last chap...

"Apa sebenarnya hubunganmu dengan Kurosaki-kun?" Tanyanya gugup. Dia terus menatap kebawah, menatap ujung sepatunya, seolah ada hal yang jauh lebih menarik dari pada melihat wajahku sekarang.

"Mak-maksudmu Inoue?" Tanyaku sedikit gugup.

"Apa kalian mempunyai hubungan khusus?" Inoue memperjelas pertanyaanya.

Oh tidak, bagaimana ini? Mengatakan semua hal yang telah terjadi pada Inoue? Mengatakan padanya kalau aku sudah tidur dengan Ichigo, mengatakan padanya kalau kami akan segera menikah dalam waktu dekat? Oh tidak Rukia, itu hanya akan menyakitinya nanti. Aku tahu Inoue begitu menyukai Ichigo.

Apa aku harus berbohong padanya? Berapa banyak orang lagi yang harus ku bohongi?

"Ahh, tidak kalau Kuchiki-san tidak mau menjawab tidak apa-apa. Itu tidaklah terlalu penting sekarang. Yang terpenting kesehatan Kuchiki-san sekarang. Beristirahatlah, maaf sudah mengganggu istirahatmu dengan pertanyaan yang tidak perlu, Kuchiki-san." Inoue membenarkan posisi selimutku, lalu bersiap meninggalkanku di UKS.

"Bukan begitu Inoue, aku pasti akan bercerita padamu nanti. Tapi tidak untuk sekarang." Kataku ketika Inoue baru saja akan membuka pintu UKS.

Dia berbalik dan tersenyum manis kepadaku. "Aku percaya padamu Kuchiki-san."

BLAAM!

Inoue sudah keluar, sepertinya dia sedikit berlari.

Aku kembali menjatuhkan diriku ke ranjang UKS, mencari posisi yang nyaman untuk kembali beristirahat.

"Kenapa hidupku jadi serumit ini sih?" desisku pelan ntah pada siapa.


BLEACH © TITE KUBO

Its start from an unintentionally © Greengroophy


Ichigo POV

"Tadaima," aku mengucap salam sebelum masuk kedalam rumahku. Sungguh aku sangat lelah hari ini. Mengelilingi lapangan luas itu bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Apalagi harus ditonton oleh siswa sekelas. Argh! kurasa itu memperlengkap kesialan ku hari ini.

Oh iya, bicara soal lari dan lapangan, aku jadi teringat Rukia. Aku tidak sempat melihatnya ke UKS tadi. Bagaimana bisa aku bebas kalau Senna selalu saja bergelayutan ditanganku. Ku harap dia baik-baik saja.

"Okaeri, Ichi-nii." Ku lihat Yuzu muncul dari tembok putih pembatas dapur dan ruang makan. Sepertinya dia sedang memasak, dapat tercium bau harum masakan dari arah dapur olehku.

"Hm," aku hanya melengkungkan senyum membalasnya, kemudiam melangkahkan kakiku ke lantai dua, menuju kamarku. Aku butuh istirahat sekarang.

"Ichi-nii, tou-san berpesan padaku, kalau Ichi-nii sudah pulang disuruh menjumpai tou-san diruang prakteknya. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakannya dengan Ichi-nii," hm? Ada perlu apa baka oya-jii itu denganku? Membahas hal penting katanya? Kurasa ada yang salah dengan jaringan otaknya sekarang. Sejak kapan dia bisa berbicara serius denganku.

"Baiklah, aku akan menemuinya nanti," balasku. Yuzu mulai melangkah masuk kedalam dapur lagi melanjutkan aktifitasnya yang tertunda.

Setelah memasuki kamar, aku membanting tubuhku diatas ranjang tanpa melepas seragamku terlebih dahulu. Ahh nyaman sekali rasanya. Mataku baru akan terpenjam sampai aku menyadari sesuatu yang mengganjal.

'seprei ku diganti?'

Aku memutar otakku untuk beberapa saat, mengingat-ingat kapan aku mengganti sepreiku setelah insiden beberapa hari yang lalu, dan aku tidak ingat sama sekali kalau pernah menggantinya.

Sialan, siapa yang menggantinya? Akh, gawat. Bagaimana dengan bekas darah disana.

HUP

Aku melompat dari ranjangku, kemudian berjalan cepat menyusuri anak tangga menuju lantai dasar dan menemukan Yuzu di dapur

Ahh, mungkin saja Yuzu yang menggantinya, mengingat kalau dia yang terlalu rajin dirumah ini. Aku menarik nafas lega.

Kurasa aku sedikit aman, Yuzu kan masih anak-anak, kurasa dia tidak akan peduli dengan bercak darah disana. Mungkin saja dia mengira aku habis berkelahi dan berdarah.

Aku baru akan membalikan langkahku kembali kekamar dan beristirahat lagi.

