Shounen Heart

.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

.

AU, Gaje, over dosis OOC, bahasa campur aduk, semuanya diblender jadi satu!

Just for fun


Pagi itu seorang pemuda berambut hitam panjang, bermarga Uchiha, hanya bisa menenggelamkan wajah di lengannya saja. Sesekali ia mengacak-acak rambutnya dengan frustasi. Tak tahu apa yang harus ia lakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya saat ini.

"Kenapa lo, Itachi?" sapa seekor (sengaja) siswa bernama Kisame sambil menepuk pelan bahu temannya itu. Orang yang dipanggil Itachi, mengangkat wajahnya.

"Ada apa sih? Lo sakit? Atau ada masalah? Cerita kek ke kita. Kali aja kita bisa bantu!" sambung siswa blonde yang namanya terkenal di mading sekolah akibat gendernya yang diragukan, Deidara.

"Haaah…" sang Uchiha menghela nafas. "Malam ini ada pesta perayaan adik gue yang lulus kuliah kedokteran di Sunagakure.." ujar Itachi.

"Pesta? Waah..kita diundang juga kan?" seru Kakuzu girang. Itachi hanya mengangguk.

"Heee…emangnya Itachi punya adik gitu? Gue kok gak tau ya?" siswa bernama Pein ikutan nimbrung. "Ho'oh, gue juga gak tau!" tambah Kisame.

Itachi mengaduk-aduk tas sekolahnya dan memamerkan foto adik kebanggaannya di atas meja. "Nih, foto adik gue! Namanya Sasuke!"

Semuanya langsung menyambar foto tersebut. Terlihat seorang anak laki-laki berkulit putih, berambut jabrik dengan ekspresi pengen nangis dan…telanjang dalam foto itu. Semuanya langsung sweatdropped.

"Itachi, gue emang tahu kalo lo tuh aneh. Tapi ini foto pas kapan? Masa adek lo yang udah lulus kuliah kedokteran masih segede Unyil gini?" sewot Pein pada Itachi yang memberikan foto adeknya pas masih balita. Rasanya seperti dikibulin aja gitu!

Itachi mendengus. "Gue emang punya satu foto itu doang! Lagian si Sasuke itu gak suka difoto. Udah beberapa tahun ini dia gak balik ke Konoha.."

Konan menyambar foto Sasuke yang sedang dipegang sama Pein itu. "Adek lo ini…cakep ya, Itachi!"

"Ah, tapi entah kenapa wajahnya kok agak-agak songong gitu ya?" Deidara garuk-garuk kepala. Rasanya ia punya feeling gak enak sama adeknya si Itachi ini. Apakah ia akan dibunuh olehnya?

"Terus..bukannya lo mestinya senang adek lo pulang lagi ke Konoha? Kok malah murung?" tanya Kisame.

Itachi menenggelamkan kembali wajahnya di lengan. "Bukan itu masalahnya!" katanya gusar.

"Pesta malam ini adalah perayaan Sasuke kembali..sekaligus…pesta perjodohan gueeee…" erang Itachi frustasi.

"APAAA? LO MAU DIJODOHIN?" sontak semuanya kaget. Itachi hanya bisa menganggukkan kepala tanpa mengangkat wajahnya.

"Gue gak mau dijodohiiin.." teriak Itachi sambil menghentak-hentakkan kakinya sebal.

Emangnya ini zaman Siti Nurbuaya apa, pake acara dijodoh-jodohin segala? Dia kan masih muda. Masih 18 tahun. Itachi masih ingin hidup bebas dan merdeka. Tidak mau terkekang bersama seseorang yang berlabel 'istri'. No way!

Terbayang di kepala Itachi, sosok yang akan dijodohkan dengannya adalah seorang wanita yang rambutnya dikepang dua dan memakai kacamata kuda super tebal yang bertengger di hidungnya. Atau lebih parah lagi, dia akan mendapatkan istri yang jahat, yang sering melakukan KDRT dan hobi menyiksa suami seperti di tv-tv itu. Gosh!

