Lhyn apdet! Maaf untuk keterlambatan mengapdet ini, N' TERIMAKASIH banyak untuk yang telah setiamenunggu dan menagih Lhyn untuk melanjutkan Fic ini, Give Thankx s To : sunflower-chan, Haura, Ayano Hatake, Masahiro 'Night' Seiran, Cendy Hoseki, KataokaFidy, gieyoungkyu, Norikonori-chan, Namikaze 'cherry' Hatake, NaMIKAze Nara, NaraHatake, Uchiha Athena, Merai Alixya Kudo, NaRa'UzWa', Uchiha Sakura97, Enny Love ShikaIno, Nanairo zoacha gak login, vaneela, Rizu Hatake-hime, cielheart ie'chan, Nara Aiko, chrysothemis.

Naruto : Masashi Kishimoto

Event Summer : Lhyn Hatake

Warning : Gaje, aneh. Memualkan, bikin eneg, typo (Not Edited), dll yang bikin Fic ini jauh dari kata sempurna. So, Kritik, saran, concrit, Flame dan lain-lain selalu Lhyn Terima.

00Lhyn00

Shikamaru kembali menenggak bir dalam kaleng digenggamannya, sesekali remasan kuatnya pada kaleng menimbulkan derak kecil dari si kaleng malang hingga perlahan kaleng itu pun mulai penyok. Tapi dia tidak peduli, bahkan bila seluruh kaleng bir di dunia ini penyok sekali pun dia tidak peduli. Sesuatu yang merepotkan tengah bergolak di dadanya, bergolak kuat hingga rasanya dia ingin mematahkan rahang seseorang berwajah pucat.

Shikamaru menenggak sisa terakhir isi kalengnya dan melempar kaleng itu ke tong sampah begitu saja. Mata onyxnya belum lepas dari sosok blonde yang masih tampak salah tingkah, tangannya meraih kaleng utuh yang lain di depannya dan kembali membukanya…

'Crak.'

Dan mulai meminumnya lagi.

"Kau bisa mabuk kalau terlalu banyak minum Shika."

Ah! Akhirnya, kalimat pertama yang telah ditunggunya selama dua jam dalam keheningan muncul juga. Shikamaru menyeringgai tipis. "Ini rumahku Ino, aku bisa melakukan apapun disini."

"Apa maksudmu?" Tanya Ino dalam nada tersinggung dan wajah yang tiba-tiba saja tampak memerah, marah.

'Marah? Tch! Seharusnya akulah yang marah,' Keluh Shikamaru dalam hati. "Tidak ada," katanya singkat.

"Oh, jadi karena ini rumahmu maka aku tak bisa melakukan apapun disini?" Gadis itu bangkit dari duduknya disofa didepan televisi.

Shikamaru masih duduk tenang mengenggam kaleng birnya, onyxnya mengawasi dengan intens setiap pergerakan gadis itu, tak mau barang melepas sedikit pun. "Aku tidak mengatakan itu," katanya mencoba sedatar mungkin. Hah! Sial! Rasanya dia benar-benar ingin mematahkan rahang seseorang!.

"Aku tidak melakukan apapun dengannya, Shika… dia hanya mengunjungiku karena dia ada pameran lukisan di sini," gadis itu tampak bersusah payah menahan gemetar suaranya.

'Tch! Hanya Mengunjungi? Plus chipika-chipiki dan sebuah pelukan mesra? Yang benar saja!.' Dia kembali meruntuk. "Aku tak mau repot-repot memikirkannya. Hanya saja lain kali cobalah untuk mencari tempat lain untuk berkencan," katanya datar meski remasan tangannya di kaleng itu mengatakan lain. Dia bangkit dengan cepat dan kembali melempar kaleng yang belum kosong itu ketempat sampah.

"Aku tidak berkencan Shika! Bisakah otak jeniusmu itu berhenti berspekulasi tentang hal yang belum tentu benar? Kau mencurigaiku terlalu jauh!" Ino berkata cepat, tampak sekali gadis itu telah terbawa emosi sekarang.

"Tidak!" Kata Shikamaru sedikit lebih keras dari nada datarnya. Dia mulai tak tahan. Mata onyxnya perlahan menyapu wajah gadis itu. Merah. Marah. Hah! Marah? Kenapa? Karena ketahuan berselingkuh tepat didepan matanya?