"Ichi-nii sudah menemui Tou-san?" tanya Yuzu tiba-tiba

"Belum, aku akan menemuinya nanti setelah beristirahat." balasku

"Sepertinya apa yang akan dibicarakan Tou-san sangat penting Ichi-nii, apa tidak sebaiknya Ichi-nii menemuinya sekarang saja?" saran Yuzu. aku melirik wajah adik manisku itu, kemudian mengangguk pelan. Sepertinya kali ini Yuzu ada benarnya juga.

"Baiklah, aku akan menemuinya sekarang."

.


.

"Kau harus rajin minum obatmu ya, biar sehat seperti paman," Tousan mengacak pelan rambut perak anak yang sedang berobat ke klinik dengan ibunya. Dapat ku lihat wajah bodohnya itu tersenyum lebar 5 jari. Ku rasa itu hanya akan menakuti anak kecil itu.

"Paman aneh, aku takut." Dan benar saja, si bocah langsung bersembunyi dibalik ibunya.

"Terimakasih atas waktunya tuan Kurosaki, minggu depan aku akan datang lagi mengontrol kondisi anakku kemari." sang ibu hanya tersenyum miris mendapati kelakuan Tou-san. Sampai sekarang aku masih tidak percaya kalau Tou-san ku itu lulusan terbaik fakultas kedokterannya sampai dengan sekarang. Jika kau melihat langsung background tampang yang bodoh begitu aku yakin kau akan sependapat denganku. Yang membuatku tambah heran, dia lebih memilih membuka klinik kecil di sebelah rumah kami dari pada menerima tawaran beberapa rumah sakit yang memintanya menjadi dokter di tempat mereka. Akh, kurasa memang ada yang salah dengan otaknya itu.

"My soooooon, akhirnya kau datang juga. Ada yang ingin ku sampaikan padamu," teriaknya nyaring dengan ancang-ancang yang jelas-jelas akan menikamku (baca: memeluk)

"Jangan sekarang. Kau tidak lihat aku sedang tidak bertenaga untuk melawanmu sekarang?" terlambat, dia sudah berlari menerjangku. Tidak ada cara lain lagi selain menghindar sekarang.

"Kau ini. Bersikaplah seperti ayah yang normal," ucapku seraya menghindar, dan binggo. Tubuhnya menghantam tembok seperti biasa.

"Kau kejaaaam my son, Masaki, anak kita menyiksaku. Aku tidak kuat lagi, aku ingin menyusulmu, aku-"

"Kau memanggilku tidak hanya untuk mendengar keluh kesahmu pada kaa-san kan?" tanyaku memotong aduannya pada kaa-san. Hah ayolah, ini bukan kali pertamanya aku mendengar ocehan bodohnya itu.

Dia kembali membenarkan posisinya, kemudian duduk dikursi yang biasanya digunakannya untuk mendengar keluh kesah pasien. Aku mengikutinya dan duduk dibangku pasien yang berhadapan dengannya.

"Sebenarnya ada hal serius yang ingin kubicarakan denganmu Ichigo," dari nada suaranya, aku yakin dia sudah mulai serius sekarang. Yah, walaupun dia tetap memasang cengiran aneh yang bisa menakuti pasien anak-anak normal yang berobat kemari.

"Aku tahu kau sudah dewasa Ichigo my son. Aku tidak mungkin terus menerus mengawasimu seperti anak kecil sekarang. Kau sudah bisa menentukan sendiri pilihan hidupmu sekarang," hah? Dia ini bicara apa sih? Aku sama sekali tidak mengerti maksud arah pembicaraan ini sekarang. Tapi setidaknya aku tenang dia berkata begini, mungkin dia sudah memutuskan untuk tidak meneriakki ku 'my lovely son' atau memelukku lagi didepan umun, kau tahu itu 'memalukan'.

"Tapi aku hanya meminta satu hal padamu untuk selalu terbuka padaku," sambungnya lagi.

Aku menaikkan salah satu alisku keatas, mencoba mengerti maksud dari pembicaraan ini. Hey, jangan katakana kalau dia-

"Oleh karena itu, bisakah kau jelaskan tentang ini padaku Ichigo?"

BINGGO! Oh tuhan, jangan katakan kalau itu-

"Aku menemukan celana dalam ini dikamarmu Ichigo. Aku yakin ini bukan milikmu. apalagi milik Yuzu atau Karin. Dari modelnya saja, ini terlalu kekanak-kanakan untuk mereka." Komentarnya seraya mengamati celana dalam ungu bermotif kelinci yang menurutku lebih cocok dikatan sebagai kepunyaan anak kelas satu SD.

"Jadi, ini milik siapa?"

"Err, mm. a-aku,"

"Dan lagi, ada apa dengan seprei kamarmu?"

"Ahh, kenapa kau bisa tahu?" hah? Yang benar saja. Kenapa laki-laki tua ini bisa tahu? Mungkinkah Yuzu memberi tahunya?

