(-^Masashi Kishimoto©Naruto^-)

Rate: M, T, K+, K. author menggunakan semua jenis rate, jadi jangan heran

Warning: BL, YAOI, TYPO(s), EYD, OC, OOC, Adegan kasar, dan beberapa kata-kata yang kasar,

Pair Sasuke Uchiha X Naruto Uzumaki

(-^Author by : Mugi UchiUzu^-)

Don't like Don't read

JAIL

Rantai belenggu pengikat kehidupan, mengikatku pada sebuah takdir tak terlihat. Ini lah awal dari kehidupanku. Sebuah perasaan, yang merumit, yang tak aku tahu kapan bermula, dan kapan berakhirnya. Tak perduli, berapa tahun aku hidup, dan berapa kali aku dihidupkan. Ada rasa gelisah yang menghantuiku. Dan saat itu, aku baru menyadari, kalau takdir yang mengikatku itu adalah CINTA.

"Sampai kau harus menangis darahpun, aku tak akan memberi tahumu." Dan dengan itu, Itachi meninggalkan Sasuke yang frustasi.

My Love Happy Ending

"Apa kau harus berbuat sejauh itu, Itachi-sama?" Kakashi mengekor Itachi yang baru keluar dari ruang kerjannya.

"Menurutmu?" Itachi membalik pertannyaan Kakashi dengan pertanyaan, membuat Kakashi menautkan alis matanya.

"Anda keterlaluan." Peringat Kakashi.

"Berhenti mengajariku, penghianat." Kakashi tak mengerti maksud Itachi, apa lagi dengan kata-kata 'PENGHIANAT' itu.

"Apa maksud anda?"

"Pergi ke tempat Naruto bersama Sakura, membantu Uzumaki dan keluarganya. kau membuat rencanaku hancur, membuatku aku tak lagi percaya dengan penghianat sepertimu." Itachi melotot kearah Kakashi, Itachi cukup terkejut saat dia melihat sebuah senyuman bukan ketakutan yang dipikirkannya, Kakashi tersenyum padanya.

"Jadi karena itu anda tak mempercayai saya lagi?"

"Berhenti bicara sok tenang begitu, apa kau tak tahu kesalahanmu?" Kakashi maju selangkah mendekati Itachi, Itachi tak bergeming, dia tetap berdiri di tempatnya.

"Dengarkan baik-baik, aku tak akan mengulangi apa yang akan aku katakan ini." Kakashi makin mendekat, Itachi tak beranjak, Onyx Itachi menatap tepat di mata hitam Kakashi.

"Apa?"

"Jangan buat Sasuke lebih menderita dari ini, karena aku tak suka."

"Itu bukan hak mu, kau bukan siapa-siapa di sini, kecuali bawahanku." Kakashi menyeringai, dan Itachi berani bersumpah kalau itu pertama kalinya dia melihat seringaian itu.

"Aku katakana padamu, mungkin ini terlihat bodoh, dan kau pasti menyangkah aku gila, tapi… aku adalah paman kalian, Kakashi Uchiha." Itachi membatu seketika, tubuhnya gemetar, wajahnya terlihat bodoh di hadapan Kakashi saat ini. Tapi itu tak lama, kemudian dia tersadar dan menatap Kakashi lekat.

"Jangan bercanda, bodoh, kau bahkan tak tampak seperti Uchiha."

"Aku tak mau mengulang kata-kataku lagi, karena aku tak ingin. Dan aku sangat tak suka kau berbuat seperti itu pada adikmu sendiri sekaligus keponakanku, karena aku yakin, Mikoto-nee dan Fugaku-nii tak akan menyukai tindakanmu itu, Itachi."

"Jangan membawa nama ibu dan ayahku!"

"Maka dari itu, jangan pernah membuat hal memalukan dan tak berpendidikan seperti itu."

"BRENGSEK, JANGAN SOK MENGATURKU. SIAPAPUN KAU…! AKU TAK AKAN PERNAH PERDULI PADAMU, DAN PADA UCHIHA LAGI, KELUARGA INI MEMBUATKU GILA, AKU SUDAH TAK SANGGUP DENGAN KEGILAAN INI KAKASHI, JADI JANGAN BUAT AKU TAMBAH GILA." Teriak Itachi, wajahnya memerah, napasnya memburu. Kakashi tak merespon, dia Cuma terdiam dan menatap Itachi, dua anak kakaknya saat ini terlihat seperti sangat menderita.

"Maafkan aku. Maaf untuk semuanya, Itachi. Tapi, Uchiha sudah membuat aku menderita, sama sepertimu. Itulah alasan aku meninggalkan keluarga ini."

BUAK

Itachi maju dengan mengepal tangannya, meninju perut Kakashi. Kakashi tersungkur dengan mengaduh kesakitan, sedangkan Itachi merosot tak berdaya.

"Aku tak butuh maafmu, siapapun kau, aku mohon Kakashi, bantu aku!" Kakashi terkejut saat Itachi meraung. Dia tahu Itachi dulunya anak yang baik dan sangat menyayangi Sasuke, bahkan sampai sekarang, tapi egonya dan sifat protektif nya membuat dia takut kehilangan Sasuke, karena dia tahu, Itachi merasa hanya Sasuke satu-satunya yang dia punya di dunia, wajar saja kalu dia tak mau Sasuke berpaling darinya.

"Maafkan paman kalian ini, aku bersalah pada kalian berdua."

Mata sembab Itachi terlihat kosong saat melihat Kakashi, dia berdiri lalu berjalan melewati Kakashi, Kakashi sempat berfikir kalau Itachi akan menonjoknnya lagi, dia siap dengan itu semua, karena itu semua kesalahnya, dan dia pantas mendapat ganjaran. Tapi salah, Itachi berjalan linglung melewatinya.

Tubuh Kakashi berbalik saat dia mendengar deru mobil dari luar rumah, Itachi meninggalkan mension, 'Mungkin dia butuh ketenangan saat ini'. Itulah pikiran Kakashi.

