My Fate

~Chapter 1 : Wounded~

Sky…

Hide in the dark

Never can't to reach

Until we disappear

Hanya puisi itu yang dapat aku ingat. Hanya puisi itu saja yang aku punya. Hanya puisi itu satu-satunya kenang-kenangan ku yang berharga. Dan, hanya puisi itu yang bisa mengingatkanku pada…Ibuku.

xxxxxxxxxx

23 September

Hari ini hari pertama turun salju. Aku bisa melihatnya. Ya aku bisa melihatnya dengan jelas dari jendela jendela bercat putih ini, aku melihatnya bagaikan sekumpulan peri yang menari gembira. Bagaikan tidak mengenal apa artinya rasa sakit yang dirasakan. Bukan sakit yang bisa di sembuhkan, tetapi sakit yang akan meninggalkan rasa perih walaupun luka itu tak pernah dan tak akan bisa terlihat oleh mata.

Aku mendengarnya, tawa anak kecil yang sedang membuat sayap peri di tumpukan salju. Mereka seperti sekumpulan malaikat kecil yang ingin membuat sayap…, dan terbang menuju angkasa luar bersama teman-temannya, meninggalkan seluruh kemelut yang mengganggunya .

Ah… seandainya aku dapat berjalan, aku akan melakukan hal yang sama seperti mereka. Tetapi mungkin itu mustahil aku lakukan. Karena mungkin… aku sudah tak dapat berjalan lagi…Selamanya…

24 September

"Lihat Naru…, langit yang indah itu akan menangis kalau Naru bersedih…! "

Aku teringat kata-kata ibuku saat aku melihat langit. Ibu Naru minta maaf…, sepertinya aku membuat langit bersedih lagi, tapi aku tidak bisa menahannya…

Aku sangat merindukan ibu, aku sangat kesepian. Di sini tidak ada yang menemaniku, aku selalu sendiri di sini.

Maaf bu Naru sudah berbohong kepada ibu. Sebenanya Naru sama sekali tidak mempunyai teman, maaf…, tapi Naru tidak mau melihat ibu bersedih. Biar Naru saja yang menggantikan kesedihan ibu.

Tetapi…, kenapa ibu meninggalkan Naru. Padahal Ibu sudah banyak berjanji pada Naru….Apakah Ibu tahu…, Naru sekarang sendiri…tak ada ayah dan tak akan pernah ada…

25 September

Kenapa semuanya mengkhianatiku…? Mengapa semua tak pernah menghargaiku. Apakah ini memang sudah takdir untuku, takdir untuk disakiti dan dilukai…

Ayah…, dia datang pada hari ini, datang setelah satu tahun dia menghilang…menurut ku ada maupun tidak ada, bagiku sama saja keadaannya. Saat aku menanyakan kepadanya tentang ibu, dia bertanya "memangnya dia siapa…?". Aku terkejut, ternyata setelah meninggalkan kami berdua selama satu tahun 'dia' tidak hanya menelantarkan kami…, tetapi dia juga melupakan satu-satunya malaikat yang selalu menjagaku…Ibuku…

Dia sudah lupa tentang segalanya, sudah lupa tentang kenangan kita bertiga. Kenangan tentang dia, Ibu dan aku.

Mulai hari ini aku tidak mau mengakuinya sebagai ayah ku…, karena ayahku sudah 'mati' satu tahun yang lalu…

26 September

Dingin dan gelap, jari-jari ku semakin tidak bisa di gerakan, tubuhku semakin lemah…

Malam ini dia datang lagi…, dia memberitahuku bahwa dia akan menikah dengan seseorang yang sudah sejak lama ia cintai…

Aku sangat dan sangat terkejut pada saat itu…, dia bilang orang yang ia cintai…?. Kenapa dia masih meminta persetujuanku…?. Tak tahukah dia bahwa dia telah melukai hatiku yang paling dalam hanya dengan mengatakan itu…?

Tuhan hanya satu yang ku mohon…, jika aku mati malam ini, jangan biarkan aku kesepian dan kesakitan dalam tangis dan sedihku…

xxxxxxxxxx

"Dokter detak jamtungnya melemah!"

'Ah…, siapa itu dan di mana ini…? Terasa…hanggat…sangat hangat…'

"Cepat pindahkan ke ruang ICU!"

'Apakah itu suaranya, suara orang itu…?'

"Baik dokter Uchiha…"

'Sudah tidak dapat mendengar lagi, perasaan apa ini…, nyaman sekali...'

xxxxxxxxxx

"Sky…

Hide in the dark

Never can to reach

Until we disappear"

'Siapa yang membaca puisi itu…?'

"Langit…

Yang bersembunyi di balik gelap…"

'Apa itu ibu…'

"…Tidak akan pernah bisa untuk dicapai…"

'Tunggu, dia bukan suara ibu…, suara itu, apa itu suara…'

"…Sampai kita menghilang"

"Dok…ter…?"

Pandangan ku silau oleh sinar mentari pagi, tapi bukankah aku sudah mati. Mengapa aku masih ada di sini…?

"Hai…Ohayou…"

"Dok…ter AKH…!" Sakit, semua tubuh ku sakit, dan hati ini juga mulai merasakan sakit kembali, dan sakit itu menjalar ke seluruh tubuhku… sangat sakit…

"Pelan-pelan saja…"

Dokter memeluku dan membantuku bersandar, pelukannya begitu hangat dan penuh kasih sayang…, pelukannya sedikit menenangkan aku.

"Gomen…"

"Tak apa-apa…, Naru Hime…"

Mataku terbelalak…, mengapa dia bisa tahu nama kecil ku…Apakah dia 'orang itu'

xxxxxxxxxx