"Aku yang menggantinya Ichigo, bukan Yuzu." Hah, sepertinya dia bisa membaca pikiranku. Hebat. Selain bekerja sebagai dokter, kurasa kau cukup berbakat bekerja sebagai dukun.

"Ahh, itu semua ceritanya panjang."

"Aku punya waktu untuk itu, jadi?"

"Akh, baiklah."

.


.

Normal POV

"Akh, yang benar saja. Aku masih tidak percaya kalau ternyata gadis yang diceritakan Ichigo tadi adalah anakmu Byakuya. Haha, sulit dipercaya. Ini kebetulan yang menyenangkan bukan?" Isshin memeluk mesra kawan lamanya itu. Terakhir kali dia bertemu dengan pasangan Byakuya dan Hisana Kuchiki ialah sekitar 20 tahun yang lalu, sewaktu menghadiri pernikahan mereka berdua di Soul Society. Setelah itu semenjak kematian istrinya, Masaki Kurosaki, dia memutuskan untuk pindah ke Karakura, dan membuka klinik disana, mencoba memulai hidup baru.

Byakuya dan Isshin dulunya teman seprofesi, mereka sama-sama bekerja sebagai dokter spesialis di salah satu klinik terbesar di Soul Society, namun pada akhirnya tuntutan keluarga membuat seorang Byakuya menghentikan Profesinya dan mulai menekuni usaha keluarganya yang bergerak dalam bidang perekonomian. Sulit memang, namun bukan Byakuya namanya kalau dia tidak mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya.

Jangan kira kalau kedua kawan lama ini merupakan teman yang akrab, setidaknya begitu pemikiran Byakuya. Sifat Isshin yang cukup berisik membuatnya sedikit terganggu. Apalagi sifatnya yang cenderung menyukai ketenangan dari pada kebisingan yang ditimbulkan Isshin. Namun pada akhirnya mereka merupakan teman yang saling melengkapi.

Isshin lah yang pertama kali memperkenalkan Byakuya pada Hisana. Isshin jugalah yang pertama kali menjadi orang yang selalu siap berada didepan mereka sebagai tembok yang melindungi mereka dari orang yang membenci hubungan Byakuya dan Hisana. Isshin juga orang yang selalu mandamaikan hubungan kedua orang itu ketika hubungan mereka terancam bubar. Tapi Isshin juga yang meninggalkannya dan Hisana tanpa kabar dan pindah ke Karakura lalu membuka klinik kecil disana.

Setelah kepergian Isshin yang tiba-tiba setelah beberapa hari kematian Masaki, mereka jadi kehilangan kontak satu sama lain. Sampai sekarang, takdir mempertemukan mereka lagi. Sekarang, diruang keluarga keluarga Kuchiki.

"Pantas saja aku merasa janggal dengan marga bocah itu. Ternyata dia benar adalah keturunanmu, like father, like son." Byakuya menghela nafasnya, masih sulit dipercaya kalau bocah yang kemarin dengan beraninya mengaku telah tidur dengan putrinya merupakan anak dari sahabat lamanya sendiri, teman? Yah anggap sajalah begitu.

"Tapi ini hal yang menyenangkan bukan? Akhirnya aku bisa bertemu kalian lagi, aku merindukan kalian. Hahaha," tawa Isshin menggelegar memenuhi ruang keluarga bergaya jepang klasik itu.

"Kau bersikap seolah-olah kami yang meninggalkanmu. Kau pikir siapa yang pergi diam-diam tanpa kabar selama belasa tahun, heh?" sindir Byakuya tajam.

"Ahh, sudahlah kenapa masih mempermasalahkan masa lalu," Hisana yang sudah mencium bau-bau emosi dari sang suami segera menengahi perdebatan kecil mereka. "Aku benar-benar tidak mengira akan bertemu denganmu lagi Isshin-san. Sungguh kebetulan yang mengejutkan," Masaki melemparkan senyumannya pada Isshin yang duduk berhadapan dengannya sekarang.

"Ah, aku juga. Apalagi dalam situasi yang seperti ini," tambah Isshin, "aku benar-benar tidak menyangka kalau putraku berani meniduri putri kalian." Sambungnya. "dia benar-benar mendapat jiwa pemberani yang kuturunkan padanya."

"Yah, kalian memang memiliki banyak kesamaan, terlebih dalam urusan 'mengganggu kehidupan orang lain'," sindir Byakuya.

"Hey, tapi pada akhirnya Ichigo mau bertanggung jawabkan? Ahh, kurasa sifat gentlemannya itu warisan dari sifatku," canda Isshin. Byakuya hanya melempar pandangan tak senang padanya, sedang Masaki hanya tersenyum kecil menanggapi perkataannya barusan.

Cukup lama mereka terdiam, sampai pada akhirnya Isshin kembali memecah keheningan diruangan itu.

"Jadi, bagaimana dengan rencana kalian untuk Ichigo dan Rukia kedepannya?" Tanya Isshin, membuat kedua orang sahabatnya itu kembali menoleh padanya.