(-^Thy^-)

"Hey."

Naruto bengong saat dilihatnnya seorang laki-laki berambut nanas dengan luka menghiasi hidung laki-laki itu, melambai riang kearah Naruto yang sedang asik melamun di depan teras rumah barunya. Yap~ baru beberapa hari ini Naruto pindah dan ini seperti lingkungan asing baginya, tak ada Warnet Akatsuki, tak ada teman-teman, dan tak ada canda dari teman-temannya, ataupun ocehan Ino dan Pain-senpai padanya, dan yang paling membuatnya stres, tak ada Sasuke di sini.

"Paman Iruka!" Naruto berdiri menghampiri laki-laki bernama Iruka itu. memeluk paman satu-satunya itu.

"Apa kabar anak ruba?"

"Huh~ jangan menyebutku begitu." Sewot Naruto.

"Ayah dan Ibumu ada? Oh iya, selamat datang di Kirigakure." Ucap Iruka sambil tersenyum.

"Iya." Balas Naruto lesu.

"Hei , kenapa wajahmu begitu. Aku kemari ingin melihat kalian, mana ibu dan ayahmu?"

"Pergi, ne~paman, malam ini tidur di rumah ya?" ajak Naruto masih dengan wajah lesu.

"Baiklah, kita sudah lama tak tidur bersama kan?"

"Ayo, masuk paman, kita sudah lama tak bertemu, banyak yang ingin aku ceritakan pada paman."

"Aku juga, banyak yang ingin aku tanyakan padamu."

(-^Thy^-)

Itachi memacu kencang mobil sport-nya. Wajahnya terlihat kalut.

"Kakashi pamanku? Tak mungkin, tak mungkin dia paman kami." Ujar Itachi berbicara pada dirinya sendiri. Dia terus berusaha menghilangkan apa yang dipikirkannya tentang percakapan antaranya dan Kakashi.

"Tousan, Kaasan, apa benar orang itu Adikmu, Otousan. Oh~ Kami-sama, kenapa jadi seperti ini." Berulang kali Itachi memukul-mukul stirnya, tak di hiraukannya rasa pedar dan sakit di tangannya itu.

"Tak mungkin."

Itachi menggeleng keras, tak dilihatnnya mobil truk bermuatan furniture rumah tangga sedang melintang di jalan raya itu, karena mobil itu hendak berbelok, tapi karena badan mobil yang di katagorikan besar itu tak bisa cepat berbelok, jadilah dia harus melintang dan menghalangi jalan raya. Naasnya saat itu mobil sport hitam milik Itachi-lah satu-satunya yang melintas dan dengan bodohnya muncung mobil itu menabrak badan mobil besar itu.

BRUAK…

"Otousan, Okaasan, apa aku akan ikut bersama kalian."

"Itachi-sama, bertahanlah. Aku mohon"

"Sakura!"

"Itachi-sama harus bertahan. Jangan menyerah ya."

"Maafkan apa yang aku lakukan padamu, Sakura."

"Iya, anda harus bertahan. Karena aku sangat menyukai Itachi-sama."

Dan dengan sebuah senyuman dari Sakura, mata Itachi terasa mengabur dan gelap.

"Oi…. KECELAKAAN. PANGGIL AMBULAN." Teriak salah satu pejalan kaki yang melihat adegan itu. tak butuh waktu lama, mobil Itachi di kelilingi banyak orang.

"Keluarkan dulu orang yang ada di dalamnya, bensin mobilnya keluar. Mobil ini mau meledak."

Kali ini seorang bapak-bapak yang berteriak kesetanan.

Para pejalan kaki itu membuka paksa mobil Itachi, seluruh mata di sana langsung melotot saat dilihat siapa pemilik mobil sport mahal itu, seorang pemuda tampan dengan darah mengalir dari dahi, hidung dan mulutnya, tekapar tak berdaya di dalam mobil itu.

"DIA ITACHI UCHIHA. OI~ CEPAT BANTU. ADA ANAK UCHIHA DI SINI." Seluruh makhluk yang tadinya Cuma menonton langsung melakukan pertolongan pada Itachi, mengangkat tubuh itu menjauh, bahkan sangat jauh dari tempat itu. selang beberapa menit setelah tubuh Itachi berhasil di evakuasi, mobil sport hitam itu meledak. Membuat orang yang melihatnnya berucap syukur, tak ada yang meninggal dalam insiden itu, hanya kondisi Itachi yang semakin para. Tapi tak lama, karena ambulan datang tepat waktu mengaNgkut tubuh itu kerumah sakit terdekat.

.

.

.

"Kakashi-san, Itachi-sama mengalamin kecelakaan."

"Apa?"

Kakashi bukan main terkejutnya, dia langsung berjalan menuju mobil sedannya, dengan perasaan bersalah. Padahal Itachi tadi masih baik-baik saja, tapi memang, setelah berbicara dengannya mood Itachi berubah, bahkan terlihat sangat buruk.

"Dimana dia sekarang?"

"Di rumah sakit keluarga Uchiha, di perbatasan kota Oto." Ujar laki-laki berambut coklat panjang tanpa pupil.

"Kau ikut aku, Neji."

"Tapi… Sasuke-sama."

"Biarkan saja, jangan beri tahu dia dulu."

Neji mengangguk. Keduanya berjalan dengan tergesa, dan pergi meninggalkan tempat itu secara cepat.

(-^Thy^-)

"Bagai mana punya kekasih Uchiha, Naruto?"

Naruto tak menghiraukan pertanyaan Iruka. Kedua paman dan keponakan itu sedang asik makan ramen instan dengan secangkir teh hangat di belakang rumah Naruto sambil melihat beberapa bintang yang terlihat tak niat untuk bersinar malam ini. "Jangan mengacuhkanku." Bentak Iruka kesal.

"Tak tahu, paman. Aku tak tahu mau bicara apa soal itu."

