Sabitsuku kusari kara nogareru atemonai,
hibiku byoushin ni aragau hodo…

Tatoeba fukai shigemi no naka suberikomasete,
tsunaida ase no kaori ni tada okasaresou…

-Evening, Claire's POV-

Kepalaku masih terus mengingat wajah pria itu meski aku berusaha melupakannya. Kenapa ya? Begitu melihatnya, aku merasakan kalau aku sudah melupakan sesuatu yang penting. Sangat penting sekali.

Mata emerald green-nya yang menatapku membuatku merasa seperti aku mengenalnya. Tapi siapa? Mawar yang dia berikan masih kujaga dengan baik, harumnya yang masih terkesan misteri. Dan pikiranku terbuyar ketika seorang maid mengetuk pintu dan membawakan teh untukku.

"Miss Claire, saya bawakan teh,"

Dia pun meletakkan cangkir the dan menuangkannya kemudian segera keluar dari kamarku. Mungkin akan lebih baik kalau aku minum teh untuk menenangkan pikiranku. Aroma teh mawar ini sangat bagus untuk menenangkan pikiranku.

Aku menghirup aroma teh mawar yang paling kusukai ini, kebiasaan lamaku sebelum menikmati teh. Terkadang aku juga memasukkan beberapa kelopak bunga mawar ke dalam teh yang hangat itu untuk menambah cita rasa. Tapi kali ini aku merasa sayang kalau mawar putih ini kupetik kelopaknya.

Setelah aku merasa pikiranku jernih oleh aroma teh mawar ini, aku meminum sedikit isi cangkir khusus milikku. Entah kenapa, tehnya terasa sedikit aneh hari ini. Sedikit pahit dan aneh. Mungkin karena tehnya diseduh terlalu lama? Tapi tidak kupedulikan rasanya, kuhabiskan tehnya.

Tiba-tiba, aku merasa mengantuk sekali dan badanku terasa lemas, tapi aku masih kepikiran tentang pria tadi. Tengah mencoba mengingat kembali, aku tertidur dalam lelap.

-Skye's POV-

Aku memasuki kamarnya tanpa rasa waspada sedikit pun. Ya, akulah yang memasukkan obat tidur ringan yang membuatnya tertidur pulas selama beberapa jam. Aku menyentuh pipinya yang hangat dan halus. Kalau seandainya semua itu tidak terjadi, mungkin gadis manis ini sudah jadi istriku sekarang.

Aku melihat-lihat seisi kamar ini, dan perhatianku tertuju pada kotak kayu unik yang mengkilap di atas rak. Kotak yang memiliki dua sisi untuk mengisi sesuatu dan kuncinya masing-masing pun berbeda. Kotak ini terawat dengan sangat baik, tidak ada cacatnya. Kotak kayu beserta biola yang kuberikan padanya dulu…

Kubuka kotak yang sisinya terkunci itu dengan kunci yang kusimpan selama ini. Aku tahu isinya kosong, karena biola yang seharusnya merupakan pasangan biola yang kuberikan padanya sudah terbakar. Kurogoh saku jubahku dan kukeluarkan sebuah botol kaca berisi cairan berwarna biru. Ya, racun. Aku meminta bantuan Trent untuk membuatkan racun yang efektif dengan masa bekerja yang singkat. Meski apapun kata Cliff dan Trent, aku tidak mengurungkan niatku untuk balas dendam, meski dia tidak berdosa.

Kumasukan botol itu ke dalam kotak itu beserta sebuah pesan singkat, kemudian kukunci kembali kotak itu. Aku tidak akan menyesal melakukan ini, tidak akan.

Kudekati dia kembali dan kugendong dia seperti pengantinku. Dia ringan sekali. Masih tertidur pulas dipelukanku, aku membisikkan sesuatu di dekat telinganya.

"Only tonight, please… be mine…"

-Mansion, Ball Hall, 11.58 pm, Skye's POV-

Sudah hampir jam dua belas malam. Gadis ini belum kunjung membuka matanya. Dia sudah berada di singgasananya dengan gaunnya yang berwarna putih beserta veil dengan laces yang sesuai dengan gaunnya. Dia berpakaian serba putih yang mencerminkan dirinya yang bersih. Sedangkan aku memakai pakaian, jubah, serta topi yang serba hitam. Hitam dan putih, warna yang sangat berkebalikan.

'Semenit lagi…'

Aku mengeluarkan jam saku berwarna perak dari sakuku. Sudah saatnya membangunkan tuan putri ini dari tidurnya. Kuayun-ayunkan jam milikku ini kemudian aku mendekatinya dan berlutut di hadapannya.

Kusentuh ujung rambutnya yang begitu halus dan kucium. Aku ingin menikmati ini untuk terakhir kalinya, saat-saat hanya berdua ini. Sambil kupenjamkan mataku, aku berbisik sesuatu.

"Claire… please… open your eyes…"

Dia pun membuka matanya perlahan-lahan.

-Claire's POV-

Sudah berapa lama aku tertidur? Sepertinya sudah cukup lama. Aku ingin membuka mataku, tapi tidak bisa. Kelopak mataku terasa berat sekali, badanku pun lemas sekali.

"Claire… please… open your eyes…"

Siapa itu? Suara ini… sepertinya aku mengenalnya. Akhirnya, aku bisa membuka mataku. Meski sedikit ketakutan, aku membuka mataku perlahan-lahan. Kulihat seseorang yang bertopeng sedang berlutut dihadapanku. Orang yang muncul di kamarku kemarin!

Dimana ini? Seperti sebuah aula dansa. Ruangan yang sederhana dengan hiasannya yang tidak terlalu mewah tapi indah. Dan aku sendiri pun duduk di sebuah kursi mewah di tengah aula dansa ini. Juga pria bertopeng yang sedang berlutut di depanku dengan senyuman hangat di wajahnya. Meski senyumannya terlihat ramah, entah kenapa aku merasa ketakutan.