Makanya Itachi lebih memilih lahir di keluarga Sasori saja yang seorang petani, atau Kisame yang dari buyutnya menjadi seorang nelayan, atau Deidara yang Bapaknya tukang dagang petasan yang hidup di bawah garis kemiskinan itu daripada di keluarga Uchiha. Ya, hidup sederhana tapi bahagia.

Emangnya Sasori, Kisame dan Deidara bahagia gitu? Jawabannya adalah: TIDAK! Mereka malah berharap mereka itu terlahir di keluarga Uchiha yang kaya dan hidup di atas garis kemiskinan. Jadi anak angkat juga bolehlah!

"Ya, mau gimana lagi dong? Pasrah aja!" kata Pein yang sama sekali tidak memberikan jalan keluar. "Orang tua lo tuh pasti nyari cewek yang kalo gak cantik, pasti tajir!" ungkap Pein.

Itachi mendelik. "Emangnya lo mau kawin sama cewek yang tajir tapi keteknya bau?" solot Itachi.

"Y-ya, ketek bau udah dari sononya kali, Chi. Ngapain diungkit-ungkit lagi?" balas Pein ragu. Tergambar dengan jelas sekali di wajahnya kalau dia juga tidak yakin dengan jawabannya sendiri.

"Tapi hati-hati loh! Gadis jaman sekarang tuh pada agresif-agresif! Tahu-tahu aja mereka udah meluk kita dari belakang gitu," celetuk Sasori dengan pose memeluk diri sendiri. "Gimana kalo kita diperawanin coba?"

"Heh, ngaco!" Konan memukul pipi Sasori sampai memar.

"Ya, mungkin Itachi musti bawa cewek ke pesta itu.." gumam Kisame yang masih serius memperhatikan foto Sasuke. Dia masih penasaran, dimana letak kemiripan Itachi dan Sasuke.

Semua langsung melihat ke arah kisame. "Apa?"

"Lo bilang apa tadi?" tanya Deidara.

"Ung..gue bilang hari ini ada PR bab 6 Orochimaru sensei.." kata Kisame.

"Bukaaan! Sebelumnya!" tanya Deidara lagi.

"Mama, aku kencing di celana?" ulang Kisame.

"Kejauhaaan!"

"Mungkin Itachi musti bawa cewek ke pesta itu dan memperkenalkan cewek itu sebagai pacarnya Itachi ke Ayahnya.." jelas Kisame.

Ah, perasaan tadi Kisame gak ngomong kayak gini deh!

Deidara menjentikkan jarinya. "Nah, itu! Gimana, Itachi? Jarang-jarang ni anak ngasih ide yang brilian kayak gini~"

"Bener juga. Kalo Itachi bawa pacarnya ke pesta, Ayahnya kan gak bisa ngapa-ngapain tuh. Beres dah perkara!" ujar Sasori menggebu-gebu.

Itachi menopang dagunya. "Hmm..cewek ya? Tapi siapa?" gumamnya. Dia jadi semakin pusing dari sebelumnya. Selama ini Itachi gak pernah deket sama cewek manapun selain Ibunya sendiri-sindrom Sangkuriang.

Kalau…Konan? Nggak, nggak! Itachi ingat betul waktu pementasan drama tiga bulan yang lalu. Dimana Konan kebagian peran menjadi puteri tidur, sedangkan Itachi terpilih menjadi pangerannya. Malam sebelum pementasan, Itachi digebukkin habis-habisan sama si Pein sampai masuk rumah sakit. Dan tebaklah sendiri siapa yang mengambil alih peran sebagai pangeran. Si PEIN! Benar-benar luicuik! Emang dasar kampret tuh orang!

"Udah, pake si Deidara aja! Dia kalo didandanin cantik kok!" usul Pein dengan entengnya. Seolah memberi pinjam cangkul pada seorang petani untuk dipakai mencangkul di sawah.

