Disclaimer : Masashi Kishimoto

Whuaa… Gomen..gomen.. saia awalnya juga bingung. Kenapa yang jadi malah ShikaIno, trus mau bikin humor malah lain genrenya.. Gomen.. *jedukin kepala ke pintu* Habis bikinnya lagi di pelototin sama buku kimia. Jadi rada grogi.

Selamat membaca,,

Shikamaru memudarkan senyumnya. Lalu menggeleng. "Aku sudah menikah Ino," katanya.

Jawaban Shikamaru sontak membuat napas Ino hampir berhenti. Shikamaru berjalan mendahuluinya sambil berkata pelan. "Maafkan aku,"

Ino berusaha keras untuk menahan air matanya. Ia akhirnya pamit kepada Shikamaru setelah sampai di depan rumah Shikamaru. Dia memang sengaja ingin mengantar pemuda yang sudah 4 tahun tidak dilihatnya. Mereka berpisah dalam diam.

LATE

Ino berjalan pulang ke rumah. Sebisa mungkin dia menahan tangisnya. Harusnya dia sudah tahu akan hal ini. Shikamaru yang jenius pasti dapat menyelesaikan pendidikannya di Suna hanya dalam waktu 2 tahun. Ino merasa seperti orang bodoh.

"Ino?" terdengar suara di belakangnya.

Ino tersentak lalu membalikkan badan. "Sai?"

Ino tak dapat mengatakan apa-apa. Dia lupa pada masalahnya begitu melihat Sai yang luka-luka.

"Kau tidak apa-apa? A-apa yang terjadi?"

Sai belum sempat menjawab karena pandangannya tiba-tiba mengabur dan berubah gelap. Ino kaget karena Sai tiba-tiba rubuh di hadapannya. Matanya membulat karena kaget. Dia segera mencari pertolongan dan akhirnya tertuju pada satu tempat.

KLINIK SAKURA

Ino segera berlari kesana. Semenit kemudian..

"Aduh.. Siapa sih yang datang malam-malam begini?" keluh Sakura.

Sasuke masih tertidur pulas di sampingnya. Sakura tersenyum sedikit lalu segera keluar karena bunyi ketukan itu semakin nyaring. Sakura mengenali suara itu. Ino, sahabat sekaligus rivalnya ketika SMA.

"Ada apa sih, Ino? Malam-malam begini!" semprot Sakura. "Ah, kenapa Sai berda…"

Sakura tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Ino langsung membawa paksa Sai yang sedang terluka ke dalam rumahnya. Ino meletakkan Sai di atas tempat pemeriksaan.

"Apa yang terjadi?"

Ino hanya mengedikkan bahu. "Entahlah," katanya.

Sakura melirik Ino dengan sebelah matanya. Sedangkan Ino hanya berjalan mengelilingi rumahnya. Rumah yang rangkap sebagai klinik itu di dominasi warna pink dan menghela napas. Dia tidak mengira bisa begini berat masalah yang tengah ia hadapi.

"Ino!" Sakura tiba-tiba membentaknya.

Ino menoleh. Lalu memperhatikan Sakura. "Ada apa?"

"Dia baik-baik saja. Tapi, aku bisa cerita padaku jika ada masalah,"

"Aku tidak apa-apa," sahut Ino pendek.

"Ya, sudah. Tapi, kuharap ini tidak terjadi lagi karena.."

"Ya, ini tidak akan terajadi lagi," potong Ino pendek.

Sakura menatap aneh pada Ino. "Kau aneh,"

Siang itu, Ino sedang menjaga toko bunganya. Dari dulu ia selalu suka toko itu bahkan ketika toko itu sudah di wariskan padanya dia tetap menyukainya. Tapi, kali ini dia melamun. Dia tidak mendengar pertanyaan dari orang yang sedang bertanya di hadapannya.

"Hei.. Aku sudah di sudah bertanya 3 kali dan kau tetap saja diam seperti itu. Ada masalah?"

Ino tersentak. "E-eh.. Shikamaru?"

"Merepotkan. Aku ingin meluruskan pembicaraan kita kemarin malam. Ada waktu?"

Ino berpikir sejenak. Kenudian dengan ragu-ragu dia mengangguk. "Tapi, kau harus Bantu aku untuk menutup toko ini,"

"Menutup toko ini?" Shikamaru melihat sekeliling. "Ya. Baiklah, walau itu merepotkan,"

Shikamaru lalu membantu Ino untuk menutup toko. Toko itu tidak banyak berubah walau sudah 4 tahun dia tidak datang ke situ. Melihatnya, seperti membangkitkan ingatan masa lalunya.

"Hei, setelah ini. Kemana kita akan membicarakannya?" tanya Ino dengan agak bergetar.

"Apa kau suka ke taman?"

"Ya," jawab Ino pendek.

Di taman

Mereka berdua jalan dalam diam. Keheningan menyelimuti mereka. Masing-masing ragu untuk memulai pembicaraan mereka. Shikamaru menggaruk kepalanya, padahal tidak gatal sama sekali.

"Ino," akhirnya Shikamaru membuka percakapan lebih dulu. "Aku minta maaf.. Aku tak mengira kau mengatakan ini padaku. Bukankah kau menyukai Sai?"

