AMBIGU

By : Iruma Aikawa

Disclaimer : Naruto and all caharacters belong to Masashi Kishimoto

Warning : AU, gaje, typo (s), deskripsi kurang, lebay (maybe), alur kilat


Chapter 3 update. Gomen kelamaan soalnya baru ada waktu. Sebenarnya author tidak pede update last chapter ini (tapi akhirnya update juga =.=a), tapi dari pada ngegantung…so.. selamat membaca minna


Jam telah menunujukkan pukul 10.05 ketika Ino tiba di rumah Sakura. Hari itu dengan terpaksa Sakura menerima ajakan Ino. Mereka berdua kini telah siap untuk berangkat. Ino telah siap dengan kameranya.

Sekitar pukul 11 siang mereka tiba di Pekan Ilmiah Konoha. Memang membutuhkan waktu paling sedikit 30 menit untuk tiba di Konoha Barat jika berangkat dari Konoha Pusat. Dan di sinilah Sakura dan Ino berdiri di tengah ramainya pameran itu. di sekeliling banyak berdiri stand – stand yang memamerkan kreasi mereka dari berbagai klub – klub baik itu pelajar, mahasiswa, masyarakat umum sampai perusahaan.

Sakura dan Ino berjalan tak tentu arah di tengah ramainya tempat itu. mereka tidak tahu dimana Hinata sekarang.

"Ino." Kata Sakura sambil memberi deathglare pada Ino. "Kita sudah hampir setengah jam mondar – mandir tak tentu arah. Jangan – jangan mereka malah belum datang." Kata Sakura sedikit putus asa.

"Sebentar." Kata Ino. Lalu merogoh kantung celana jeansnya kemudian mengeluarkan HP. Dengan lincah Ino memencet tombol hp.

"Halo, Hinata?"

"Ah Ino. Ada apa?" jawab yang diseberang.

"Kau ada di mana sekarang?"

"Ah.. a-aku ada di Pekan Ilmiah."

"Oh. Kau sekarang ada di stand mana?"

"S-stand mahasiswa teknik elektro Universitas Konoha." Tanpa curiga Hinata menjawab pertanyaan Ino dengan rinci. Polos.

"Oh begitu, kalau begitu sampai nanti." Tanpa menunggu jawaban dari Hinata, Ino langsung memutuskan sambungan.

"Mereka sekarang ada stand mahasiswa teknik elektro Universitas Konoha." Kata Ino kepada Sakura sambil memasukkan hp-nya kesaku celananya. "Aku baru saja menanyakan langsung pada Hinata." Lanjutnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

'Ada – ada saja.' Batin sakura. "Tapi stand itu letaknya dimana?" Tanya Sakura

"Itu mudah. Yang penting kita tau namanya kita bisa bertanya kan?" kata Ino antusias.

Dan benar tak lama kemudian mereka telah menemukan stand yang dimaksud Hinata. Mereka bisa melihat Hinata dan Neji di sana dari jarak yang cukup jauh. Jaga – jaga jangan sampai kedua Hyuuga itu melihat mereka. Sekarang mereka berdiri di samping stand yang berseberangan dengan stand di mana Hinata berada.

Neji tampak sedang menanyai salah satu dari penjaga stand itu dan Hinata di sampingnya juga memperhatikan. Keduanya tampak sangat menyimak penjelasan dari penjaga stand itu. Pasangan pencinta science begitulah kira – kira pikiran Ino saat itu.

Kira – kira 10 menit kemudian Neji dan Hinata keluar dari stand itu. Melihat pergerakan mereka, Ino dan Sakura pun membuntuti dibelakang. Tentu saja mereka menjaga jarak seaman mungkin agar tidak ketahuan. Sebenarnya Sakura merasa tidak enak. Dia merasa memata – matai teman sendiri sama saja dengan tidak percaya dengannya. Tapi dia akui ada rasa penasaran yang mendorongnya hingga terpaksa mengkuti kemauan Ino.

