Entah mengapa dan bagaimana.. Saya berinisiatif membuat fic aneh bin jelek ini.

Yang pasti.. dengan tujuan untuk berpartisipasi turut meramaikan 'SasuNaru' seperti author lainnya

Maaf... apabila fic nya jelek dan penuh dengan Typo(s) harap maklum. Saya akan belajar lagi.

Mohon bantuannya

[WARNING]

Sasuke x Naruto

Disclaimer : Masashi kishimoto

MPREG

Boys love Yaoi

Rating M (jaga-jaga)

By. Uzumaki uzu

Kalau tak suka jangan dibaca yaa :D

Kalau hanya berniat untuk mengejek atau mencela, mohon harap meninggalkan fic ini, karena memang ficnya sudah jelek. Saya bukanlah manusia yang sombong untuk menyatakan kurang dan kurang, saya adalah manusia biasa, apabila ada yang menyukai fic ini saya bersyukur, tetapi saya tetap akan belajar dan belajar lagi.


[Tidak akan ada yang pernah mengetahui apa dan bagaimana mengenai rencana NYA yang kuasa]

[Entah bahagia ataupun Derita]

[Percayalah. Dari situ, Pasti akan muncul sebuah Hikmah yang lapang]



NARUTO FLASH BACK AND POV

Seberapa lama aku menunggu diriku, setelah semuanya terjadi. Aku merasa terluka. Terluka dengan apa yang aku alami pada sebenarnya-hari. Aku sempat terpaku diam untuk orang yang pernah melaluiku—tanpa rasa berdosa sedikit-pun. Aku berusaha sebisa mungkin melindungi diriku, dengan cara-cara konyol yang selalu aku lakukan, demi menjaga keaslian pada perasaan dan tabiat yang aku milikki kali ini.

Aku kini sendiri, dan hanya seperti ini saja. Selalu begini kenyataannya—tidak ada yang berubah dan mencoba merubahnya. Semenjak diriku diasingkan dan di singkirkan dari sekian banyak orang yang membenciku, hingga orang tuaku pun sama bencinya padaku, dan menganggapku adalah sama seperti sebuah 'sampah' yang perlu dibersihkan dan di buang. Ayah dan ibuku sudah meninggalkan aku sendirian. Selama hampir empat bulan ini, aku hanya berpangku pada belahan dari diriku ini, belahan yang menduplikat aku dan dia, belahan dari nyawaku dan nyawanya, belahan dari tubuhku dan tubuhnya dan belahan dari cintaku dan penghinaannya.

Mencoba menyemangati diri untuk satu nyawa yang sedang tumbuh di dalam diriku. Selama ini, dan selama aku menjadi diriku yang sulit dimengerti, untuk hal apapun dan bagaimanapun.

Hari ini, aku kembali memandang lautan yang biru dan lapang, aku hanya bisa duduk tanpa bersandar pada apapun, sebagai tempat penahan rasa sakit yang mulai muncul pada 'perutku' yang memang semakin lama, semakin membengkak.

Seandainya aku bisa mengulangi waktu—ku, aku tidak akan mencoba mencintainya. Aku hanyalah 'aib' bagi keluargaku, aku hanya perusak semua rencana yang telah tersusun rapih. Sejak aku masih di timang dan merasakan kehangatan dari Kushina dan Minato—merekalah ayah ibuku, dan semenjak aku ditinggalkan oleh mereka juga.

Dua hal. Dan menjadi kenangan-kenangan pahit... juga manis untuk hidupku. Sesuatu yang tidak dapat aku lupakan dari pikiranku sampai kapanpun, bila mati-pun, aku akan mengenangnya dalam tidurku yang panjang untuk waktu yang lama dan lama...

Aku menidurkan diriku pada pasir pantai yang putih dan hangat, matahari kali ini tidak memancarkan sinarnya dengan terang-terangan, musim semi yang temaram dan sepi, untuk batin dan diriku sendiri. Aku mencoba mengingat masa-masa, saat aku bertemu dengannya. Masa-masa jangka 'pendek' penuh dengan kebimbangan dan keceriaan.

