AMBIGU

By : Iruma Aikawa

Disclaimer : Naruto and all caharacters belong to Masashi Kishimoto

Warning : gaje, typo (s), deskripsi kurang, lebay (maybe), AU

Happy Reading...


Siang tak lagi terik. Terlihat para siswa SMA Konoha Gakuen berhamburan ke luar gedung sekolah. Saat itu pelajaran terakhir telah usai. Waktu yang paling ditunggu – tunggu oleh para siswa. Mereka bisa bebas dari pelajaran dan melakukan kegiatan kesukaan mereka masing – masing. Ada yang ke klub olahraga, ada yang ke klub seni, ada yang ke kantin, dan ada yang langsung pulang.

Tampak tiga orang gadis manis berjalan di koridor. Satu gadis berambut pink dengan mata emerald, dan yang satunya berambut pirang panjang yang dikuncir kuda dengan poni panjang, dan yang satunya lagi gadis berkulit putih susu dengan rambut indigo panjang dengan mata lavender. Ketiganya terlihat sangat kusut.

"Ahh…. Pelajaran terakhir benar – benar membuatku tidak mood." Kata si pirang.

"Ngg…. A-Ada apa Ino?" Tanya gadis yang berambut indigo.

"Kau tahu kan, Asuma-sensei itu. Benar – benar mengerikan. Sudah begitu kenapa pelajaran matematika harus ditempatkan di jam terakhir. Sudah panas, capek, kalau harus hitung – menghitung seperti itu malah bikin mengantuk."

"Ah.. Ino-pig, kau itu hanya bisa mengeluh saja." Kata si Pink.

"Apa katamu Jidat? Bukankah kau tadi juga mengantuk? Aku lihat loh beberapa kali kau tadi menguap." Kata si pirang juga disertai ejekan kepada temannya.

"Ah..itu…" kata Sakura tercekat seperti baru saja mendapat pukulan telak.

"Hahahahaha, kau ini Sakura" tawa Ino.

"Tapi benar – benar seharian ini kita belajarnya hitung – hitungan terus. Bikin muka kusut saja." Kata Sakura.

"Otak kita mesti di restart nih." Kata Ino menanggapi. "Bagaimana kalau kita ke mall?" usul Ino. "Kalian tidak ada acara kan sepulang sekolah?"

"Ah Pig tumben kamu punya ide cemerlang gitu. Kayaknya ke mall memang ide yang bagus. Sekalian refreshing." Tukas Sakura

"Ya iyalah. Dari pada kamu jidat kamu aja yang lebar tapi gak ada isinya." Kata Ino usil

"Apa kau bilang!" bentak Sakura pura – pura marah. Lalu mencubit tangan Ino.

"Aduh. Sakit tau! Maaf deh nona pink yang manis." Goda Ino dengan puppy eyes.

"Cih!" seru Sakura yang sedetik kemudian senyumnya mengembang.

"Ah bagaimana denganmu Hinata?" Tanya Ino kepada Hinata yang sedari tadi hanya memperhatikan kedua temannya.

"Nggg… I-itu bagaimana ya? Hari ini aku a-ada janji dengan Neji nii-san ingin pulang sama – sama." Jawab Hinata seperti biasa (gagap dengan nada bicara pelan) plus pipi yang merona. Namun tak di gubris oleh Ino dan Sakura karena sudah terbiasa dengan Hinata yang super – duper pemalu itu.

"Hinata kan bisa bilang saja padanya kalau hari ini kau mau pergi bersama kami." Saran Sakura.

"Nggg… I-itu…."

"Ayolah Hinata. Kau juga butuh refreshing kan? Lagi pula senpai kan bisa pulang sendiri. Kan jarang – jarang kita punya waktu bebas seperti ini." Pinta Ino.

"Ngggg… M-maaf…."

"Ayolah Hinata." Ino terus membujuk.

Di saat mereka sedang asyik dengan obrolan mereka tiba – tiba seseorang datang mendekat.

"Kau di sini rupanya?"terdengar suara khas bariton. Mereka bertiga refleks menoleh ke asal suara tersebut.

