Disc: I don't own BLEACH and LONG VACATION
Note: this fanfic is inspired from a J-Dorama, Long Vacation starred by Kimura Takuya of SMAP. Enjoy!
Thought/Past
Present.
.
-Cerita Cinta-
3.
.
"Boleh aku tinggal di sini?" tanya gadis itu tiba-tiba.
Ichigo tersentak dari posisi duduknya. Ia menatap gadis itu dengan tatapan tidak percaya. Ia tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya. Matanya beradu dengan mata abu-abu gadis itu. Ya Tuhan, dia kelihatan sangat serius...
Tidak, aku pasti sudah gila.
Ichigo mengeluh, tiba-tiba saja ia merasa sangat capek. Ia menyandarkan punggungnya dan memijat pelipisnya dengan sebelah tangan. Ia harus memastikannya sekali lagi. Mungkin gadis itu tidak benar-benar berkata seperti itu. Mungkin ia salah dengar. Hei, mungkin dia hanya bertanya dimana letak toilet...
"Maaf," Ichigo berdeham untuk melancarkan tenggorokannya, "bisa sekali lagi?"
Orihime mengerucutkan bibirnya, ia tahu bahwa Ichigo dapat mendengarnya dengan jelas, tapi ia tetap mengulanginya sekali lagi, "Boleh aku tinggal di sini?"
Yang benar saja...
"Aku ini laki-laki!"
Gadis itu tertawa mendengar pernyataan itu dan mengangguk, "Tentu saja, kita bisa lihat itu kan?" lalu ia tersenyum polos, "Lalu kenapa?"
Ichigo menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Gadis ini... Gadis ini... Ia tidak bisa menemukan kata-kata yang tepat untuk menggambarkan gadis berambut merah kecoklatan yang ada di hadapannya itu. Ini semua terlalu gila untuknya. Dia bahkan tidak mengenal siapa gadis ini, dan ia sudah... Apa tadi kata gadis itu? Ah iya, ia ingin tinggal bersamanya. Ichigo setengah berharap bahwa gadis itu hanya bercanda. Namun ketika ia menatap mata gadis itu, ia tahu betapa seriusnya gadis itu saat itu.
Ichigo menghela napas dan menggeleng, "Tidak."
Ia terkejut ketika Orihime menatapnya dengan tatapan tidak percaya mendengar jawabannya. Kenapa ia kelihatan tidak percaya dengan jawabanku.
"Apa?" protes gadis itu dengan kerutan yang menyerupai kerutan di dahi Ichigo, "Kenapa?"
Ia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu tapi lalu mengurungkan niatnya dan menggelengkan kepalanya.
"Apa aku benar-benar harus menjawabnya?" Ichigo setengah putus asa saat ini, mustahil untuk menjelaskan dengan logika pada gadis ini, "Dengar, aku laki-laki," ia menunjuk ke dadanya sendiri lalu mengisyaratkan dengan tangannya ke arah Orihime, "kamu perempuan. Kita tidak mengenal satu sama lain." Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat ketika ia melihat ekspresi di wajah Orihime, bibirnya mengatup menyerupai garis tipis, "Bagaimana kau bisa bertanya seperti itu padaku? Maaf, tapi jawabanku, tidak." Ichigo terdengar lelah, "Lagi pula bagaimana dengan keluargamu? Teman-temanmu? Dan kenapa harus aku?"
Ya, kenapa aku?
Gadis itu menghela napas. Sebelum ini ia telah berlatih kalau-kalau pria ini menanyakan hal seperti ini. Ia tahu hawa Ichigo akan menanyakan hal semacam ini, jadi ia sudah siap dengan jawabannya.
"Jadi, Kurosagi-kun…"
"Kurosaki." Pria itu menggeram. Ini sangat membuatnya frustasi
"Apa?"
Ia menghela napas lagi, "Namaku Kurosaki. Kuro-saki. Bukan Kurosagi! Aku bukan penipu!" Ia mencoba mengendalikan diri agar tidak berteriak pada gadis itu. Ia merasa bahwa kemungkinan besar gadis itu akan menangis kalau ia sampai membentaknya. Hal terakhir yang dibutuhkannya saat ini adalah seorang gadis menangis di apartemennya.
Ichigo memerhatikan gadis itu dengan sedikit hati-hati, kalau-kalau ia merasa tersinggung dengan kata-katanya. Tapi gadis itu tidak terlihat sakit hati atau semacamnya, kalaupun ia, ia tidak menampakannya sama sekali. Malahan ia tertawa kecil.
Perempuan ini sudah gila, pikir Ichigo. Ya, sepertinya begitu.