Aku mengangkat tanganku dan menunjuk langit yang memang terpam-pang luas dan biru. Awan berjalan lirih dan halus, sesuai dengan pergerakan angin yang siup dan simpang-siur. Aku kembali mengelus perutku yang sudah semakin membesar untuk waktu ke waktu. Diriku sendiri-pun tidak bisa membayangkan, bagaimana ini bisa terjadi. Aku dihamili oleh seseorang yang sebenarnya sangat aku cintai dan sayangi, seseorang yang mempunyai watak arogan dan dingin.

Dan dialah Sasuke Uchiha, kini dia tidak bersamaku lagi, setelah dia meninggalkan aku, untuk tujuannya dan cita-citanya sebagai seorang—Sniper atau penembak jitu.

Penembak jitu adalah istilah yang dipakai pada bidang militer. Seorang penembak jitu terlatih untuk menembak secara tepat dan akurat dengan menggunakan senapan tipe tertentu. Beberapa doktrin militer memakai penembak jitu yang tergabung dalam infanteri tingkat regu. Penembak jitu modern sering disamakan dengan penembak runduk (sniper).

Dan kini, setelah empat bulan dia meninggalkanku sendirian, empat bulan pula usia kandunganku. Dia kembali dengan membawa seorang wanita, bernama Sakura. Entah apa yang dipikirkan oleh Sasuke, ia sama sekali tidak memperdulikan aku, hingga saat ini. Saat aku di asingkan oleh keluargaku di sebuah kota, yang bernama Uzugakure.

Perkenalkan, aku adalah Naruto Uzumaki, umur 15 tahun. Seorang laki-laki muda dengan penampilan sederhana dan biasa-biasa saja. Hidup dengan ketidak normalan dan ketidak wajaran yang melekat pada tubuhku. Ya, karena... aku di gariskan oleh Tuhan, dengan mempunyai sebuah rahim-seperti seorang wanita pada umumnya.

Pada awalnya, aku sangat takut dan membenci diriku sendiri, aku selalu di-kucilkan dan di benci oleh teman-temanku sewaktu aku masih sekolah dulu. Memang, umurku masih dalam jangkauan pendidikan setara dengan High Scool. Pada tingkatan pertama, lebih rincinya.

Tetapi, tidak untuk diriku skarang, aku sudah tidak ber-sekolah lagi. Aku kini hanya menunggu, menunggu dan menunggu. Aku sudah dibuang oleh orang tuaku sendiri. Keluarga besar Uzumaki sudah menolakku untuk menjadi bagian dari mereka. Aku di paksa untuk pindah ke kota Uzu ini. Tidak ada teman maupun lawan, untuk menemaniku disini. Aku hanya sendiri saja, bersama dengan bayi yang tumbuh di rahimku ini.

Aku memang masih di-kirimi uang. Oleh satu-satunya orang yang masih peduli denganku. Deidara Uzumaki—dialah kakak sekaligus sahabat baikku, hanya dia yang mau memperhatikanku dan mencintaiku selayaknya ia mencintai dirinya sendiri. Walaupun, jarak aku dan aniki memang jauh, tetapi... dia sering mengunjungiku, walaupun sebagai timbal baliknya, aniki selalu dimarahi oleh kaasan dan tousan, mengenai kunjungannya.

Aku memandang langit lagi, seraya menjabarkan seluruh tubuhku dengan kasur yang alami. Aku tidak peduli dengan pasir yang sedikit mengubur kaki dan tanganku, aku terus menatap langit yang bisu dan kosong, seperti kosongnya hati dan pikiranku, yang dengan sengaja aku bisukan sendiri.

Aku memang sudah dibuang. Aku tidak mempunyai makna untuk digunakan atau dimanfaatkan lagi, tidak ada kasih sayang untukku, semuanya terasa dingin, dan itulah kenyataan dari rasa malu orang tuaku. Orang tua yang telah melahirkan dan membesarkan aku. Aku sangat ingin kembali kepada mereka semua, walaupun aku memang 'aib' bagi mereka. Tetapi... sudahlah, itu hal yang mustahil bagiku.

Semenjak pertemuanku dengan seorang Sasuke Uchiha—sebagai siswa di Akademi Pertahanan Dan Inteligen Negara juga sebagai seorang penyanyi solo terkenal di Konoha, dan semenjak itulah, aku terpaksa menggugurkan niatku sebagai pewaris tunggal Uzumaki, dan pernikahanku dengan Hinata, yang berhasil aku gagalkan dengan seribu cara. Walaupun, pernikahanku memang belum terjadi di sekarang-sekarang ini, apa lagi, mengingat usiaku masih sangat 'belia.' Tetapi, dengan paksa dan berbagai ambisi, aku berhasil menggagalkannya.