"Pasti bahagia, aku tahu itu. tak perlu kau tutupi. Kau pasti bahagia, walau sebenarnya menderita."

"Bahasa mu terlu berat untuk aku mengerti." Ujar Naruto murung.

"Kau sudah mulai kuliah 'kan? Kenapa tak masuk kuliah? Aku dengar Universitas di Kirigakure sangat bagus."

"Tapi di sana tak ada teman-temanku…"
"Dan anak Uchiha itu?" Iruka memotong kata-kata Naruto. Membuat anak pirang itu tambah malas untuk berbicara.

"Dia masih sekolah, dan kami tak tinggal di kota yang sama."

"Benarkah? Hmmm, kenapa tak kau beri tahu kalau kau ada di sini?"

"Kakaknya menyuruhku tak memberi tahukannya, atau keluargaku akan mati, mungkin termasuk paman." Iruka tersenyum lembut. Di tepuknya kepala pirang Naruto.

"Syukur, kalian tak apa-apa, dan syukurlah ayahmu memberi tahuku tentang kau dan Uchiha secepatnya."

"Jadi, paman diberi tahu, Tousan?" Iruka mengangguk.

"Tak aku sangkah, Uchiha tak kreatif."

"Heh?" Naruto menelengkan kepalanya bingung, maksud dari 'tak kreatif 'itu apa?, itu lah yang ada di pikirannya.

"Berfikir gak, mereka menyukai Uzumaki, menyukai kita dengan mati-matian, tapi ujung-ujungnya malah kita dipisahkan, dan tempatnya Kirigakure, seharusnya mereka mencari tempat yang lebih asik, seperti di hawai atau di tempat keren lainnya."

Mereka saling memandang, tak lama kemudian terdengar tawa dari kedua orang patah hati itu *author di bunuh*

"Aku juga mendengar kalau paman pernah menyukai Uchiha?"

"Bukan hanya menyukai, tapi…, aku benar-benar mencintainya." Naruto mengangguk mengerti.

"Kisah cinta yang tragis." Komentar Naruto, dan langsung mendapatkan jitakan dari Iruka.

"Kau juga, tahu." Lagi, kedua Uzumaki itu tertawa lepas, menertawakan kebodohan mereka yang sudah mencintai Uchiha.

"Uchiha payah."

"Uchiha bodoh."

"Uchiha aneh."

"Uchiha hmmmm…"

"MESUM." Teriak mereka bersama, dan terdengar tawa lagi dari kedua manusia gaje itu.

"Paman, boleh aku tau, siapa Uchiha yang paman maksud?" Tanya Naruto hati-hati. Dia tak mau menginggung, atau membuat paman tersayangnya ini marah ataupun sedih.

"Dia anak bungsu Uchiha, namanya Kakashi Uchiha."

"Heh? Kakashi?"

" Hu'mm, saat aku masih bersamanya, dia ditunangkan dengan ayahnya, ku dengar gadis yang ditunangkan padanya itu, gadis kaya dan baik."

"Kenapa paman mau melepaskannya?"

"Demi kebahagiaanya."

"Paman terlalu mendramatisirkan keadaan." Iruka kembali tersenyum, setidaknya Naruto terlihat lebih baik.

"Naruto, aku salut padamu."

"Jangan terlalu memujiku." Ucap Naruto mulai Narsis, Itu membuat Iruka hampir mau meneleng anak di sampingnya ini.

"Jangan Narsis." Ujar Iruka.

"Paman, aku mengenal seseorang bernama Kakashi di keluarga Uchiha itu."

"Hattake Kakashi? Aku sudah tahu itu dari ayahmu, dia pernah bercerita tentang Hattake-san kepadaku. Tapi yang aku maksud itu Uchiha, bukan Hattake."

"Kan sama-sama Kakashi, paman." Jawab Naruto tak mau kalah.

"Orangnnya seperti apa, Naruto?"

"Wah, paman mulai penasaran ya?"

"Sudahlah, lebih baik kita bereskan barang-barang ini, aku tak mau, Kushina melempariku karena rumahnya berantakan." Naruto menuruti ajakan pamannya untuk membersihkan sisa-sisa cup ramen instan itu.

'Kakashi ya? apakah dia itu kau Kakashi-ku' batin Iruka

(-^Thy^-)

"Tak aku sangkah, kau berhasil, Itachi."

Sasuke bersandar pada kunsen kayu pintu kamar kakak satu-satunya itu, dilihatnya Itachi yang memandang kosong kedepan. Wajah tampan khas Uchiha itu terlihat tak seperti bisa, penuh ambisi dan keras, tapi terlihat kusam dan tak ada kehidupan lagi di mata hitam itu.

"Aku sudah jadi Uchiha yang kau inginkan sekarang." Ucap Sasuke lagi. Wajah Sasuke yang dingin itu menatap kakaknya dengan sorot mata kebencian dan sakit.

"Kau menang."

Ujarnya lagi. Sudah hampir 3 bulan, Itachi selalu begini. Diam tanpa merespon apapun. Semenjak kecelakaan itu, Itachi berubah total. Padahal Kakashi sudah mati-matian membawa Itachi untuk di periksa, apa mungkin ada sesuatu yang membuat anak sulung Uchiha itu berubah. Tapi semua dokter yang merawat Itachi berkata kalau Itachi tak mengalami luka serius, hanya lecet saja, dan mungkin penyebab Itachi berubah adalah perasaan shok nya akibat kecelakaan itu.

"Kau menang, kau membuat aku semakin ingin membencimu atas apa yang kau lakukan pada, Naruto."

Jujur, sebenarnya Sasuke sangat tak ingin menghujam sang kakak, hanya Itachi yang dia punya di dunia, tapi rasa bencinya akan apa yang diperbuat pada Naruto, satu-satunya orang yang dicintainya itu, membuatnya mengubah perasaanya, yang tadinya mengasihani, menjadi benci. Bahkan sangat benci.

