Yo Minna! :D Akhirnya My Future sudah sampai chap terakhirnya hohoho #bhug
Oke, selamat membaca sajalah X)
Naruto © Masashi Kishimoto
Story © Kira Desuke
Warning : OOC, AU, kata-katanya slight-M, typo?
Genre : Romance/Fantasy/lil bit humor
Pairing : SasuSaku, slight GaaSaku
.
.
MY FUTURE
Sakura POV
"Ohayou," ucapku pagi hari ini pada beberapa orang yang ada di dalam kelas—kuharap begitu. Tapi rupanya tidak, belum ada siapa-siapa di kelas ini. Cih, sepertinya aku datang kepagian. Aku berjalan menuju kursiku di urutan kedua dari depan sementara aku melihat sekeliling.
Ng? Sepertinya aku salah duga, sudah ada satu orang yang datang. Tapi dia menundukkan kepalanya, menenggelamkan kepalanya di antara dua tangannya di atas meja. Siapa ya? Entah kenapa aku penasaran, akhirnya setelah menaruh tas di atas mejaku, aku berjalan mendekati seseorang yang kalau dilihat dari seragamnya adalah laki-laki. Begitu beberapa langkah lagi aku akan sampai di tempat laki-laki itu, aku langsung berhenti. Rambut mencuat seperti pantat ayam itu..
Sasuke..
Ugh, degup jantungku berdetak lebih kencang lagi. Sudah dua hari terakhir ini, kami berdua tidak bicara sama sekali. Lebih tepatnya sejak aku pacaran dengan Gaara dan Sasuke salah mengira kalau aku memainkan perasaan cowok berambut merah itu. Ya err, mungkin setengahnya benar. Aku yang salah, aku tahu. Aku sudah memanfaatkan Gaara yang menyukaiku setulus hati untuk merubah masa depanku.
Pada kenyataannya sekarang, aku jadi bimbang. Kadang pertanyaan yang sama terus terulang di kepalaku. Apa benar aku ingin mengubah masa depan? Hhh aneh, kenapa aku jadi plin plan begini? Padahal saat melihat masa depanku itu, aku sangat bersikeras dan yakin bisa merubah masa depan. Hatiku yakin sekali waktu itu bahwa aku sangat membenci Sasuke. Ya, aku masih ingat perasaan itu.
Sekarang?
Aku tidak tahu lagi, perasaan aneh yang menghantuiku ini membuatku sesak. Aku belum pernah begini sebelumnya. Apakah aku—ah tidak tidak! Tidak mungkin! Ya itu tidak mungkin. Ingat Sakura, Sasuke si pantat ayam sontoloyo itu adalah musuhmu. MUSUHMU! MUSUH! MUSUH! MU—
"Hei," aku tersentak kaget dan langsung mengangkat kepalaku. Eh, sejak kapan Sasuke berdiri tepat di depanku sekarang? Tiba-tiba saja mataku yang kini menatap mata Sasuke yang sedikit lebih tinggi dariku itu tidak mau berkedip, aduh aku— "minggir, kau mengganggu jalanku forehead!" sinis Sasuke membuatku kembali ke alam sadar. Aku menggelengkan kepala dan sedikit mengerjapkan mataku.
"Ma-Maaf," wah? Se-Sejak kapan aku jadi gugup begini? Dan HEI! Aku baru sadar kalau tadi aku minta maaf pada Sasuke! Nggak sudi! Segera saja aku berlari mengejar Sasuke dan spontan menendang pantatnya hingga dia terguling di lantai, "a-aku tarik lagi kata-kata 'maaf'ku!" dengan wajah yang memerah, aku segera berbalik dan berlari lagi meninggalkan Sasuke yang tadi terbengong.
Tunggu tunggu, wajahku memerah?
Aaah, siapa saja kumohon berikan aku sesuatu untuk kuhancurkan agar aku bisa lepas dari rasa grogiku ini! Kenapa aku jadi begini sih? Kenapa aku blushing di depan musuhku sendiri? Mana degup jantungku tidak karuan begini, keras lagi suaranya. Tadi kira-kira Sasuke dengar suara degup jantungku tidak ya? Aku bisa stress kalau terus memikirkannya. Pasti imejku tambah jelek di mata si pantat ayam itu. Entah kenapa aku murung kalau memikirkannya.
