"DORESU hiza de saite TIARA wa nagesutete

mitsumeau hitomi to hitomi ga hibana wo hanatsu…"

"Kodoku na tamashii ga honoo age hikareau

sono namida sukuenai nara marude hitori asobi…"

-Claire's POV-

"I AM SORRY!"

Kugenggam pisau itu seerat-eratnya dan mulai berlari padanya. Aku mengincar bagian jantungnya. Dia berhasil menghindar, tetapi lengan kirinya tergores cukup dalam. Darahnya mulai mengalir dari luka goresan itu.

Dia menahan darah dari luka tersebut dengan tangan kanannya. Ekspresi wajahnya menunjukkan bahwa dia sangat terkejut. Sedangkan aku mencabut pisau yang tertancap cukup dalam di pembatas beranda dan berbalik lagi untuk berhadapan tidak memedulikan rasa sakit tangannya, dia berusaha mendekatiku.

"Claire-"

"DON'T MOVE!" teriakku padanya yang langsung memotong perkataannya. Aku mulai menghapus air mataku dengan kasar dan mengacungkan pisau yang bersimbah sedikit darah.

"Prepare yourself, Prince." Mataku melihat mata Cliff dengan tajam. Aku berusaha memberitahu kalau aku akan membunuhnya.

"Claire… why do you do this?" tanyanya dengan sedih. Aku menundukkan kepalaku dan mulai memberitahunya.

"Ada seseorang yang ingin membunuhmu…" jawabku dengan singkat.

"Siapa?" tanyanya lagi. Aku menarik nafas dan menjawabnya.

"Lord Skye…"

-Cliff's POV-

Darahku mengalir deras dari lenganku. Aku berusaha menahan darah yang mengalir dengan tangan kananku. Kenapa dia menyerangku? Dia mencabut kembali pisau yang tertancap di pembatas beranda dan berbalik padaku.

"Claire-" kataku sambil mencoba mendekatinya.

"DON'T MOVE!" bentaknya padaku. Sepertinya dia menangis, dia menyeka air matanya dengan kasar. Dari pisau yang diacungkannya padaku, menetes butiran darah yang masih segar.

"Claire… why do you do this?" tanyaku dengan sedih. Aku masih tidak percaya kalau dia akan melakukan ini terhadapku. Rasa sakit hatiku lebih sakit daripada rasa sakit lenganku yang terluka ini.

"Ada seseorang yang ingin membunuhmu…"

Jawabannya itu entah kenapa tidak membuatku heran. Karena bukan hal yang aneh kalau keluarga kerajaan diincar nyawanya.

"Siapa?" tanyaku lagi. Aku ingin tahu, siapa yang ingin memperalat dirinya untuk membunuhku.

"Lord Skye…" jawabnya. Aku benar-benar tidak menyangka. Aku kecewa sekali. Ternyata, sahabatkulah yang menginginkan kematianku sampai memperalat gadis bersepatu kaca ini.

"Dan juga… aku ingin kebebasan. Anggaplah ini menjadi kekangan terakhirku…" katanya lagi dengan pasrah.

"Jadi… Maafkan aku… kamu harus mati…" lanjutnya. Dia seperti menghilangkan keraguannya untuk membunuhku.

"Sungguhkah kamu menginginkan kematianku?" kataku pelan, aku memberikan pilihan baginya.

"Sepatu kaca ini telah memilihku untuk membunuhmu…" sahutnya pelan sambil melihat sepatu kaca yang berkilauan.

"I must kill you… Cliff…" katanya sambil menatapku dan terseyum sedih.

-Claire's POV-

"I must kill you… Cliff…" kataku sambil melihat matanya yang memancarkan kesedihan. Aku pun tersenyum sedih. Karena batinku tidak ingin membunuhnya, tapi aku harus membunuhnya.

"Cliff… I really enjoy the time with you… the dance, the dinner…" kataku sambil tersenyum sedih dan menahan air mataku.

"It is very fun… really…" kataku lagi karena dia terdiam terus dan menatapku sedih. Apa yang kukatakan padanya semua adalah kata hatiku. Aku benar-benar menikmati waktuku bersamanya. Aku melihat jam, tinggal beberapa detik lagi jam 12 malam. Aku memenjamkan mataku dan mulai berpikir…

Now… I must let it go…

Semuanya menjadi sunyi… hanya terdengar suara langkah sang waku yang akan mulai berganti hari…

Cliff menghela nafas dan mulai memenjamkan matanya.

"You may do it, Claire… I am ready…" katanya pasrah. Dia juga telah menyerahkan diri pada takdir.

"Thank you… Cliff…" suaraku mulai bergetar. Aku mulai menggenggam kuat pisau itu dengan kedua tanganku. Dan memposisikannya di depan perutku. Kali ini, aku mengincar perutnya.

"Good bye…"

"Cliff…"

Aku mulai berlari kehadapannya. Aku mulai membayangkan waktu yang kulewatkan bersamanya. Menyenangkan sekali…

TENG… TENG… TENG…

JLEB!

TENG… TENG… TENG…

Jam dua belas malam. Aku merasa kalau aku sudah menikam sesuatu cukup dalam. Tapi aku tidak sanggup untuk memastikannya. Aku takut! Aku sampai terduduk dilantai dan melepaskan genggaman pisau ditanganku.

Tiba-tiba banyak hal yang terlintas di kepalaku. Ya, kenapa aku tidak berusaha menolak permintaan Ibu saja? Kenapa aku tidak menolak Skye untuk mencoba sepatu kaca itu? Kenapa aku tidak lari saja saat Ibu tidak mengawasiku? Kenapa semua ini baru terlintas dikepalaku sekarang?