"Aku tak akan pernah memaafkanmu."

"Sasuke-sama." Sasuke berbalik, melihat Kakashi yang membungkuk kearahnya.

"Anda sudah ditunggu di ruang rapat." Sasuke tak berkata apa-apa. Dia hanya berbalik dan meninggalkan Kakashi yang memandang punggunya.

Semenjak Itachi mengalami perubahan, Sasuke-lah yang memegang andil di Uchiha, Kakashi berusaha membuat Sasuke dapat mempercepat sekolahnya, sehingga anak Uchiha itu menamati sekolahnya saat dia masih duduk di bangku kelas dua, itu saemua dilakukan supaya Uchiha cepat mendapatkan pengganti, mengingat kondisi Itachi tak memungkinkan memimpin Uchiha lagi.

Karena sebab itulah, Sasuke pun berubah, memang anak itu terkenal dingin. Dan semenjak diangkatnya Sasuke menjadi ketua Uchiha, Sasuke tambah menjadi pemuda yang dingin, mata bahkan hatinya seperti sudah tertutup. Dia tak lagi memikirkan apapun disekitarnya, tak lagi menganggap ada. Dia hanya menjalankan kehidupannya seperti seorang robot yang dijalankan oleh mesin-mesin buatan Uchiha.

"Sasuke…!" Lirih Kakashi. Semenjak kehilangan Naruto, tak pernah lagi dia melihat Sasuke tersenyum, dia hanya melihat Sasuke selalu menenggelamkan dirinya di meja kerja Uchiha, atau Cuma datang kekamar Itachi untuk menghujam sang kakak. Bahkan dia tak pernah melihat Sasuke untuk duduk makan di ruang makan Uchiha atau bersantai di sebuah café, yang dia lihat Sasuke selalu bergelut dengan dokumen-dokumen dan kertas-kertas. Satuhal yang dilihatnya dari anak itu 'SASUKE SUDAH HANCUR'. Yah~ Cuma anak Uzumaki itu yang dapat membuat Sasuke seperti ini.

Kakashi melihat Itachi sekilas, melihat hal yang sama pada Itachi 'KEHANCURAN.' Uchiha sudah hancur.

"Kakashi…!" Kakashi tak percaya sama sekali saat suara lemah Itachi memanggilnya. Suara parau itu seperti terdengar sangat lemah.

"Ada apa?" Kakashi berjalan mendekati Itachi yang duduk di atas ranjang kamarnya. Tubuh itu terlihat sangat kurus.

"Maafkan aku." Ujar Itachi.

"Seharusnya aku yang berkata seperti itu." Itachi memutar kepalanya kesamping. Melihat senyum Kakashi kepadanya.

"Mau 'kah kau membantuku?" Kakashi mengangguk. Itachi berusaha menggapai sebuah Note di meja kecil di samping ranjangnya. Melihat Itachi yang kesusahan, Kakashi membatunya mengambil catatan itu beserta pena yang ada didekatnya. Itachi terlihat menulis sesuatu di kertas itu. setelah itu, dirobeknnya dan diberikannya pada Kakashi.

"Kirigakure?"

"Pergilah ke alamat itu, bawa kembali Naruto kemari." Kakashi terkejut mendengarnya.

"Kau serius."

"Tolong aku, paman." Sebuah senyum lembut Itachi membuat Kakashi mengerti.

"Aku pasti membawanya kembali."

"Aku hanya ingin adikku kembali seperti dulu. Aku percaya padamu. Paman Uchiha Kakashi."

Kakashi tersenyum mendengarya. Ini pertama kalinya Itachi memanggilnya 'paman'.

"Pasti, pasti aku bawah anak itu. kalau begitu aku pergi sekarang."

"Terima kasih."

(-^Thy^-)

"Oi Naruto, apa gak ada yang bisa di masak di rumah ini?" Iruka sedang asik mengaduk-ngaduk isi lemari pendingin Naruto, mencari sesuatu yang bisa di masak untuk makan siang mereka.

"Gak tahu." Jawab Naruto sewot.

PLAK

Sebuah sendok mendarat di kepala Naruto dengan tak layak.

"Tak sopan menjawab seperti itu pada pamanmu." Bentak Iruka.

Semenjak kepindahan Naruto ke rumah barunya 3 bulan yang lalu, membuat Naruto lebih sering bersama paman kesayangnnya itu dibandingkan kedua orang tuannya. Karena entah kenapa Kushina dan Minato terlihat lebih sibuk dari biasanya, dan Naruto pun tak mau meneruskan kuliahnya, dia merasa sangat tak suka kampusnya yang baru.

"Paman, apa dulu paman pindah ke Kirigakure karena Uchiha?"

"Iya, kenapa?" jawab Iruka yang masih asik mengaduk-ngaduk lemari pendingin keluarga NamikazeUzumaki itu, tangan-tangan Iruka berhenti saat dia menemukan 3 kaleng cola, dan sebungkus roti. Di bawanya makanan dan minuman itu ke tempat Naruto yang sedang duduk santai.

"Kok bisa?"

"Sama sepertimu, aku tak diresrtui, bedanya kalau kau dengan kakaknya, sedangkan aku, dengan ayahnya."

"Ayah?"

"Iya, ayah Kakashi tak merestui kami."

"Ne~ paman, aku curiga, kalau Hattake Kakashi itu adalah Uchiha Kakashi."

"sudahlah, membicarakan mereka membuatku tambah tak berselerah."

Sebenarnya Iruka juga menaruh kecurigaan yang sama, Hattake=Uchiha. Yap~ Kakashi Hattake itu adalah orang yang dicintainya, Uchiha Kakashi.

.

.

.

TOK… TOK… TOK…

Kakashi berdiri di depan pintu kayu sebuah rumah besar di kota Kirigakure, wajahnya memandang tak sabar, beberapa kali kakinya menghentak tanah dengan teratur, membuat bunyi lembut dari sol sepatu itu. tak ada respon membuat Kakashi mendecak, dibalikkannya tubuhnya untuk pergi meninggalkan rumah itu.