"Sakura," seseorang memanggil namaku dengan lembut saat aku berjalan kembali ke dalam kelas, aku menoleh dan melihat Gaara—pacarku—tengah berdiri di depan pintu kelasku dan aku menghampirinya, "kau kelihatan sedih, kenapa?" tanya Gaara khawatir. Aku hanya menunduk dan sesaat kemudian aku merasakan tangan Gaara membelai rambutku.
"Kalau ada masalah, cukup ceritakan saja padaku," ujar Gaara khawatir, aku hanya mengangguk tak jelas saat Gaara memasukkan anak rambutku di balik telingaku, "kau jadi jelek kalau murung begitu," kekeh Gaara sambil memencet hidungku.
Aku mengernyit, "Ngh, Gaara!" erangku sambil melepaskan pegangannya pada hidungku. Aku tertawa kecil dan kulihat Gaara hanya tersenyum tipis. Sebelum aku bisa membalas perlakuan Gaara tadi, tiba-tiba seseorang menabrak kami.
"Jangan pacaran di tengah jalan, ini tempat keluar masuk. Baka!" cerca Sasuke dengan sedikit membentak pada aku dan Gaara. Kulihat pacarku yang berambut merah itu mulai mendelik tajam, dengan cepat aku berusaha menengahi mereka sebelum terjadi perkelahian yang tak perlu.
"Err Gaara, benar kata Sasuke. Kita ke taman belakang saja oke?" ajakku pelan. Awalnya Gaara hanya diam dan itu membuatku tegang, tapi untunglah Gaara mengangguk juga. Aku tersenyum lebar dan segera saja aku menarik tangan anak bungsu Sabaku tersebut.
Memang hanya sesaat, tapi aku sempat melihat ke belakangku dan Gaara. Sasuke berdiri di sana. Dia menatapku dengan ekspresi yang aku sendiri sulit mengartikannya. Yang jelas dia terlihat sedih. Aku belum pernah melihat wajah Sasuke yang seperti itu. Namun aku tidak mempedulikannya dan kembali mempercepat langkahku.
Entah kenapa melihat tatapan itu membuatku diselimuti rasa bersalah yang amat besar.
.
Normal POV
Pemuda berambut raven itu menatap punggung gadis berambut soft pink di depannya yang semakin menjauh. Sakit. Itu yang dadanya rasakan sekarang. Pemuda bernama Sasuke itu tidak mengerti kenapa dia bisa merasakan ini. Padahal sama seperti Sakura, dia juga awalnya bersikeras bahwa perasaannya kepada Sakura adalah BENCI. Tidak kurang dan tidak lebih. Tapi kenapa sekarang rasa benci itu semakin memudar? Ditambah melihat Sakura, gadis yang merupakan musuh terbesarnya—kini bersama laki-laki lain di depannya rasanya menyesakkan. Ah, Sasuke benar-benar tidak mengerti.
"Hei," Sasuke menegang saat tiba-tiba ada tangan yang menepuk bahunya dari belakang. Sasuke langsung berbalik dan melihat siapa yang seenaknya membuatnya kaget.
Mata Sasuke membulat melihat gigi yang berkilauan di depannya, "Ng, anda siapa ya?" tanya Sasuke sambil mengangkat sebelah alisnya. Dia memundurkan tubuhnya begitu menyadari bapak-bapak berumur sekitar 30an itu memakai parfum yang sangat menyengat hidungnya. Apalagi dia memakai baju ketat dengan warna hijau mendominasi. Jadi err norak?
Orang itu tertawa melihat wajah Sasuke yang menatapnya heran, "Aku Guy, makhluk tampan dari tahun 2015," cengirnya, Sasuke menatap tidak percaya, "dan kau pasti Sascake!" sambung Guy dengan nada yakin.
"Tahun 2015, itu kan lima tahun lagi? Lalu Sas.. Cake?" Sasuke mendelik tajam, "aku bukan kue! Aku Sa-su-ke!" gusar Sasuke dan mengeja namanya.
"Sas-Uke? Heee, berarti kau uke ya? Semenya yang mana?"
"BUKAN! TAPI SASUKE! DAN AKU NORMAL!" teriak Sasuke kesal. Dia menjambak rambutnya frustasi, "Ah sudahlah, lagipula aku tidak mengenal kau," ketusnya lalu berjalan menjauh.