Untuk sebuah jawaban yang hingga sekarang ini masih dipertanyakan kenyataannya. Aku melakukan ini, untuk Sasuke. Aku melakukan pembelotan pada keluarga yang sudah menganggapku aib, dan aku mulai mengatur kehidupanku sendiri, sesuai dengan apa kemampuan dan rencanaku, itu pengaruh dari 3 hari setelah aku berkenalan dengan Sasuke.

Aku mengenal dan bertemu dengan Sasuke, sewaktu ia baru pulang dari Sekolah tingginya itu. Pada sore hari dan tepat di sebuah taman. Taman yang tidak aku ketahui namanya, sebuah taman yang di bangun dengan gaya tradisional Konoha, dan miniaturisasi dari lanskap atau pemandangan alam empat musim di Konoha. Elemen dasar seperti batu-batu dan kolam dipakai untuk melambangkan lanskap alam berukuran besar. Elemen dasar dalam taman Konoha adalah air, batu, dan tanaman. Selain sebagai sumber kehidupan, air digunakan untuk menyucikan benda dari dunia profan sebelum memasuki kawasan sakral. Air dialirkan dari sungai untuk membuat kolam dan air terjun.

Aku menemukannya, ketika melihatnya sedang mengejar-ngejar anjing kecil, yang lari ke arahku. Peranakan dari anjing golden, dengan berbalur bulu berwarna perak lebat. Aku menangkap anjing itu. Dan saat itulah, aku bertatap pandang dengan Seorang Sasuke yang ber-umur 19 tahun. Semenjak kejadian anjing kecil itu, aku mulai berteman dengannya, dia menceritakan banyak hal mengenai mimpinya dan masa depannya, dia juga menceritakan padaku, mengenai kehidupannya, dari awal sampai akhir. Aku yang hanya setia menjadi pendengar kala itu. Tetapi, Sasuke tidak diam saja, seiring dengan ceritanya yang sudah mulai habis dimakan waktu pembicaraan. Selama kurang lebih, tiga hari aku mengenalinya, dia selalu menyemangatiku dan membuat hari jangka pendekku menjadi lebih menyenangkan dan berwarna.

Sasuke mengajakku berjalan-jalan, mengenai kota Konoha lebih dekat. Sampai ketika, perjalanan meniti Konoha selesai. Hujan deras melanda kawasan ini dengan derasnya, petir dan gemuruh bertikai dimana-mana, aku terjebak dalam jarak yang jauh untuk memutuskan pulang ke rumah, entah ada pikiran dan pengaruh dari apa, akhirnya aku memutuskan untuk menginap semalam di rumah yang Sasuke tempati, aku semula merasa canggung dan ragu. Tapi, Sasuke yang terus membujukku dan membuatku tenang berada disisinya.

Sampai pada saatnya untuk terlentang dan tidur, melepaskan segala kelelahan yang mengikat tubuh dengan kuat semenjak perjalanan tadi. Aku merasa nyaman sekali berada di kamar dengan gaya oriental yang pekat, bermaterialkan kayu sebagai bahan utamanya dan tatami sebagai tikar penutup lantai untuk di-pijak. Kamar Sasuke dilengkapi dengan beberapa Lemari oriental ( oshiire ) yang dilengkapi dengan pintu geser ( fusuma ) dan dilapisi wallpaper, memiliki kedalaman 75 cm, karena sebagai tempat menyimpan kasur gulung ( futon ), jika sedang tidak dipergunakan.

Hujan badai masih belum reda juga, aku masih berharap untuk pulang secepat mungkin, walaupun suasananya masih mengerikan untuk dilewati dengan paksa, perasaanku semakin dibuat kacau oleh bunyi gemuruh, disertai dengan kilat yang terangnya seperti siang, luar biasa mengerikan untuk seorang lelaki pengecut sepertiku. Sampai pada saat Sasuke mulai mematikan lampu kamarnya dan ikut tertidur di-sampingku, dengan lengannya yang menindih tanganku, sehingga aku tidak bisa berkutat di bawah kendalinya. Aku merasakan ketidak warasan pada diri Sasuke yang dingin dan baik hati ini, saat bibirnya mulai bergerilya di tubuhku, sementara aku, aku hanya memandang miris dan sebisa mungkin meronta. Tetapi apa gunanya meronta? Untuk sebuah kenikmatan yang menggiurkan diriku. Dan terjadilah malam, dimana malam itu haram untuk terjadi pada diriku, duniaku, hidupku dan semua tentang dan yang bersangkutan denganku.