"N-nii-san."

"Ah senpai." Sahut Ino dan Sakura bersamaan. "Selamat siang!" Ino mencoba ramah. Yang disapa hanya mengangguk.

"K-kenapa nii-san di sini?"

"Tadi aku menunggumu di pintu gerbang. Karena tidak menemukanmu jadi aku berniat mencarimu ke kelas." Jelas Neji datar.

"Ah b-begitu. M-maaf."

"Tidak apa – apa."

"Senpai tidak ada kegiatan di klub basket ya?" Tanya Ino sedikit canggung merasa kehadirannya diabaikan. Meskipun dia super cerewet tapi dia belum pernah mengobrol secara langsung dengan Neji yang dikenal super dingin itu.

"Kami dari kelas 3 sekarang sudah tidak terlalu intent lagi dengan kegiatan klub."

"Benar juga ya. Sebentar lagi ujian akhir ya." Kata Sakura seperti menambah penjelasan Neji. Sedangkan Neji hanya mengangguk (seperti biasanya).

"Ngg.. K-Kalau begitu kita pulang sekarang ya nii-san." Kata Hinata tiba – tiba. "Gomene, Sakura, Ino hari ini aku benar – benar tidak bisa."

"Ya sudah lah. Tapi lain kali kita pergi bertiga, ya!" kata Ino akhirnya menerima keputusan Hinata yang mendapat anggukan kecil dari Hinata sebagai jawaban.

"Ya sudah kalau begitu. Sampai ketemu besok. Ya, Hinata!"

"Sampai ketemu besok. K-kami pergi dulu ya!" kata Hinata kemudian sementara Neji hanya diam dengan tampang yang telah menjadi trademark-nya. Lalu sepasang sepupu itu berjalan menjauh dari Ino dan Sakura yang masih berdiri tak bergerak. Mereka berdua kemudian melambaikan tangan kepada Hinata.

"Ternyata yang dikatakan teman – teman memang benar. Kalau berhadapan langsung memang terasa. Sepupunya Hinata itu bahkan lebih dingin dari Sasuke." Kata Sakura setelah melihat Hinata dan jei menghilang dari pandangannya.

"Yaahhh, begitulah diakan masuk urutan tiga besar dari emotionless looking list di SMU Konoha Gakuen ini." Jawab Ino.

"Eh? Apa itu emotionless looking list?" Tanya Sakura heran.

"Dasar kau ini, jidat! Benar – benar ketinggalan gosip. Emotionless looking list itu adalah daftar dari siswa yang bermuka es macam Sasuke sama Neji gitu." Terang Ino.

"Oh. Memang yang buat daftar itu siapa, sih?"

"PFSKG" jawab Ino singkat.

"Apalagi itu?"

"PFSKG. Persatuan Fangirl SMU Konoha Gakuen. Jadi para fan girl dari cowok – cowok keren itu bikin persatuan gitu."

"Wah ternyata yang begituan ada juga, ya?"

"Iya. Kau ini hanya bisa memuja – muja Sasuke saja tapi tidak tahu tentang hal itu."

"Ah Pig! Aku kan tidak sepertimu. Tukang gossip!" tukas Sakura dengan pipi mengembun.

"Sudah lah. Mengapa jadi bicarain orang begini. Tadi katanya mau ke mall. Pikiranku benar – benar sudah sumpek nih." Kata Ino

"Ah. Iya. Ayo kita pergi."

Lalu kedua gadis itu berjalan menuju pintu gerbang dan meninggalkan sekolah mereka.


Sakuran menyerupuk orange jusnya. Sementara Ino tengah menyantap burgernya. Sekarang mereka sedang duduk berhadapan di salah satu kafe di KTC (Konoha Trade Center). Mereka sedang makan siang karena sepulang sekolah mereka langsung ke sini.

"Haahh, memang pergi ke mall ide yang bagus. Suntukku sedikit berkurang." Kata Sakura setelah menyeruput orange jusnya. Ino hanya mengagguk karena sibuk dengan burgernya. Lalu Sakura juga segera menikmati bento yang sudah dia pesan.

