Summary : Jangan pernah menangisi takdir. Karena sekalipun air matamu menjadi darah, takdir tidak akan pernah berubah…
Discalimer : Tite Kubo. Kalo Bleach milikku, Ulquiorra tak perlu mati
Warning : AU (tidak ada Espada atau pun Shinigami), OOC, abal, gaje, nista.. Jika terjadi kebetean tidak ditanggung.-plakk-
Rate : T
Pair : UlquiHime (so pasti), GrimmNel (slight).
A/N : Aih, silent reader mencoba jadi author. Karena masih baru, maaf kalau mengecewakan. Mohon bantuannya para senpai. Dan euh..sepertinya aku ganti genrenya. Cz setelah diperhatikan romance nya dikit bgt. Trs gara-gara format kompinya eror, jadi pasti banyak typo. Gomenne minna-san.. Beginilah orang eror. Trus, buat yang udah ripyu...Lya ucapkan arigatou gozaimasu nee...Ripyu dari minna san semua yang bikin Lya semangat buat ngelanjutin fic ini. Terakhir, selamat membaca dan semoga terhibur..
APARTEMEN PUTIH
By
Relya Schiffer
Apartemen Putih.
Begitulah Orihime Inoue dan teman-temannya menyebut tempat tinggal mereka sekarang. Gadis manis berambut orange kecoklatan itu tidak pernah mengira bahwa ia akan tinggal disana. Ia terus menyesal, mengapa dirinya harus terlahir ke dunia ini jika untuk menghuni apartemen itu dalam usia 16 tahun. Sungguh masih terlalu muda.
Namun setelah dua bulan tinggal di tempat itu, Orihime mulai bisa menerima kenyataan. Ia selalu mengisi waktunya yang terpenjara di apartemen putih itu dengan hal-hal yang baik. Bahkan gadis bermata abu-abu itu lebih tegar dibandingkan dengan penghuni lain yang senasib dengannya. Di tempat itu, Orihime juga mendapatkan sahabat yang baik pula. Ada Ichigo Kurosaki, Rukia Kuchiki, dan Uryuu Ishida. Rata-rata dari mereka mendapatkan 'tiket' yang sama dengannya. Jadi, tinggal menunggu hari keberangkatan saja dan mereka akan terlepas dari belenggu apartemen putih.
Orihime dan para sahabatnya termasuk penghuni yang sulit diatur. Kadang mereka membuat petugas apartemen kewalahan dengan berbagai tingkah polah yang aneh-aneh. Bagi mereka, petugas apartemen terlalu cerewet. Suka melarang apa yang mereka inginkan. Padahal semua itu tidak akan berpengaruh pada hidup mereka. Bukankah di dalam 'tiket' sudah tertera tanggal keluar bagi penghuni yang menerima?
Biasanya setiap malam Orihime sering membandel dengan keluar dari kamar tanpa sepengetahuan petugas apartemen. Ia menuju kamar salah seorang sahabtnya. Disana mereka berkumpul dalam keremangan cahaya lilin. Mereka mengungkapkan perasaan mereka dengan bebas. Ada yang gelisah, sedih, ketakutan, bahkan marah. Semua itu sah-sah saja untuk diungkapkan. Selain itu mereka juga bebas bernyanyi, berpuisi atau menangis. Semuanya tidak ada yang membatasi.
Setelah puas dengan kegiatan yang biasa mereka sebut dengan 'Stay to Heaven' itu, mereka kembali ke kamar masing-masing. Esoknya mereka berjanji untuk 'Stay to Heaven' lagi atau sekedar berkumpul di taman samping apartemen untuk menulisi sebuah note kecil yang berisi mimpi dan harapan mereka. Dengan catatan : itu pun jika masih sempat…
A/N : Okay, hanya pembukaan. Disini emang masih banyak yang belum jelas. Hime juga belum bertemu dengan Ulqui. Yah, mau liat reaksi reader dulu. Kalo banyak yang suka, mungkin akan dilanjutkan. Tapi kalo ternyata sebaliknya…aih…di remove aja deh. Gomenne minna-san.. Maav jika kurang berkenan. Kritik dan saran sangat diharapkan-plakk-
Sudah berusaha ku perbaiki penulisannya. Ada typo-kah? Ampun deh, mengetik tidak semudah yang kukira. Nulis cerita langsung di kertas jauh lebih mudah. Ck,ck,ck..
At Least, Mind to Review? (harus donk..)-BUAGH-(dilempar geta karena maksa)