Padahal… semuanya sudah terlambat…

Aku sudah membunuhnya…

Mungkin sekarang dia membenciku dan menyalahkanku…

"…"

"…"

"… Claire…"

"!"

Aku langsung membuka mataku. Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat didepan mataku.

"Cliff…" panggilku terhadap namanya. Benarkah ini dia?

"Cliff… kaukah itu?" panggilku sekali lagi terhadap sosok yang sedang menutupi pinggangnya dengan tangan kanannya sambil berlutut.

Dia hanya tersenyum saja, sambil melepaskan tangannya dari aku hanya menyerempet sedikit pinggangnya.

"Ternyata aku takut mati…" kata Cliff sambil tersenyum padaku.

Aku hanya terbengong dan tiba-tiba air mataku mengalir dengan deras. Aku merasa sangat bersyukur ketika dia masih hidup…

"Thank you god! You are still alive!" doaku pada Tuhan karena aku tidak membunuhnya dengan tanganku. Aku langsung memeluknya, memastikan lagi kalau dia masih hidup.

Cliff juga memelukku dan membelaiku dengan halus.

"Claire… will you go with me?" tanyanya dengan suara yang lembut. Aku langsung melihat padanya. Aku tidak percaya pada apa yang dikatakannya.

"Kita pergi ketempat dimana mereka tidak akan menemukan kita… dimana kita bisa bersama…"

Aku mulai tersenyum dengan air mata yang masih beraliran dimataku. Ya… aku bisa mendapatkan kebebasan dengan pergi bersamanya.

"Mungkin aku tidak bisa memberimu gaun yang indah dan perhiasan yang bagus. Tapi, aku akan melindungimu… aku tidak akan membiarkan dirimu bersedih lagi…" katanya sambil memenjamkan matanya. Kemudian dia membuka matanya lagi perlahan-lahan.

"Claire… do you want to come with me?" tanyanya sekali lagi padaku.

"Can I see the sunset everyday with you?" tanyaku kembali padanya.

"Yes, you can…" jawabnya dengan singkat.

"Can I have ice cream with you everyday?" tanyaku lagi padanya.

"Yes, you can…" jawabnya lagi dengan keyakinan.

"Can I have the freedom… and be with you?" tanyaku dengan pertanyaan terakhirku. Dia pun tersenyum lembut dan menjawab…

"Yes… You can…" jawabnya terhadap pertanyaan terakhirku. Aku pun membalas senyumannya dan mulai menjawab pertanyaanya tadi.

"Yes… I will go with you…"

Aku mulai merobek gaunku dengan tangan sampai sebatas lutut. Kulepaskan tiara yang berada dikepalaku. Rambutku yang terikat rapi, langsung kuurai. Aku tidak membutuhkannya…

"Are you ready?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya padaku. Aku tidak menjawab pertanyaannya dan hanya menerima uluran tangannya. Dia terseyum dan kami mulai berlari menuruni tangga.

CLANG…

"Ripping apart my dress with my knees, throwing away my tiara,

our eyes, gazing at each other, fire off sparks…"

"Our lonely souls, burning up in flames, yearn for each other…

If I can't save your tears, then this will all have been a one-person game…"

-Skye's POV-

Aku masih menunggunya. Seharusnya dia sudah menyelesaikan misi ini. Waktu sudah menunjuk jam 12.37 pm. Kereta kuda ini sudah menunggu sejak jam sebelas malam. Akhirnya aku menghela nafas panjang.

Aku menyerah…

"Let's go…" perintahku pada kusir kuda untuk menjalankan kereta kudaku.

Aku sudah tahu kira-kira apa yang terjadi…

Aku akan melepaskan mereka berdua…

-Claire's POV-

Sepatu kaca yang kupakai terlepas sebelah kiri saat kami menuruni tangga. Kami terhenti dan aku mulai melihat pada sepatu kaca tersebut.

"Ah! Your slipper!" kata Cliff sambil berbalik kembali untuk mengambilkan sepatuku.

"No… Cliff…" kataku sambil menggenggam kuat tangannya.

"Why?" tanyanya heran padaku. Aku melihat sepatu kaca itu dan tersenyum, kemudian berkata…

"Because… I don't need it anymore…" jawabku padanya.

"… Let's go then…" ajaknya karena mengerti akan jawabanku.

Aku berlari menuruni tangga dengan sebelah sepatu kaca di kakiku. Tanganku yang berada pada gandengannya.

Kami yang pergi meninggalkan segalanya…

Dimana kami bisa berdua selamanya

Seakan-akan berada di dalam…

Fairytale

"Toki yo tomare ima wa anata ni yoishirete

yureru kodou hitotsu hitotsu wo kizamitsuketetai…"

"Todomare atsuku nure uchitsukeru takamari ni

kore ijou wa ugokenai yo marude FEARITEIRU…"

"Oh time, stop now… I've been completely drawn in to you…

I want to count out every one of your unstable heartbeats…"

"Remain in my surging emotion, and be soaked hot…

I cannot move beyond this. It's almost like a fairytale…"

THE END…


Deffene FATE : HHAAAAHHH! SELESAIIII! *tepar*

someone : akhirnya... lama ya...

Deffene FATE : terima kasih untuk para author ataupun pembaca yang bersedia mereview ceritaku! terima kasih! *membuat cerita dari jam istirahat kerja*

someone : jadi next cerita apa?

Deffene FATE : mungkin... one shot dulu... atau cantarella! tetap membaca cerita anehku ya! terima kasih banyak!