"Bah, pantas saja Sakura-chan tidak suka. Calon suaminya saja galak begitu," Guy bersungut-sungut dan menggelengkan kepalanya. Sasuke tertegun, dia menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Guy.
"Apa kau bilang tadi?" tanya Sasuke tajam. Guy mengangkat sebelah alisnya bingung, "barusan! Barusan apa yang kau katakan?" tanya Sasuke dengan sedikit membentak. Dia berjalan mendekati Guy tanpa menghiraukan bau menyengat parfum yang menyerang hidungnya.
Didekati seperti itu membuat Guy malah jadi gugup, "Eh? Ng, calon suami?"
"Ya! Siapa tadi? Kau bilang aku calon suami siapa?" tanya Sasuke dengan keras lagi. Kali ini memegang bahu Guy yang lebih tinggi darinya. Membuat Guy mau tak mau agak sedikit turun berdirinya. Mata onyx Sasuke yang tajam menembus onyx Guy.
Guy menelan ludah, "Te-Tenang dulu," pria berambut ngebob itu melepaskan cengkraman Sasuke padanya, "kau adalah suami Sakura-chan di tahun 2015 nanti, itu gampangnya," jelasnya.
Mata Sasuke membulat kaget. Sesaat dia bisa merasakan wajahnya menghangat dan degup jantungnya berdetak lebih kencang. Namun dengan cepat dia menggelengkan kepalanya, "Cih, mana mungkin. Bodohnya aku, hampir saja percaya padamu," dengan gaya stoic-nya kembali, Sasuke mendengus dan berbalik meninggalkan Guy yang terbengong.
"Kalian sama saja," Guy mendengus kesal, Sasuke tidak menghentikan langkahnya untuk menjauh, "Sakura-chan juga bereaksi sepertimu saat mengetahui kau adalah calon suaminya di masa depan," dan kata-kata kali ini sukses kembali menghentikan langkah Sasuke.
"Kan? Maka dari itu harusnya kau tahu kami tidak mungkin jadi suami istri. Lagipula bagiku kau hanya terlihat seperti bapak-bapak sales yang suka menipu pelanggannya, lupakan saja," dengus Sasuke. Mendengar penuturan Sasuke, tentu saja membuat darah Guy mendidih atau lebih mudahnya, marah.
"Hooo, kau tidak percaya aku benar-benar dari masa depan?" Guy menyeringai lalu mengejar dan memegang tangan Sasuke dari belakang, tentu saja perlakuan ini membuat sang pemuda risih. Berpikir logis saja, laki-laki mana sih yang mau dipegang seorang bapak-bapak berambut ngebob dengan bulu mata di bawah? Hn, pasti Sasuke berpikir kalau Guy adalah seorang pedophile.
"Le—"
"Pegang yang erat Sasuke-chan!" Pemuda raven itu hanya merinding melihat seringai Guy sekilas, sebelum akhirnya tiba-tiba dia merasa melayang dan sekitarnya berubah menjadi abu-abu. Persis seperti yang Sakura alami saat akan ke masa depan bersama Guy.
.
.
"Sakura, kau yakin kau baik-baik saja?" tanya Gaara untuk ke sekian kalinya. Dan lagi-lagi jawaban Sakura hanyalah mengangguk dan tersenyum. Jelas saja Gaara khawatir, sejak Sakura mengajaknya ke taman belakang sekolah Sakura terus saja diam. Padahal biasanya Sakura yang cerewet. Ditambah Gaara adalah seseorang yang juga pendiam, jadi tambah hening saja.
"Kalau ada masalah, ceritakan saja padaku. Pasti kudengar," bujuk Gaara lagi. Sakura masih diam, dia memainkan jarinya, wajahnya pun terlihat bingung. Dan tidak mungkin kalau Gaara tidak menyadarinya.
Gaara semakin menggeser duduknya agar semakin dekat dengan Sakura, "Saku—"
"Gaara," Sakura memotong panggilan Gaara dan menatap laki-laki berambut merah itu, "maafkan aku," lirih Sakura. Sedetik kemudian, air mata mengalir di pipi putih gadis itu, tentu saja hal ini membuat Gaara panik.
