By. Uzumaki uzu.

Pairing = Naruto x Gaara, Sasuke x Gaara, Gaara x Neji.

Rating T (YAOI, LIME, BOYS LOVE, OOC, IC, GAJE, ANEH, TYPO (S) )

Masashi kishimoto disclaimnya.

Untuk 17 (+)



Chapter 14

Madara tertembak saat ia sedang memegang bunga kesayangannya dari kekasih hatinya yang bernama Rin. Ya bunga tulip putih suci kesukaannya, yang sama seperti Itachi yang sangat menykai bunga tulip berwarna putih.

Setelah semuanya terjadi, Sasuke yang sangat terpukul kala itu, melihat seotang bocah berpawakan lebih pendek darinya, sedang menangis berjongkok, tubuhnya gemetaran karena air hujan.

Sasuke langsung menolong Gaara dan membawanya pulang, dari situlah, mereka mengenal masing-masing, tidak ada ungkapan cinta atau apapun, Sasuke mengeluarkan instingnya, dan me-replay ulang apa saja yang terjadi antara dirinya dengan Madara, dan perasaan itu diluapkan kepada Gaara yang nurut-nurut saja pada Sasuke.

Setelah dua bulan, Gaara memutuskan untuk menjauhi Sasuke, karena pada saat itulah, Neji berniat ingin membunuh Sasuke, dengan menggunakan Gaara sebagai umpan untuk dendamnya.

Karena, Neji sangat menyukai Gaara, setelah Gaara mengetahui hal itu, ia berniat untuk menjauhi keduanya dengan berbagai alasan yang tidak masuk akal, yang akhirnya berhasil menjauhkan dirinya dari kedua orang yang menyukainya, dan faktor utamanya, Gaara tidak ingin menghancurkan persahabatan antara Sasuke dan Neji. Sampai saat Gaara bertemu dengan Naruto yang sangat manis melebihi perempuan manapun di Sekolah barunya, semenjak ia masuk ke High School.

Sejak saat itu, Gaara mulai menyukai Naruto dengan diam-diam, cinta Naruto terbalas, bukan? Sebenarnya! Tetapi... karena perasaan itu hanya di simpan dalam hati mereka masing-masing, maka mereka tidak bisa disatukan, karena satu penghalangnya adalah, sebuah kejujuran yang di pendam!

"Apa yang kau lakukan pada Naruto kemrin malam, hah?" Gaara memainkan kunai pada ke leher Sasuke yang polos dengan keringat dingin yang mulai mengucur membasahi dirinya yang nampak 'tegang.'

"Apa maksudmu Gaara?" Sasuke memekik suaranya sendiri.

"Cih, maksudku? Gaara bertanya.

" Apa aku harus mengatakan semuanya yang ada dibenakku padamu Sas... sasuke?" Gaara mengerengitkan dagunya dan tersenyum stoic "Begitu bodohnya kau, sehingga berkata 'maksudmu' setelah kau—"

"Hn? Mengapa berhenti?" Sasuke mendengus alus.

"Itulah yang akan aku tanyakan padamu dasar tolol!"

BUAGH...

JDUGH...

PLAK...

"Bagaimana rasanya Sasuke?" Gaara tersenyum licik memandangi Sasuke yang mulai terkapar kaku.

"Ugh... uhukk.. Ga-gaara! Hoak.." Sasuke memuntahkan darah dari dalam tenggorokannya.

"Apa? Masih kurang, hah?"

BUAGH!

Gaara menonjok tepat pada perut datar Sasuke. Sasuke hanya dapat meringis kesakitan. Tidak ada niatan untuk membalas Gaara- yang disayanginya itu.

"Mengapa kau melakukannya!" Gaara menggenggam erat kunai yang ada pada tangan kirinya "Mengapa kau harus mengambil Naruto dariku, Keparat!" Gaara memunculkan seringai pembunuhnya. Gaara yang diam dan menyenangkan, kini sudah berubah menjadi seorang yang mirip dengan iblis jahanam.