Aku memandang langit untuk kesekian kalinya. Aku hanya berharap, Tuhan memberiku ketabahan dengan segala yang terjadi pada kehidupanku ini. Aku mulai menggerlingkan diriku sendiri, sewaktu aku mengingat Sasuke sedang berciuman mesra dengan seorang wanita yang bernama Sakura. Saat pagi hari, dan baru saja selesai dari kegiatan haramku dengan Sasuke. Sontak aku kaget dan heran sekali, namun Sasuke tidak melihat aku yang sedang memperhatikannya dengan perasaan yang hancur lebur.

Aku merasa terhina sekali, Sasuke hanya mempermainkanku pada malam itu. Aku memutuskan untuk keluar dalam keadaan yang sangat tidak stabil. Jalanku terpincang-pincang, tubuhku sangat lemah, rasa pedihnya terasa sampai ubun-ubun. Aku berjalan menuju rumahku dengan perasaan yang berwarna-warni. Sakit yang luar biasa dalam untuk diriku yang masih kecil dan tidak mengetahui apapun, darah dari rektumku terus mengalir perlahan, aku menahan diriku dari rasa sakit yang sangat membuatku seperti mati. Pandangan mataku sudah mulai kabur, tetapi, keinginanku sangat kuat, aku terpaksa berjalan lebih dari dua kilometer untuk sampai di-rumah. Air mataku mengucur dalam perjalananku dengan langkah tidak normal, pedih yang menusuki perasaan dan jiwaku.

Tubuhku tergelayuti angin dan tak terasa aku terjatuh di aspal yang keras dan sedikit berbatu, kulitku mengelupas, darahku meleleh dengan sendirinya. Aku jatuh terkapar dengan posisi tengkurap.

Aku tidak bisa merasakan apapun pada tubuhku.

Ya Tuhan... apa yang terjadi pada diriku?

Mengapa pandanganku menjadi kabur, mengapa ada banyak gambar wajah dalam pandanganku?

Mengapa ada banyak suara-suara yang berjerit-jerit disekitarku?

Ya Tuhan... aku sakit sekali! Sakit... Sakit... ya Tuhan! Mengapa air mata ini tidak kunjung berhenti? Mengapa bibir ini sudah tidak bisa berkata...

Air mataku terus menerus menetes. Aku hanya dapat merasakan itu saja.. Tuhan!

Tolong hambamu ini, sakit! Sakit skali ya Tuhan!

Hamba tidak bisa bertahan lagi! Aku mohon Tuhan... tolong aku!

Tolong... (Suara ringkihan hati Naruto.. yang menghilang dan pudar, tertutup oleh ketidak sadarannya.)

Aku tersadar kembali, dan sudah berada di kamarku. Aku meringis dengan tangis yang pecah, Deidara memelukku dengan hangat. Aku menceritakan semuanya pada aniki, aku merasa sangat takut sekali kali itu, dengan segala macam pikiran yang bergelut satu-satu dalam otakku.

Dan ketakutanku itu terkabulkan. Dengan sepengetahuan Kaasan dan Tousan mengenai diriku yang telah mengandung 'bayi' dari hubungan haramku dengan Sasuke. Tak ada kata ampun dan maaf. Mereka mengusirku, mengasingkanku dan menempatkan aku di sini. Sampai hari ini dan hari-hari untuk selamanya. Sampai aku tidak akan pernah melihat mereka atau diriku tidak dapat mereka lihat lagi.

"Maafkaan Naru ya sayang... Naru tidak bisa merawatmu seperti seprang ibu!" Naruto menoleh ke perutnya yang semakin membuncit. Diselingi dengan sentuhan-sentuhan lembut pada perutnya. "Seandainya saja aku tidak mengenalnya... dan seandainya aku menerima Hinata menjadi istriku. Mungkin tidak seperti ini keadaannya!" Naruto tersenyum pada perutnya sendiri, yang berisi janin yang tumbuh di dalamnya. Naruto kembali memandangi langit biru dengan seadanya. Pandangannya mulai sayu dan melemah.