"Sakura? Hei ja-jangan menangis, ada apa?" tanya Gaara panik sambil merangkul pundak Sakura yang mulai gemetar. Sebelum Gaara ingin bertanya lagi, Sakura sudah menyelanya.
"Ternyata aku.. suka orang lain," isak Sakura. Membuat laki-laki berambut merah itu sedikit menegang, "maaf Gaara, karena aku tidak mau menerima kenyataan ini, aku jadi menerimamu sebagai pacarku untuk pelampiasan. Maafkan aku, aku menyesal," jelasnya di tengah isak tangis.
Gaara masih termenung. Jadi begitu? Pantas saja Sakura yang tidak pernah berinteraksi apapun padanya tiba-tiba saja langsung menerimanya tanpa syarat. Haha, Gaara tertawa dalam hati, "Betapa bodohnya, seandainya saja aku sadar lebih cepat," batin anak bungsu Sabaku itu dalam hati. Gaara hanya tersenyum kecut dan mengelus rambut soft pink Sakura yang masih menunduk.
"Uh," Sakura mengangkat wajahnya, menatap mata emerald teduh Gaara di depannya, "Apa kau marah?" tanya Sakura dan air matanya masih belum berhenti mengalir.
Gaara tetap tersenyum tipis, andalannya. Perlahan dia menunduk dan kembali mengangkat wajahnya, "Siapa yang tidak akan marah jika hanya dijadikan pelampiasan seperti itu?" tanya Gaara balik. Sakura terkesiap mendengar pernyataan itu, wajahnya kembali tersirat penyesalan.
"Maaf," bisik Sakura lagi. Gaara mengangguk.
"Tenang saja, aku sudah tidak marah. Lagipula aku senang kalau kau jujur sekarang," Gaara menepuk kepala Sakura sedikit lebih keras, "semakin lama kau mengaku, maka semakin besar juga sakitnya, dasar bodoh," laki-laki berambut merah itu tertawa kecil. Yah, tawa yang menahan sakit di dadanya.
Sakura juga tidak bodoh, dia tahu bagaimana perasaan Gaara sesungguhnya. Gadis itu benar-benar menyesal, jelas sekali dia sudah mempermainkan perasaan laki-laki itu. Melihat mantan pacar yang tersenyum, justru entah kenapa malah membuatnya semakin merasa terpuruk. Ah, Sakura benar-benar ingin menghajar dirinya sendiri sekarang. Di saat Sakura menggerutukan kebodohannya, Gaara kembali berbicara.
"Kalau boleh tahu.." Sakura menoleh pada laki-laki di sebelahnya, "siapa laki-laki yang beruntung itu?" tanya Gaara tenang.
Wajah Sakura memerah. Degup jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Entah kenapa seperti jantungnya ingin copot dari rongganya. Setelah menelan ludah, Sakura mulai membuka mulutnya, "Dia.."
.
.
Tahun 2015
"Hah hah," suara engahan itu terdengar di balik semak belukar yang berada di halaman sebuah rumah sederhana. Suara itu berasal dari seorang laki-laki berambut raven yang entah kenapa sekarang wajah putih bersihnya berkeringat tapi juga memerah tidak karuan. Bahkan sempat terlihat darah sedikit keluar dari hidungnya. Sementara di sampingnya seorang bapak-bapak ngebob melihatnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ck, kau gak seru ah," gerutu Maito Guy—sang bapak-bapak tersebut. Uchiha Sasuke—nama pemuda raven itu—mendelik pada si serba hijau tersebut.
"Apanya yang nggak seru hah? Kau gila!" umpat Sasuke semakin kesal, setidaknya sekarang nafasnya jauh lebih tenang.
Guy menghela nafas, "Ya habis mau bagaimana? Kau susah percaya sih kalau kenyataannya Haruno Sakura itu adalah calon istrimu," pria alis tebal itu melipat tangannya dan pandangannya masih tidak lepas dari pemuda di depannya.
Sasuke masih diam saat Guy mulai menjelaskan, "Aku lelah tahu menunjukkan tanda-tanda kalau Sakura itu adalah istrimu di tahun ini," Guy mendengus dan memutar bola matanya.
"Tanda pertama, kau sudah lihat saat kau berpelukan dengan Sakura, tidak percaya,"
"..."
"Tanda kedua, ketika kau mencium pipinya, dan kau masih tidak percaya,"
"..."
