Hmm, akhirnya bisa kepublish juga chap.3 \ ( ^v^ ) / setelah menghadapi tantangan yang bisa membuat RFB hampir tidak diperbolehkan kembali untuk menulis…

Di Chapter kali ini menggunakan lagu Ost. Naruto Shippudent ^ o ^v

Ok, Let's Go… ^ o ^

Enjoyed the story, douzo…

© Death Note Belongs to Takeshi Obata & Tsugumi Ohba

© Long Kiss Good Bye Belongs to Hallcali

© The Real Explanations Belongs to Me

~ Chapter 3: Long Kiss Goodbye ~

"How long before we see each other again?"

What made me think that

You were saying it with a nice expression?

I pretend that there's nothing bothering me

I'll listen 'till morning as you make excuses

Because I want us to be connected

'Apa yang salah denganku? Apa yang salah dengan ini semua. Aku tidak ingin mengulangnya kembali. Semuanya tak bisa ku tahan lagi'

xxxxxxxxxx

"Okaeri, Mello…" aku mengembangkan senyum terbaikku untuknya. Tak ku gubris teriakan dan cacian yang ia lontarkan kepadaku. Aku ingin berusaha mengubah ini semua. Karena aku memang hanya mencintainya. Walaupun memang cinta ini yang telah membuatku sakit, tapi aku tak dapat meninggalkannya. Hanya dia yang aku punya, hanya dia yang dapat melindungiku, dan hanya dia yang dapat memberiku kebahagiaan walaupun hanya setitik, akan ku usahakan kebahagiaanku untuk selalu bersamanya. Walaupun ia tak pernah mengucapkan 'Tadaima' saat ia pulang tetapi aku akan tetap akan setia mengucapkan 'Okaeri' untuk menyambutnya. Walaupun itu tak ada artinya untuk Mello, tapi aku sangat ikhlas melakukannya.

BRRAAKKK

Terdengar seperti ada barang yang dibanting dari arah kamar Mello, aku segera berlari ke kamar Mello. Ku tinggalkan semua masakan di atas meja makan yang menunggu untuk disiapkan.

"Mello, apa yang kau lakukan?" aku melihat Mello sedang menghancurkan PSP ku hadiah darinya pada saat hari jadi kami yang pertama. Ya Tuhan, apa lagi bagian dariku yang membuatnya kesal, tidak bisakah sehari saja aku tidak membuatnya kesal.

"Sudah berapa kali ku bilang kepadamu untuk tidak menyimpan barang terkutuk ini di kamarku? "

DEG

Aku segera menunduk, 'barang terkutuk' itu adalah sesuatu yang berharga untuku Mells, akankah kau bisa mengerti.

"M-maaf kan aku Mells, aku lupa. Kemarin aku tertidur disini karena menunggumu pulang kerja…" aku menundukan kepalaku dan berusaha menyusun kata-kata dan berusaha agar tidak membuatnya marah.

"Untuk apa kau menungguku, apakah kau sudah tak mempercayai ku?" Matanya mengarah tajam kepadaku, aku takut. Aku takut Mello akan berlaku kasar kepadaku.

"Bu-bukan itu maksudku. Apa…apakah kau tidak mengingatnya Mells, tanggal 30 Oktober ada moment penting pada hari itu" aku balas menatap matanya dengan sayu, aku ingin mencari kejujuran di dalamnya.

"Ya, memang kemarin adalah moment penting. Karena ada rapat besar yang akan mempengaruhi namaku yang harus aku hadiri. Bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu. Jangan pernah menggangguku apalagi menyangkut pekerjaanku " dia berbalik dan berjalan kearah pintu meninggalkanku dan ia menoleh sedikit kearah ku.

"Dan segera buang barang terkutuk itu" aku terdiam dan mencerna setiap kata-katanya. Itu bukan barang terkutuk Mells, Dan tanggal 30 kemarin adalah…

"Mello…kenapa, apakah aku mempunyai salah kepadamu, mengapa sikapmu menjadi dingin. Dan, kemarin kau melupakan hari jadi kita…" aku berkata lirih kepadanya, aku ingin sekali lagi mencoba untuk menggapai hatinya. Tetapi aku salah, Mello terlihat marah dan semakin menatap tajam kearahku.