Byakuya meraih cawan kecil dimeja yang berisi sake. Sebenarnya dia tidak terlalu menyukai meminum minuman itu, tapi Isshin memaksanya dengan alasan merayakan pertemuan mereka kembali.

"Seperti yang kau ketahui. Menikahkan mereka," Byakuya sedikit meneguk minuman didalam cawan itu, lalu meletakan kembali cawan itu kembali ke atas meja, "… lalu menceraikan mereka." sambungnya

"Ten-, tunggu. Apa katamu tadi?" Tanya Isshin begitu menyadari ada yang aneh dalam kalimat yang barusaja diucapkan sahabatnya itu.

"Seperti yang kau dengar Kuchiki, nikahkan, lalu ceraikan mereka berdua." Byakuya kembali memperjelas kalimatnya. Ia tahu Isshin pasti mendengar kalimatnya sekarang.

"Ce-cerai? Tapi kenapa?" Tanya Isshin masih berusaha memperoleh informasi lagi. Sungguh gila, untuk apa Byakuya menikahkan putrinya kalau pada akhirnya dia sudah berencana menceraikan putrinya tersebut.

"Aku sudah terlanjur membuat janji dengan seseorang untuk menikahkan Rukia dengan putranya, dan itu tak mungkin ku ingkari."

"Kalau begitu kenapa kau menikahkan Rukia dengan Ichigo? Kau gila?"

"Karena Rukia berkata kalau dia mencintai putramu Kurosaki, aku hanya ingin melihat apakah dia benar-benar mencintai putramu setelah kedatangan pilihan ku nanti,"

"Mak-maksudmu?"

"Pada akhirnya semua pilihan berada di tangan Rukia, dia memilih putramu atau pilihan ku."

"Hh, baiklah. Jadi kapan acara pernikahan mereka? Aku benar-benar tidak sabar untuk mempunyai seorang menantu."

.


.

Ditempat yang lain diwaktu yang sama

"Kira-kira apa yang sedang mereka bicarakan didalam?" Tanya Ichigo pada mahluk disampingnya yang tidak ada henti-hentinya memandangi langit gelap dari balkon rumahnya.

"Hey Rukia, kau mendengarku kan?" merasa tidak ditanggapi, Ichigo menyikut tangan Rukia yang sekarang berdiri tepat disebelahnya.

"Jangan ganggu aku kepala jeruk." Omel Rukia yang merasa kalau dirinya sangat terganggu dengan kehadirannya disitu.

"Berhenti memanggilku kepala jeruk, cebol."

"…"

"Rukia, menurutmu apa mereka akan benar-benar menikahkan kita?" tanya Ichigo setengah berbisik. Pandangannya tak lepas dari Rukia yang masih berkutat dengan langitnya.

"Tentu saja, ayahku tidak pernah main-main dengan kata-katanya."

"Kalau begitu kenapa kau membuat semuanya serumit ini? Kenapa kemarin kau tidak langsung menolak pernikahan ini?"

"Apa kau membenci pernikahan itu kepala jeruk?" Rukia mengalihkan pandangannya dari langit gelap kembali pada makhluk oranye di sampingnya.

"A-ap mak-?"

"Tenang saja, pernikahan itu hanya untuk sementara. Dia akan langsung menceraikanku dengan mu, lalu menikahkanku kembali dengan laki-laki pilihannya." Sambung Rukia.

Ichigo benar-benar tidak bisa membalas kata-kata Rukia lagi. Bercerai? Apa maksud gadis itu. Banyak yang Ichigo ingin tanyakan sekarang pada Rukia, tapi lidahnya terasa keluh untuk bertanya sekarang. Ia memutuskan untuk meyimpannya dan menanyakannya lain kali pada gadis itu. Rukia mulai kembali memandangi malam. Ichigo memutuskan untuk mengikutinya juga. Entahlah, kenapa malam ini gelap sekali? Tidak ada satu bintangpun di atas sana.

"Kau tahu Ichigo, sebenarnya aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup. Aku ingin dilamar disaat matahari terbenam, aku ingin pesta pernikahan yang romantis, tidak terlalu mewah tapi semua tamuku tersenyum. Tapi yang paling aku inginkan, aku ingin-" Ujar Rukia tanpa mengalihkan perhatiannya dari langit, seolah Ichigo adalah langit malam lawan bicaranya.

Ichigo tidak menanggapinya, sepertinya masih banyak yang Rukia ingin sampaikan.

"Aku ingin menikah dengan orang yang kucintai," sambung Rukia.