END NARUTO FLASH BACK AND POV



Naruto bertempat tinggal, disuatu rumah yang berada di Distrik kota Uzu, sebuah rumah yang ia dapatkan dari Deidara tentu saja! Rumah bergaya klasik kolosal dengan berlatar taman dan halaman luas yang terletak di belakang. Selama dia hamil, Naruto hanggunakan baju mirip seperti Hanbok. Tetapi, tidak sepanjang dan serumit Hanbok yang sesungguhnya. Dengan tipe ; Jeogori : ialah bagian atas dari hanbok ( baju ). Deong Jong : yaitu krah yang berwarna yang berwarna putih . Otgoreum (Cloth Strings): adalah pita yang dipakai pada baju hambok untuk wanita, yang melintang hingga ke Rok . Chima : adalah rok pada bagian hanbok. Ada berbagai macam jenis chima, ada yang lapisan tunggal dan ada juga yang double.

Seperti itulah pakaian keseharian dari Naruto. Yap... mirip seorang putri dari Korea sih! Tapi, Hanbok yang ia kenakan hanyalah Hanbok dengan ukuran pendek dan tipis, tidak serumit bentuk aslinya. Naruto memilih memakai pakaian itu, karena... memang hanya pakaian itu yang berbentuk seperti kurungan ayam dan besar. Dengan tujuan untuk menutupi kehamilannya yang tidak lazim.

"Kalau kau lahir nanti... aku akan menemaimu siapa ya?" Naruto menahan nafasnya dengan menghela nafas, agar ia tidak menangis "Tapi... maafkan Naru ya sayang... Naru masih kecil, Naru tidak tau bagaimana caranya merawat bayi-setelah kau lahir nanti." Naruto mengelus perutnya dengan perlahan, sambil tetap memandang langit yang begitu luas dan temarau.

"Naru juga tidak punya asi untuk kau minum setelah kau lahir ke dunia, Naru harus gimana?" Naruto mengigit bibirnya sendiri penuh dengan kebimbangan. "Aku juga tidak tau... aku disini berperan menjadi siapa!" Naruto melemah lagi "Ayah atau ibu."

Kesendirian yang membuat Naruto semakin takut untuk menghadapi hari demi hari, Naruto bimbang dengan dirinya yang tidak wajar. Ia takut akan adanya hari esok, bersama janinnya yang terus bertumbuh dan menuntut Naruto untuk merawatnya. Padahal usia Naruto masih sangat muda sekali, untuk melakukan tugas berperan sebagai ibu.

"Seandainya kau besar besok, apa kau akan mencarinya juga?" Naruto tersenyum menahan tangis dan lara hatinya. Naruto terus saja berbicara sendiri dengan janinnya. Ia berharap ada seseorang yang mau menolong dan menerimanya dengan keadaannya yang tidak mungkin bisa di toleran. "Maafkan Naru ya sayang... tapi aku akan berusaha untukmu setelah kau lahir nanti. Aku berjanji akan merawatmu selayaknya seorang ibu." Naruto tersenyum pilu.

Keesokan harinya, Naruto dengan menggunakan sebuah baju motif Hanbok, dengan mantel bulu berwarna coklat, dengan menggenggam ipod dan tentu saja bersama dengan kandungannya. Naruto berjalan menyusuri jalan setapak menuju kapel besar yang bernamakan St. Dominica. Sebuah kapel, megah dengan arsitektur clasic, dengan berkonstruksikan batu bata merah sebagai pondasinya.

Naruto duduk diantara beberapa bangku panjang, ia menatap ke atas dan mencoba menahan dirinya dan sakit hatinya. Kapel itu kosong dan sepi, terasa sunyi di lorong-lorongnya yang terang dan hangat. Naruto menyatukan kedua tangannya, bibirnya nampak bergetar bak kedinginan. Mata Naruto mulai semu dan sedikit demi sedikit ia menitihkan tangisnya yang sedikit terisak..

.

Apa ini diriku Tuhan? Aku tidak kuasa untuk menahan ini lebih lama lagi. Aku tidak bisa!