"WOOOIII.." terang aja Deidara protes.

Ingin rasanya Itachi menimpuk kepala Pein dengan godam! Please deh. Secantik-cantiknya Deidara, sefeminim-feminimnya dia dan biarpun bodinya kayak vespa tahun 60-an, tetep aja Deidara tuh laki. Dan juga Itachi berani bersaksi kalau dia pernah melihat Deidara kencing sambil berdiri. Suatu hal yang mustajab dilakukan oleh kaum Hawa.

"Gue gak mau!" tegas itachi.

"Lha, terus sama siapa dong?" Kisame jadi ikutan bingung. Tenggang rasa maksudnya.

"Jangan bilang lo mau Konan…" Pein tersenyum horor. Bikin Itachi bergidik ngeri.

"NGGAK!" sahut Itachi cepat.

Brak!

"Ayo, ayo, semuanya duduk di tempat masing-masing.." rupanya Orochimaru sensei sudah masuk ke kelas. Semuanya buru-buru duduk. "Sekarang buka bab 7: Proses Membuat Anak.."

Itachi mulai membuka buku pelajarannya. Tapi Kisame yang duduk di sampingnya, menyikut gusinya sampai berdarah.

"Sakiiit begooo…" ringis Itachi sambil memegang mulutnya.

"So-sori, nggak sengaja!" sesalnya. "Pssstt…Itachi, Deidara udah setuju. Gak ada pilihan lain. Cuma coba-coba ini lah~" bisik Kisame. Itachi hanya bisa menghela nafas pasrah.

.

.

.

Pesta di kediaman Uchiha malam ini tampak mewah. Tamu-tamu kehormatan sudah berdatangan memberikan selamat pada Tuan Fugaku dan Nyonya Mikoto atas kesuksesan putera bungsu dan perjodohan putera sulung mereka. Sasuke, dia sedang dikerubungi oleh gadis-gadis di sisi ruangan. Sementara Putera Mahkota, Itachi, berdiri dengan tampang merana dan ekspresi tertekan di pojok ruangan. Memperhatikan orang-orang yang menurutnya sedang menari-nari di atas bangkai.

" Woaaah…rumahnya Itachi gede banget!"

"Tobi, jangan teriak-teriak kayak gitu! Keliatan katroknya banget sih! Kelamaan miskin sih, lo!"

Sebuah suara mengalihkan perhatian Itachi. Dia melihat ke sumber suara yang ternyata berasal dari pintu masuk.

Segerombolan pemuda berpakaian batik dengan motif awan merah yang 100% Itachi yakini adalah teman satu kelasnya, berjalan masuk semakin ke tengah ruangan. Buru-buru Itachi menghampiri dan menyeret paksa mereka ke pojok ruangan.

"Cieee…Itachi keren nih, pake jas!" Hidan menepuk-nepuk bahu Itachi.

"Lalu kalian sendiri? Ngapain pake kostum kayak gini?" tanya Itachi sebal.

Masa ke pesta pake batik sih? Emangnya mereka bapak-bapak darimana? Apa habis ini mereka mau nonton wayang golek? Ini benar-benar saltum alias salah kostum!

"Ya, itung-itung melestarikan budaya bangsa, Chi. Daripada diambil sama negara lain coba?" kata Pein.

"Eh, Itachi. Kita bisa langsung makan kan?" sela Kakuzu. Tujuan utamanya datang ke sini memang untuk makan-makan gratis. Suka deh sama yang gratisan!

Itachi menepuk jidatnya. Dia memang sudah membayangkan akan seperti ini jadinya kalau membawa teman-temannya ke sini. Apalagi si Tobi, jangan ditanya deh! Katroknya setengah mati! Sekarang dia lagi ngobok-ngobok air pancuran di tengah ruangan ini. Malu-maluin banget kan? Kalau bukan teman, Itachi pasti sudah mengikat dan mengurung mereka di gudang belakang/

"Jangan lupa pesenan si Itachi nih!" Sasori mendorong sosok Deidara yang kelihatannya udah 'diketok magic' ke arah Itachi.