Neji dan Hinata memasuki stand lain. Ino dan Sakura seperti tadi mengamati dari sudut yang aman. Dan seperti pada stand berikutnya, Neji dan Hinata tampak sibuk menyimak penjelasan dari penjaga stand.

"Ino-pig! Kita hanya buang – buang waktu di sini. Lihat mereka memang tidak kencan. Mereka memang mengerjakan tugas. Lagi pula mana ada kencan di tempat seperti ini. Kencan itu di mana – mana pergi ke tempat di mana kita bisa santai. Bukan berkutak dengan barang – barang elektronik seperti ini." Kata Sakura kepada Ino. Mukanya sedikit tampak kesal merasa bahwa yang mereka lakukan hanya sia – sia belaka.

"Hei jidat! Kencan itu kan pengertiannya luas. Kebetulan saja mereka pencinta ilmu pengetahuan jadi mereka kencan di tempat seperti ini." Kata Ino tampa memandang Sakura. Matanya terus mengamati kedua Hyuuga muda itu.

"Dasar Ino-pig! Kau benar – benar membuang hari liburku yang berharga." Kata Sakura. Urat kesalnya sudah terlihat.

"Eh..eh mereka keluar." Kata INo tanpa menanggapi kekesalan Sakura barusan. Sakura hanya bisa pasrah ketika Ino menariknya paksa dan kembali membuntuti Neji dan Hinata.

"Ayo kita masuk ke sini saja." Kata Ino menarik tangan Sakura (lagi) ke dalam satu tenda yang mirip warung dadakan (?) ketika melihat Neji dan Hinata memasuki tenda yang berseberangan dengan mereka. Ino dan Sakura memilih tempat duduk dengan sudut yang aman agar tidak kelihatan tapi mereka dapat melihat kedua 'suspect' dengan jelas.

Setelah memesan makanan, Ino dan Sakura pun menyantap makanan masing – masing. Perut mereka memang minta diiisi mengingat sekarang sudah lewat waktunya makan siang. Tentu saja sambil menikamti makan siang mereka tidak melepas pengawasan terhadap Neji dan Hinata. Lihatlah kedua 'sejoli' itu benar – benar menggambarkan seorang Hyuuga, mereka makan dengan anggun. Tanpa bicara sepatah kata pun benar – benar menikmati makan siang mereka dalam sunyi. Berbeda dengan si pink dan si pirang.

"Hei pig! Yang kita lakukan benar – benar hanya sia – sia saja. Sudah kubilangkan! Bahkan gandengan tangapun mereka tidak pernah seharian ini." Kata Sakura disela – sela suapan nasi karinya.

"Hmm betul juga. Kenapa ya?"

"Pokoknya kau berhutang pada ku. Hari liburku yang berharga jadi terbuang sia – sia gara – gara ide bodohmu ini." Urat kesal Sakura nambah satu.

"Eh,, jangan marah begitu. Hari ini aku yang traktir deh." Kata Ino setengah merayu.

"Tch! Dasar! Memangnya aku anak kecil bisa disogok dengan makanan" Sakura protes.

"Ayolah Sakura-chan!" rayu Ino. Sakura hanya bisa menghela nafas panjang tanda pasrah. Bagaimana pun juga dia tidak bisa marah pada gadis yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil ini.

"Ino, mereka kemana?" Tanya Sakura kemudian setelah menyadari bahwa Neji dan Hinata tak lagi di tempat.

"Ah….! Kemana mereka?" kata Ino. Lalu keduanya pun segera meninggalkan tempat itu untuk mencari Neji dan Hinata.

"Aduh kemana sih mereka?" kata Ino sambil terus mengedarkan pandangannya.

"Itu karena tadi kita lalai." Kata Sakura. Mereka berdua berjalan di tengah keramaian.

"Aduh!" brukk Ino menabrak seseorangg karena jalannya tidak lihat ke depan. "Gomen.. Ah Sai-senpai." Kata Ino kaget mengetahui yang dia tabrak adalah ehem ehem Sai.

"Harusnya aku yang harus minta maaf karena tidak memperhatikan jalan." Balas Sai dengan senyum hambarnya.

