Information before read:

Bold menandakan hantu berbicara

Italic menandakan dalam hati atau berkesan masa lalu

Normal ya normal, masa mesti di kasi tau juga, hehehe…

*aaa*

"Kenapa? Kenapa nggak sekalian aja kamu bunuh aku?"

Sasuke ternganga dalam mimpinya. Entah itu mimpi buruk baginya dan akan menjadi kenyataan atau memang hanya bunga tidur disetiap ia berusaha memeamkan matanya. Ia mengerjapkan matanya berulang kali. Mencubit pipinya,'sakit.'. Dan… Welcome back to Earth, Sasuke.

Beberapa kali ia mencoba untuk berusaha melupakan apa yang terjadi selama beberapa minggu ini. Dia diam, merenung. Mengigil tubuhnya mengingat rentetan peristiwa yang ada dibenaknya. Ia menatap kosong ke arah cermin didepan sofa yang berada di kamarnya. Kemudian ia beranjak mendatangi cermin itu. Diperhatikan sosok dirinya dari ujung rambut ke ujung kaki.

'PRAAANNNGGG!'

Sasuke menghantam cermin tak bersalah itu. Terdengar bunyi kaca berjatuhan ke lantai, tak berbentuk. Hanya bersisa cermin di sisi kaca yang menampakkan wajah Sasuke. Mata hitamnya menatap lurus ke sisi cermin, dimana pantulan dirinya terlihat. 'Wajah siapa itu? Kau begitu menjijikan!" katanya sinis dalam hati. Ia beranjak melewati cermin dan pecahan kaca. Tak dihiraukannya berapa pecahan yang menancap menembus telapak kakinya.

*aaa*

Sosok itu masih terbaring dikamarnya. Tertutup selimut bergambar bunga matahari, orange dan kuning, seperti warna kesukaannya. Matanya masih terpejam, erat seakan tak mau terbuka, atau memang tak mau berhubungan lagi dengan dunia ini. Bulu mata yang panjang di kelopak matanya yang tertutup bergerak perlahan, seiring dengan hambusan angin yang menelusup masuk diantara daun jendela yang terbuka. Dia masih tertidur. Nyenyak.

*aaa*

Sebuah selulet berjalan lemah menuju kamar berdaun pintu bergambar fox. Matanya nanar menatap pintu itu. Sudah 4 hari, kamar itu membisu, seperti pemiliknya. Seakan-akan mereka tau apa yang sedang terjadi dengan pemiliknya. Lelaki berambut blonde itu perlahan-lahan mengarahkan tangannya kearah knop pintu, memutarnya dan perlahan mendorong pintu itu.

Dia. Dia masih disana, tertidur. Damai. Seakan-akan dia sudah tak ada didunia ini lagi. Beberapa kali lelaki itu mencoba menahan air matanya. Tapi, gagal. Akhirnya air mata itu jatuh juga, tanpa pernah bisa berhenti walaupun dia sudah mencoba untuk tegar.

"Dei-chan… Makan dulu…" sesosok wanita tersenyum ke arahnya. Deidara menoleh ke wanita itu, membalas senyumannya dengan gelengan ringan dan senyum paksaan. "Nanti sakit, kalau sakit… siapa yang akan menjaga Naruto jika okasan sedang bekerja?"

Deidara tersenyum lemah, "Nanti aja… Aku bisa makan kapan aja… Tapi, Naruto nggak…" perlahan mata beriris biru itu mengeluarkan bulir air mata, lagi. Wanita itu tersenyum, mendekati anaknya.

"Okasan akan membuatkan dia makanan jika dia bangun, jangan khawatir." Ucapnya, berharap kata-kata itu akan sedikit membangkitkan semangat anaknya. "makan dulu ya…" katanya sambil menepuk puncak kepala Deidara. Deidara mengangguk, lalu beranjak dari kursi menuju meja makan. Dan tinggalah wanita itu dengan Naruto.

"Naru… cepat bangun ya, nak… Lihat tuh, Dei-nii sangat khawatir. Naru nggak cemas, tuh? Biasanya kan Naru paling sibuk kalau ngeliat dia murung. Naru bukannya sudah janji sama okasan bakalan buat niichan tersenyum? Inget 'kan? Ayo, Naru… cepat bangun. Okasan sudah sediakan ramen buatmu. Cepat sembuh ya… Berjuang ya, nak…" Kushina mengelus rambut pirang Naruto. Dan terus bercerita. Diotaknya hanya ada satu pemikiran, 'walaupun dia koma, aku yakin dia tetap mendengarkanku. Aku nggak boleh sedih. Nggak boleh! Harus kuat! Ayo, Kushina! Ganbatte!'