Itachi terbengong. Stress mode: on. Rasanya ingin beranak di sini saja. Deidara dengan balutan gaun hitam pendek dan rambut pirang tergerai juga poni yang menghalangi sebagian wajahnya dengan alasan nutupin matanya yang bengkak gara-gara ketusuk sama maskara, berdiri dengan posisi gagah -garuk-garuk kaki- di hadapannya.

Ditambah lagi bahunya yang lebar itu ia tutupi dengan bulu-bulu yang dapat minjem dari seseorang yang katanya punya adik setengah siluman.

"Gak usah protes! Ini si Kakuzu yang dandanin!" gerutu Deidara.

Rupanya Kakuzu toh yang dandanin? Ya, apabila ada orang yang melakukan suatu hal yang bukan keahliannya, tunggulah kehancurannya!

"Ekhem, Zetsu gak dateng? Kemana dia?" Itachi lebih memilih menanyakan kabar Zetsu daripada komentar soal dandanan Deidara.

"Kalo si Zetsu sih ikut sama Ibunya ke kondangan. Tahu sendiri kan si Zetsu itu anak mami!" ujar kisame. Itachi hanya manggut-manggut.

.

.

"Tak kusangka, Fugaku yang dulunya sering nangis gara-gara ngompol di celana, punya rumah semewah ini…" seorang laki-laki paruh baya yang diketahui bernama Hyuuga Hiashi, menyindir sang Tuan rumah.

Fugaku tertawa kecil. " Kau juga. Kau yang dulu sering mengangkat-angkat rok anak perempuan di kelas, bisa juga punya perusahaan yang terkemuka kelas dunia.." Fugaku tidak mau kalah manguak aib teman masa kecilnya ini.

"Hahaha..tapi itu kan dulu!" Hiashi tertawa renyah. Mengingat begitu indahnya masa muda mereka saat itu.

"Ngomong-ngomong, yang namanya Itachi, puteramu itu yang mana? Wajar kan, aku ingin melihat wajah calon menantuku seperti apa!" tanya Hiashi penasaran.

"Tuh! Yang itu! Itachi, ke sini, nak!" seru Fugaku memanggil Itachi. Itachi berjalan menghampiri mereka berdua. Hiashi manggut-manggut melihat pemuda di depannya ini.

Fugaku menyenggol lengan Itachi. Mengerti, Itachi langsung mencium tangan Hiashi dan…hoeek! Itachi langsung muntah di tempat. Rupanya Hiashi belum sempat cuci tangan setelah makan dengan sambal terasi di rumahnya.

"Hoho..jadi ini yang namanya Itachi? Tampan ya!" puji Hiashi.

"Weisss…siapa dulu dong Bapaknya!" ujar Fugaku bangga.

"Ah, Bapaknya sih butut!" ejek Hiashi melihat begitu gak ada mirip-miripnya Fugaku dengan puteranya ini.

"Terus…anakmu yang mana?" Fugaku juga penasaran ingin melihat calon menantunya.

"Oh..Hyuuga- Neji!" Hiashi memanggil seseorang di belakangnya. Orang yang dipanggil itu berjalan menghampiri Hiashi dan berdiri di sampingnya.

Itachi jantungan. Sosok berambut cokelat panjang di depannya ini bukannya seorang..cowok?

"Perkenalkan, ini Neji, anak-"

"Ayah, aku permisi ke belakang sebentar!" potong Itachi cepat-cepat sambil mengundurkan diri. Dia langsung melesat pergi. Terlalu lama di sini tidak baik untuk kejiwaannya yang masih labil.

Fugaku dan Hiashi saling berpandangan dan hanya bisa mengangkat bahu. "Ah, sampai lupa! Ini Neji, putera almarhum kakakku. Tapi dia sudah kuanggap seperti puteraku sendiri.." ucap Hiashi sambil menepuk-nepuk bahu Neji.