"Maksudmu Shiba Kaien?" tebak Ichigo

"Pada awalnya 'ya', itu mimpi-mimpiku selama ini, sampai dia membuangku," Rukia menarik nafas sejenak, ia memejamkan kedua kelopak matanya. Menutup iris berwarna violet terang itu. impian-impiannya yang sudah disusunnya sempurna dalam otakknya bermain-main di kepalannya, semua impian-impiannya bersama seseorang bernama Shiba Kaien. "disini rasanya sakit," Rukia meletakkan tangannya di atas dada kirinya. Tapi dia tersenyum mengatakan semua itu, senyum palsu yang digunakannya untuk mengalihkan pandangan Ichigo dari kelopak matanya yang susah payah membendung air matanya keluar. Dia tidak mau kelihatan lemah untuk kesekian kalinya di hadapan Ichigo.

"Sakit," ulangnya lagi. "ini semua karena permusuhan bodoh kedua klan itu. Aku tidak pernah meminta untuk menjadi seorang Kuchiki, kenapa semua begitu kejam padaku? Kenapa takdir membuat kami menjadi dua orang yang bertentangan. Aku sudah cukup menderita menjalani hidup sebagai seorang Kuchiki, kenapa sekang penderitaanku bertambah. Tolong sampaikan pada mereka, bahwa aku ini manusia, aku bukan robot yang bisa seenaknya mereka perintah dibawah kekuasaanya. Aku sakit, kenapa semua ini tidak kunjung berakhir? Kenapa mereka menggambil semua hal yang kucintai, termasuk, termasuk- Kaien."

"Kau menangis Rukia?" Tanya Ichigo begitu mendapati tubuh Rukia bergetar hebat menahan tangisnya. Matanya masih terpejam sempurna, tapi Ichigo tahu, itu adalah triknya untuk menutupi kenyataan kalau dia menanggis sekarang. Sungguh Ichigo ingin memeluknya sekarang. Meredakan tangisnya. Tapi dia bukan siapa-siapa yang berhak memluk Rukia sekarang.

"Tidak,"

"Kau menangis, mengaku sajalah."

"Aku bilang tidak jeruk,"

"Dasar cebol keras kepala,"

"Kepala jeruk, bisa kau balikkan tubuhmu?"

"Untuk apa?"

"Ikuti saja perintahku baka,"

Mau tidak mau Ichigo membalikkan tubuhnya, membelakangi Rukia. Untuk beberapa saat dia merasakan punggungnya basah. Dan benar saja, Rukia menangis di punggungnya, tangan kecilnya mencengkram kemeja bergaris Ichigo kuat dari belakang. Dapat Ichigo rasakan Tubuh gadis itu bergetar hebat sekarang. Meskipun kecil, tapi Ichigo dapat mendengar dia terisak kecil sekarang.

"Ternyata kau benar-benar mengangis,"

.


.

suasana sore kota Karakura masih akan tetap sama seperti sore-sore sebelumnya. begitu juga dengan bangunan sekolah yang terletak diujung barat kota karakura. Bangunan itu disaat sore memang terlihat lebih renggang dibandingkan pagi. Karena kebanyakan siswanya sudah pulang. Hanya tersisa beberapa orang saja seperti yang mengikuti klub atau yang menghabiskan waktu diperpustakaan sepulang sekolah.

"Kau memanggilku Tatsuki?" Teriak ku dari pinggir lapangan. Kilihat Tatsuki menghentikan latihannya dan berlari kearahku. dari penampilannya yang didominasi oleh keringat itu dapat ditarik kesimpulan kalau kapten sepak bola sekolah kami ini sedang berlatih keras sekarang.

"Ya, aku memang memanggilmu. Apa kau tahu dimana Ichigo, Rukia? Dia tidak ikut latihan beberapa hari ini. Apa kau tahu kemana dia?" Tanya Tatsuki langsung pada tujuan. Aku tahu dia memang tipe yang tidak terlalu suka berbicara berbelit-belit pada seseorang.

"Ichigo?" aku mengernyitkan dahi.

"Kenapa menanyakannya padaku?" tanyaku bingung. Jadi dia repot-repot memanggilku hanya untuk menanyai Ichigo. Aneh.

"Ku dengar kau dekat dengannya akhir-akhir ini. Jadi kupikir kau pasti tahu dimana dia. Jadi kau juga tidak tahu?"

"Dekat dengan Ichigo? Sejak kapan?" aku bingung bagaimana dia bisa beramsumsi seperti itu.

"Aku juga tidak tahu, jadi kau benar-benar tidak mengetahui dimana keberadaannya?" Tanya sekali lagi memastikan. Ayolah, untuk apa aku menyembunyikan keberadaan kepala jeruk itu.

Aku hanya menggeleng. Tatsuki berterimakasih lalu kembali berlatih dengan timnya.

Aku kembali kekelas untuk mengambil tas lalu pulang. Klub melukis sudah selesai beberapa menit yang lalu. Berarti aku sudah tidak punya apapun untuk dilakukan disekolah.

Tap tap tap

Aku melangkahkan kakiku masuk kedalam kelas sampai aku menyadari kalau ada seseorang disana.