"Tunggu sebentar." Teriak seseorang dari dalam, tapi sayang, telinga Kakashi tak menangkap suara itu dengan jelas, dia hanya memberhentikan langkahnya, tanpa berbalik.

CLEK…

"Mencari siapa ya?" suara seorang laki-laki langsung menyapa pendengaran Kakashi setelah terdengar bunyi pintu di buka.

"Apa benar ini rumah… IRUKA!" Mata hitam Kakashi seolah terlihat tak percaya, tubuhnya serasa gemetar saat dia berbalik dan dilihatnya seseorang yang selama ini mati-matian dicari dan di rindukannya.

"Kaka~"

BRUAK….

Mata Kakashi mengedip beberapa kali saat dia menyadari pintu kayu itu di tututp dengan berutal oleh laki-laki yang memiliki bekas luka dihidunganya itu. sepersekian detik, Kakashi baru menyadari kalau dia tak bermimpi, yang dilihatnnya tadi benar-benar Iruka.

"IRUKA…, BUKA PINTUNYA…," Teriak Kakashi dari luar rumah itu, Iruka masih berusaha mendorong pintu yang didobrak paksa oleh Kakashi.

"OI~ INI AKU, IRUKA. AKU KAKASHI."

"PERGI KAU, UCHIHA BRENGSEK." Hardik Iruka dari dalam, Naruto yang baru saja selesai dari kamar kecil, melihat Iruka dengan pandangan heran, sekaligus suara teriakan dari luar rumahnya yang menjerit memanggil Iruka.

"Paman? Siapa?" Tanya Naruto bingung.

"Tidak ada, ayo pergi." Saat Iruka menyeret Naruto untuk menjauh dari pintu itu, Naruto yang memang penasaran, membuka pintu itu dengan cepat, agar pamannya tak dapat mencegahnya.

"Kakashi-san." Kejut Naruto, mata biru itu tak percaya sama sekali saat dilihatnya Kakashi berdiri didepan pintu rumahnya denga napas memburu dan wajah terlihat kesakitan. Karena berusaha mendobrak pintu rumah itu, dia merasa nyeri di kedua bahu dan lengannya.

"…"

Kakashi tak menjawab, dia malah masuk kedalam rumah itu dengan memaksa, mendapatkan Iruka yang mengutuk Naruto dengan kebodohannya. Dengan cepat laki-laki berambut silver itu memeluk Iruka, sampai yang dipeluk merasa sekujur tubuhnya remuk. Sedangkan Naruto cengok dengan perasaan iri.

"Akhirnya aku menemukanmu, Iruka." Bisik Kakashi, ditenggelamkannya wajahnya di tengkuk Iruka, menghirup aroma Iruka yang sangat dirindukannya itu.

"Pergi…!" perintah Iruka dingin. Kakashi menggeleng.

"Pergi, Kakashi. AKU BILANG PERGI…!" Iruka melepaskan pelukan Kakashi dengan cara menyentaknya. Membuat Kakashi terkejut mendapatkan perlakuan kasar itu, dan perasaan aneh dari Naruto.

"Iruka? Kenapa?"

"Pergi…! Jangan buat aku harus mengulangi perkataanku beberapa kali, Kakashi."

Mata biru Naruto terlihat memandang Iruka dan Kakashi bergantian. 'jadi benar, Kakashi-san. Kekasih paman Iruka?' batin pemuda itu.

"Aku membatalkan pertunangan iru, mencarimu selama 3 tahun ini, menghabiskan semua waktuku. Hanya mendapatkan perkataaan menyakitkan begini darimu?" Kakashi tetap tak mengalihkan pandangannya dari Iruka.

"Kau membatalkan pertunangan itu?" Tanya Iruka penasaran. Karena itulah dia sekarang berusaha membuat Kakashi menjauhinya, karena dia berfikir Kakashi sudah menikah dan mungkin sudah punya anak.

Kakashi menganguk. Iruka tersenyum melihatnya, dia senang bahkan sangat senang dengan jawaban itu.

"Maka dari itu, tolong biarkan aku memelukmu." Kakashi mendeki Iruka berlahan, tapi yang didapatkan Kakashi adalah sebuah kehangatan di tubuhnya secara tiba-tiba. Iruka memeluknya.

"Aku merindukanmu juga." Ujar Iruka sambil terisak

.

.

.

"Nah Kakashi-san, ada apa kau kemari, jangan bilang hanya ingin bertemu dengan pamanku saja." Ujar Naruto mana tak sewot, kalau kau melihat sudah lebih 1 jam Kakashi datang kerumahnya dan bertengkar dengan pamannya. Sekarang Hattake… Ups, Uchiha satu ini tak henti-hentinya mengubar kemesraan dengan paman-satu-satunya itu didepan matanya.

"Itachi ingin kau kembali ke Konoha."

"Kembali?" Tanda Tanya besar menggantung diujung kalimat Naruto, dia merasa kejanggalan dengan kata-kata 'kembali' tadi.

"Iya, dia memohon padaku untuk membawamu kembali, setelah apa yang terjadi dengan Sasuke?"

"Kenapa dengannya?" Tanya Naruto sedikit mendesak, perasaan khawatir melikupi perasaan Naruto saat ini, Iruka hanya mendengarkan dialog itu tanpa ikut campur didalamnya.

"Sasuke berubah semenjak kau meninggalkannya, 3 bulan yang lalu, Itachi mengalami kecelakaan, dan

Sekarang dia menyuruhku menemuimu, agar aku bisa membawamu kembali ke Konoha."
"Bisakah aku mempercayai ini?"

"Cobalah." Iruka berdiri dari duduknya menggenggam telapak tangan keponakannya itu. "Jangan berfikir Negatif terus tentang hmmm, siapa namanya? Itachi? Yah~ Itachi"

TOK… TOK.