"Selamat malam, paman!" sapa Neji menundukkan kepalanya sopan. Fugaku tersenyum. "Lalu...calon menantuku yang mana?"

.

.

Itachi sedang berdiri di depan wastafel sekarang. Bukannya lari ke kamarnya, Itachi malah berlari ke toilet. Entahlah, feelingnya mengatakan kalau dia harus ke toilet.

Dengan cepat ia membasuh wajahnya dengan air. Pantulan wajahnya terlihat jelas di cermin. Perlahan, Itachi menyentuhkan kedua tangannya di cermin. Di saat seperti ini ditambah efek dramatis seperti muntah darah atau tiba-tiba wajahnya berubah menjadi Makibao! Tahu kan Makibao? Kuda gaje berwajah babi. Tragis sekali!

Duh, Gustiiii….

Itachi tahu dari dulu kalau Ayahnya itu sangat, sangat, sangat, sangat, sangat, sangat [disingkat] kolot. Dia terlalu terobsesi menjadi ninja(?) dan punya sisi sinting dalam dirinya. Tapi untuk satu ini benar-benar kelewatan. Masa dia mau dinikahkan dengan cowok? Jeruk makan jeruk?

Jangan salahkan Itachi kalau suatu saat nanti ada yang membantai keluarga Uchiha dan Itachi tidak bisa meneruskan keturunan. Salahkan saja Ayahnya! Sodok dia pake bambu! Itachi jadi emosi jiwa.

Mungkin Itachi akan terus di sini kalau saja Fugaku tidak mengirimkan pesan ke handphone-nya yang berisi 'Ayah akan mencincangmu kalau kau tidak kembali ke sini!'. Buru-buru Itachi merapikan poni legendarisnya dan jas yang ia pakai. Tapi saat melihat ke bawah…Astajim! Resleting celananya terbuka!

Perasaan Itachi hanya cuci muka aja, gak sampai pipis. Apakah melihat wajahnya sendiri begitu sangat menggairahkan?

Dengan cepat ia menutup resleting celananya, dan gawatnya…macet! Gak mau ketutup nih!

OMG! OMG! OMG! Itachi jadi uring-uringan. Mana bisa ia keluar dengan kondisi seperti ini.

Dia semakin panik. Apalagi ada suara orang-orang yang semakin mendekat lagi.

"Menghilang! Menghilang!" ucap Itachi yang tangannya sudah membentuk segel. Tindakan konyol yang ia tiru dari film 'Ninja Naruto'. Sebuah jurus terlarang yang dimana digunakan oleh seseorang apabila dalam kondisi terjepit, seperti ketahuan sang istri selingkuh dengan tetangga sebelah yang berstatus janda.

Kriet!

Pintu toilet terbuka. Itachi dengan cepat menghadap ke dinding dan menclok di situ untuk menutupi resleting celananya yang tidak bisa ditutup ini.

"Gilaaaaa…dindingnya bagus banget!" teriak Itachi sambil mengusap-usap dinding toilet. Dia pura-pura mengalihkan perhatian orang-orang ini agar mereka tidak curiga.

"..Ehehehe…psstt..pstt…eh, orang itu kenapa ya?" bisik seorang pria berambut hitam ke temannya.

Temannya itu hanya bisa mengangkat bahunya. "Gak tahu. Mungkin agak gila kali!" bisiknya. Mereka menatap Itachi sekilas, lalu masuk ke wc masing-masing.

Selang beberapa saat, Itachi menengok ke belakang. Setelah dirasa cukup aman, Itachi merayap(?) menyusuri dinding sampai keluar toilet.

Sret!

Ah~ akhirnya bisa ketutup juga. Itachi bernafas lega. Baru akan berbalik badan, tak sengaja ia bertabrakan dengan seseorang.

Bruk!