*aaa*

Sasuke pov:

"Ini salah! Ini semua salah!"

Ya, ini semua salah… dan aku yang melakukannya… aku menyakitimu lagi… lagi… dan akan terus begitu selamanya…

"Hentikan, Sasuke! Aku mohon!"

Tangisanmu, jeritanmu, permohonanmu… tak pernah aku gubris… mahluk apa aku ini? Aku bukan manusia. Aku seperti binatang yang hanya mengikuti nafsu. Bukan, aku lebih rendah dari binatang. Aku… aku… aku nggak pernah berharap ini akan terjadi…

Penolakan… olehmu, ditolak oleh orang tua, dijauhi teman-teman. Semua itu membuatku merasa frustasi! Aku nggak bisa terus-terusan menahan emosi ini! Nggak bisa! Apalagi waktu melihatmu bersama lelaki lain, aku CEMBURU!

Tapi cemburu ini membutakanku, membuatku lebih gila bagai seorang sycho. Membuatku nggak ingin melepaskanmu, membuatku ingin memilikimu hanya untukku sendiri. Aku tak lebih hina dari seorang pemerkosa. Tuhan… maukah engkau memaafkanku?

"Baaaakkaaaa! Tuhan nggak akan dengarin permohonan orang kayak kamu! Bweeekk!"

Sekarang apa, Tuhan. Aku mendengar suara Naruto disini… inikah hukumanku karena membuatnya seperti ini. Tolong hentikan… Tolong… Tolong hilangkan suaranya yang mulai merasuk lagi di benakku…

"Heh! Kamu orang bodoh! Kamu kira aku setan apa! Hahaha!"

*aaa*

Normal view:

Sasuke membalikkan tubuhnya. Matanya terbelalak melihat sosok kasat mata didepannya. Rambut blonde yang dia kenal, iris biru kesukaannya, tubuh mungil, bibir merah. 'nggak mungkin Naruto ada disini!'

"Bengong aja, baaakkkaaa!" sosok itu berkata sambil menggembungkan kedua pipinya. Sasuke shock, tak tau harus berkata apa. Tubuhnya merinding, bukan karena takut. Tapi bergetar melihat sosok didepannya, ingin sekali ia memeluknya dan meminta maaf atas apa yang terjadi. Tapi tubuhnya sama sekali tak bisa bergerak. Kaku dan berasa beku.

"Naruto…" ujarnya pada sosok itu, lalu ia berdiri mendekatinya. "Kau benar-benar Naruto…" mata hitamnya mulai berkaca-kaca, air mata… menangis, seperti sebuah keajaiban. Ia lalu menyentuh sosok itu. Dingin… tidak seperti Naruto.

"Naruto… Naruto… Naruto…! Naruto siapa! Aku nggak kenal! Dasar, BAKA!"

Matanya sukses membulat sempurna. Terkejut dengan jawaban pemuda didepannya itu. 'Apa maksudnya ini?' ungkapnya dalam hati.

"Naruto, sadarlah! Sesuatu membentur kepalamu?" Sasuke segera memeriksa kepala pemuda itu, tak ada sedikitpun luka. Pemuda itu menatapnya bingung.

"Apa sih! Dari tadi Naruto terus! Aku nggak kenal dia! Dan aku nggak tau siapa diriku! Begitu tersadar, aku sudah disini. Mendengar doamu yang nggak ada Tuhan dengarkan!"

"Kamu Naruto! Aku yakin banget! Naruto, dengarkan aku. Maafkan aku…" Sasuke memeluk tubuh itu. Mata pemuda itu membulat sempurna. Pipinya memerah. Shock mungkin?

"H-hei! A-aku bukan Naruto! Ngapain minta maaf sama aku!" pemuda itu mulai berontak. Berusaha melepaskan pelukan Sasuke. Tapi nihil, tenaga Sasuke sudah diakui di dua dunia.

"Jangan lepaskan! Tolong maafkan aku!" Sasuke mulai beringas lagi. Mulai mempererat pelukannya. Pemuda itu merasa takut akan sikap Sasuke yang seperti ini. Sekelebat bayangan terlihat jelas di ingatannya.

"LEPASKAN, TEME!"