"..." Sasuke diam saja.

"Jawablah Sasuke! mengapa kau mengambil apa yang seharusnya milikku!" Gaara menahan dirinya.

"Ka-karena... hoak .. uhuk-" Sasuke terbatuk-batuk.

"Jangan alasan dengan batuk segala!" Gaara tidak sabar "Atau kau mau lagi... Sas.. suke." Gaara memandang mata Sasuke dengan tajam.

"Cukup Gaara... " Sasuke mengelap darahnya.

"Cukup ya? Tapi aku rasa belum cukup untuk menyakitimu! Kau lihat tangan kiriku? Tangan yang dulu sering membelai pipimu, sewaktu kau mengadu dan menangis. Ingat?" Gaara menaikkan nada suaranya dan tersenyum pahit.

"Mengapa.. kau melakukan semua ini padaku? Apa salahku padamu? Ini... ti-tidak ada hubungannya dengan kita dulu!" Sasuke meringis menahan dirinya yang sudah porak poranda.

Gaara langsung menyebarkan foto-foto yang sejak tadi ada di sakunya. Foto Sasuke dan Naruto ketkia sedang tidur. Bukankah malam kemarin Sasuke dan Naruto tidak melakukan apa-apa? Mereka hanya berpelukan dan tidur bersama. Bukankah begitu?

"Kau bilang ini tidak ada hubungannya denganku? Tentu saja ada!" Gaara menyeruak.

Tapi... tidak semudah itu dapat merekayasa kejadian yang baru saja terjadi. Memang Naruto dan Sasuke tidak melakukan apa-apa pada malam tadi. Tapi, ingat-kah pada Neji? Ialah yang sengaja merekayasa semuanya dan menunjukkannya pada Gaara. Neji sudah merasa kalau Gaara menyukai Naruto.

Dan sebagai balas dendam untuk dirinya yang sejak dulu tidak mendapatkan buah cinta dari Gaara. Ia sengaja memfoto Sasuke dan Naruto dan memberikan hasilnya kepada Gaara. Yap.

Mission accomplished

"Cih... kau bertanya mengapa? Bukankan semua jawaban itu ada di dirimu, hah?" Gaara melotot

"Alasan apa lagi? Hahahha.." Gaara tertawa terbahak-bahak "Apa kau tidak sadar dengan dirimu ...Suke? alasanku mengapa aku melakukan semua ini adalah..." Gaara mempertajam pandangannya.

"Hoak... uhuk.." Sasuke menahan sakit yang sudah sangat menyiksanya. "A-apa?"

"Naruto—."

Mata Sasuke membulat. Saat mendengar apa yang abru saja dikatakan oleh mantan kekasihnya itu. Ya... Naruto.

"Mengapa harus Naruto... Ga-aara?" Sasuke terbatuk.

"Aku menyukainya. Dan aku sangat mencintainya. Dan kau merusak semuanya!" Gaara berteriak histeris di depan wajah Sasuke yang sudah melemah.

"Mengapa kau harus menyukainya? Mengapa kau tidak menyukai Neji atau—" Sasuke menahan dirinya.

"Atau apa? Apa aku harus mengatakan— aku harus menyukaimu Sasuke! seperti dulu, hn?" Gaara mengangkat satu alis.

"..." Sasuke terdiam.

"Aku tidak sudi menyukaimu Sasuke... kau tau! Kau itu penuh dengan kebohongan, kedengkian dan kesombongan. Dan satu hal lagi, jangan pernah menyentuh Naruto! dia milikku dan hanya untukku. Mengerti?"

"Apa kau yakin demikian? Ohh... Gaara, mengapa kau terlalu cepat untuk berubah?" Sasuke heran.

"Hahahahaha... berubah? Aku biasa saja." Gaara tersenyum penuh dengan seringai Sabaku. "Aku yakin dia menyukaiku. Sejak saat itu..."

"Hoak... hoak.." Sasuke memuntahkan darahnya lagi.