Ino menghela napas. "Bukan. Aku.."

"Tetapi dulu ketika aku bertanya padamu apakah kau bahagia kau menjawab.." Shikamaru memotong perkataan Ino.

"Ya. Aku menjawab bahagia, Shikamaru. Karena kau ada disampingku. Karena kau yang bertanya padaku. Kukira cukup dengan kau di sampingku, aku merasa bahagia. Tetapi kemudian kau pergi," kata Ino tak kalah sengit.

"Aku pergi. Karena aku harus menghilangkan perasaanku padamu. Karena kukira kau bahagia dengan Sai,"

"Kenapa kau tidak pernah mengatakan perasaanmu padaku?" Ino berkata dengan agak keras. Dia berusaha menahan tangisnya.

"Karena kau sudah lebih dulu berpacaran dengan Sai. Aku tak ingin merebut milik orang , Ino. Aku tak suka itu," Shikamaru kemudian terdiam. Ino memandanginya dengan mata nanar.

"Jika sekarang aku bertanya padamu.. Apakah kau bahagia, Shikamaru?"

Shikamaru menghela napas. "Ya. Aku bahagia,"

Napas Ino kembali tercekat. Rasanya sama dengan ketika mendengar pemuda di depannya ini sudah menikah. Tapi, ketika Ino menutup mata, dia melihat orang yang berbeda.

"Aku tak pernah menyesal menikah dengannya.," Shikamaru menatap lekat-lekat Ino. "Hari kemarin adalah kenangan. Hari ini adalah kenyataan. Dan esok adalah impian. Kau pasti menemukannya. Impianmu,"

Ino diam menatap Shikamaru. Dia membenarkan apa yang dikatakan oleh pemuda itu. Walau samar-samar dia ingat yang selama ini dia lihat ketika menutup mata dan menghiburnya ketika bersedih bukanlah Shikamaru. Tetapi Sai.

Sai. Lelaki yang kini sudah berada di Rumah Sakit Konoha. Yang tadi pagi baru saja dia antarkan bunga. Dan lelaki yang walau tersenyum pun tanpa ekspresi. Dia selalu ada.

"Ino? Maaf. Aku tidak.."

"Bukan apa-apa, Shikamaru. Tetapi untuk hari ini, biarkan aku menangis di pundakmu. Untuk yang terakhir," Shikamaru menganggukkan kepalanya.

Sebulan kemudian

Shikamaru bersama Temari datang ke acara pernikahan Ino dan Sai. Ino terlihat bahagia bersama Sai. Shikamaru tersenyum. Kali ini tidak ada satu kata 'Merepotkan' keluar dari mulutnya. Hari itu, hari bahagia Ino. Hari bahagianya juga.

"Temari, aku ada perlu. Aku ke tempat Ino sebentar,"

"Ya. Kali ini selesaikan sampai tuntas," Temari tersenyum mengatakannya. Walau merasa sedikit sakit. Ia tahu dengan sangat pasti, Shikamaru masih menyayangi Ino. Tetapi, sebagai siapa. Itu yang Temari tidak tahu.

Shikamaru berlari ke arah Ino.

"Sai, aku pinjam Ino sebenar," kata Shikamaru.

"Jangan lama-lama," kata Sai pendek. Membuat Ino tersenyum malu.

Lagi-lagi Shikamaru hanya tersenyum. Lalu mengajak Ino ke tempat yang agak jauh dari Sai, namun masih dapat terlihat oleh Sai. Dia tidak ingin orang-orang salah sangka. Hari ini tidak boleh ada kesalahan. Begitu yang dipikirkan Shikamaru.

"Akhirnya, hari ini datang juga," kata Shikamaru.

"Ya. Terima kasih.. Dan terima kasih sudah datang. Istrimu cantik,"

"Terima kasih. Dia pasti akan melompat kegirangan jika mendengar ada yang memujinya,"

"Hahahaha.." Ino tertawa mendengarnya. Shikamaru ikut tersenyum.

"Kau memang lebih cocok jika tersenyum," Shikamaru memandangi wajah Ino. "Dan, Ino.. Kurasa kau perlu tahu hal ini. Aku juga menyayagimu,"

Ino kaget. Dia langsung diam.

"E-eh, maksudku.. Aku menyayangimu sebagai sahabat sekarang,"

Ino mengehembuskan napas lega. "Kau hampir membuatku jantungan jika mengatakan hal seperti itu lagi. Tak usah kau katakan, aku juga sudah mengerti kok!"

Mereka saling berpandangan. "Kau tahu, aku tak pernah menyesali apa yang telah terjadi. Terutama perasaanku padamu. Terima kasih atas segalanya," kata Ino.

Setelah itu, Ino segera kembali kepada Sai. Shikamaru tersenyum dan berjalan menuju Temari.

"Sudah selesai," katanya dengan tersenyum kepada Temari.

END

Hiyaaa.. maaf kalau alurnya kecepatan.. akhirnya mungkin juga aneh dan gak nyambung ya? Whuaa, Gomen lagi! *ditimpuk pake sandal*

Dan gak bosan-bosannya bilang :Review yak..

Hehehe..