"Cukup Shika. Tak ada apapun antara aku dan Sai—"

"Yah, Kecuali bahwa dua orang mantan kekasih saling berpelukan, mugkin berusaha merajut kembali cinta lama mereka!" Kata Shika tajam. Emosinya meledak! Benar-benar meledak saat gadis itu lagi-lagi menyebut nama si wajah pucat itu.

"SHIKA HENTIKAN!" Ino hampir menjerit. "Aku tahu kau cemburu tapi kau keterlaluan!" mata aquamarinenya menatap tajam onyx pria yang terbakar emosi itu.

"BAIKLAH! Aku akan berhenti! Aku mau tidur!" Shikamaru beranjak, dia tak tahan menatap mata itu, rasanya begitu takut kalau-kalau dia melihat kebohongan didalamnya. Bagaimanapun juga dia memang cemburu, tapi apa salahnya cemburu saat melihat kekasihnya melakukan hal 'Mesra' dengan pria lain di apartementnya? Apa salahnya dia merasa benci, dia merasa sakit, dan dia merasa takut melihat hal itu?.

Kali ini Shika benar-benar menetapkan hatinya pada gadis itu, dia tak mau lagi kehilangan gadis itu, tidak sebagai sahabat, tidak juga sebagai kekasih. Gadis itu hanya miliknya. SIAL!. Dia benar-benar harus pergi dari gadis itu sebelum kontrolnya hilang.

"Tidak Shika kita belum selesai!" Dengan cepat Ino meraih tangan besar pria itu.

Shikamaru berbalik, dan mata onyxnya kembali menyapu wajah cantik gadis didepannya. "Ada yang lain?" katanya datar.

"Tidak bisakah kau percaya padaku? Aku tahu kau tidak terlalu menyukainya, tapi dia pria yang baik, dia tak seburuk yang kau kira dia tidak akan merebut gadis yang telah jadi milik pria lain dan aku mencintaimu Shika, tak bisakah kau percaya padaku Shika?" Gadis itu menatap Shikamaru dengan sedikit basah.

Shikamaru mengernyit, ada sesuatu yang menganggu di pandangan gadis itu. Kekecewaan, seakan gadis itu kecewa, kecewa dengan sikapnyakah? Tapi.. "Entahlah Ino, aku tak menyukai perasaan serumit ini," Shikamaru mengulurkan tangannya, mengusap pelan rambut pirang gadis itu. Berharap gadis itu mengerti perasaannya, berharap gadis itu bisa mengajarinya mengatasi perasaannya.

Ino melangkah maju. Memperpendek jarak diantara mereka. "Kau percaya padaku kan?" Tanya gadis itu, Blue Oceannya menatap Onyx Shika, mencoba mencari-cari dengan hatinya kebenaran akan perasaan pria itu. Sementara sebelah tangan gadis itu menyentuh pipi Shikamaru.

"Ck, Merepotkan." Gumam Shikamaru, sejenak kemudian perasaannya berubah melega. Tatapan Ino yang terasa hangat, sentuhan tangan gadis itu terasa menenangkan syaraf otaknya yang sekian jam terasa tegang. Dan setelah ketegangan syarafnya menghilang, kini kelonggaran otot perutnya yang terasa tak nyaman.

Di lihatnya senyum mengembang di wajah gadisnya yang serta-merta membawa senyum bagi dirinya pula.

"Dasar pemalas." Gumam Ino.

"Ayo kita makan."

00Lhyn00

Malam tampak temaram diantara lautan pasir kota itu, sinar-sinar yang meredup tenggelam dalam warna pasir yang alami serta angin dingin yang terasa kering member kesan istimewa tersendiri bagi tanah Suna. Tak banyak gadung-gedung tinggi di kawasan tengah kota, sepanjang jalan yang terlihat hanya bangunan-bangunan kecil berlantai dua atau maksimal berlantai tiga, sementara hanya beberapa jenis pohon yang ditanam di sepanjang jalanan Suna seperti kelapa dan kurma.