Ke-6 pasang mata itu melihat pintu kayu ruang tamu kediaman itu terbuka lebar, menapakkan seorang perempuan berambut merah dan laki-laki berambut pirang masuk secara bersama.

"Kami pulang, Naruto… Eh, ada tamu." Ujar perempuan itu, dan itu adalah ibu Naruto 'Kushina'. Minato yang tadinya mengunci pintu rumahnya itu memandang kearah tamu yang dimaksud Kushina. Hitam Kakashi menatap Biru Minato.

"Kakashi-san!" kejut Minato.

"Malam, nyonya Uzumaki." Sapa Kakashi lembut pada Kushina. Kushina menunduk memberi salam balasan pada Kakashi.

"Ada apa anda datang kesini, Kakashi-san?"

"Menjemput kalian, untuk kembali ke Konoha." Mata kedua suami istri itu saling bertemu memandang dengan aneh kearah Kakashi.

"Dia datang kemari untuk membawa kalian kembali ke Konoha, Kushina."

"Dan kau tentunya, Iruka." Sambung Kakashi, sambil memeluk pinggang Iruka dari samping.

Kushina cengok setengah mati. Sedangkan Minato menatap KakaIru itu pandangan aneh.

"Saya, Uchiha Kakashi, salam kenal. Nyonya Uzumaki Kushina." Kushina mengedipkan beberapa kali matanya. Memandang bergantian kearah Kakashi dan Iruka.

"Kau masih ingat Uchiha yang aku katakan padamu? Dia Uchiha itu." terang Iruka, memberikan jawaban pada pertanyaan adinya yang tak terucap itu.

"APA?" Kushina menutup mulutnya dengan telapak tangan, tak percaya kalau akhirnya Uchiha yang membuat kakaknya tenggelam dalam kesedihan kembali ke tengah-tengah kehidupanya dan kakak.

"Itachi memintaku untuk membawa kalian kembali, maafkan semua yang dilakukannya pada kalian sekeluarga, aku menyesalkan kelakuannya pada kalian, aku memang tak becus mendidik mereka sebagai paman yang baik." Dari seluruh yang ada, Minato lah yang paling terkejut. Kalau Naruto, dia sudah mendengar penjelasan itu dari Kakashi, dan Kushina sendiri sama sekali tak mengenal Kakashi.

"Tolong, kembalilah, setidaknya izinkan aku membawa anak pirang ini, dan laki-laki Uzumaki ini bersamaku." Kushina mendekat, dipeluknya Kakashi erat.

"Aku mengizinkannya, tapi jaga Anak dan Kakakku." Ujar Kushina menangis. Sebenarnya Minato lumayan cemburu, tapi toh seberapa keren-pun Uchiha Minato tetap berfikir posotif kalau dia lebih keren dari seluruh laki-laki di dunia dimata istri tercintanya (A/N. berfikir positif atau narsis pak?)

Setelah mendapatkan izin dari satu-satunya perempuan sekaligus Uzumaki didalam rumah itu, Kakashi berpamitan dan mebawa kedua laki-laki itu bersamanya.

"Kami akan menyusulmu besok." Teriak Minato

(-^Thy^-)

Itachi melihat Naruto yang menuduk kearahnya, mata hitam itu melihat Naruto dengan padangan teduh.

"Kemarilah!" perintahnya, dengan takut, Naruto mendekat kearah Itachi, dia mendaptkan tepukan lembut dan elusan di kepala pirangnya dari Itachi, "Terima kasih kau sudah datang, dan… maafkan semua yang aku perbuat pada keluargamu, Naruto." Ucap Itachi. Laut Naruto menemukan Onyx Itachi yang memandangnya.

"I-iya." Ujar Naruto takut.

"Sekarang temui dia. Katakan kalau aku minta maaf padanya. Dia sangat merindukanmu." Naruto tersenyum ceria, dan langsung meninggalkan Itachi dengan perasaan senang dan riang, langkahnya terlihat tergesa-gesa menemui orang yang selama ini sangat dirindukannya.

Perhatian Itachi pada Naruto teralih pada Kakashi dan seorang laki-laki disebelahnya.

"Siapa dia?"

"Aku Uzumaki Iruka paman Naruto…"

"Sekaligus kekasihku." Tambah Kakashi santai. Hitam Itachi lumayan melebar sesaat, tapi kembali menatap Kakashi dengan padangan senduh dan teduh.

"Kau juga menyukai Uzumaki.?"
"Aku saja baru tahu kalau dia juga Uzumaki." Jawab Kakashi sewot, memang selama bersama Iruka, laki-laki itu tak pernah memberi tahu nama keluarganya.

"Kau saja yang bodoh, sudah aku bilang, kau memang tak pantas jadi Uchiha." Cela Itachi, dan membuat dia tertawa sendiri karena perkataannya barusan. Melihat Itachi tertawa lepas sepeti itu mebuat Kakashi ikut tertawa dan kebingungan pada Iruka 'Mereka kenapa sih?' batinnya.

"Bagai mana keadaanmu?" Tanya Iruka sekedar berbasa-basi. Bukan karena ingin dekat, tapi memang sifat Iruka yang lembut membuatnya kahwatir dengan keadan Itachi yang terlihat tak baik.

"Aku tak apa-apa, paman." Jawab Itachi seadanya.

"Sekarang kau terlihat lebih manis, Itachi." Itachi menyeringai mendapatkan pujian dari Kakashi itu.

"Kau tak suka, aku memanggilnya paman?"

"Aku? Suka kok."

"Jangan menjahili Itachi lagi, Kakashi." Plotot Iruka pada kekasihnya itu.

"Aku ingin ketempat Sasuke." Saat Kakashi ingin melangkah, tangan Itachi menarik pergelangan Kakashi.

"Biarkan mereka berdua dulu. Jangan menjadi pengganggu. Nah… mulai sekarang aku serahkan Uchiha padamu." Kakashi tersenyum penuh arti kearah Itachi.