"Dan dengan adanya kau, keindahan Naruto sudah rusak. Gara-gara kau dan teman-temanmu, dan gara-gara perbuatanmu... dan semua ini salahmu! Aku katakan sekali lagi ya Sasuke.. aku tidak akan membiarkanmu sejengkalpun mendekati dan merusak Naruto lagi. Camkan itu Sasuke. Atau aku akan..."

"Ak-akan.. apa?" Sasuke mengalirkan air matanya. Sasuke menangis. Ya menangis kali ini. Menangisi apa yang sudah tersimpan di hatinya. Semua permasalahan yang menjadi beban pada dirinya.

"Akan menghabisimu!" Gaara tanpa pikir panjang.

Gaara manis itu memukul perut Sasuke dengan bogeman tangan kirinya, memukul sekuat tenaga, hingga beberapa kali, Sasuke memuncratkan darah dari mulutnya, 'organ' dalam Sasuke sudah terluka oleh pukulan dari Gaara yang sangatlah keras dibuatnya.

Gaara, yang memang sering menjuarai perlombaan Karate di beberapa even tahun ini, menjadikan tameng untuk invasi dalam dendam pada Sasuke yang sudah melukai Narutonya—itu, dilanjutkan dengan menendang perut Sasuke dengan kaki kirinya, dan berkali-kali meng-gampar wajah Sasuke hingga babak belur.

Wajah yang tadinya terlihat putih bersih, sekarang sudah menjadi babak belur dan membiru kaku, terasa bau anyir dimana-mana, gara-gara darah yang keluar dari hidung dan bibir Sasuke yang pecah karena permainan dari Gaara manis itu.

Seketika, Gaara tampak sangatlah mengerikan, dengan padangan mata yang nampak dingin dan dalam, pandangan yang jarang sekali ada untuk seorang Gaara yang tenang dan baik hati, tetapi... dalam kebaikan hatinyalah, tersembunyi beberapa sifat yang lain darinya.

Angin berhembus tenang, suasana sepi pada pelataran, yang dipenuhi oleh pohon dan padang rumput, bunga-bunga tulip bermekaran di samping pohon-pohon itu, Tanah yang lapang, yang di hiasi dengan rerumputan hijau dan tebal untuk menyelimutinya, awan terlihat putih tanpa brecak kehitaman, hari yang indah untuk seorang yang tidak sedang di-indahkan, melainkan, sdang dipermainkan, anehnya... tidak ada seorang sensei ataupun murid yang mengetahui Gaara dan Sasuke yang sudah tinggal kulit dan darah itu.

Tubuh Sasuke bergetar hebat, tangannya memegangi perutnya yang nampak biru-biru, darah segar berkecipak dimana-mana, hingga bunga tulip yang tumbuh di sebelah pohon itu, juga ikut terkena darah dari Sasuke, bunga putih yang sudah menajadi merah, apa ini akan menjadi pertanda, untuk sesuatu? Ya... entahlah...

Sasuke memegangi akar pohon oak itu, satu-satunya tumpuan untuk ia bertahan, Sasuke sama sekali tidak membalas perlakuan kasar dari Gaara, Sasuke merambat sekuat tenaga yang sudah terkuras habis, karena kelelahan, sakit yang dalam dan rusaknya organ... mungkin!

Gaara mendekat ke arah Sasuke dan tersenyum, pandanganya ber api-api, menakutkan dan uh... mengerikan.

"Bagaimana permainanku?"

"Kau cu-curang... uhukk... Gaara—" Sasuke memegangi perutnya yang sudah merasa melilit dan sakit yang menghujam seluruh tubuhnya, hingga tubunya dingin dan berkeringat. Seperti mayat.

"Hn? Curang... ya... oh" Gaara memainkan kunai ditangannya "...apa ini yang dinamakan dengan kecurangan?"

SLASH...

Gaara menyayat pipi Sasuke dengan kunai yang sedari tadi di genggamnya, darah cair itu melumer keluar dengan gencar.

"ARGH!" Sasuke histeris keras sekali, menahan dirinya untuk tidak menagis, tetapi akhirnya menangis lagi.