"Eh, jidat!" seru Ino setelah merasa cukup kenyang.

"Ada apa pig?" Tanya Sakura setelah selesai memakan bentonya.

"Kau tidak merasa aneh?" Tanya Ino. Sakura hanya mengernyitkan alisnya. "Hinata dan Neji."lanjut Ino.

"Memangnya mereka kenapa?"

"Apa kau tidak curiga dengan kedekatan mereka yang menurutku mencurigakan." Kata Ino penuh selidik.

"Mencurigakan apa maksudmu?" Tanya sakura yang makin heran dengan pernyataan Ino.

"Mereka terlalu dekat. "

"Mereka kan sepupu jadi jelas lah mereka dekat."

"Kau ini benar – benar tidak peka. Menurut pengamatanku mereka sepertinya mempunyai hubungan khusus selain sebagai saudara sepupu."

"Hubungan khusus apa maksudmu Ino?" Tanya Sakura lagi yang mau tidak mau membuat Ino gemes karenannya.

"Menurutku mereka pacaran." Pernyataan Ino tersebut sontak membuat Sakura kaget dan mengeluarkan refleksnya dalam bentuk teriakan. "Apa?"

"Ih.. kau ini kalau menanggapi yang sewajarnya saja." Kata Ino cepat kepada Sakura karena mendapat tatapan dari para pengunjung lain.

"Ino, kau ini benar – benar ratu gossip. Mana mungkin mereka itu punya hubungan khusus seperti itu? Dugaanmu itu tidak beralasan."

" Sakura ku sayang aku bicara seperti itu bukan tanpa alasan. Kalau kuperhatikan Hinata itu jadi aneh kalau sudah menyangkut hal – hal yang berhubungan dengan Neji."

"Aneh bagaimana maksudmu?"

"Ya aneh. Soalnya dia itu selalu merona kalau bertemu dengan Neji. Bahkan membicarakannya saja dia jadi blushing. Lalu kalau sudah menyangkut Neji, dia tidak bisa bilang tidak. Contohnya tadi dia tetap menolak ajakan kita." Ino menyerupuk lemon tea-nya sebelum melanjuntkan bicara lagi. "Padahal jika hanya sekedar pulang bareng kan dia bisa saja mengatakan pada Neji bahwa dia tidak bisa pulang bareng karena ingin pergi bersama kita. Jangan – jangan mereka malah pergi kencan."

"Dasar tukang gossip kelas berat! Kita kan sudah tahu kalau Hinata itu memang begitu. Dia itu kan gadis yang sagat pemalu. Lagi pula mereka itu kan sepupu yang sangat. Jadi menurutku itu hal yang wajar. Kau ini jangan bikin gossip seperti itu. Hinata itu kan teman kita." Jelas Sakura panjang lebar.

"Iya juga sih tapi tahu tidak..?" kata Ino menggantung kalimatnya.

"Apa?"

"Aku pernah memergoki mereka." Lanjut Ino melirik Sakura dengan tatapan usilnya. "Ingat tidak waktu aku di hukum oleh Orochimaru-sensei mengerjakan 100 soal biologi yang sulit itu?" Tanya Ino kemudian

"Oh ya, waktu itu kau di hukum gara – gara tidak menyelesaikan laporan praktikum bedah katak itu ya?" kata Sakura bersemangat.

"Iya. Gara – gara tidak menyelesaikan tugas aku malah diberikan tugas tambahan menyelesaikan 100 soal biologi saat jam pulang dan harus selesai sebelum jam 6 sore. Terpaksa aku mengerjakannya sepulang sekolah di perpustakaan sekolah." Terang Ino.

"Lalu? Apa hubungannya dengan memergoki mereka?" Tanya Sakura.

Ino melipat kedua tangannya di depan perut dan mulai bercerita. "Jad begini…."