"Baiklah, setidaknya apa yang aku inginkan sudah kudapatkan." Ujar Kakashi sambil memeluk Iruka. Membuat orang yang dipeluk merona.

"Sakura." Desis Itachi, entah kenapa melihat pamannya dan Iruka, mengingatkannya pada gadis itu.

.

.

.

(-^Thy^-)

"Dobe."

Sasuke menyender pada kunsen jendela ruangan kerjanya. Membuat angin siang itu menghembus dan membelai wajah tak bercacat itu.

"Aku merindukanmu, sungguh." Matanya serasa berkunang. Sebuah gelas berisi vocad terlihat di tangan kanan Sasuke, memutarnya melawat arah jarum jam. Pengaruh minuman itu membuat kesadaran Sasuke berlahan menghilang. Di lihatnya isi kota Oto dari ruangan bertingkat itu. yah, mension Uchiha berada di atas bukit yang jauh dari keramaiann, tapi tetap saja, saat kau berada di tempat seperti itu dan berada di dalam mension yang seperti gedung hotel berbintang dengan 2 tingkatan itu, kau pasti akan melihat pemandangan kota dari sana. Apa lagi tempat kerja Sasuke berada di lantai dua mension itu.

Dasi Hitam Sasuke menari lembut ditiup oleh angin siang kota Oto. Kemeja kerja berwarna putih itu digulung selengan dan dibukanya dua kancing teratas kemajah itu untuk membuat lehernya sedikit rileks.

"Dobe."

"Teme!"

Sasuke berfikir, ini pasti akibat pengaruh minuman ditangannya sekarang membuatnya berhalusinasi tentang suara pemuda pirang itu.

BRUK..

"Teme!" Sasuke merasa punggungnya menghangat. Dengan sedikit memaksa diputarnya tubuh itu, dan melihat seorang pemuda berambut pirang tersenyum kearahnya.

"Naruto?"

"Aku kembali, Sasuke." Ujarnya. Alangkah terkejutnya Sasuke, bahkan dia merasa sesak didadanya saat pemuda itu tersenyum. Tak ada ba-bi-bu lagi bahkan pelukan hangat pun tidak. Sasuke menyerang bibir Naruto. Memastikan kalau pemuda itu benar Naruto.

Naruto terasa sengatan di ulu hatinya saat tiba-tiba saja mendapatkan serangan mendadak seperti itu. sengatan itu turun keperutnya dan membuat sensasi tersendiri disana. Sasuke semakin menekan ciuman itu, tak perduli kalau Naruto mengerang sambil menggapai bahu Sasuke agar pemuda itu melepaskan pagutannya.

"Kau gila, aku hampir mati, Sasuke." Teriak Naruto. Saat ciuman itu terputus

"Aku atak akan membiarkanmu mati sendiri Naruto, karena aku akan ikut bersamamu."

"Aku rindu kau, Teme."

"Aku juga."

Lagi-lagi ciuman itu berlangsung, tanpa sadar kalau mereka sedang di tonton 3 makhluk super Gaje yang cekikikan tak jelas dari balik cela pintu kerja Sasuke. Yaitu. Kakashi, Iruka dan Itachi, dan satu lagi pemuda berambut panjang yang menggeleng heran pada atasannya 'Itachi Uchiha' yang sudah berubah profesi dari makhluk dingin penuh ambisi jadi pemuda mesum tukang ngintip. (Author dibunuh Itachi).

"HAH~ tak aku sangkah mereka berbahaya juga." Ucap Neji, sambil menarik napas panjang.

"Buat iri saja nih." Komentar Kakashi saat mengintip.

"Berisik." Kali ini Itachi yang memberi komentar dan mendapatkan anggukan setujuh dari Iruka (cepat juga akrabnya Iruka ama Itachi) *Mugi di death glare Kakashi*

.

.

.

Hari ini kediaman Uchiha mengadakan pesta besar-besaran atas kembalinya Kakashi menjabat sebagai keluarga sekaligus kepala Uchiha. Pesta itu dihadiri 10000 lebih tamu dari lima Negara besar (A/N: Gede amat kediaman Uchiha), dan tak terkecuali teman-teman kampus Naruto.

"Naruto!" sapa Lee penuh semangat. Naruto yang tadinya asik berjalan sendiri di tengah-tengah pesta itu karena mencari akan bungsu Uchiha, Sasuke Uchiha itu berhenti, melihat teman-temannya yang berkumpul, teman-temannya yang sudah lama tak dilihatnnya.

"Hey…! Pa kabar Bro." Naruto memeluk Lee erat. Dilihatnya Kiba, Shikamaru, Gaara, Sai, dan para senpai yang melambai padanya.

"Akhirnya berakhir bahagia ya, Naruto." Ucap Sasori.

"Hmm, dan itu yang aku harapkan."

"Tunggu sebentar ya, aku mau menelpon temanku dulu." Naruto pamit meninggalkan teman-temannya, di pencetnya keypet ponselnya dan menunggu jawaban dari seberang sana.

Tit…

"Kau dimana?"

"Masih dijalan."

"Cepat kemari, acara mau dimuali nih."

.

.

.

Di beranda kediaman Uchiha terlihat dua orang kakak beradik yang hampir memiliki perawakan yang sama memandang lurus ke luar. Langit malam itu. hanya suara binatang malam saja yang terdengar dan samar suara riuh dari dalam kediaman mereka.

"Lama tak seperti ini ya, Sasuke."

"Hn."

"Semenjak kematian Otousan dan Okaasan, kau lebih sibuk sendiri, akupun juga jadi gak ada waktu untuk bicara seperti ini berdua, sebagai keluarga."

"Kau yang terlalu sibuk, aku sih, gak." Ucap sang adik.

"Kau bahagia sekarang?"

"Sangat."

"Aku senang mendengarnya."

"Terima kasih Aniki." Onyx kedua Uchiha itu beradu. Memperlihatkan ketulusan didalamnya.

