, yang harus segera terpotong oleh suara bentakan dari mulut yunho.

"Jangan panggil aku hyung! Kau bukan dongsaengku!" Jaejoong segera mengangguk ketakutan saat mendengar nada ucapan yunho yang menyeramkan.

"Yu..Yunho.." ulangnya "Kau taukan kalau hari ini hari pertamaku di SMA, ehmm, jadi aku mohon hari ini temani aku ya, aku tidak mengenal siapapun disana." Yunho tertawa mengejek begitu mendengar ucapan Jaejoong.

"Kau bodoh ya? Aku ini membencimu! Jadi apa yang membuatmu berpikir aku mau menemanimu hah!" ucapnya sebelum kemudian beranjak pergi. Tapi belum juga ia jauh melangkah tiba-tiba saja jaejoong menarik tangannya kasar. Air mata sudah mengancam tumpah dari sudut matanya.

"Kenapa kau begitu membenciku? Kenapa yun? Aku tidak mengerti apa kesalahanku hingga membuatmu benci padaku. Kau bahkan sudah membenciku disaat pertama kalinya kau melihatku. Kenapa yun?" lirihnya pelan. Yunho menggeram kecil kearahnya.

"Kau mau tahu kenapa? Baik, akan kuberitahu. Karena ibumu, ibuku pergi meninggalkanku. Kalau bukan karena ibumu yang terus-menerus merengek minta dinikahi agar kau mempunyai ayah, kalau bukan karena ibumu yang tiba-tiba saja muncul dan menceritakan semuanya pada ummaku, maka mungkin ummaku tidak akan pergi! Sekarang kau sudah mempunyai ayah, keluargamu sudah lengkap. Sementara aku harus kehilangan ibu, dan itu semua demi memberikanmu seorang ayah! Jadi hal apa yang kau pikir akan kurasakan terhadapmu kecuali BENCI!"

Yunho menepis paksa genggaman Jaejoong pada lengannya dan mulai kembali beranjak pergi. Tapi lagi-lagi ia harus berhenti saat mendengar jerit tangis Jaejoong

"Aku tidak tahu apa-apa yunho. Aku tidak tahu.. Aku mohon jangan membenciku. Aku akan melakukan apa saja asalkan kau tidak membenciku." ujarnya ditengah-tengah air matanya yang semakin deras mengalir.

Yunho membalikkan badannya dan berjalan mendekati jaejoong. Tatapannya memandang tajam ke mata coklat pria itu. "Kau akan melakukan apapun?" tanyanya. Jaejoong hanya mengangguk pelan. Sebuah seringaian terbentuk di bibir yunho saat otaknya berhasil mencerna sebuah ide untuk dapat menghancurkan pria di hadapannya itu.

"Kalau begitu tidur denganku." katanya yang dengan sukses berhasil membuat kedua bola mata jaejoong membelalak kaget.

"A-apa?" tanyanya, tak percaya dengan hal yang baru saja diterima indra pendengarannya.

"Tidur denganku dan jangan mendekati siapapun juga kecuali aku. Kau hanya boleh melirikku. Hanya aku. Kalau kau setuju maka aku tidak akan pernah menjauhimu lagi." Jaejoong tidak menjawab. Ia hanya tetap berdiri terpaku di tempat itu dengan shock terlukis jelas di wajahnya.

"Kau mau atau tidak?" desak yunho tidak sabaran.

Entah hal apa yang merasuki Jaejoong saat itu hingga membuatnya mengangguk dan menyetujui perkataan yunho. Tanpa membuang waktu yunho segera menangkap dagu Jaejoong, dan melumat bibirnya kasar sebelum kemudian menarik tubuh 'adiknya' itu ke dalam sebuah kamar dan mulai menggerayangi tubuh mulus itu untuk yang pertama kalinya.**

x-x

Mata jaejoong seketika membuka ketika bayangan masa lalu itu menyisip masuk ke dalam mimpinya. Setetes air mata mengalir dari sudut matanya. Ia menarik nafas berulang kali, mencoba menenangkan deru nafasnya yang menggebu. Ia tidak mau mengingat hal itu. Kejadian yang membuatnya harus menerima untaian mimpi buruk selama kurang lebih 6 bulan ini.

Ia mencoba bangkit dari atas tempat tidur, namun rasa sakit yang teramat pada bagian bawah tubuhnya membuatnya hanya bisa terbaring pasrah, mengekspos seluruh tubuhnya pada seluruh benda tak bernyawa diruangan itu.

Tiba-tiba pintu menuju kamar itu terbuka, menampilkan sosok yunho yang membawa nampan berisi makanan. Ia meletakkan nampan itu di atas meja dan mengambil tempat duduk di samping ranjang. Tangannya bergerak mengelus rambut hitam jaejoong.

"Kau sudah belajar dari hukumanmu semalam kan Jae.. Jadi jangan pernah lagi mendekati orang lain selain aku. Aku tidak mau lagi dibuat repot olehmu hanya untuk menghajar pria-pria gebetanmu yang lain."

Jaejoong meringis pelan sebelum kemudian memaksakan sebuah senyum di bibirnya. "Siwon itu hanya temanku yun, seharusnya kau tidak perlu memukulinya begitu.." ujarnya pelan, namun tanpa ia duga tiba-tiba saja yunho menghentikan elusan tangannya, dan berbalik menarik kasar rambutnya, membuat Jaejoong meringis kesakitan.

"Jadi sekarang kau membelanya? Atau jangan-jangan kau sudah jatuh cinta padanya hah? Dasar pria murahan! Apa hukumanku semalam tidak cukup untuk meperingatkanmu bahwa kau tidak boleh berhubungan dengan siapapun kecuali aku!" bentaknya kasar.

Jaejoong menggenggam tangan yunho, mencoba melepaskan cengkraman di rambutnya. "Ti-tidak yun, bukan begitu.."

"Diam kau! Aku muak mendengar ucapanmu! Sudah kuduga kau sama saja seperti ibumu, pelacur! Slut!" Yunho menghempaskan cengkramannya pada rambut Jaejoong. Bunyi dentuman terdengar dari ruangan itu saat kepala Jaejoong dengan sukses menghantam dinding di belakang ranjangnya. Yunho keluar dari ruangan itu tanpa sekalipun melirik ke arah sosok yang telah ia hancurkan itu.

Sekali lagi hening mengambil alih seisi ruangan itu. Hanya isak tangis yang mengalun bersama desir semilir angin yang mengalir melewati jendela kaca yang setengah terbuka, menambah dingin suasana kamar yang berselimut kelam.

Jaejoong memaksakan tubuh rintihnya bergerak. Sakit? Memang. Tapi apalah point dari menghindari rasa sakit bila jiwa dan ragamu sendiri telah remuk diterjang gelombang kebencian dari cintamu?

Cinta.. Perasaan yang awalnya ia rasakan hanya berupa rasa bersalah yang berkembang menjadi rasa penasaran, menimbulkan rasa ingin diperhatikan hingga akhirnya berakhir pada kata cinta yang hanya menimbulkan perih..

Love.. It hurts you know..

~TBC~

Review? ^^