Dia berteriak. Meneriakkan sebuah nama. Sebuah nama yang hanya satu orang saja yang memanggilnya. "N… Naruto… Ma…" Sasuke kembali kealam sadarnya. Menatap pemuda didepannya yang sudah menatapnya dengan wajah takut. Bola matanya sedikit berair. Menangis. Pemuda itu menangis.

"Baka! Hentikan! Hentikan memanggilku dengan nama Naruto! Aku bukan Naruto! Bukan Naruto!" pemuda didepannya memohon padanya. Sekelebat bayangan Naruto yang memohon padanya mulai ter-reply. Sedih, dalam sedetik saja dia bisa melupakan peristiwa itu dan nyaris kehilangan kesadarannya lagi.

"Aku harus memanggilmu apa?" Tanya Sasuke, berharap ini akan membuat pemuda itu berhenti menangis.

"Kyuubi…" pemuda itu menjawab, "Panggil aku Kyuubi… Entah mengapa aku suka nama itu dibanding dengan nama yang kamu teriakkan. Aku nggak suka! Saat nama itu kamu sebutkan, perasaanku serasa sakit. Sakit banget. Seperti diremas lalu di tarik secara paksa. Sensasi itu membuatku sakit… Aku hanya ingin nggak ngerasain sakit. Wa… waktu sebelum kemari. Aku bingung melihat semua arah yang ada hanya hitam kelam. Nggak ada orang lain disana. Aku takut. Takut karena kehilangan arah dan perasaan takut yang menyelimutiku perhalan-lahan mulai memakan tubuhku. Lalu, aku melihat setitik cahaya. Cahaya itu indah se-sekali… aku ingin menggapainya. Tapi terlalu jauh dan aku takut aku nggak sanggup mencapai cahaya itu. A-aku menangis… b-berteriak… semua… s-sakit… seakan-akan semua berusaha keluar dari kepalaku. Perasaanku juga, seakan-akan ikut memudar. Entah mengapa… aku takut kehilangan perasaan ini… aku takut… aku takut…" Kyuubi memeluk tubuhnya sendiri. Berusaha menghilangkan ketakutan yang ada di dirinya. "Tapi, waktu aku mulai putus asa. Aku mendengar suara wanita berkata, 'berjuang ya, nak…' dan saat itu, semua terlihat terang. Dan disinilah aku. Tanpa tau siapa aku. Semua ingatan sebelum ke tempat kosong tadi memudar, bersamaan dengan sinar terang yang datang. Dan hal pertama yang aku lihat dan begitu indah… adalah kamu… doa itu, seperti ada perasaan hangat yang merasuk di tubuhku…"

Sasuke terdiam. Ingin dia menjerit kali itu. Menjerit dengan kerasnya. Memukul dirinya. Dan menyalahkan dirinya sendiri. Sosok didepannya ini adalah Naruto. Naruto yang kehilangan ingatannya. Entah apa rencana Tuhan padanya. Permainan takdir memang tak bisa ditebak.

"Aku… Mengerti… Kyuubi…" Sasuke menghela nafas berat. Mencoba menerima takdir itu. "Aku akan menuntunmu ke jalanmu yang benar…" Sasuke memberikan senyum tulusnya kepada Kyuubi.

'apa ini? Perasaan apa? Hangat…' Kyuubi memeluk tubuh Sasuke. "Terima kasih…" lalu ia tersenyum, membalas senyuman Sasuke.

'Tuhan… takdir macam apa lagi ini… Kumohon… Jangan membuatnya menderita…'

*TBC*

Thx ya buat all review

Sorry lama update (-'_'-)a

Ujian dan tugas-tugas membuat saya menjadi frustasi akan pengejaran FF, jadi saya hanya bisa membaca fanfic orang lain dan itupun belum bisa review fic mereka *dies *cry

All reader, sorry ya ceritanya agak belok… thehehe… aku lagi tertarik sama cerita supranatural begini ternyata di cerita ini nggak sepenuhnya boong loh :P

Mungkin ada beberapa diantara kalian yang pernah melihat hal-hal seperti ini, cth: tiba2 di kelas ada teman duduk, setelah di kroscek ponsel, dia masih di rumah… wkwkwkwk xD

Tapi aku nggak akan buat cerita seram gitu (._.), gak lucu ntar saya di gebukin karena melenceng dari tema. Wkwkwkwk… for last, thx all :) ur review is my str :)