"Aku sama sekali tidak menyukai orang lemah sepertimu" Mello berbalik dan berjalan kearahku.

PLAAKK

Terasa sangat panas dan sakit. Mengapa ini terulang lagi. Mello mulai menaparku berulang-ulang. Dan rasa amis itu kini mengecap indra perasaku lagi. Mengalir dan meleleh keluar dari bibirku. Aku takut dia akan menyakiti ku lagi. Kemudian Mello menjambakku dengan kasar dan melumat bibirku dengan penuh nafsu mengakibatkan darah keluar lebih banyak dari bibirku…

"Mel-lo, s-sa-kiit…"

Berkali-kali aku mengatakannya dan Mello tak pernah mau mendengar rintihanku. Mengapa Mels, mengapa kau tega melakukan ini…

"AAAKKHHH…" teriakanku menggema di kamarnya. Darah itu sekarang keluar dari punggungku yang tertancap oleh serpihan-serpihan pecahan PSP yang telah rusak oleh Mello.

"Mel-lo…, sa-kiitt. Ampun…" aku meringkuk kesakitan menjauhkan punggungku dari lantai. Tubuhku sakit, syarafku mulai melemah, dan darah tak henti-hentinya keluar dari dalam tubuhku. Aku melihat Mello menjauh dariku. Tidak, jangan pergi lagi Mells…

"Mello, j-jangan pergi…" aku berhasil menggapai kakinya dan memeluk kakinya berusaha untuk mencegahnya pergi.

"Aku ingin pergi dari sini…" Mello balas menendang tubuhku, dan sekali lagi aku merintih, aku terlalu lemah untuk terus menahannya dan kemudian peganganku perlahan terlepas dari kakinya. Aku hanya bisa melihatnya menjauh dan semakin menjauh sampai semuannya menjadi gelap.

"Ja-ngan per-gi…"

xxxxxxxxxx

I don't even want to see your face along the Meguro river anymore

No development will come from this, my cell phone dances

If It's goodbye mail, I want to forget about it

"Hold me tight" but "I want to disappear to somewhere"

Any time that you're talking too much you don't seem to notice

I let you see that "I cry" a little while pretending to be strong

How well did those tears work on you?

"Matt, kemarilah…" aku melihat Mello yang berumur 14 tahun. Dia sangat lucu dan manis seperti anak kecil kebanyakan. Tetapi mengapa ada Mello 14 tahun disini?.

"Ayolah Matt, jangan takut lagi ya…" tiba-tiba ia memegang tanganku dan membawaku ikut bersamanya.

"Mello?"

"Hmm?"

"…" aku terdiam dan memandang diriku sendiri. Aku sama sekali tidak berubah. Aku tetap seperti orang berumur 21 tahun kebanyakan. Tetapi mengapa Mello 14 tahun ada di sini, dan ini apa. Aku tidak mengerti.

"Ada apa Matt?" dia berbalik kearahku dan memperhatikanku. Ini adalah sosok Mello ' dulu' yang ku inginkan, sewaktu ia masih sangat memperhatikan ku dan selalu melindungiku.

"Mengapa kau ada di sini?"

"Aku?"

"Iya…"

"Karena, aku ingin menghiburmu dan melindungimu Matt" jawaban itu, jawaban yang selalu ia lontarkan kepadaku dulu. Kata-kata itu adalah mantera bagiku. Hatiku perlahan-lahan seperti terisi oleh udara yang sangat banyak. Aku bisa bernafas kembali dengan bebas setelah Mello mengucapkan itu. Aku membiarkan dirimu untuk melihatku menangis, dalam tangisan yang sunyi.

"Aku akan selalu berusaha melindungimu, Matt" dia menarik ku kembali untuk mengikutinya. Dan mengusap air mataku yang masih mengalir, kemudian tersenyum kearahku.

"Sampai…" ahh, ini adalah tempat rahasia yang Mello tunjukan kepadaku dulu.