"Sebenarnya, aku sudah tidak punya siapa-siapa, aku sebatang kara. Hanya seorang kerabat jauh, seorang bibi, tapi dia sekarang tinggal bersama tunangannya." Ia menatap Ichigo dengan sepasang mata yang besar dan berwarna abu-abu, mengingatkan Ichigo pada rusa-rusa di buku cerita bergambar yang sering dibacakan ibunya untuknya semasa kecil. Hanya saja ia tahu, Orihime tidak sepolos itu. "Hanya karena aku mengacaukan pernikahanku, bukan berarti aku harus ikut mengacaukan pernikahan bibiku kan?"
Ichigo tidak mengerti cara berpikir gadis yang satu ini. Kenapa ia harus menyalahkan dirinya atas kekacauan yang disebabkan oleh Grimmjow?
"Dan teman-temanu..." ia menggigiti bibir bawahnya dengan wajah bersemu merah, "Sebenarnya aku tidak begitu ingin bersama mereka dalam waktu dekat ini. Bukannya aku takut mereka akan menertawakanku atau apa..." Tambahnya cepat saat Ichigo menatapnya dengan tatapan kasihan, "Aku hanya tidak ingin dikasihani. Lagi pula, Tatsuki-chan sedang di Cina dan Rukia-chan baru saja pindah bersama kekasihnya, aku tidak ingin merepotkan mereka dengan masalahku.
Lalu itu berarti kamu boleh merepotkanKU dengan masalahmu?
Ichigo ingin meluruskan segalanya ketika gadis itu kembali mengatakan sesuatu.
"Masalah uang, uh, sejak bertunangan dengan Grimmjow... Aku telah menyerahkan uangku padanya karena kami butuh uang untuk uang muka apartemen baru kami dan karena kami akan menikah dan aku akan berganti nama, maka aku memindahkan seluruh isi rekeningku ke sebuah rekening baru yang kami buat atas namanya," Orihime menunduk, entah mengapa tampak seperti malu, "Aku keluar dari pekerjaanku karena Grimmjow ingin aku menjadi ibu rumaah tangga. Rekening baru yang atas namanya... dan semua uang cashku, ada padanya. Aku tidak tahu ia ada di mana saat ini. Aku bangkrut." Ia mengusap ujung hidungnya dengan punggung telunjuknya dan tertawa malu, "Aku sudah berada di ujung tanduk, aku tidak tahu harus bagaimana lagi, karena itu aku datang kemari..."
Sepasang mata besar seolah tidak berdosa itu menatapnya dan menunggu tanggapannya. Ada sesuatu dalam tatapan gadis itu yang membuat Ichigo enggan untuk menatap mata kelabunya.
Meskipun sebenarnya Ichigo bukanlah seseorang yang ramah ataupun seseorang yang merasa nyaman saat harus berada di dekat lawan jenis, entah mengapa ia merasa sedikit cemas akan nasib gadis ini. Ia bukanlah pria baik namun ia juga bukan orang jahat. Ia belum pernah bertemu dengan gadis yang bernasib lebih buruk dari gadis ini.
Ichigo menarik napas dalam-dalam.
Ia tidak paham kenapa ia melakukan hal seperti ini.
"Baiklah," gumamnya setelah akhirnya kalah setelah ditatap dengan sepasang mata yang menyerupai mata rusa itu.
Orihime kembali mengangkat wajahnya.
Wajahnya dihiasi senyum lebar.
"Aku boleh tinggal di sini?" katanya penuh semangat, "Terima kasih! Aku akan membayar separuh uang sewanya!"
Ichigo mengangguk dan berdiri untuk meregangkan otot-otot tubuhnya yang semula tegang, "Kamu bisa tinggal di kamar Grimmjow, dan jangan pikirkan soal biaya sewanya. Aku akan membayar seluruhnya. Kamu bisa mulai membayar bagianmu setelah kamu memperoleh pekerjaan. Untuk saat ini, aku akan membayar semuanya."
Orihime tersenyum dan ia terlihat sangat cantik.
Ichigo memarahi dirinya sendiri. Ini bukan saat yang tepat untuk mengagumi senyum gadis ini.
"Jangan khawatir, aku akan mengembalikan uangmu segera setelah aku memperoleh pekerjaan!"
Ichigo hampir saja berkata bahwa itu tidak perlu tapi ia mengurungkannya. Ia tahu bahwa percuma menolaknya, gadis itu tidak akan menyerah begitu saja. Sekarang ia perlahan mulai memahami sifat gadis ini.
"Jadi bagaimana dengan barang-barangmu?" Tanya Ichigo sambil memijat bagian belakang lehernya dengan sebelah tangan, "Kapan kamu akan mulai pindah?"