"Ichigo? Kenapa kau ada disini? Tatsuki mencarimu untuk latihan dilapangan." Aku berjalan mendekat kearahnya. karena kebetulan dia duduk tepat disamping tas sekolahku

"Ada hal yang ingin ku tunjukan padamu, ikut aku." Katanya seraya bangkit dari kursi, membawa tasku lalu mengandeng tanganku, menyeretku mengikutinya.

"Hey mau kemana, aku belum bilang 'iya' padamu, kenapa sudah menarikku." Protesku berusaha membebaskan diri darinya.

"Ayolah. Aku hanya mencoba mengabulkan salah satu permohonanmu." Jawabnya asal.

Permohonan? Permohonan apa? Sejak kapan aku memohon padanya. Dasar jeruk anek. Aku masih bersikeras tidak mau mengikutinya. Tapi karena dianugrahi tubuh dan tenaga yang lebih dariku, dia menggunakan kelebihannya. Dia mengangkatku seperti mengangkat karung beras disalah satu sahunya.

"Kepala jeruk, turunkan aku," teriakku marah. Namun sama sekali tidak digubris olehnya.

"Kau tuli, kubilang turunkan aku." Kali ini dengan tempo suara yang lebih tinggi. Kulihat sedikit berefek padanya.

"Kau ini berisik sekali. Diam dan tenanglah, itu jauh lebih baik."

"Ini sudah hampir gelap, aku harus pulang sekarang. kau mau membawaku kemana?"

"Mulutmu itu begitu berisik cebol. Kau benar-benar tidak bisa bersikap tenang ya?"

"Bagaimana aku bisa tenang kalau kau menculikku?"

"Untuk apa aku menculik calon istriku sendiri?"

BLUSH, sial! Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi membalas perkataanya sekarang.

Ichigo mulai menaiki tangga disudut bangunan sekolah, tangga yang biasanya selalu dipakai untuk naik kea tap gedung sekolah.

"Kau mau membawaku kemana heh?" aku masih mencoba sok galak padanya. Agar dia tidak berani macam-macam padaku. Tapi dia diam saja dan terus menaiki anak tangga dengan aku diatasnya.

Setelah sampai diatap sekolah dia menurunkanku dan langsung menutup kedua mataku dengan tangan besarnya.

"Apa-apaan kau? Lepas!" aku berusaha berontak, namun tenaganya yang jauh lebih besar membuat pemberontakanku tidak berarti apa-apa baginya.

"Kau diam saja. Aku janji tidak akan macam-macam."

"Kalau memang tidak macam-macam lepaskan aku sekarang juga," teriakku kencang. Sikuku menyikut perutnya kuat. kudengar dia berteriak kesakitan, tapi itu sama sekali tidak melonggarkan tangannya yang menutup mataku.

"Sialan kau midget,"

GREB!

"Kyaaa, apa yang kau lakukan mesum." Teriakku begitu menyadari kini dia memelukku dari belakang, menyandarkan kepalaku paksa tepat di dada bidangnya. Tangan yang satunya lagi dia lingkarkan di perutku, mengunci pergerakan tanganku untuk kembali memberontak.

"Dengan begini kau tidak bisa bergerak lagi Rukia. Salahmu sendiri tidak mau diam dan tenang dari tadi."

"Argh!" aku hanya dapat menjerit frustasi. Aku hanya bisa pasrah sekarang, kurasa melawan bukanlah pilihan yang tepat untuk sekarang.

Cukup lama kami dalam posisi seperti itu, aku tidak tahu mengapa tapi kalau membayangkan bagaimana posisi kami sekarang darahku berdesir lebih cepat. Hal ini membuatku sedikit merinding diseluruh tubuhku.

"Sebentar lagi," gumamnya sendiri. Aku tidak menanggapinya.

Semenit kemudian dia melepas tangannya yang menutup kedua mataku.

"Sekarang sudah bisa dibuka,"

Perlahan aku membuka mataku, mataku sedikit berkunang-kunang karena ditutup paksa selama hampir lima belas menit. Hal pertama yangkulihat lampu-lampu yang sedikit berbayang karna pengelihatanku yang belum terbiasa. Kami berada diatas atap sekolah, tempat fovorit untuk para siswa menghabiskan bento bersama. Ini merupakan kali pertamaku kemari disaat matahari sudah hampir terbenam. Dari sini kau dapat melihat hiruk pikuk kota dikala senja. Lampu-lampu jalan sudah dihidupkan, beberapa jendela gedung apartemen juga sudah mulai hidup dengan warna yang serentak. Walau tidak punya jiwa seni yang baik tapi aku tahu kalau pemandangan ini sangat cantik.

"Kau lihat itu," Ichigo menunjuk sesuatu diantara bangunan-bangunan dan gedung-gedung tinggi yang menjulang. Aku melihat kearah yang ditunjuk olehnya

"Matahari?" tanyaku memastikan kalau memang itu yang ditunjuk olehnya. Kulihat dia mengangguk disampingku.

"Cantikkan?" hah? Hal bodoh macam apa ini? Tentu saja cantik. Matahari terbenam itu merupakan salah satu fenomena alam yang indah.