"Ketiga, saat kau di tahun ini mencium bibirnya dan HAMPIR melumat, kau masih juga tidak percaya!" Guy mulai berapi-api.
"Keempat..." Sasuke menelan ludah melihat tatapan Guy, "akhirnya kau percaya Sakura adalah istrimu setelah melihat kalian melakukan hubungan layaknya SUAMI ISTRI!"
"Oke, CUKUP!" Sasuke menahan Guy untuk bercerita lebih jauh, mengingat wajahnya kembali memerah, "aku tidak mau mengingatnya lagi, itu memalukan," gusar Sasuke dan menunduk, menenggelamkan wajahnya yang sudah memerah tidak karuan.
"Malu kenapa Sascake? Kau dan Sakura sama-sama agresif, harusnya kau bangga,"
"BERISIK! DIAM KAU!" teriak Sasuke sambil melempar batu di dekat kakinya dengan asal-asalan yang penting mengarah pada Guy. Dengan mudah, bapak itu menghindar dan memperhatikan Sasuke yang kini menjambak rambutnya frustasi.
"Ngg, kau baru melihat tontonan mesum ya? Tak disangka," ujar Guy polos, terdengar suara dengusan kesal dari Sasuke di depannya. Laki-laki berambut raven biru donker itu berbalik dan menatap Guy malas-malasan.
"Aku pernah menonton beberapa," jawab Sasuke apa adanya, "tapi.. kalau tokohnya aku sendiri, rasanya..." Sasuke menelan ludah, sejurus kemudian dia kembali berbalik dan menepukkan kepalanya pada batu besar di depannya.
"Haha yang penting sekarang kau sadar kan? Haruno Sakura yang merupakan musuh terbesarmu sejak SMP itu merupakan istrimu di masa depan," Guy tersenyum kemenangan, "sudahlah lebih baik kalian baikan saja sana!" Sasuke hanya diam mendengarkan penuturan Guy di belakangnya. Dia menghempaskan nafas keras-keras.
"Dengan begini, Sakura akan memenuhi permintaanku apa saja hohoho," batin Guy licik di dalam hati. Dia tersenyum senang menatap Sasuke yang sepertinya mulai bimbang akan kata-katanya.
"Hn," Sasuke bersuara dan sesaat mengambil nafas, "apa boleh buat,"
"Apa boleh buat gimana?" Guy mendekati Sasuke dan menyentuh hidung si bungsu Uchiha, "kau sudah suka Sakura-chan dari dulu kan? Ayo ngaku, lagipula aku tahu kok sebenarnya kau senang melihat first night-mu dengan cewek itu. Dasar jaim," ejek Guy sontak membuat wajah Sasuke kembali hampir memerah. Dengan mata onyxnya yang membunuh, dia menatap Guy yang terkekeh.
"Kau—"
"Nah, lebih baik sekarang kau pulang!" tanpa mau membiarkan Sasuke berbicara lebih banyak, Guy langsung menarik tangan pemuda itu. Dengan jam mesin waktunya, mereka kembali masuk ke dalam warp time. Sasuke benar-benar mengutuk bapak-bapak yang menggenggam erat tangannya itu sekarang.
.
Waktu pulang sekolah sudah tiba, terlihat murid-murid SMA Konoha sudah mulai berkeluaran. Salah satunya yang paling mencolok adalah seorang gadis berambut soft pink. Sambil menggandeng tasnya di sebelah kanan, Sakura berlari kecil dan berjalan menuju rumahnya seperti biasa. Sebelum benar-benar jauh dari sekolahnya, Sakura menyempatkan diri untuk melihat ke belakang. Mencoba mencari sosok berambut raven yang tiba-tiba hilang sejak pagi tadi dan tidak ikut pelajaran. Tidak menemukannya, Sakura menghela nafas panjang dan kembali melanjutkan perjalanannya.
"Chickenbutt ke mana sih?" gerutu gadis itu kesal, dia menendang batu-batu kecil di bawahnya, "Padahal aku ingin minta maaf," gumam Sakura dan dia memejamkan matanya.