Aku sungguh tidak sanggup.

Tuhan... tau kah engkau melalui pandangan sucimu?

Kali ini aku tidak bisa apa-apa.

Kehidupanku telah sampai pada puncaknya.

Aku masih kecil dan belum terlalu mengerti apapun.

Apakah aku mencintainya, Tuhan?

Aku takut sekali... aku merasa takut dan takut untuk melalui hari demi harimu.

Apakah ada jalan untuk diriku dan bayi kecil dalam tubuhku ini?

Maafkan aku tuhan. Aku harus berdandan seperti wanita seperti ini. Aku sudah kehabisan akal untuk melanjutkan hari demi hari. Maafkan aku tuhan...

Entah seperti apa dan bagaimana, aku ingin kau lindungi anak ini. Aku mohon untuk diriku sendiri. Amin.

.

.

Naruto membuka matanya dan kembali tersenyum dan mencoba tabah. Saat berbalik, pandangannya tidak tertuju pada apa yang akan ia lewati. Tapi, justru, pandangannya tertuju pada seorang yang sudah lama ia kenali. Seseorang yang pernah membuatnya terhina, seseorang yang pernah membuatnya membusuk dalam aib keluarganya, seseorang yang membuatnya terluka hanya dalam jangka satu malam.

"Sasuke" Naruto berbisik lirik sambil memandang Sasuke yang sedang berdoa pada kapel itu.

Pandangan Naruto masih tertuju pada Sasuke, sampai-sampai Naruto terpeleset dan menabrak sebuah meja yang berisi rangkaian bunga dan lilin-lilin tinggi.

BRUGH

"Ah..." Naruto jatuh terduduk.

Naruto terkapar dengan bunga-bunga berserakan dimana-mana, ia merasakan sakit yang amat sangat pada perut dan tubuhnya, Naruto meringis dan berusaha menahan diri dari tangis. Sasuke menoleh ke asal suara itu, dan langsung menemui Naruto.

"Apa kau tidak apa-apa, nona?" Sasuke berjongkok dan mengulurkan tangannya pada Naruto.

'Ya tuhan, ini benar-benar si brengsek itu, mengapa dia disini?'

Naruto merasakan kaku pada tubuhnya, terutama perutnya yang membuncit. Naruto menunduk dan mencoba menghela nafas. Ia sama sekali tidak berani menatap mata Sasuke kali ini, Naruto menarik mantelnya untuk menutupi wajahnya. Tapi... rasa sakit di perutnya tak kunjung hilang, Naruto mundur dengan menggelosor di lantai pualam itu. Nafasnya ter-engah-engah, badannya menggigil ketakutan dan memegangi perutnya. Perasaannya sakit sekali melihat orang yang telah membuatnya seperti ini hadir di depannya tanpa ada rasa salah sedikitpun.

"Nona, k-kau sedang hamil? Apa kau terluka?" Sasuke duduk diantara Naruto yang kian dalam rasa sakit pada dua belah dirinya... juga perasaannya.

'Apa? Dia bertanya begitu tulusnya padaku, apa yang kau pikirkan kali ini Sasuke! kau memang brengsek'

Naruto terdiam memegangi perutnya yang sakitnya makin melilit, tangisnya sudah tidak dapat di bendung lagi, keringatnya bercucuran—seraya dengan tangisannya yang memelas dan perih. Naruto menundukkan kepalanya, menyimpan biru safirnya di dalam rundukan luka hatinya.

"Nona, apa yang bisa aku bantu!" Sasuke menggeretak.

TBC


Maaf apa bila ficnya jelek dan sedikit membingungkan.. Saya akan belajar lagi. saya bukan orang yang sombong yang mengakui ini sebagai bagus. Saya jauh dari kata sempurna, dan dari itu, saya mengharap partisipasi dari-teman teman untuk saling membantu dan saling menyemangati dalam memperbanyak kisah dalam satu

'lingkup' pencinta SASUKE dan NARUTO.

salam kenal dari saya.. uzumaki uzu..

bagaimana dengan fic yang alot, jelek dan gaje ini?

sebaiknnya dilanjutkan atau tidak ya? Dan bagi teman-teman, jangan lupa rivewnya ya.. mohon bantuannya ya Senpai ^_^