"Mengapa kau mengambil Naruto, Sasuke? mengapa kau mengambil apapun yang seharusnya jadi milikku? Mengapa kau harus mengambil dia" Gaara berbisik memelas di pendengaran Sasuke.

"Mengapa kau mempermainkannya... seperti kau mempermainkanku dulu? Mengapa ... sudah puaskah dengan dirimu?" Gaara duduk disamping Sasuke yang sudah kasat pada pandangannya yang mulai kabur, namun Sasuke masih menahan diri.

"Aku hanya menginginkan dia... uhuk—"

Sasuke limbung ke arah pangkuan Gaara yang dinginnya melebihi salju. "Aku hanya ingin melihatmu jauh dengannya!"

"Apa.. apa kau cemburu?" Gaara menghapus bercak darah pada mulut Sasuke.

"Tidak... aku hanya menginginkannya saja." Sasuke menutup matanya.

"Cih... aku tidak yakin.. dia bukanlah seorang 'gay' seperti kita Sasuke!" Gaara mengelus pipi Sasuke yang mulai mengeluarkan air mata pedinya.

"Aku tau... "

"Aku mencintainya Sasuke... dan aku tidak akan berhenti sampai dia sendirilah yang akan mengakuinya padaku.." Gaara membelai rambut Sasuke dengan kunainya "Dan aku sarankan untukmu, agar tidak menggodainya.. karena dia adalah milikku, dia itu aku dan seluruhnya untukku."

Sasuke membelalakkan matanya dengan kaget, heran dan pecahnya semua pikiran yang meleset dari dugaannya, karena... Sasuke mengira, Gaara cemburu, tetapi malah berbalik, Gaara mencintai Naruto yang menjadi 'permainan' dari Sasuke.

"Mengapa kau diam?" Gaara menggeretak Sasuke, namun usahanya gagal.

.

.

OoOoOoOoOoOoO

Apa yang baru saja dikatakannya... seseorang yang pernah aku cintai seperti Madara.

Mengapa sekarang ia mengejar seseorang yang ingin aku gapai...

selama ini, aku hanya dapat memperhatikan Naruto dair jauh... jauh-jauh sebelum kejadian ini timbul.

Mengapa sekarang berbalik, apa aku salah ingin mendekatinya?

Ya tuhan... aku ini sudah tidak normal lagi.

Tapi... dengarkan aku tuhan, aku menginginkan tawannya untuk bersanding disebelah diriku yang msih tidur.

Akankah aku bisa tertawa bersama keduanya?

Atau aku yang harus merelakan untuk kebahagiaan mereka berdua?

Sebuah kebahagiaan yang nyaris dekat denganku... dihancurkan oleh orang yang pernah aku cintai dulu...

Tuhan... apakah aku akan dijauhkan dengan kebahagiaanku melalui kebahagiaannya?

OoOoOoOoOoOoO

.

.

"Aku menginginkan dia... sama sepertimu Gaara." Sasuke bagun dan mencoba berdiri sekuat tenaga

"Diam kau... aku sudah muak dengan gaya pembicaraanmu yang omong kosong!" Gaara membelalakan matanya dan memandang tajam pada Sasuke yang sudah penuh dengan luka-luka. Gaara mengepal kunai itu dan berniat langsung menghujamnya ke jantung Sasuke kala itu juga, tapi aksinya berhasil di gagalkan oleh sebuah panggilan yang nampak tidak biasa.

"Dengarkan aku Gaara... aku hanya ingin dekat dengannya saja!"

"Tidak boleh... dia itu hanya milikku, tetapi... mengapa kau mengahncurkannya, secara perlahan-lahan seperti ini?"

"Bukankah seharusnya kau yang menyadarinya?"

"Maksudmu? Ya... kau yang mengahncurkannya tentu saja, mengapa kau harus menunggu Naruto yang mengatakan isi hatinya padamu! Sedangkan kau tau, dia itu menyukaimu dan mengaharapkan lebih dari itu? apa itu yang dinamakan dengan segalanya?"