Sakura masih terus berjalan di trotoar menuju rumahnya seperti biasa. Berkali-kali dia menendang batu kecil dan tak ayal batu besar pun dia tendang sampai hancur. Saat Sakura menoleh untuk melihat sekitar, dia menatap gedung besar di tengah kota yang tak lain adalah hallroom atau tempat pengantin biasa melakukan pernikahan. Sakura menghentikan langkahnya dan menatap gedung itu dari kejauhan.
"Nanti resepsi aku dan Sasuke di sana tidak ya?" gumam Sakura. Hening beberapa detik, wajah Sakura langsung memerah, "Aduh Sakura Sakura, kenapa kau jadi berharap begini?" dengan stress, Sakura memukul-mukul kepalanya sendiri. Melihat itu pastinya orang-orang sekitar akan mengira ada yang tidak beres dengan gadis malang tersebut.
"Sakura!" panggilan seseorang dari seberang menghentikan aktivitas gadis itu. Sakura menengadah dan bisa melihat orang yang dicarinya dari tadi kini tepat berada di seberangnya. Tubuh gadis itu serasa membeku di tempat sekarang.
"Sasuke?" Sakura masih tidak bisa melepaskan pandangannya pada laki-laki di seberang jalannya tersebut. Sementara itu, Sasuke yang tahu bahwa Sakura sudah menyadarinya, tersenyum tipis. Bertatapan cukup lama, hingga akhirnya bibir Sakura bergetar dan membentuk seulas senyuman, "SASUKE!"
Sasuke terperangah melihat Sakura yang tiba-tiba berlari menerjangnya. Padahal ini di jalan besar dan tanpa lihat kanan kiri, Sakura langsung berlari begitu saja. Sasuke menoleh kaget dan menyadari kini truk besar berjalan ke arah Sakura yang masih berlari. Sasuke menggertakan giginya, "DASAR BODOH!"
"Eh?"
BRAK
Kejadiannya berlalu sangat cepat sampai-sampai Sakura tidak ingat apa yang terjadi. Dia hanya merasakan sebuah truk besar akan menabraknya lalu seseorang menarik tubuhnya ke dalam pelukan dan menyeret mereka berdua ke pinggir jalan. Mereka selamat, yeah. Sakura meringis kesakitan saat beberapa tubuhnya menghantam jalan di bawahnya sementara itu dia membuka mata hijau emeraldnya menatap sosok pemuda yang menyelamatkannya beberapa waktu lalu. Wajahnya memerah seketika menyadari wajah Sasuke—sang penyelamatnya tadi—kini tinggal beberapa centimeter di atasnya.
"Sasuke.." bisik Sakura lirih. Masih menahan sakit, Sasuke membuka matanya perlahan dan menatap gadis di bawahnya. Posisi mereka yang saling menindih (?) di pinggir jalan masih belum berubah. Untunglah jalan besar tersebut sedang sepi karena di pusat kota yang jauh dari sini sedang ada pawai dan banyak orang berkumpul di sana.
Sasuke membuka mulutnya yang terlihat kesakitan, "Dasar. Kau memang bodoh, bagaimana kalau kau nanti tertabrak, hah?" gusar Sasuke dengan nada agak membentak. Sakura menunduk malu.
"Gomen ne," ucapnya merasa amat sangat bersalah. Sasuke hanya menghela nafas melihat tingkah gadis di bawahnya itu. Dia menunduk dan kembali mengangkat wajahnya, mengeluarkan senyum tipis yang sangat jarang dikeluarkan olehnya.
Dengan berlinangan air mata, Sakura membuka matanya dan menyadari wajah Sasuke yang semakin dekat dengan wajahnya. Sakura melotot saat bibirnya merasakan suatu gumpalan yang basah, bibir Sasuke. Melihat Sasuke menutup matanya untuk menikmati ciuman pertama mereka, membuat Sakura juga ikut menutup matanya. Tangan Sasuke bergerak untuk menahan berat tubuhnya agar jangan sampai dia menimpa tubuh Sakura di bawahnya. Sementara kedua tangan Sakura memeluk leher Sasuke, mendalamkan ciuman mereka.
Sasuke melepaskan ciuman mereka sesaat untuk sekedar mengambil nafas. Detik berikutnya, Sasuke kembali mencium bibir Sakura. Bah sepertinya mereka lupa di posisi mana mereka sekarang, sampai seseorang meneriaki mereka, "WOI! Ini jalan umum heeei!"