"Ah tidak apa – apa. Aku juga tidak memperhatikan jalan." Kata Ino tampak semburat merah muncul di pipinya.

"Hmm kalian murid di SMA Konoha kan?" Tanya Sai setelah sadar bahwa dia familiar dengan wajah – wajah itu.

"Ah iya, kami murid tingkat dua." Jawab Sakura.

"Sedang apa kalian di sini? Kalian dapat tugas juga? Tanya Sai.

"Ah tidak. Kami ke sini karena ada keperluan." Jawab Sakura sekenanya. Sementara Ino mati kutu di samping Sakura. Sakura tahu betul Sai adalah kartu mati untuk Ino. Meskipun Ino itu super cerewet tapi dia jadi ciut di depan pujaan hatinya itu.

"Hmm keperluan?"

"Senpai sendiri sedang apa di sini?" Tanya Sakura tanpa menjawab pertanyaan Sai yang terakhir. Mana mungkin dia mengatakan keperluan mereka. Memata – matai Neji dan Hinata.

"Kelasku dapat tugas untuk membuat laporan tentang penerapan sains yang dipamerkan di sini." Jelas Sai. Neji sekelas dengan Sai. Berarti Hinata tidak berbohong. Pikir Sakura.

"Sebenarnya aku lebih suka ke pameran lukisan dari pada ke tempat seperti ini. Tapi karena tugas ya harus ke sini." Lanjut Sai masih dengan senyum yang seperti dibuat – buat yang sudah menjadi trademark-nya itu. sai memang terkenal jago melukis di sekolahnya. Dan karnyanya pun bisa diancungi jempol.

"Oh..begitu." kata Sakura.

"Kalau begitu aku ke sana dulu. Aku harus menyelesaikan tugas sebelum sore."

"Ah iya senpai."

"Sampai jumpa senang bertemu kalian." Kata Sai seraya melangkah meninggalkan Sakura yang berkata "Sampai jumpa." Dan ino yang masih tak berkutik.

"Eh Pig. Kenapa bengong?" Tanya Sakura sambil menyikut Ino yang berdiri seperti patung di sampingnya.

"Ah..eh tidak apa – apa." Jawab Ino gelagapan.

"Ehem – ehem." Sakura berdehem. Dan Ino tahu maksudnya. "Sepertinya musim semi sudah dekat." Kata Sakura menggoda Ino. Tadi itu Ino benar – benar menjadi orang yang pendiam di hadapan Sai.

"Apa?" Tanya Ino kasar.

"Jangan marah begitu dong. Barusan kan ketemu sama…"

"Ah sudahlah…" potong Ino sambil memukul pundak Sakura. Sementara Sakura hanya cengengesan melihat Ino grogi.

Setelah itu mereka melanjutkan pencarian. Berjalan sambil mencari – cari sosok kedua Hyuuga itu. Lama mereka mencari tapi belum juga menemukannya.

"Aduh, aku capek." Keluh Sakura. Mereka sekarang telah duduk di sebuah bangku yang mirip dengan bangku taman dekat pintu keluar dari tempat itu.

"Pengintaian kita gagal." Kata Ino sambil mengusap wajahnya dengan tissue.

"Sejak dari awal memang sudah gagal karena dugaanmu memang salah."

"Hmmmm begitukah?"

"Iya!" jawab Sakura tegas. "Dari hasil pengamatanku hari ini mereka itu tidak memperlihatkan adanya tanda – tanda bahwa mereka mempunyai hubungan khusus." Lanjutnya dengan gaya seperti Conan Edogawa.

"Kalau dipikir – pikir memang seperti itu sih." Kali ini Ino harus menerima bahwa yang dikatakan Sakura memang benar. "Tapi feeling mengatakan bahwa mereka itu memang mempunyai hubungan khusus." Lanjutnya.

"Feeling seperti itu mana bisa dipercaya. Apalagi kalau feeling tukang gossip sepertimu." Kata Sakura. Sementara Ino hanya bisa menunduk lesu. Untuk kedua kalinya dia mengakui bahwa yang dikatakan Sakura memang benar. Mungkin dia memang hanya melebih – lebihkan tentang kedekatan Hinata dan Neji yang adalah sepupu. Tapi di sisi lain dia merasa bahwa dugaannya benar. Tapi kali ini dielaknya pikiran itu.