Setidaknya kota Suna membuktikan segala keindahannya dalam kekurangannya, kesan kharismatik yang terbawa dalam pendar orange di horizon langit, serta kegelapan penuh bintang diatasnya.

Ino berdecak kagum. Ini kali pertamanya dia benar-benar menikmati pemandangan alam Suna. Dan Shikamaru, pria yang kini menjadi penuntun jalan bagi gadis itu cukup mendecakkan kekagumannya pada sosok cantik berbalut dress hijau selutut dengan obi biru yang tampak indah membalut gemulai tubuh Ino.

Rasanya masih kemarin dia hanya mampu memandang kecantikan gemuyu ayu sosok Ino dalam fikirannya, menatap rindu selembar potret yang setia mengisi dompetnya. Masih kemarin saat dia mencoba merayap-rayap sisi hatinya, mencari sampai kesisa-sisa terkecil dalam dada kecilnya sebuah kehangatan akan Gadis itu.

Dan kini, sosok itu ada didekatnya. Menyebarkan aroma chrysanthemum yang menjadi addictive bagi penciumannya, menguarkan kehangatan yang nyaman bagi setiap sel tubuhnya. Dan tersenyum pada kemalangannya sendiri yang begitu haus akan Ino, Shikamaru menarik tubuh gadis itu mendekat. Melingkarkan tangannya di pinggang ramping Ino dan berjalan sejajar dengan gadisnya.

Sedikit gugup dengan perlakuan Shikamaru yang 'tiba-tiba mesra' Ino mengikuti langkah pria itu memasuki sebuah pintu kaca besar didepannya, dan sesaat kemudian tubuhnya terasa membeku dalam takjub pada apa yang ada didepannya.

Meski dari luar restorant itu hanya tampak sebagai bangunan kecil yang tak istimewa, namun kali tatanan ruang bak didalam gua dengan granit-granit yang mengantung di langit tampak bersinar memantulkan cahaya keemasan dari lilin-lilin warna-warni di meja dibawahnya. Dinding-dinding pasir cat gradasi kuning ke hijau, serta tanaman rambat yang meliuk-liuk sepanjang dinding membuat Ino hampir benar-benar tenggelam dalam pesonanya jika Shikamaru tidak menyadarkannyaa dalam bisikan halus.

"Kau suka?"

Tak perlu nada dalam kata atau gerak mengangguk dari Ino untuk memberi tahu Shikamaru jawabannya. Cukup dalam pandangan penuh kekaguman dan senyum yang mengembang dibibirnya.

Shikamaru tersenyum puas, kemudian membawa gadis itu melangkah lebih jauh memasuki romantisme yang lebih dalam.

Tak ada yang berubah dalam kebersamaan mereka, Ino tetap menjadi pilar-pilar penyangga yang menghidupkan suasana sementara Shikamaru dengan tenang menjadi dinding yang mendengarkan. Setiap kata begitu familiar di telinga, setiap gerakkan begitu hangat. Onyx menatap, menggingat setiap apa yang terpancar dari Ino, mendengarkan celoteh panjang Ino tentang kekaguman gadis itu pada tempat ini yang merambat pada perbaikan gedung kampus berangsur menjadi gossip-gossip hangatnya dan terakhir pada kerinduannya pada sosok Shikamaru.

"…rasanya aneh kau tiba-tiba hilang dari kehidupanku. Bahkan aku dan Chouji lebih sering duduk di atap menatap awan." Keluh Ino di akhir kalimatnya.

00TBC00

00Lhyn00

Sedikit kabar (curcol juga) : Lhyn akan hiatus untuk beberapa waktu, karena kebodohan Lhyn yang sok-sok'an ngutak-atik lepty, seluruh file di draft H lepty Lhyn ilang, chaps 2 ini bukan yang terbaru karena yang terbaru udah ilang, file ini Lhyn ngais-ngais di bagian Recycle Bin. Jadi maaf kalo mengecewakan.

Besok Lhyn apdet Love hater –terakhir apdet sebelum hiatus- yang juga Lhyn kais-kais di recycle bin. Sekarang fic itu masih di edit temen lhyn. Lhyn sendiri pengen muntah tiap liat lepty. Gomen.

Bye

Sampe jumpa…..tapi Rifyu tetep Lhyn tunggu