"Ma-maafkan sa-saya, ma-maafkan saya, ma-maafkan sa-saya, ma-maafkan saya, Mmaamph-"mungkin orang ini akan terus-terusan bilang maaf kalau saja Itachi tidak membungkam mulutnya dengan tangannya.

"Ah, aku yang salah!" ujar Itachi. Dia memperhatikan orang yang bertabrakkan dengannya ini. Seorang gadis. Gadis berambut panjang indigo dan memakai short dress berwarna ungu muda, tertunduk di hadapannya.

Itachi merendahkan tubuhnya, menumpukan kedua tangannya di lutut, bermaksud melihat wajah gadis ini. "Hei!"

Perlahan gadis itu mengangkat wajahnya, walau pandangan matanya masih tertuju ke bawah. Apakah di lantai ada uang, jeng?

Tak lama pandangan gadis itu tertuju ke Itachi. Onyx bertemu dengan…err..apa ya namanya? Umm…mata putih?

Itachi terkesiap ketika melihat dengan jelas wajah gadis ini. Dengan cepat ia melangkah ke arah si gadis dan langsung meraih bahunya.

'Mukanya merah banget! Panas lagi!' batin Itachi yang menatap si gadis dengan tatapan mengintimidasi. Memperhatikan sesuatu di wajah si gadis yang sangat familiar di matanya.

Bola mata ini? Rasanya dia pernah melihat orang yang punya bola mata sama seperti gadis ini. Tapi siapa ya? Itachi berpikir keras. Dalam situasi seperti inilah ingatan Itachi yang buruk sedang diuji.

"Ja-jangan!" teriak si gadis sambil meremas dan mendorong wajah Itachi menjauh dengan tangannya.

"Ukh!" otomatis Itachi terdorong mundur dan tanpa sengaja menarik hiasan bunga di dress si gadis.

Si gadis memegang dadanya yang kembang kempis. "Ma-maaf, sa-saya permisi.." pamitnya dengan pipi ekstra merona. Dia langsung berlari sekuat tenaga.

"He-hei..bunga-" belum sempat Itachi mencegahnya pergi, gadis itu sudah menghilang di belokan sebelah sana. "…nya!"

Itachi terdiam memperhatikan benda di tangannya. Tangan kirinya melingkar di perut, sedangkan tangan kanannya menopang dagunya. Seulas senyum menghiasi wajahnya ketika mengingat gadis yang menurutnya manis tersebut. Tapi sedetik kemudian, Itachi langsung manyun. "Tapi...dadanya kayak anak kecil!" bisiknya.

TBC


Jah, sangat gaje sekali ini fic. Jauh di bawah garis kemiskinan. DX

Dan tanyakan kenapa fic saya harus ada AKATSUKI? Saya emang gak bisa jauh dari mereka. #plak!

Oh, ya, soal Sasuke yang udah lulus kuliah kedokteran, sedangkan Itachi yang notabebe-nya seorang Kakak masih SMU, yang bikin kita garuk-garuk kepala saking gak logisnya, tidak usah dipikirkan terlalu berlebihan. Anggap aja si Sasuke itu loncat kelas dan bakatnya melebihi Itachi [setengah hati bilang kayak gini].

Btw, ada yang bisa nebak cewek yang Itachi tabrak/giles itu? [padahal pairingnya udah jelas]. Yang bisa nebak dengan betul akan mendapatkan ciuman mesra dari Orochimaru! X3

Itachi: "Mendingan salah nebak deh!" x_x

Dan judul fic ini saya ambil dari lagu Shounen Heart – Home Made Kazoku. Ada yang tau lagunya? Ke-keren..tapi akhir-akhir ini saya lagi seneng banget sama lagu Doubt and Trust – Access! Sumpah ini lagu keren paraaaaah! Gudumbrang-gudumbreng gimana gituu~XD

Hah, malah curhat gak penting gini. Akhir kata, mind to review minna-san? Hehehe…

Ciao!