"Padahal kupikir mereka benar – benar saling mencintai. Awalnya aku senang karena kupikir Hinata yang pemalu itu akhirnya mempunyai seseorang. Kau tahu sendiri kan bagaimana Hinata?" Tanya Ino sedikit lemah. "Dia itu manusia yang paling pemalu yang pernah aku temui. Kupikir dia akan sulit untuk mendapat pasangan. Tapi setelah melihat kedekatannya dengan Neji kupikir Hinata telah menemukan orang yang tepat. Tapi bagaimana pun juga mereka sepupu. Sepertinya memang aku yang salah menafsirkan." Sakura cengo mendegar penjelasan In oyang tiba – tiba terdengar dewasa dan kalem. Tidak sperti Ino yang biasa.

"Sudahlah Ino. Suatu saat nanti pasti Hinata akan menemukan orang yang tepat untuknya. Setidaknya sekarang ada Neji yang melindunginya. Lagi pula ada kita kan?" Sakura menyemangati Ino. Lalu keduanya saling melempar senyum. Ah persahabatan memang indah.

"Kalau begitu ayo kita pulang sekarang." Ajak Sakura. Toh mereka tidak ada keperluan lagi di sini.

"Ah… iya." Kata Ino. Lalu kedua hendak beranjak dari tempat duduk mereka tapi tertunda ketika mereka mendengar suara yang tidak asing.

"Ino, Sakura?" sapa suara itu dari arah belakang mereka.

"Hinata?" jawab Ino dan Sakura kompak. Terlihatlah sosok Hinata dan Neji yang berdiri di sampingnya. Kini mereka berempat saling berhadapan

"Apa yang kalian lakukan di sini?" Tanya Hinata heran.

"Ah eh itu…" kata Ino. Terus terang Ino dan Sakura kaget bertemu dengan Hinata di saat seperti ini.

"Kalian tidak menerjakan tugas?" Tanya Hinata lagi. Sementara Neji hanya diam tanpa menujukkan perubahan ekpresi pada wajahnya.

"Ah iya. Kami pending dulu. Soalnya kami pikir dengan datang ke sini kami bisa sedikit mendapat pencerahan (?). hitung – hitung menambah referensi kami tentang science. Kau tahu kan nilai kami tidak terlalu bagus di mata pelajaran IPA." Jawab Sakura sekenanya. Untung dia bisa memberikan alasan yang sedikit rasional.

"Oh begitu."

"Iya betul. Tapi kami baru saja mau pulang kok, iya kan Sakura?" Ino memandang Sakura dengan tatapan ayo-bilang-iya. Sakura membalas dengan tatapan aku-tahu. Ino tidak tahan jika harus bertemu Hinata sekarang. Bagaimana pun juga dia sudak salah sangka terhadapnya. Dan itu membuatnya sedikit merasa bersalah bersalah.

"Iya kami baru saja mau pulang tapi tiba – tiba bertemu denganmu."

"Eh kenapa buru – buru?"

"Kami sudah capek dari tadi keliling. Lagi pula kami di sini sudah sejak pagi." Ino nyengir.

"Ya sudah kalau begitu." Ino memberi isyarat pada Sakura. "Kami pergi dulu Hinata, senpai." Katanya kemudian. "Ja ne." kata Sakura dan Ino kompak.

"Ja ne." balas Hinata dengan lambaian tangan. Mata lavendernya memandang kedua temannya itu yang semakin menjauh hingga lenyap dari pandangannya. Sementara Neji telah duduk di bangku yang mirip bangku taman itu. Neji menepuk tempat kosong disampingnya mengisyaratkan agar Hinata duduk di sampingnya. Hinata menurut.

"Arigatou Hinata telah membantuku." Kata Neji datar tanpa memandang lawan bicaranya.