"Tidurlah disini" dia menepuk-nepuk pahanya menyuruhku untuk tidur di atas pahanya. Aku menurutinya dan terasa angin musim gugur yang hangat tetapi dingin. Mello mengelus-ngelus rambut merahku dengan lembut. Perlahan tapi pasti aku tertidur dalam dekapannya.

xxxxxxxxxx

Even though "I want to be loved" in my own way, it fills me, but I can't see you

I just have the feeling that I'll never see you again...

I want to tell you that, but I can't find the right words

Maybe it's okay if I lie, but I can't even say "Don't go away"

Sinar matahari perlahan memaksa masuk ke dalam mataku. Kubuka sedikit-demi sedikit mata yang sulit untuk terbuka ini. Sakit yang aku rasakan di sekujur tubuhku mereda dan ada balutan perban disekujur tubuhku, ada apa ini. Apakah Mello yang menolongku, mungkinkah?. Perlahan aku bangun dari tempat tidur, ini masih kamar Mello. Dan noda darah di karpet itu adalah noda darahku yang semalam. Mello semalam pergi, lalu siapa lagi yang ada di sini.

Aku bertumpu pada tembok untuk membantuku berjalan. Mencari keseluruh ruangan. Dan sayup-sayup terdengar suara Mello, tetapi aku mendengar suara lain yang berbicara kepadanya. Itu adalah suara 'orang itu'. Aku melihat mereka sedang berpelukan, dan sepasang tangan Mello mendekapnya sangat erat, aku hanya bisa menganga memandangnya. Mello melontarkan kata-kata sayang kepada 'orang itu', kata-kata yang sejak lama sudah tak terdengar dari mulut Mello. Aku juga ingin seperti 'orang itu'. Aku merindukan Mello yang dulu…

xxxxxxxxxx

The strange voice he has when he sneezes

The screwed up face he has when he laughs

His habit of rubbing his eyes when he can't stop sweating

No matter how you look at, his personality is boring

Pertemuanku dengannya semuanya hanyalah menjadi kenangan milikku semata. Hanya dia yang ku punya setelah semuanya terjadi, setelah semuanya pergi meninggalkanku dan mengusirku. Tetapi sekarang aku akan kembali menjadi orang yang terbuang, yang tidak di perlukan keeksistensiannya. Aku hanya sampah yang hidup diantara orang-orang yang mempunyai takdir yang sempurna. Tidak perduli kepada ku yang menangis dan memohon, pada akhirnya mereka akan tetap membuangku dan menghujatku seperti sampah.

Apakah Tuhan terlalu sayang kepadaku, hingga memberiku semua cobaan ini. Tetapi jika harus sendirian aku sudah tidak kuat lagi. Aku sudah melekat sepenuhnya kepada Mello. Hidup sepuluh tahun bersamanya membuatku lupa akan rasa sendiri. Aku tak mau jika harus hidup dipenuhi dengan kesendirian. Aku mencintainya dan aku ingin dicintai olehnya. Aku sudah sangat lelah, sangat lelah…

"Matt, buatkan aku makan malam"

"…" aku tidak ingin, aku sangat lelah…

"MATT" Teriakan itu lagi yang menghampiriku. Teriakan yang setiap hari ia lontarkan kepadaku jika aku tidak menuruti kata-katanya. Kemana kepedulianmu kepadaku Mello.

"Baik Mells…" dengan langkah gontai aku berjalan ke dapur dan memilih bahan makanan. Berkali-kali tanganku teriris pisau karena kelalaianku. Kepalaku semakin terasa berat dan nafasku sesak.

"Ukhhh" sakit, kepalaku semakin sakit, suara-suara Mello semakin menjauh dan kemudian menghilang

xxxxxxxxxx

Our styles aren't similar at all

He's uselessly shy, a bit in bad taste

The smirk he has when he lies is annoying

I figured those out ages ago, it sucks

Ternyata jantungku rusak, dan hidupku sekarang bergantung pada obat-obatan. Mello, jika dia mengetahui ini semua apakah dia akan peduli lagi kepadaku. Aku tidak berani untuk berharap. Rasanya semuanya sudah berakhir. Takdir yang kupunya tidak sesuai dengan kehendak yang aku inginkan. Biarkan ini berjalan dengan semestinya. Jiwaku yang sudah mati perlahan akan menjadi kering dan menghilang, sehingga aku akan melupakan akan rasa sakit ini. Semuanya sudah terasa mengambang, hari-hari yang kujalani semuanya hanya ku anggap sebagai mimpi. Kenyataan bagiku adalah pada saat Mello berumur 14 tahun yang mendatangiku dalam mimpiku dan melindungiku.