Mata Gaara terbelalak memandangi apa yang seharusnya tidak dilakukannya.

"Cih... tidak usah ikut campur kau Sasuke... sudah lama sekali ya, aku tidak melihatmu seperti ini?"

"Lantas... apa maumu?"

"Aku ingin kau menjauhi Naruto... kau tau, kelakuanmu sungguh memprihatinkan Sasuke!"

"..." Sasuke diam dalam keadaan sakit yang sudah luar biasa.

"Jangan diam saja bodoh! dan ingatlah apa yang baru saja aku katakan padamu tadi, keparat!" Gaara menjilat darah Sasuke yang menempel pada kunai yang sedari tadi di genggamnya.

Tidak lupa, Gaara mencium bibir Sasuke yang sudah di dalam ambang kemusnahannya. Sasuke tergugah ketika bibir mungil Gaara melepaskan ciumannya pada Sasuke, dan beranjak pergi dan menjauh dari pemuda Uchiha yang kini sendirian dengan peluh dan luka bertebaran dimana-mana.

Tidak ada body guard tidak ada tim medis dan tidak ada agen keamanan yang selalu menempel dan melindungi Sasuke. Yap... tim keamanan yang terus memata-matai Sasuke dimanapun keberadaannya. Kecuali di sekolah. Tim keamanan khusus keluarga Uchiha. Sejak dulu, hingga sekarang. Bertujuan untuk selalu memantau dan melihat apa sajakah yang dilakukan oleh para Uchiha.

.

.

Di dalam kelas memanglah terasa sangat ramai dan menyenangkan. Keadaan yang seharusnya Naruto merasakan asiknya sekolah dengan keadaan yang sudah mulai menyatu dan normal. Yap. Tidak seperti biasanya. Aroma-aroma persahabatan kini sudah mulai terasa. Dari semua yang ada di dalam kelas ini. Dan dengan di pelopori dengan Sasuke yang merubah dirinya menjadi sedikit konyol, melihat Naruto tidak masuk pada hari-hari kemarin.

Juga Ino dan Neji yang terlihat lebih akrab dan berkesan menyudahi menjauhi Naruto yang memang terkesan serba salah dan menyusahkan. Lee, yang selalu berisik dan terus saja membenci Sasuke, kini ia malah mulai senang dengan keberadaanya. Setelah saat-saat kemarin Sasuke memuji Lee dengan kata-kata rayuan gombalnya.

Gaara yang sudah mulai aktif berbicara dengan Sasuke lagi, tentunya pada waktu kemarin. Sebelum terjadinya keadaan yang memaksa Sasuke untuk di lumpuhkan. Neji. Yang menjadi latar dan dasar atas segala umpat-umpatan di dalam dirinya yang selalu berkecamuk.

"Saya akhiri mata pelajaran ekonomi pada kesempatan kali ini, dan ingat ya... kelompok yang sudah di bagi tadi. Jangan lupa tugas wawancaranya segera dikumpulkan. Paling lambat bulan depan. Ada pertanyaan?" Orochimaru sambil menata bukunya dan memasukkan ke dalam tas yang terbuat dari kulit ular.

"Unn... sensei.." Hinata memberanikan diri mengacungkan telunjuk.

Untuk pertama kalinya Hinata mengeluarkan suaranya dan bertanya pada Orochimaru.

"Ah.. Hinata, apa yang mau kau tanyakan?" Orochimaru agak terkejut dengan Hinata yang tidak biasanya.

"Ahh.. Hinata-chan. Kan uda mau pulang... malah tanya segala." Konan mendekati Hinata.

"Ada apa Hinata?"

"Unn,, anno... ti-tidak jadi sensei..." Hinata ragu-ragu dan langsung duduk kembali dengan terus memandangi jendela. Hinata sedari tadi merasa ada yang tidak beres dengan teman-temannya.

"Huuu... gimana sih, Hinata-chan.." Seru Lee dan Sai..