"A-ah… kamu siapa?" tanyaku dengan baik-baik. Aku takut dia melakukan sesuatu padaku. Tangan kanannya yang dingin memegang tangan kananku yang lemas dan menciumnya.

"I am your dearest…" jawabnya dengan suara yang halus. Aku segera menarik kembali tangan kananku yang sedaritadi dipegangnya. Aku tidak bisa berkata apa-apa karena pria ini terlihat menakutkan bagiku.

-Skye's POV-

Dia menarik kembali tangannya yang kugenggam. Matanya juga tidak berani menatapku langsung. Apa aku terlihat begitu menakutkan dimatanya? Dia sampai terlihat begitu ketakutan.

"Jangan takut, aku hanya ingin mengajakmu berdansa," kataku setenang mungkin. Akhirnya dia melirikku sedikit dan berani untuk bertanya lagi.

"Ke-kenapa kamu menculikku?" tanyanya. Meski tampak lemah, tapi ternyata dia cukup berani untuk bertanya secara terus terang begitu. Kepolosannya itu membuatku tertawa kecil, dia masih tidak berubah meski sudah bertambah dewasa.

"Seperti yang kukatakan, aku ingin mengajakmu berdansa malam ini, tidak ada alasan lain," jawabku sambil tertawa kecil. Dia pun masih terlihat sedikit bingung. Wajar saja dia bingung kalau seseorang yang tidak dia kenal menculiknya. Aku benar-benar hanya ingin melewati ulang tahunku di malam ini bersamanya.

Aku mengulurkan tanganku padanya dan berkata,

"May I have this dance with you, my lady?"

Dan akhirnya, dia menurut dan menerima uluran tanganku ini. Kami berdansa dengan leluasa mengelilingi ruangan itu. Pada awalnya, langkahnya terasa ragu-ragu dan tidak biasa. Sekarang, dia cukup terbiasa dan mulai menikmati dansa ini. Langkah serta kibaran gaunnya menunjukkan bakat sebenarnya dalam berdansa. Tidak sekalipun dia terjatuh karena menginjak gaun ataupun veil-nya yang panjang sekali. Ketika dia menatapku secara tidak sengaja, aku tidak bisa menahan untuk memberinya sebuah senyuman lembut.

Malam ini seakan-akan membuatku melupakan semua dendam ini…

-Claire's POV-

Aku tidak tahu kenapa aku menerima ajakannya untuk berdansa. Seperti ada sesuatu yang terpendam di dalam diriku yang membuatku melakukan ini. Bahkan dansa ini seperti membuat sesuatu yang terpendam ini untuk meluap keluar. Padahal, ini dansa pertamaku bersama seorang lelaki asing yang misterius.

Ketika pandangan mataku tidak sengaja bertemu dengannya, dia tersenyum padaku. Tersenyum dengan hangat. Meski wajahnya ditutupi oleh topeng, sekarang aku benar-benar yakin kalau aku pernah bertemu dengannya dan mengenalnya. Mata emerald-nya yang memandangku dengan penuh rasa rindu.

"Ada apa, Claire?" tanyanya sambil melihat padaku. Darimana dia mengetahui namaku?

"Why do you know I am? Dan, siapa kamu?" Dansa kami selesai, musiknya yang mengalun dengan pelan juga berhenti. Sekarang hanya ada kesunyian malam saja yang terdengar.

Dia terdiam sebentar dan mulai tersenyum kecil sambil berlutut di hadapanku.

"I am the prince of the stars, yang selalu memperhatikanmu di malam hari…"

Pangeran… bintang… yang selalu memperhatikanku…

Kata-katanya membuatku penasaran akan wajahnya. Seperti apa wajahnya yang tersembunyi di balik topengnya yang beku itu? Apa tampan seperti pangeran di dalam dongeng, atau justru sebaliknya?

Tanpa sadar tangan kananku menyentuh pipinya. Tangannya juga menyentuh tanganku pipiku dengan lembut. Kemudian kusentuh topengnya.

"Boleh… kulihat wajahmu?" tanyaku dengan pelan. Saat tanganku akan melepaskan topengnya, tangannya menyingkirkan tanganku dari topeng itu dengan halus. Aku mundur sedikit karena takut sudah membuatnya tersinggung, meski dia masih tersenyum padaku.

"Mohon maaf. Yang ada dibalik topeng ini hanyalah wajah memalukan dari pangeran bintang ini," katanya. "Tapi sebagai gantinya, terimalah ini,"

Dan dia merogoh saku jasnya dan mengeluarkan sesuatu. Dia meletakkan tanganku di atas tangannya, kemudian meletakkan benda itu di atas tanganku. Aku tertegun melihat benda itu.

A key of the box that similar of mine…

There's no place to escape from this rusty chain,
the more you fight against the tickling of the clock's second hand, the harder it gets…

If I slip you into the deep bushes,
you'll probably be violated by the scent of our mixing sweats…

To be continued…

Kuburan fate : *ada sesuatu bersuara dari dalam kemudian muncul*

Fate : fiuh! Akhirnya aku berhasil keluar dari kuburan ini! *masih nyangkut di kuburan*

*kena hajar oleh banyak orang karena masih berani menampakkan diri*

Fate : HUWAAAA! Muncul-muncul udah kena hajar~~~ *mewek berat*

Terima kasih untuk semua dukungannya selama aku masih hiatus. Meski sudah berakhir dari hiatus, mungkin aku masih belum bisa benar-benar aktif karena dalam tahun ini Fate banyak urusan serta kerjaan. Terima kasih dan sampai jumpa lagi! XD *plak*