Perasaannya sepenuhnya telah hambar kepadaku. Tidak ada kasih sayang yang terpancar darinya, semuanya hanyalah bait-bait kebiasaan yang tergambar setiap harinya. Kebohongan yang biasa ia lontarkan kepadaku seperti obat yang harus aku telan setiap harinya.

Hanya satu permintaanku. Aku hanya menginginkan Mello kembali seperti yang dulu…

xxxxxxxxxx

I just didn't have a boyfriend at the time

It was just a relationship for me to kill time with

Those are the excuses I told my friends

There's no way I was pursuing him...huh?

He tries to win me over with boring jokes

And I'm sick of his nonstop talking

I've always locked him out, and now I'm knocking

'Orang itu' kembali lagi, dan membuat Mello tertawa kembali. Aku sangat senang melihat wajah polosnya yang tertawa lepas. Lepas dari kemelut masalah kerjanya atau masalah kehidupannya. Walaupun bukan aku yang membuatnya tertawa, tapi aku harap kau bisa tertawa lepas dan bahagia sepanjang hidupmu Mells.

Entah sudah berapa bulan aku menjalani pengobatan di rumah sakit. Setiap hari harus meminum obat yang sama dan setiap bulan harus membeli obat kembali untuk aku minum dan kegiatan itu terus menerus berulang. Aku tidak bodoh, aku tahu aku akan mati. Obat ini tidak bisa memperpanjang hidupku. Bisa saja aku menceritakan penyakit ini kepada Mello dan berusaha membujuknya untuk membiayai pengobatanku. Tetapi, itu sama saja dengan memperparah luka dibatinku. Mungkin sampai akhir hayatpun Mello sudah tidak akan peduli lagi kepadaku. Mungkin Mello sudah bosan. Dan itu wajar, karena aku memang orang yang sangat membosankan. Aku yang hanya berpikir untuk terus selalu mengejarmu adalah orang yang membosankan bagimu Mells.

"Mello, kemana kakak pergi?"

"Hmm…memangnya ada apa Nate?"

"Aku ingin menunjukan hubungan kita kepadanya"

"Hahaha, dia tidak bodoh Nate"

Lagi, lagi dan lagi. Aku tidak ingin mendengarnya. Sambil menangis dan berlutut di balik pintu kamar yang bersebelahan dengan kamar Mello aku memeluk kakiku sendiri. Aku memasang headset di telingaku, mendengarkan suara-suara Mello yang dulu diam-diam kurekam di hp ini sambil memandangi foto-foto yang dulu pernah diabadikan olehnya. Aku menyentuh wajahnya. Teringat kembali kenangan-kenangan yang tidak akan pernah terlupakan olehku. Perlahan air hujan turun dan semakin deras, juga ikut menurunkan suhu disekitarnya. Masih mendengarkan suaranya. Aku kembali menangis, entah mengapa air mata ini tidak dapat berhenti mengalir. Tiba-tiba petir berbunyi dengan keras. Membuat jantungku bekerja lebih cepat karena keterkejutanku. Itu membuat semuanya fatal. Perlahan aku rebahkan tubuh ini di lantai kayu yang dingin. Mungkin jika seperti ini sakitnya akan berkurang…

Even though "I want to be loved" in my own way, it fills me, but I can't see you

I just have the feeling that I'll never see you again...

I want to tell you that, but I can't find the right words

Maybe it's okay if I lie, but I can't even say "Don't go away"

When our hands come apart

Will you forget someday?

About me?

