Waaaa, saya nulis fanfic. Ga nyangka sama sekali. Terima kasih banyak buat para Author yang lain yang memberi saya motivasi ga langsung saya juga bisa nulis (pede amat). Ini adalah fanfic pertama yang saya tulis, jadi mohon maaf banget jika banyak kurang di sana sini. Saya bahkan ga tahu kaidah nulis fanfic yang benar hiks. Kalau ternyata gaje dan typo sekali lagi hontou gomen nasai karena saya tidak tahu arti kedua kata tersebut sesungguhnya.
Di sini, saya kasih rate M (padahal fic pertama) Cuma buah jaga-jaga aja. Saya ga bilang pasti ada Lemonnya coz saya juga ga tahu arti sesungguhnya dari kata ini (bener nih? Readers ga percaya)
Ok langsung saja
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Genre : Romance
Pairing : KakaSaku
Gara-gara Hujan
Chapter 1
Langit mendung walau tidak menumpahkan air yang dikandungnya. Aku duduk dengan perasaan tidak nyaman namun berusaha terlihat tenang. Ada perasaan tidak nyaman diantara kedua selangkanganku. Hei, jangan berpikir terlalu jauh. Ini tidak seburuk itu, tetapi tetap saja tidak nyaman, karena aku tidak mengenakan celana dalam di balik rok panjangku. Dan ini semua gara-gara hujan.
Sebenarnya aku sedang berada di kosan temanku yang berambut pirang, Ino. Tidak ada niat menginap awalnya, tapi gara-gara hujan lebat yang tidak henti-hentinya tadi malam sehabis kami membahas rencana reuni, Ino memaksaku menginap.
"Kamu mau pulang sekarang, Sakura?" tanya Ino.
Masalahnya adalah aku tidak punya pakaian dalam saat ganti sehabis mandi tadi pagi. Aku tidak mungkin kan mengenakan celana dalam yang sudah kukenakan seharian kemarin, apalagi keputihanku sedang banyak-banyaknya. Dan aku lebih tidak mungkin lagi pinjam punya Ino.
"Sakura, apa kamu mendengarkanku?" tanya Ino sekali lagi.
"Eh, i... iya" Seandainya aku tidak ada tugas lain yang harus dikerjakan, mungkin aku akan menunggu mencuci celanaku dan menunggunya kering. Tapi tentu saja bahkan sekarang aku malu mengatakan pada Ino kalau sekarang aku tidak mengenakan apa-apa.
"Aku pulang sekarang ya" kataku sambil tersenyum manis. Sambil meyakinkan diriku sendiri, ini tidak apa-apa dan tidak akan terjadi apa-apa. Sebenarnya agak nekat juga sih. Karena aku bukan tipe cewe yang suka menggoda cowo dengan pakaian yang seksi. Apalagi sampai tidak mengenakan celana dalam dan menikmati sensasi deg-degan saat ada cowo yang berusaha mengintip di balik rokmu. Bukan, aku bukan cewe seperti itu. Aku cewe baik-baik.
Aku biasa mengenakan rok panjang lebar sampai mata kaki seperti yang kukenakan sekarang ini. Kadang aku mengenakan celana panjang longgar walau jarang dan ini hanya pada keadaan tertentu saja seperti kemping. Aku sangat menyayangi kakiku dan rasanya tidak rela memperlihatkannya pada siapapun, kecuali teman-teman ceweku saat aku kumpul di kosan mereka. Aku senang mengenakan kemeja maupun kaos. Yang penting ada lengannya. Aku tak biasa mengenakan tanktop seperti beberapa temanku yang lain. Untuk rambutku yang berwarna pink, cukup kuberi bando. Aku wajib bersyukur sekarang, karena aku mengenakan kaos yang cukup panjang sampai di bawah pantat. Ini akan semakin menutupi bagian dalamku yang tidak mengenakan apa-apa. Ok, Ganbatte untuk diriku sendiri.
Taksi yang kutumpangi berhenti di sebuah pusat perbelanjaan dan aku pun membayar ongkos pada sang supir. Lho, bukannya tapi aku bilang mau pulang. Ya, aku memang mau pulang, tapi ada sesuatu yang ingin aku beli dulu. Lagi pula mall ini berada antara rumahku dan Ino. Aku juga tidak ingin berlama-lama karena perasaanku tidak nyaman.
Aku naik ke lantai 2 menggunakan eskalator. Rasanya ada yang mengganjal di pikiranku, tapi aku tidak tau apa. Saat aku naik eskalator ke lantai 3, barulah aku tersadar bahwa aku tidak mengenakan celana dalam. Kamisama, aku berdoa dalam hati tidak seorang pun menyadarinya dan berusaha tetap bersikap wajar. Karena aku sadar semakin aku gugup maka aku bisa melakukan sesuatu yang bakal merugikan diriku sendiri.
Setelah membeli keperluanku aku tertegun melihat konter yang menjual pakaian dalam. Di musim hujan seperti ini pakaian dalamku begitu cepat habis. Aku pun membeli beberapa sebagai persediaan.
Aku memutuskan untuk segera pulang. Saat berada di depan eskalator aku teringat sesuatu yang membuat perasaanku tidak nyaman sebelumnya. Aku pun berbalik dan menuju lift.
Setelah aku masuk ke dalam lift, seorang pria mengenakan masker kain berwarna hitam yang menutup mulut dan hidungnya masuk. Rambutnya berwarna putih dan mencuat ke atas, melawan gravitasi saja. Sudahlah, bukan urusanku, lagi pula aku ingin cepat-cepat pulang. Dan aku tersentak kaget saat ia tiba-tiba menekan tombol lift agar menutup sambil mendorongku ke dinding. Belum sempat aku berteriak, bibirku sudah terkunci oleh bibirnya yang tertutup masker.
