Ringkasan: Astaga, Deidara jadi ingin mengumpat nama dewa pujaan Hidan! Jangan bilang kalau—lagi-lagi—Sasori mati mendahuluinya. Tidak lagi. Jangan lagi. Cukup sekali saja! # slight SasoriXDeidara. Drabble, canon setting based on chapter 519, SPOILER ALERT.

Peringatan: canon setting dalam Perang Dunia Ninja Keempat, Naruto manga chapter 519; SPOILER ALERT; drabble; implicit SasoriXDeidara; Deidara's curse—err… mind, I mean.

.

Naruto©Masashi Kishimoto

.

"You wanna die too, Deidara?"

"I am dead. Both of us are!"

(Sasori dan Deidara—Naruto 516: Garaa's Speech)

.

#

.

Mati, Lagi

untuk yang baru hidup kembali lalu mati lagi

©fariacchi

.

#

.

"Sasori no Danna!"

Astaga, Deidara jadi ingin mengumpat nama dewa pujaan Hidan! Jangan bilang kalau—lagi-lagi—Sasori mati mendahuluinya. Tidak lagi. Jangan lagi. Cukup sekali saja!

Deidara hanya menggerutu kecil bahwa untungnya, tidak akan ada Tobi yang lain. Ah, si Tobi yang itu—yang cerianya membuat Deidara gila. Tobi yang sama yang sekarang memanggilnya kembali—eh, kalau disebut menghidupkan kembali rasanya terlalu luar biasa. Yah, pokoknya Tobi yang sama yang membuatnya kembali bertemu dengan sang Danna. Setidaknya, meski sang Danna pergi meninggalkan Deidara lagi, Deidara tidak perlu satu tim lagi dengan Tobi yang itu, kan?

Sebentar. Bukan itu poinnya.

Deidara menggeliat dalam jeratan yang mencegah geraknya. Sempit, panas, tertusuk pedang berpetir, terlilit temali kuat—oh, betapa sialnya Deidara.

Hei, ia baru dipanggil kembali untuk hidup bahkan tidak sampai setengah hari lalu! Berakhir seperti sekarang… rasanya memalukan.

Deidara pernah mengira bahwa hidup kedua seperti ini adalah benar-benar immortal. Tapi itu bohong! Buktinya Sasori mati—lagi! Harusnya Deidara menurut Hidan saja untuk memuja dewanya. Kali-kali saja bisa jadi immortal sungguhan.

Hah, Deidara sudah kehilangan kewarasan, sepertinya. Mungkin ini salah otak yang ditempatinya.

Kenapa jadi ngawur ke sana? Ini kan soal Sasori, Danna-nya!

Deidara kesal. Sungguh kesal. Entah sejak kapan, Sasori berubah menjadi sosok yang tidak dikenalnya. Sasori tidak sentimentil seperti itu. Sasori adalah sosok yang melupakan emosi demi menggapai seni abadinya! Sasori, Danna-nya, tidak akan mati hanya karena mendengar kata-kata bocah bau kencur yang baru bisa mengendalikan boneka!

"Ketika kau mati, turunkanlah kedua boneka itu… ke generasi selanjutnya."

Bah. Pasti si Kabuto sinting itu tidak sempurna dalam menanamkan jutsu-nya untuk membangkitkan Sasori. Payah!

Itu jelas bukan Sasori!

Sasori itu adalah yang yang kalau bicara seperti ketika mereka pertama dibangkitkan:

"Apa kau mau mati juga, Deidara?"

Nah. Itu baru Danna-nya yang biasa. Yang akan terpancing dengan sedikit: "Tuan 'Seni-sejati-adalah-keindahan-yang-bertahan-abadi' hmm." Lalu Deidara akan menanggapinya dengan seringai dalam hati, membalas dengan cepat, "Aku sudah mati. Kita berdua sudah mati!"

Ah. Itu baru duo Akatsuki, Sasori-Deidara yang biasa! Edisi spesial! Sasori-Deidara, duo seniman Akatsuki, setelah mati.

Padahal Deidara kira, Sasori akan senang setengah mati (eh, salah, ya?) karena mencapai keadaan yang diinginkannya—abadi.

Bah, seni adalah ledakan!

Tapi untuk satu dua waktu, Deidara membiarkan Danna-nya puas dengan seni adalah keindahan abadi. Yang penting bisa bersama-sama si Danna lagi. Yang penting tidak harus dipasangkan dengan lolipop jeruk berjalan itu. Yang penting bisa meledakkan sesuatu lagi. Sesekali, Deidara mengalah, Danna.

Tapi coba lihat! FAKTANYA SEKARANG, SASORI MATI (LAGI)!

Deidara kesal. Kesal sekali. Deidara yakin ia bisa mati (lagi) hanya karena kesal! Kesal karena terkurung dalam boneka kayu sialan, kesal karena tidak bisa meledakkan dan menciptakan seni, kesal karena ditinggal lagi!

Katanya paling benci menunggu? Tapi lagi-lagi memaksa dirinya sendiri menunggu! Nanti kalau Deidara terlambat menyusul, pasti sang Danna menggerutu lagi. Padahal yang mati duluan dia!

Kesal.

Kesal.

KESAL.

Deidara benar-benar kesal.

Lihat saja. Kalau nanti Deidara dipanggil lagi untuk hidup, yang pertama dilakukannya adalah melemparkan bom ke Sasori. Itu untuk meninggalkannya mati seorang diri sebanyak dua kali.

Lalu yang dilakukan selanjutnya adalah mati duluan sebelum Sasori. Biar Danna-nya itu tahu rasa kalau ditinggal mati itu tidak enak!

Untuk itu, Deidara harus mati dulu kedua kalinya.

Tapi itu nanti. Sekarang yang jelas mendesak adalah:

"KELUARKAN AKU DARI SINI! BERENGSEK!"

.

#

.

SELESAI

.

Catatan Faria:

Sebenarnya ini bentuk protes jiwa fujoshi saya terhadap kemunculan SasoriXDeidara yang begitu SINGKAT. Ya, ini mengambil setting di Naruto 519, 5 panel di antara Sasori mati (lagi) sampai Deidara berteriak minta dikeluarkan. Oh iya, sampai berakhir tulisan gaje seperti ini, adalah karena saya sedang senang. Kalau ada di antara kalian yang membaca, ini untuk kalian yang sudah mencerahkan hari saya, untuk yang sudah mengucapkan selamat dan mendoakan saya di hari ini. Merasa beruntung sudah bergabung di FFN dan memiliki kalian semua *hugs*

Saya mulai stress. Meski belum jadi sakit sampai butuh untuk nimbrung ke Flame Chara seperti di sebelah. Eh, tapi, mumpung ada tempat sampah di sebelah, yang mau nyampah dipersilahkan *lol*.

Baiklah, terima kasih sudah membaca. Dan, sudahkah Anda berkontribusi dalam IFA (Indonesian Fanfiction Awards) 2010? ;)

.

~ fariacchi – December 2010 ~