Teriakan Guy sukses menghentikan kegiatan mereka, dengan serentak Sasuke dan Sakura melepaskan ciuman mereka dan duduk. Sasuke harus menahan nafas begitu melihat di sekitar mereka bukan hanya satu atau dua orang, dan semuanya dari tadi melihat kedua insan ini berciuman sambil tiduran di pinggir jalan. Bahkan hampir semua dari beberapa orang itu, wajah mereka memerah karena baru saja melihat adegan live. Sementara Sakura rasanya ingin nyebur ke dalam laut dan berenang ke mana saja asal tidak kembali ke tempat memalukan ini. Sama halnya seperti Sasuke yang menunduk karena tidak tahan melihat tatapan-tatapan orang di sekitarnya.
"Hehe kami permisi dulu," mungkin ini pertama kalinya bagi Sasuke dan Sakura untuk berterima kasih pada Guy. Karena berkat bapak-bapak yang menarik mereka keluar dari kerumunan ini, sekarang mereka terbebas dari tatapan yang entah kenapa bagi mereka rasanya seperti mengintimidasi.
Guy menarik mereka sampai ke rumah Sakura yang terdekat dari sana. Bapak-bapak itu melepaskan pegangannya begtu sampai di halaman Sakura yang penuh akan rumput dan tanaman-tanaman yang terawat rapi. Sakura menghela nafas lega dan detak jantungnya yang sangat keras sampai terdengar oleh dua yang lain. Sementara Sasuke kini sedang berusaha memasang tampang stoicnya lagi.
"Hah, dasar! Jangan mentang-mentang kalian tahu bahwa nanti kalian akan jadi suami istri, jadi sudah melakukannya sekarang. Ckck, dasar anak zaman sekarang," ceramah Guy bagai bapak menceramahi anaknya.
"Maaf. Lupa," jawab Sasuke sarkastik. Mungkin dia masih sedikit kesal karena tadi dihentikan di tengah-tengah? Entahlah, hanya Sasuke yang tahu.
Guy mendengus, sesaat dia menatap Sakura lalu tersenyum senang. "Nah Sakura-chan," Sakura menoleh dan menatap Guy heran, "mana janjimu?"
"Ja-Janji apa?" tanya Sakura pura-pura bingung. Yah, memang sebenarnya dia tahu kok. Guy tertawa sumringah.
"Hahahaha nggak usah pura-pura bodoh! Kau bilang kalau sampai tidak bisa merubah masa depan, kau akan menuruti perkataanku apa saja!" seringai Guy. Sakura memutar bola matanya bosan.
"Memang sekarang kau yakin, aku dan Sasuke pasti akan menjadi suami istri? Belum tentu kan?" Sakura menyeringai menang, "jadi maaf Guy-sama, aku belum bisa menepati janjimu," gadis itu menjulurkan lidahnya.
Guy mati kutu sekarang. Entah kenapa bibirnya tidak bisa membantah kata-kata Sakura. Memang benar sih, kan belum tentu juga walau mereka sudah baikan sekarang, Sasuke dan Sakura akan menjadi suami istri. Sakura tertawa senang melihat wajah Guy yang kalah telak. Sementara Sasuke tersenyum lagi melihat wajah ceria gadis itu, dia menggeser tubuhnya perlahan hingga sekarang bibirnya mendekati telinga Sakura, membuat gadis itu sedikit merinding merasakan hembus nafasnya.
"Aishiteru, forehead," bisiknya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Five years later
"SASUKEEE! SAKURAAA!" teriak seorang nenek di sebuah rumah sederhana namun nyaman untuk ditinggali. Nenek berambut keperakan itu sedang membereskan dapurnya sementara terdengar suara tergopoh-gopoh dari lantai atas hingga rumah jadi bising.
Begitu Chiyo menoleh dengan kesal, dia melihat cucunya dan juga suami cucu kesayangannya. Chiyo menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keadaan dua pengantin muda yang sangat berantakan itu, "Kalian pikir ini sudah jam berapa? Sana mandi, terus bantu nenek menyiapkan masakan. Dasar anak muda pemalas!" celoteh nenek Chiyo. Dan beliau kembali dalam kegiatannya membersihkan dapur.