"Tentu saja," walau agak malas, tapi aku menjawabnya juga.

"Err, Rukia." Dia memanggilku.

Aku melirik sebentar padanya, "apa?" kulihat dia sedikit salah tingkah dengan menggaruk belakang kepalanya yang aku tahu itu tidak gatal.

"Will you- ehm, will, will?" dia menggaruk kepalanya frustasi. Kemudia mengambil potongan kertas kecil dari saku celananya, membaca dengan teliti kemudia memasukannya lagi kedalam saku celananya. Dia menatapku gugup, entah apa yang membuatnya segugup itu sekarang.

"Will you marry me?"

BLUSH!

WHAT! Aku menatapnya dengan tatapan 'kau bercanda kan?'

Dia, si kepala jeruk itu baru saja melamarku kan? Tapi kenapa? Apa maksudnya semua ini?

"Jangan pasang tampang jelek begitu, cepat jawab midget!" bentaknya tiba-tiba

Aku masih menatapnya tidak percaya, apa-apaan ini semua.

"Apa ini semua kurang romantis heh?" tanyanya frustasi.

"Apa maksudmu kepala jeruk. Kenapa tiba-tiba berbuat begini. Kepalamu terbentur ya?" aku berjinjit, kedua tanganku mengapai kepala orangenya, memeriksa kalau disana ada bekas benturan yang berakibat fatal pada jaringan otaknya yang menyebabkannya melakukan semua hal ini.

"Aku tidak terbentur apapun, berhenti berpikiran konyol, pendek." Tangannya menghentikan gerakan tanganku dari kepalanya, namun dia tetap menahannya dikedua sisi kepalanya, sama sekali tidak melepaskannya. Membuatku harus terus berjinjit karenanya.

"Kau bilang ingin dilamar disaat matahari terbenamkan? aku hanya ingin mengabulkannya midget, aku tidak suka melihatmu menangis. Maka dari itu kuharap dengan mengabulkan salah satu permintaanmu dapat mengurangi bebanmu." Katanya sedikit terbata, walau matahari sudah terbenam sepenuhnya sekarang, tapi aku tahu kalau wajahnya sangat merah sekarang.

Jadi dia memang sengaja menyiapkan semua ini hanya untuk mengabulkan permintaan konyolku? Argh, prilakunya benar-benar tidak bisa ditebak. Aku menarik tanganku kembali darinya lalu membenarkan posisiku menghadapnya, bingung harus berkata atau melakukan apa sekarang. Ku akui aku sedikit gugup dengan keadaan ini.

Aku terus menatapnya, tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Entah darimana asalnya yang kuketahui mataku tiba-tiba saja berair karenanya. "Jeruk bodoh,"

"Jadi," Ichigo melemparkan kotak kecil bewarna hitam berpita violet padaku. Dengan gerak reflek aku menangkapnya dengan kedua tanganku. dan berhasil.

"Mau menikah denganku Rukia?"

TOBECONTINUE-

Argh, saya udah tahu kalo fic ini jelek tapi karna berbagai ancaman dan kutukan yang greeny terima setiap minggunya mau gak mau buat greeny akhirnya publis fic aneh macam diatas. Maaf kalau aneh, banyak typo dan kurang nyambung.

Udah gitu scane romantisnya gak berasa banget karna greeny bukan tipikal cewek romantis, bahkan yang namanya jatuh cinta aja belum pernah –ungkapan dari lubuk hati paling dalam-

Berhubung greeny mau semesteran, PORAKEL terus ikut lomba debat dari sekolah greeny bakalan hiatus selama satu bulan kedepan , greeny risih kalau lama-lama hiatus, soalnya bahasa pas nulis jadi terasa kaku jadi Greeny usahain balik secepatnya kedunia FFn, itupun kalau ada yang merindukan kehadiran greeny –abaikan-.

Balasan buat semua komentar yang log-in dan gak log-in;

MinNoitra Aporro Grantz

Greeny juga gamau punya sensei kayak beliau.

Makasih sudah review min-chan.

SoraHinase

Rukia gak datang karna dia dan Ichigo melakukan sesuatu yang harusnya gak mereka lakukan. Udah tahukan? Hehe

Iyadeh, sekarang udah greeny SMS kan kalau greeny udah update? Hehe

EJEY series

Makasih banyak sudah review.

Ulquiorra? Gak buruk juga. Haha tapi greeny masih belum nentuin

Meyrin Mikazuki

Makasih sudah review.

Ashido, keren juga. Warna rambutnya ituloh gak kalah meriah dari warna rambut Ichigo -?-

Tapi sampek sekarang masih bingung. Semuanya keren. Gak sanggup milih diantara mereka.

Salnan Klein Phantomhive

Makasih nova sudah revieew.