"Sama – sama." Jawab Hinata singkat. Hening sejenak. Hinata sedikit kaget mendapati tangan Neji yang menjulur di depannya. Ada sesuatu di sana. Hinata mengambil benda itu lalu memperhatikannya. Cincin?

"Itu cincin refleksi. Baik untuk peredaran darah. Tadi aku dapat di dalam." Jelas Neji. Hinata memperhatikan cincin itu. Bentuknya sederhana dengan dua buah batu yang mirip magnet di sisi dalamnya.

"Arigatou nii-san." Kata Hinata dengan senyum simpul. Pandangannya tertubruk pada jari Neji. "Nii-san ju-juga punya?" lanjutnya.

"Cincin itu sepasang. Jangan dihilangkan." Hinata merona mendengar perkataan Neji. lalu dipasangnya cincin itu di jari manisnya. Hinata memperhatikan cincin yang melingkar di jarinya lalu melirik punya Neji. Rona merah kembali menghiasi wajah manisnya. Seperti pengikat. Ah…..! Hinata menggeleng – gelengkan kepalanya. Hening kembali melingkupi mereka. Tak ada yang memulai percakapan. Hanya terlihat orang yang berlalu – lalang.

"Lain kali kita ke tempat lain." Akhirnya Neji kembali bersuara.

"Eh?" Hinata menatap Neji bingung.

"Mana ada kencan di tempat seperti ini." Neji datar. "Nanti aku izin dulu sama ojii-san." Lanjutnya. Hinata tambah merona. "Nii-san i-ini memang bu-bukan kencan." Kata Hinata sedikit bergetar. Neji hanya menatap Hinata heran. "Kau tidak mau kencan denganku?" Tanya Neji frontal.

"Ah…. Itu.." Hinata memainkan ujung jarinya.

"Nanti aku kencan dengan gadis lain saja kalau begitu." Goda Neji tapi dengan nada bicara yang datar yang membuatnya terdengar serius. "Ah…?" Hinata mendongakkan kepalanya. Matanya menunjukkan ketidakrelaan. Benar – banar polos, itulah yang dipikirkan Neji. "Ka-kalau nii-san mau…" Hinata tercekat.

"Sudahlah." Potong Neji. Sesungguhnya dia sangat gemes melihat Hinata yang sangat lugu seperti itu. Mana mungkin aku kencan dengan orang lain jika hanya kau yang ada dalam pandanganku? Tapi bukan Hyuuga Neji namanya kalau tidak bisa stay cool dalam keadaan apapun.

"Nii-san…." Hinata menatap Neji. Tak lama karena dia tak sanggup menantang mata yang sewarna dengan miliknya itu.

"Jangan dipikirkan. Itu tidak akan terjadi." Kata Neji mengusap kepala Hinata seperti yang lazimnya dilakukan seorang kakak pada adiknya. Tapi yang ini berbeda. Hinata kembali menatap mata lavender itu. Meskipun ekspresinya sulit terbaca tapi tatapan mata Neji kali ini sedikit sendu dan melembut. Tatapan yang hanya diberikan untuk Hinata seorang. Hanya Hinata.

"Kuantar kau pulang." Kata Neji kemudian menggandeng tangan Hinata. Menuntunnya berjalan di sampingnya. Kedua cincin yang melingkar di jari mereka bertautan ketika jari – jari mereka saling mengisi ruang kosong di sela – selanya. Hmmm sepertinya feeling Ino memang bisa dipercaya.


TAMAT


Akhirnya fanfict gaje ini selesai juga. Gomen kalau endingnya gak seperti yang diharapkan.

Di fict ini author pake istilah Pekan lmiah yg author maksud itu kayak pameran yg memamerkan aplikasi ilmu sains, kayak robot, dll. Author gak tahu apa namanya makanya pake istilah itu (payah =.=a). Scene NejiHina juga kurang karena fict ini mengambil sudut penceritaan Ino sama Sakura. Gomen.

Author juga mau mengucapkan terima kasih bagi yang telah membaca dan mereview fict ini, juga kepada silent readers. Arigatou. Akhir kata review please.