"Mmmpp" aku mencoba berteriak dan tertahan. Mata emeraldku beradu dengan matanya yang berlainan warna abu-abu dan merah menyala.
Kedua tanganku terkunci ke atas dengan tangan kirinya yang juga menekan tombol lift. Barang-barangku berjatuhan ke lantai. Belum habis keterkejutanku tangan kanannya masuk kebagian bawah kaosku. Aku takut membayangkan ia pun akan menyentuh payudaraku. Namun yang terjadi lebih mengerikan lagi. Tangannya justru menelusup ke celah rokku dan langsung menjamah kemaluanku. Seakan dari awal dia sudah tahu, aku tidak mengenakan celana dalam.
Aku merasakan sensasi aneh, dan aku muak. Kamisama, rasanya aku ingin menangis terhadap perlakuan orang asing yang tiba-tiba menyerangku ini. Saat ia melepas ciumannya untuk mengambil nafas, dengan tenaga yang tersisa aku menendang kemaluannya.
"Uukhh" dia kesakitan.
Dengan cepat ku ambil tasku dan berlari meninggalkan lift. Tidak ku pedulikan pandangan heran orang terhadapku. Aku ingin pulang.
Sesampainya di rumah aku langsung ke kamar mandi. Mengguyur seluruh badanku dan berusaha menjernihkan pikiranku. Apa yang baru saja ku alami. Sehari yang lalu aku masih gadis polos yang tidak pernah di jamah siapapun. Pacar saja tidak punya. Dan baru saja seseorang dengan seenaknya menyentuh daerah kewanitaanku tanpa alas apapun. Aku memang bersukur dia tidak sempat berbuat lebih. Tapi tetap saja, ini menyakitkan.
Apakah orang tersebut dari awal memang mengikutiku? Apakah dia melihatnya saat aku naik eskalator? Aku memandang lantai kamar mandi. Samar-samar terpantul bayanganku di sana. Apakah lantai keramik mall memantulkan bayanganku? Akh, aku tidak peduli bagaimana dia bisa tahu. Aku berharap ini hanya mimpi. Ya, aku akan menganggap ini hanya mimpi buruk. Lagipula bumi ini luas. Semoga kami tidak akan pernah bertemu lagi. Dan aku akan menganggap ini tidak pernah terjadi dan laki-laki itu tidak pernah ada di muka bumi.
Pagi ini kembali mendung. Tadi malam hujan turun dengan lebat menyisakan aspal yang nampak basah. Aku berjalan di pelataran Konoha University.
"Sakura!" Ino berteriak sambil berlari menghampiriku. "Sehabis kuliah temani aku shoping ya"
"Kamu senang sekali belanja, Ino" kataku.
"Aku ada janji kencan bareng Sai, makanya aku mau beli baju baru" katanya.
"Baiklah, kita ketemu sehabis kuliah, lagi pula hari ini aku pulang cepat" kataku. Kami memang berbeda jurusan. Tapi kami merupakan teman dekat sejak kecil. Jadi jadwal yang kadang berbeda tidak menghalangi kami untuk jalan bereng.
Sepanjang kuliah aku tidak bisa konsentrasi. Ternyata bohong besar kalau aku dapat dengan mudah menganggap kejadian di mall kemarin tidak pernah terjadi.
Sehabis kuliah aku berjalan ke parkiran. Dari kejauhan aku melihat Ino sedang berbicara dengan seorang pria. Bukan Sai, tapi seseorang dengan rambut putih. Rambut putih? Deg, entah kenapa aku begitu sensitif, tidak mungkin orang itu kan. Memangnya yang punya rambut putih hanya orang itu. Orang yang berbicara dengan Ino rambut putihnya mencuat ke atas dan mengenakan masker. Tidak! Dia adalah orang itu. Refleks aku menyembunyikan diriku agar tidak terlihat oleh mereka. Walau pun aku tidak bisa memastikan apakah dia adalah orang yang sama dengan melihat matanya, yang paling penting sekarang aku tidak mau dia tahu tentang aku. Tapi apa hubungannya dengan Ino? Aku juga takut menanyakannya langsung. Bagaimana kalau ia bertanya balik. Apa yang harus aku katakan.
Tampak ia menyerahkan sesuatu kepada Ino kemudian pergi. Setelah memastikan ia benar-benar tidak ada baru aku menghampiri Ino sambil pura-pura tidak melihat apa-apa.
"Hai Ino" kataku sambil tersenyum.
"Hai, Sakura. Eh, apa kau mengenal Kakashi?"
"Kakashi?" kataku sambil mengerutkan keningku.
"Seoarang pria berambut perak yang mencuat ke atas dan selalu mengenakan masker" Ino menjelaskan.
Pria itu. "Ti… tidak" aku tergagap. Mungkin sekarang wajahku mulai pucat. "Kenapa?" Kamisama, ku mohon agar laki-laki itu tidak menceritakan perbuatan kurang ajarnya terhadapku kemarin kepada Ino.
"Dia menitipkan ini untukmu. Katanya barangmu yang ketinggalan" Ino menyerahkan plastik hitam kecil kepadaku dan aku langsung menerimanya. Aku berpikir barang apa yang ketinggalan.
"Apa sih isinya, aku jadi penasaran " kata Ino ikut melihat.
Saat bungkusan itu kami buka wajahku yang semula pucat kurasa berubah merah karena sangat malu. Ternyata isinya adalah celana dalam.
To be continue
Duh, akhirnya selesai juga chapter 1. Saya ga tahu harus bilang apa. Yang bacalah yang patut komentar, so mohon ripiunya. Apapun diterima, tapi jangan pedas-pedas. Semua masukan kalian sangat berarti.