Flashback on

Suatu sore di sebuah sekolah yang berdiri megah di tengah Konoha. Suasananya tampak sepi karena pelajaran telah berakhir beberapa jam yang lalu. Hanya tampak beberapa orang siswa di sekitar pintu gerbang dan tempat parkir. Mereka adalah siswa yang baru saja mengikuti ekskul dan tampaknya sekarang mereka bergegas hendak pulang ke rumah masing – masing.

Tapi di suatu ruangan yang bernuansa putih dengan rak – rak buku yang disusun sedemikian rupa agar menciptakan suasana yang kondusif untuk membaca, tampak seorang siswa berambut pirang duduk di depan meja yang penuh dengan buku.

"Arrrggghhhh!" teriak gadis itu seraya menggebrak meja. Rambutnya acak – acakan dan mukannya sangat kusut. "Akhirnya selesai juga. Setelah matian – matian bergelut dengan buku – buku akhirnya selesai juga." Katanya dengan mimik yang menunjukkan rasa lega meski tampilannya masih kusut (red : sangat kusut).

Lalu dia merapikan buku – buku yang berserakan di atas meja. Satu persatu bukunya dimasukkan ke dalam tas export-nya. Lalu buku – buku perpustakaan dia kembalikan ke tempatnya semula. Ditaruhnya buku – buku itu dengan rapi seperti keadaan semula pada rak buku biologi.

"Ada apa Ino?" Tanya seseorang yang duduk dibalik meja dekat pintu keluar setelah melihat Ino berjalan mendekat.

"Aku sudah selesai. Maaf merepotkan Shizune-sensei. Gara – gara aku sensei jadi harus mengawasiku sampai jam segini." Kata Ino sedikit membungkuk.

"Tidak apa – apa. Kebetulan aku juga ada tugas dari kepala sekolah yang haurs kuselesaikan di sini. Aku harus membuat laporan tentang buku – buku yang baru dikirim ke perpustakaan kita ini." Jelas orang yang bernama Shizune dengan senyum ramah. Dia adalah pustakawan di sekolah ini.

"Baiklah kalau begitu sensei. Aku pulang dulu. Aku harus menyerahkan tugas ini kepada Orochimaru-sensei. Aku harus bergegas ke rumahnya. Terima kasih banyak atas bantuannya." Kata Ino kemudian membungkuk (lagi) sebelum keluar dari ruangan itu.

Lalu Ino berjalan melewati ruangan demi ruangan. "Benar – benar menyebalkan. Aku harus berada di sekolah sampai jam segini. Dasar!" gerutu Ino. Dia terus berjalan menuju gerbang. Tapi langkahnya terhenti di depan lab bahasa karena dia melihat seseorang di lapangan basket.

"Ah Neji. apa yang dia lalukan?" katanya yang lebih seperti berguman pada dirinya lalu mengamati yang menjadi objek penglihatannya. "Ah sepertinya dia sedang latihan basket." Katanya setelah melihat Neji melakukan shoot. Lalu dia mengedarkan pandangannya ke tapi lapangan dan berhenti setelah mendapat orang lain yang berada di sana. "Hinata? Apa yang dia lakukan?" gumannya.

Setelah itu dia melihat Neji mendekati Hinata. Seketika itu instinct gossiper-nya mendapat sinyal akan adanya hal yang mencurigakan(dasar =.=). Karena merasa kehadirannya belum diketahui oleh dua orang itu, Ino segera mencari tempat yang kira – kira tersembunyi dari penglihatan kedua Hyuuga itu tapi dekat dengan lapangan basket sehingga dia dapat mendengar pembicaraan mereka. Jadilah dia bersembunyi di balik pohon dengan batang yang cukup besar yang berjarak kira – kira hanya beberapa meter dari lapangan basket. Dari balik pohon itu dia bisa melihat kedua Hyuuga dari samping dengan jelas.

"Hinata, kau menungguku juga. Padahal aku bilang tidak usah." Kata Neji setelah berada di depan Hinata.

"T-tidak apa – apa nii-san. T-tadi ada pertemuan Siswa Pencinta Alam. Jadi aku pikir s-sekalian menunggu nii-san saja." Kata Hinata sedikit menunduk ditambah kedua pipinya yang merona.