"Iya tuhh ... hehehehe.. gomen Hinata-chan" Neji ikut tertawa dan menyoraki.

Teman-teman sekelas berhasil menyoraki Hinata untuk pertama kalinya. Tapi.. Hinata sama sekali tidak merasa malu dan terkejut pingsan. Perhatiannya terfokus pada Sasuke dan Gaara. Kemana dia?

"Mungkin Hinata malu tanya.. tapi sudahlah anak-anak. Jangan terlalu di perdebatkan. Manusia memang berbeda-beda." Orochimaru tersenyum ikhlas dengan penuh kasih sayang. "Saya akhiri pelajaran kali ini. terimakasih .. selamat siang." Orochimaru keluar kelas dengan menggandeng tas kesayangannya.

Lee dan Konan langsung nimbrung dan memindahkan kursinya ke sebelah Hinata. Hinata cengok dan heran dengan duo manis itu yang mendkatinya.

"Gossip?" Hinata memandang Lee dan Konan.

"Bukan... kami hanya." Konan memandangi Hinata yang mulai ikut-ikutan kena virus anehnya Sasuke.

"hanya apa? Unn, apa ada yang aneh?"

"Ya.. kau yang aneh Hinata." Konan mencubit pipi Hinata.

"Eh, aku. Ke-kenapa?" Hinata menunjuk ke wajahnya sendiri.

"Mengapa kau bertanya pada sensei Ular piton tadi? Katanya kau tidak suka dengannya?" Konan memajukan bibirnya. Dan Lee memandangi Konan dengan ikut-ikutan memajukan bibirnya.

"Ada yang aneh." Hinata menciutkan pandangannya.

"Apa yang aneh, Hinata-san?" Gaara menyeletuk sambil mengelapi tangannya dengan tisyu yang ia bawa.

"Eh... Gaara, kemana saja kau?" Ino tersenyum.

"Aku tadi baru rapat osis.. bukankah kau mendengar panggilan untukku tadi?"

"Yaa... aku tau itu." Ino menyeruak dengan semangat diantara keributan anak-anak sekelasnya.

Hinata berbisik pada Konan dan Lee "Dimana Sasuke?"

Gaara melirik ke arah Hinata yang sedang berbincang-bincang dengan Lee dan Konan. Neji yang dengan bangga melipat tangannya dan duduk dengan coolnya. Shino terkejut melihat Neji yang sejak tadi tersenyum terus-menerus. Misterius!

"Ada yang melihat Sasuke?" Neji menaikkan nada suaranya.

Semua anak-anak dalam kelas itu langsung bengong dan berbicara sendiri-sendiri. dan saling menanyakan dimana Sasuke. Sampai Gaara-sang ketua osis melaporkan pada kepala sekolah tentang Sasuke yang menghilang sejak tadi. Gaara merasa seperti tidak berdosa ketika melaporkan pada kepala sekolah dan security.

Sasuke terbaring lesu dan penuh dengan luka di sekujur tubuhnya. Beberapa saat kemudian. Datanglah Neji , Gaara dan segerombolan anak lainnya. Hinata, Sakura dan beberapa sensei juga karyawan sekolah. Mereka sangat kaget dengan apa yang telah terjadi pada Sasuke. Gaara merasa sangat bertanggung jawab dengan Sasuke yang sudah lemas tak berdaya. Sakura langsung menangis kala melihat Sasuke dalam keadaan yang sudah penuh dengan luka. Hinata yang tersenyum simpul terus memandangi Gaara dengan penglihatan penuh dengan kemisteriusan.

Suasana kali ini sangatlah riuh dan ramai. Kepala sekolah langsung mengatakan pada pihak-pihak sekolah, jangan sampai terdengar oleh orang luar. Dan berita ini jangan sampai terdengar oleh pers. Karena sangat membahayakan reputasi sekolah yang terkenal sebagai sekolah nomor satu di Konoha.

Siapa yang melakukannya dan mengapa bisa ada kejadian seperti ini di sekolah yang tingkat keamanannya sudah terjamin dan terpantau.