Gadis itu tertawa kecil senang, dengan dagu lancipnya ia memberi isyarat ke arah jendela. Ichigo entah mengapa memiliki perasaan tidak enak soal ini. Dengan sedikit ragu ia melangkah ke arah jendela dan melihat keluar seperti yang diisyaratkan Orihime.
"Aku akan turun dan memberi tahu mereka untuk membawa masuk barnag-barangku, ya? Mereka sudah menunggu seharian di area parkir," kata gadis itu dengan ceria sambil melompat riang meninggalkan ruangan itu dan si stroberi yang hanya bisa berdiri dan terbengong sendiri.
Ichigo memejamkan mata dan membiarkan dirinya perlahan duduk di sofanya.
Ia menggeram dalam hati.
Apa lagi sekarang?
-o-
"Jadi kau membiarkannya pindah bersamamu?"
Pria berambut sewarna jeruk itu hanya mengangguk sambil menyandarkan diri di dinding ruang kerjanya. Pria yang baru saja bertanya padanya itu adalah musuh sekaligus temannya. Ia, bersama dengan seorang pria lainnya yang berkulit kecoklatan dan berambut ikal coklat baru saja mendengarkan ceritanya.
Pria berkacamata dan berambut hitam itu menatapnya dengan tatapan seolah-olah ia adalah makhluk tebrodoh yang pernah ditemuinya. Sementara pria lainnya yang tidak tampak seperti orang Jepang itu hanya menataonya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Uryuu Ishida, nama pria berkulit pucat dan berkacamata itu mendengus, "Kamu sadar bahwa mungkin saja gadis ini sedang dalam kondisi bingung kan?"
"Ayolah Ishida," cemooh Ichigo kesal, "kau tidak berpikir bahwa aku sebodoh itu kan?"
Uryuu tersenyum setengah mencibir seolah mengatakan bahwa ia memang beranggapan demikian, membuat Ichigo mengatupkan rahangnya rapat-rapat dengan kesal. Ia menyesal telah bercerita pada pria bertubuh kurus itu. Harusnya ia tahu, Uryuu hanya akan menghinanya.
"Jadi, kenapa kamu membiarkannya pindah?" Kali ini pemuda bertubuh paling tinggi di antara ketiganya yang bertanya.
"Sejujurnya, itu karena aku merasa bersalah."
Kedua kawannya menatapnya dengan bingung,
Ishida mengerutkan dahinya, "Kenapa harus begitu? Kamu bahkan tidak mengenal siapa gadis itu."
Ichigo menarik napas panjang.
"Sebenarnya, akulah yang memperkenalkan Grimmjow dengan gadis yang sekarang bersamanya itu. Gadis itu terus-terusan memaksaku untuk dikenalkan dengannya. Aku tidak ada pilihan, aku tidak tahu kalau Grimmjow memiliki pacar saat itu," Ichigo sedikit merasa malu, "lagi pula aku tidak menyangka kalau semua akan berjalan lancar diantara Grimmjow dan gadis itu."
Temannya yang bertubuh tinggi tidak berkomentar apa-apa, namun temannya yang berkulit pucat tersenyum mengejek dan menggelengkan kepalanya. Ia tahu bahwa pria berkacamata itu tengah menghinanya. Ichigo menatapnya dengan kesal, tapi Uryuu hanya tersenyum mengejek ke arahnya.
Pria berambut ikal dan berkulit cokelat yang merupakan teman sejak SMA Ichigo itu mengusap dagunya dengan sebelah tangan, tampak seperti sedang berpikir, "Kalau begitu," gumamnya dengan suara yang naris jarang digunakannya, "kamu telah melakukan hal yang benar, Ichigo. Dengan membiarkannya tinggal di rumahmu."
Ichigo tersenyum lelah, "Terima kasih, Chad."
"Tapi bagaimana pun, yang telah kamu lakukan itu sangatlah buruk, Kurosaki," komentar Ishida terdengar sok di telinga pemuda berambut oranye itu, "Seharusnya sebelum mencoba menjodohkan seseorang, kamu harus selidiki dulu statusnya saat itu."
Ichigo baru saja bersiap untuk membuka mulutnya dan mengeluarkan kata-kata sinis untuk membalas Uryuu ketika seseorang membuka pintu tanpa repot-repot mengetuk terlebih dulu. Ichigo tidak menyembunyikan rasa kesalnya ketika seorang wanita paruh baya memanggil namanya.
"Kurosaki-sensei, murid anda sudah datang."
Ia menghela napas melalui mulutnya.
ia tidak membenci pekerjaannya, hanya saja kadang ia merasa bahwa pekerjaannya ini terlalu membosankan untuknya.
Ia mengangguk sekilas pada teman-temannya sebelum berjalan meninggalkan ruangan. Pekerjaan membosankannya telah menunggu.
-o-