Semuanya terlalu menyakitkan dan menyesakan untukku. Kalau memang kau ingin membunuhku Mells, mengapa tidak meracuniku atau menembaku tepat di kepalaku. Mengapa kau menyiksaku seperti ini. Penderitaan yang dulu belum sempat kering di hati ini. Aku ingin kau menyadarinya Mells, bahwa da orang yang menunggumu di sini. Walaupun hanya ucapan 'selamat pagi' atau sebuah senyuman. Itu saja sudah membuatku senang. Aku sudah berusaha semampuku untuk mengikuti semua keinginanmu. Aku sudah melaksanakan semua perintahmu. Tapi kau terus-menerus menyiksaku. Sadarlah Mello, di sini ada seseorang yang menunggumu, orang itu sangat kehilanganmu. Aku sudah tidak mampu lagi untuk mencintaimu Mells. Semuanya terlalu berat. Jika kau beersedia, maukah kau menemaniku di saat terakhirku Mello…

Seperti lullaby yang menidurkanku. Perlahan mata ini terpejam diiringi oleh suara Mello yang terus menerus beputar di kepalaku. Dan tiba-tiba aku merasakan sebuah hentakan keras di dadaku. Dan aku tahu. Mungkin ini adalah akhir dari kisahku…

xxxxxxxxxx

Even though "I want to be loved" in my own way, it fills me, but I can't see you

I just have the feeling that I'll never see you again...

I want to tell you that, but I can't find the right words

Maybe it's okay if I lie, but I can't even say "Don't go away"

Normal POV

Serang pemuda berambut merah terlihat tersenyum dalam tidur panjangnya. Mungkin karena ia telah bertemu dengan Mello 'yang dulu' yang dia buat di dalam mimpinya. Lantai di sekitarnya di penuhi oleh darah yang perlahan-lahan mulai mengering. Hp di sampingnya berkali-kali berkedip memunculkan tulisan 'Low Baterai'. Hujan di luar masih saja deras membawa berita kepergian seseorang yang sangat tegar kepada seluruh dunia. Awan-awan terlihat saling bersautan untuk menceritakan kisahnya yang akan menjadi suatu history yang tak terikat akan waktu, dan menceritakannya kembali kepada awan yang lainnya.

xxxxxxxxxx

"How long before we see each other again?"

What made me think that

You were saying it with a nice expression?

I pretend that there's nothing bothering me

I'll listen 'till morning as you make excuses

Because I want us to be connected

I don't even want to see your face along the Meguro river anymore

No development will come from this, my cell phone dances

If It's goodbye mail, I want to forget about it

"Hold me tight" but "I want to disappear to somewhere"

Any time that you're talking too much you don't seem to notice*

I let you see that "I cry" a little while pretending to be strong

How well did those tears work on you?

Even though "I want to be loved" in my own way, it fills me, but I can't see you

I just have the feeling that I'll never see you again...

I want to tell you that, but I can't find the right words

Maybe it's okay if I lie, but I can't even say "Don't go away"

The strange voice he has when he sneezes

The screwed up face he has when he laughs

His habit of rubbing his eyes when he can't stop sweating

No matter how you look at, his personality is boring

Our styles aren't similar at all

He's uselessly shy, a bit in bad taste

The smirk he has when he lies is annoying

I figured those out ages ago, it sucks

I just didn't have a boyfriend at the time

It was just a relationship for me to kill time with

Those are the excuses I told my friends

There's no way I was pursuing him...huh?

He tries to win me over with boring jokes

And I'm sick of his nonstop talking

I've always locked him out, and now I'm knocking

Even though "I want to be loved" in my own way, it fills me, but I can't see you

I just have the feeling that I'll never see you again...

I want to tell you that, but I can't find the right words

Maybe it's okay if I lie, but I can't even say "Don't go away"

When our hands come apart

Will you forget someday?

About me?

Even though "I want to be loved" in my own way, it fills me, but I can't see you

I just have the feeling that I'll never see you again...

I want to tell you that, but I can't find the right words

Maybe it's okay if I lie, but I can't even say "Don't go away"

xxxxxxxxxx

O w a r i

xxxxxxxxxx

Muggyaaaa… selesai…. .v

Lagunya agak ga nyambung ya… Yah, tapi menurutku sih nyambung -plaakk-. Kehidupan SMK itu sulit =,=. Ko tiba-tiba jadi curhat. Ah sudahlah…semoga reader terhibur dengan ceritanya. Akhir kata…

Mind to review…?