Dengan cepat dan tanpa ini dan itu, Sasuke langsung di bawa ke rumah sakit terdekat. Para sensei dan juga karyawan langsung mengadakan rapat dadakan untuk membahas apa yang telah terjadi kali ini. Gaara tersenyum licik memandangi Sasuke yang sudah lemah dan tidak mempunyai daya.

Naruto pov

Duduk manis dan berdiam, diantara suasana yang membuat tubuh terasa terjepit di dalam dua kemungkinan. Kemungkinan yang memang sangat memuakkan dan menimbulkan kesan curiga, diantara wajah-wajah yang memang tidak-lah asing bagiku. Tapi... mengapa sampai mereka ada disini?

Mengapa selalu saja ada hal baru yang menyangkutkan antara diriku dengan Sasuke itu. Ya.. tuhan, apa lagi ini? apa orang tua Sasuke sudah mengetahui kejadian yang haram itu? mataku melirik ke arah Itachi yang memang sangat tampan.

Wajahku memerah, ketika ia membalas senyumanku dan kembali diam. Oh tuhan... apa lagi ini. Mengapa ibu juga diam saja? Persis seperti Fugaku-sama dan Itachi-sama. Lengkap sudah pikiranku yang semenjak tadi terbang-terbang entah kemana. Aku membuka ponselku yang sejak tadi sudah di singgungkan oleh nada-nada tanda pesan masuk.

[Naruto-chan.. kenapa hari ini kamu enggak masuk sekolah lagi sih? Kenapa kemarin kamu nggak mau bukain pintu? Aku kerumah-mu loh.. sama Hinata. By. Lee]

[Naruto... benar-benar gawat, Sasuke. Dia masuk rumah sakit. By. Ino]

[Bagaimana keadaanmu Naruto? apa kau sudah baikkan? Ingat ya, kau masih ada hutang jalan sama aku. :D by. Gaara]

[Naruto... Sasuke kecelakaan. By. Lee]

[Heh. Anak ramen. Sasuke tuh aneh-aneh aja kerjaannya. Selama kau enggak masuk. By. Sai]

[Kapan kau masuk sekolah? Eh tau nggak, Sasuke baru kena musibah loh! Kamu pasti senang mendengarnya. By. Lee]

[Merepotkan sekali sih, gara-gara kamu gak masuk, banyak kejadian aneh-aneh di sekolah kita tau! Ada tragedi di sekolahan. Kau tau Naru, Sasuke mau di bunuh di bukit belakang, tapi... tang saja, dia gak mati, kok. Udah dulu ya.. aku malas sms-an. By. Shika]

Duh, banyak sekali sms yang masuk ke dalam ponselku kali ini. Dan aneh sih, orang-orang yang tadinya tidak suka denganku malah sekarang rajin mengabariku. Oh tuhan.. ada apa lagi dengan teme itu.

Sandiwara apa lagi yang ia perbuat di sekolahan. Dan... bagai mana dengan Neji? Aku takut dengan pandangan matanya. Aku jijik dan errrr... dia sama-sama ero-nya dengan si-teme itu.

Aku melihat ke arah jam yang terpampang di atas foto orang yang selama ini sudah melukaiku dan Ibu. Masih pukul dua siang. Apa mereka bakal diam saja seperti ini? sampai Sasuke kemarin dan menyapa kami semua? Cih... bosan!

Fugaku berdehem. Suara dehemannya sempat membangunkan diriku yang sedang di landa lamunan manis mengenai kejadian tadi malam. Wajahku blushing.

"Kushina-san... apkah kau sudah mengatakannya pada Naruto?" Fugaku memandang wajah ibu yang sedang duduk diam disampingku. Dengan menggunakan celemek khas dapur yang selalu dipakainya.

"A-aku belum sempat mengatakannya pada Naruto... karena tadi malam ia sudah tertidur lelap bersama Sasuke dan juga kawannya."