"Sudah seharusnya. Andai dia ada disini."

"Sakura?" Itachi mengangguk saat adiknya itu menyebutkan nama wanita yang di sukainya itu."Kau menyukainnya?"

"Begitulah." Jawab Itachi, sambil melihat kearah langit gelap.

"Acara akan segera di mulai, ayo kesana."

"Apa kau percaya kalau dia Uchiha." Lagi-lagi Sasuke melihat Onyx sang kakak. Awal mulanya saat Kakashi menjelaskan kalau dia adalah paman Itachi dan Sasuke, anak bungsu itu shock berat, tapi akhirnya dia percaya hal itu. yah~walau sedikit, Kakashi mempunyai etika Uchiha di dalam dirinya.

"Sangat, bahkan aku bersyukur dia datang disaat yang tepat." Kata Sasuke sambil berlalu meninggalkan Itachi yang berada sendiri di balkon itu.

(-^Thy^-)

Sudah pukul 11 malam, suasana di kediaman Uchiha bukannya semakin surut malah semakin ramai. terlihat berpasang laki-laki dan perempuan yang berdansa mengikuti alunan music clasik.

Naruto masih asik bicara dengan teman-teman kampusnya diikuti oleh Sasuke yang terlihat sudah diterima dengan baik oleh teman-teman Naruto. Kushina dan Minato yang asik bicara dengan Iruka dan Kakashi yang masih terlihat mesra, dan Itachi yang terlihat berbincang dengan teman-teman bisnisnya.

Rington ponsel Naruto berbunyi, lumayan mengundang beberapa pasang mata yang kebetulan mendengar rington itu. dengan tergesa dia berjalan menjauh dari rombongan teman-temannya dan Sasuke.

"Kau dimana sekarang? Kenapa lama sekali?"

"Di depan mension nih, aku takut masuk."

"Kau begitu aku yang jemput."

Dan dengan begitu, Naruto memutuskan sambungan telponnya.

.

.

.

Sasuke berputa-putar di area pesta malam itu, dia kehilangan Dobe-pirangnnya itu dari tadi. Saat menghampiri Kakashi dan Iruka yang terlihat masih asik mengobrol dengan pasangan MinaKushi itu, dan ada Itachi diantara mereka, dia hanya mendapakan gelengan dari mereka ber-5 tanda kalau mereka tak tahu keberadaan Naruto.

"Itachi-nii, aku punya hadiah untukmu." Naruto memandang ke-5 orang itu bergantian dan seseorang yang merengut kearahnya.

"Kau kemana saja dobe?"

"Menjemput hadiah Itachi-nii." Jawab Naruto asal. Itachi menautkan alisnya.

"Hadia untukku? Apa?" Naruto bergeser ke samping Sasuke, dan dari belakang Naruto terlihat gadis berambut pink dengan gaun hitamnya. Tersenyum kearah Itachi.

"Apa kabar, Itachi-sama?" sapa perempuan itu.

"Sakura!"

"Boleh aku ikut gabung untuk berpesta." Tanya Saskura hati-hati. Itachi mengangguk sambil tersenyum.

"Hay Sakura, lama tak bertemu." Kushina mendekati Sakura "Kau tambah cantik, sungguh!"

"Terima kasih, bibi." Dan jadilah Sakura yang ikutan gabung menikmati pesta malam itu.

"Mau berdansa denganku, Dobe?"
"Malas…"

"Kau harus mau Dobe." Sasuke menarik tangan Naruto paksa, membuat mereka jadi tontonan beribu pasang mata disana. Dan diikuti Iruka dan Kakashi yang juga ikut berdansan, membuat respon yang sama di sekeliling mereka ketika melihat dua laki-laki Uchiha berdasa bersama laki-laki manis.

"Mau berdansa denganku, Sakura." Itachi mengulurkan tangannya dan langsung disambut dengan seulas senyum simpul dari bibir Sakura.

"Baiklah."

Minato melihat mereka semua dengan senyuman lembutnya memeluk sang istri dari belakang.

"Aku senang, akhirnya berakhir bahagia. Kushina."

"Akupun juga."

.

.

"Dobe, aku mencitaimu."

"Aku juga, sangat."

.

.

.

"Iruka aku Mencintaimu, mau jadi hmmmm. Istri ah~ suami~ ah… pendamping hidupku." Iruka terkikih saat dia melihat Kakashi salah memilih kata-kata.

"Hn, Pasti."

.

.

"Sakura, kau mau jadi kekasihku?" Sakura merona saat tangan Itachi melingkar di pinggangnya dan berbisik dengan mesra di telinganya.

"Apa aku berani menolak perintah anda, Itachi-sama?"

"Kali ini kau boleh memilih."

"Aku memilih 'Iya'"

Dan Cuma 3 pasang itu saja yang berdansa, sedangkan yang lain memilih untuk bertepuk tangan riuh melihat 3 pasang itu berdansa sangat romantic.

"Semua selesai, Un. Aku bahagia rasanya un, mau nangis lihatnnya."

"Bodoh." Ucap Konan sambil menjitak kepala Deidara.

"Thanks kami-sama, akhirnya cintaku berakhir bahagia." Batin Naruto.

.

.

(-^Thy^-)

Rantai Itu Akhirnya Terlepas. Meninggalkan kebahagian tak terduga untukku. Sebuah Kebahagian mutlak tak ternilai yang selalu mempenjarakanku itu menghilang. Dan berubah menjadi perasaan cinta.

.

.

.

End

*nari gaje*

Akhirnya selesai, ampe pegal nulisnya. Endingnya gak banget ya. maaf yang kecewa.

TERIMA KASIH BANYAK YANG SUDAH MEREPYU FIC INI…..*Peluki minna-san semua.*

Makasih juga yang sudah berpatisifasi dan menyemangati saja menyelesaikan fic ini.

Jangan bosan repyu fic-fic Mugi ya ^^