"Ya tapi kau tetap saja menungguku." Jawab Neji. Sebenarnya teman – teman klub basket yang lain sudah pulang sekitar sejam yang lalu. Tapi Neji berinisiatif untuk tinggal sebentar untuk melatih dunk dan tembakan 3 pointnya. Karena dia tahu setelah ini mungkin jarang dia punya waktu untuk itu mengingat kesibukannya untuk menghadapi ujian akhir di SMA.

"Nii-san i-ini." Kata Hinata seraya menyerahkan sapu tangan kepada Neji setelah melihat Neji menyeka keringat dengan tangannya. Neji hanya mengernyitkan alis. "Untuk menyapu keringat." Lanjut Hinata seolah mengerti apa yang Neji pikirkan.

Seketika itu otak usil Neji bekerja (?). "Sepertinya tanganku lecet karena latihan tadi. Bisakah kau membantuku." Kata Neji.

"E-eh?" yang ditanya malah bengong. "Tidak mau ya?" Tanya Neji lagi.

"Nggg..baik." kata Hinata. Lalu mulai mengusap keringat di wajah Neji. Hinata menundak. Dia bersumpah wajahnya sekarang sudah seperti kepiting rebus saus padang (?) sanking malunya.

"Hinata kau mengenai mataku." Kata Neji tiba – tiba. Refleks Hinata mendongak. "M-maaf nii-san."

"Sudahlah biar aku saja." Lalu Neji mengambil sapu tangan dari Hinata kemudian mengelap keringatnya sendiri. Dia merasa tak tega mengerjai adik sepupunya lebih lama lagi. Sementara Ino yang dari tadi berada di balik pohon memperhatikan mereka dengan seksama. Lupa bahwa dia harus segera ke rumah Orochimaru untuk mengumpulkan tugasnya.

Lalu tampak kedua Hyuuga muda itu berjalan keluar dari lapangan itu setelah Neji mengambil tasnya di tepi lapangan. Sepertinya mereka sudah ingin pulang. Kemudian Ino dapat melihat Neji menggandeng tangan Hinata erat. Sementara Hinata hanya menunduk. Tampak jelas semburat merah di kedua pipinya yang putih mulus itu.

Ino memperhatikan pergerakan kedua orang yang bergandengan tangan itu. jaga – jaga supaya dirinya tidak terlihat. Setelah Neji dan Hinata hilang dari pandangannya dia mulai sadar akan alasan kenapa dia masih berada di sekolah samapi sesore itu.

"Ahhhh gawat. Orochimaru-sensei. Kenapa aku jadi lupa." Katanya panik sambil menjitak jidatnya sendiri. Lalu berlalri meninggalkan tempat itu.

Flashback off

"Jadi begitu ceritanya." Kata Ino mengakhiri ceritanya.

"Oh begitu, tapi menurutku imajinasimu itu berlebihan Ino." Kata Sakura menanggapi cerita Ino.

"Berlebihan bagaimana? Sudah jelas kan itu tanda – tanda mereka memang punya hubungan khusus." Ino tak mau kalah.

"Tapi menurutku itu hal wajar. Mereka kan memang dekat sebagai saudara sepupu. Lagi pula Ino bukankah Neji itu di gosipkan dengan Tenten. Bisa – bisanya kau membuat gossip baru seperti itu."

"Sakura, Sakura. Kau itu betul – betul ketinggalan gossip ya. Tenten itu baru jadian dengan keponakan Gai-sensei, Rock Lee." Kata Ino dengan tanga terlipat di depan sambil menggeleng – gelengkan kepalanya.

"Eh benarkah?" Ino hanya mengangguk. "Aku kan bukan tukang gossip sepertimu." Lanjut Sakura.

"Supayan tidak samar – samar seperti ini aku akan tanya langsung Hinata besok." Kata Ino kemudian yang diikuti anggukan dari Sakura.

To be continued


Ini fanfict keduaku. Kali ini author mau coba yang multi chapter. Mungkin masih jelek. Kiritik dan saran sangat author butuhkan . thanks for reading and review please.