Haha, makasih juga udah setia nunggu greeny yang pemalas ngetik. Ini sudah update, jadi harus baca ya.

icHiki Aoi

hah makin seru? Greeny rasa makin gaje –pudung-

iya, kalau yang Ulqui endingnya sama inoe itu aku sependapat, yang grimmy juga. Haha, aku masih bingung. Semua terlalu ganteng buat diseleksi.

Kalau begitu kita lihat saja, pada siapa peran sbg tunangan Rukia jatuh -?-

erikyonkichi

grimmy? Kita lihat sajalah nanti siapa. Karna author gadungan ini masih bingung milihnya.

Wi3nter

Grimmy? Kebanyakan orang pilih grimmy. Alasannya juga mirip semua. Haha, kita lihat saja deh nanti wi3nter-san. Makasih sudah mau review yah

Merai Alixya Kudo

Makasih yah mer uda review.

Apa chap ini masih banyak juga yang gak dimengerti? Gomen ini buatnya buru-buru karna dipaksa –lirik2 orang yang udah mengumbar sumpah selama ini-. Greeny juga segan aja nelantarin fic-fic greeny yang belom kelar. Juga buat orang nunggu lama buat baca fic greeny –beuh, narsis sekali euy-

Ini sudah update, gomen gak cepat.

Ruki Yagami

Gomen gomen gomen!

Author gadungan yang satu ini memang selalu telat buat update.

Buat chap depan juga kayaknya bakal lama baru bisa update. tapi bakal greeny usahain secepatnya kok.

Ojou-chan

Haha, tapi tuntutan pelajaran membuat greeny mau gak mau harus hiatus ojou-chan. Tapi tenang aja, cuman bentar kok.

Gin? Wah, baru kamu yang ngusulin dia. Tapi kita lihat aja nanti. Siapa chara yang beruntung itu.

Dark n Light

Light : nilai 50 buat fisika? Itukan lumayan -?- greeny aja dapen nilai 11,4! Hah, teringat lagi deh –pudung-

Bashing? Bashing itu apa light? Tidak mengertiii !–ngetik dengan tampang bego-

Dark : makasih deh karna uda mau ngetik reviewnya. Biasanyakan males!

Tanpa nama

Makasih udah mau review.

Ampun! jangan tendang greeny karna updatenya lama.

Ntar kalu udah bebas dari masa hiatus pasti greeny usahain updatenya cepat-cepat. Kalau bisa sehari tiga kali -?-

LuCia kuChiKi310594

Terharu karena da juga mahluk bumi yang nungguin fis ini.

Makasih lucia-chan *peluk-peluk*

Hisagi? Ganteng juga. Tapi kita lihat saja nanti ya –senyum2 aneh-

Ochibi

Gomen Ichi, greeny gak sempat bales di PM

Gak apa-apa kok. Kalo pelajar pasti waktunya banyak kebuang buat sekolah. Hehe makasih ya udah ngingatin typonya. Wah, greeny emang gak bisa lepas dari yang namanya typo nih.

Si rambut nanas? Gak jelek juga. Tapi kita lihat saja deh ntar siapa yang menang diantar mereka -?-

Chappystrobery

Haha, kasian Rukia. Yang deket dia rambutnya selalu meriah.

Jee-ya Zettyra

Makin seru? Syukurlah. Greeny kira makin gaje saja.

Diatas udah ada moment Ichi Rukinya, gimana, sudah bagus belum?

Hikari HimeTsukiTen

Inoue? Dia mencintai Ichi pakek hati kok. Sayangnya Ichii gak cinta sama dia. Hehe

Ini sudah dilanjutkanloh. Gomen kalau hancur dan abal. Greeny bakal berusaha buat yang lebih baik lagi kok.

Just Ana

Iya, baru sadar kalau Kaien gak muncul-muncul.

Tapi ntar pasti dimunculin kok walaupun cuman sebagai figuran -?-.

Sebenernya terpaksa, ntar disaat Rukia udah bisa hati buat Ichii dia muncul lagi buat nguji seberapa besar cinta Ruki ke Ichii. Loh, kok jadi bocorin cerita sendiri?

Kurosaki Kuchiki

Iya, betul sekali. Ichy udah punya rasa kok sama ruki. Tinggal tunggu rukinya aja nih.

Devil's of KunoiChi

Hah, alasannya menarik. Dingin vs rebut.

Ntardeh greeny pikirin. Sampe sekarang greeny masih bingung.

.

dedicated for;

MinNoitra Aporro Grantz

SoraHinase

EJEY series

Meyrin Mikazuki

Salnan Klein Phantomhive

icHiki Aoi

erikyonkichi

Wi3nter

Merai Alixya Kudo

RukiYagami

Ojou-chan

LuCia kuChiKi310594

Ochibi

Chappystrobery

Jee-ya Zettyra

Hikari HimeTsukiTen

Just Ana

Kurosaki Kuchiki

Devil's of KunoiChi

and

you.


saran dan kritikan sangat ditunggu di kolom review.

with love,

greenychan:)