Sasuke dan Sakura—dua pasangan yang tadi dipanggil hanya mengangguk pasrah. Kalau nenek mereka sudah mengomel seperti itu, pasti akan susah ngeles seperti yang biasa mereka lakukan. Akhirnya mereka kembali naik ke lantai dua menaiki tangga sambil berbincang-bincang. Mereka masih asyik mengobrol sampai Sasuke membuka pintu kamar, lalu— "HEI KALIAN YANG BERBAHAGIA!"
Sakura nyaris saja akan berteriak "ADA MALING!"—kalau dia tidak mengenal siapa bapak-bapak yang bisa seenaknya datang ke dalam kamar pengantin muda. Sakura dan Sasuke langsung mendelik tajam pada laki-laki itu.
"Guy! Kau—"
"Hei Sakura-chan! Bagaimana? Sekarang aku sudah bisa menagih janjimu kan?" tanya Guy antusias. Sakura menelan ludah, sekarang dia tidak akan bisa mengelak lagi. Rupanya ingatan bapak tua itu memang masih bagus, sial.
"Ba-Baiklah, minta apa kau? Jangan aneh-aneh ya," tanya Sakura gugup. Sasuke memutar bola matanya bosan, tidak berniat membantu istrinya itu. Salah sendiri bikin janji nggak jelas begitu. Dalam hati, Sasuke bersyukur tidak keceplosan sampai istrinya ini.
"Hahaha bercanda kok," Guy tertawa puas melihat wajah Sakura yang kebingungan, "aku nggak perlu minta, aku sudah dapat apa yang kumau, hohoho," bapak ngebob itu tertawa lepas sambil menunjukkan mini handycam di tangannya. Melihat itu, entah kenapa Sasuke merasakan firasat buruk.
"Itu—"
"Sebenarnya aku ingin minta Sakura-chan merekam first night kalian," Guy menyeringai, "tapi pasti nggak mau, jadi ya aku ambil inisiatif sendiri saja untuk memasang mini handycame di kamar kalian. Nah, sekarang sudah dapat, aku pergi dulu ya," jelas Guy tanpa dosa. Dengan santainya, dia berjalan untuk keluar melewati pintu yang kini dihalangi Sasuke dan Sakura.
Begitu Guy akan lewat, Sasuke merentangkan tangannya begitu pula Sakura yang menatapnya sinis. Maito Guy menelan ludah melihat tatapan tajam double dari suami istri yang dulu saling menyebut antara chickenbutt dan forehead tersebut. Sebelum Guy akan kabur lewat jendela, kerah belakangnya sudah ditarik oleh Sasuke. Sakura mengunci pintu dan jendela mereka. Sehingga Guy tidak tahu lagi harus kemana.
Hening sesaat.
"MATI KAU GUY!"
Pada akhirnya yang di dapat Guy...
Hanya wajah—yang katanya—tampan itu babak belur...
Dan mini handycame-nya hancur berserakan...
.
THE END
Asli, endingnya NGASAL ABIS! DX #stress
Special thanks for :
Kazuma Big Tomat, Rievectha Herbst, R-chan, Ka hime Shiseiten, gieyoungkyu, Riku Aida, Yoona Furukawa, Hanaya Muchiniwa, Thia2rh, SaSuKeReeN, Pitophoy, Shiori Yoshimitsu, Chousamori Aozora, Sakura 'Cherry' Snowfalls, Farah aishiteru SasuSaku, D-kiro YoiD, Seiichiro Raika queen of MM2, 7color, Athenalis, Nanairo Zoacha, SakuNuSasu, Lin Narumi Rutherford, Shard Vlocasters, Wisteria D. Oleander, Rissa 'Uchiha, Dhevitry Haruno, naori N, Rin Akari Dai Ichi, 4ntk4-ch4n, Shisylia-Chan, Reygi 'Arata' Andreas, Namichan, LuthRhythm, Nagi sayang Teme, arga garaz shiteru, kecebong, Uchiha Sakura97, Misaky Uchiha, Hikari Shinju, rizkauchiha29, Ryuuta, Just Ana, akarichan, Rizkarina, aku asadia
Dan untuk yang lainnya makasih :D
Maaf jikalau ada kesalahan kata, aku ucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya yang udah baca fic ini dari awal sampai akhir. Thanks a lot, minna-san!
Sampai jumpa lagi di fic Desuke yang lain ya X)
Review for the last time please? Jaa nee~ :3