Apa katanya? Kawan? Kawan macam apa lagi yang datang dan tinggal di kamarku? Sial... Neji. Ya.. si brengsek itu. Mengapa ibu tau Neji berada di sini semalaman? Dan apakah Fugaku akan mengintrogasiku dan ibu? Dan menjebloskanku ke dalam penjara? Oh tuhan, harus apa aku sekarang.

Pikiranku mulai kacau sendiri. entah apa yang dikatakan oleh Fugaku bersama ibu. Juga si Itaci yang semakin genit memandangku. Aku mengangkat alisku dan mencoba bertanya.

"Maaf.. Fugaku-sama... apa anda datang ke sini gara-gara Sasuke menginap disini tadi malam?"

"..." Fugaku diam dan tersenyum simpul.

"Ya.. tuhan.. maafkan saya Fugaku-sama.. saya tidak bermaksud untuk menculik anak anda. Tapi.. si Teme.. itu-lah yang datang malam-malam, dan—" suaraku terpotong.

"Hahaha... sebegitu takutnya kah kau Naru-chan?" Itaci malah menertawaiku.

Aku menggrenyitkan keningku. Sangat tidak maksud dengan apa yang baru saja Itachi katakan padaku.

"Maksudmu?" Aku balik bertanya.

"Tidak ada maksud apa-apa Naru-chan." Itachi kembali tersenyum dan diam.

"Tapi... benarkan bu?" aku menengadah dan akhirnya aku mengalah "Iya... saya mengaku salah, tapi saya benar-benar tidak mempengaruhi Sasuke-sama untuk bermalam di rumah saya. Iya kan bu.." aku memanjakan suaraku dan memandang ragu ke arah wajah ibuku yang sejak tadi terlihat ragu ragu.

Ibu hanya mengutarakan kebenaranku melewati senyumnya. Hanya sebatas senyum yang dangkal.

"Hahaha... kau memamang anak yang polos dan baik Naruto." Fugaku memujiku.

Aku semakin tak kuasa dengan keadaan ini. Beberapa saat, setelah semuanya selesai berdepat dan menertawai diriku yang sangat yah.. memalukan.

"Baiklah... sudah cukup dengan leluconnya. Mari kita bahas yang sesungguhnya." Suara Fugaku terlihat bijaksana dan menenangkan.

"Bahas yang sesungguhnya?" Aku semakin tercengang.

"Iya Naruto... maafkan ibu sebelumnya." Ibu melirihkan suaranya dan membelai pipiku.

"Apa... ada apa sih sebenarnya?" Aku memungut bunga yang jatuh dari meja.

"Ibu dan Fugaku-sama sudah memutuskan." Ibu membuang nafasnya yang terlihat geram dan resah.

"Memutuskan untuk apa bu? Ayolah.. katakan saja padaku." Aku menarik celemek yang di pakai ibu. Sungguh sangat tidak sabar menunggu apa yang sebenarnya akan di katakan oleh ke dua Uchiha ini.

"Ibu akan menikah dengan Fugaku-sama." Ibu menunduk.

Mataku terbelalak dan membulat sempurna, jantungku serasa naik ke kerongkonganku yang sejak tadi merasa kehausan akan air minum. Otakku serasa berhamburan di setiap aku ber-pikir.

Sungguh luar biasa mengagetkan untuk seorang yang memang kali-kali ini sering di landa dengan kejadian-kejadian yang memang tak di duga sebelumnya.

Petir dan gemuruh menjadi satu dan mengantam diriku yang sudah terkoyak-koyak dalam pemikiran yang sempit dan terjepit. Aku sangat kaget dan heran. Ketika, dengan polosnya ibu menyebutkan akan menikah lagi. Oh tuhan. Apa yang di pikirkan oleh ibuku? Apa ibu sudah gila, mau-maunya dia menikah dengan Uchiha yang errrrr. Mesum! Aku sungguh tidak mempercayai kenyataan yang ada di depanku ini. Sungguh-sungguh tidak mempercayainya. Camkan itu.

"Ap-apa itu benar buu?" aku memandang ibu dengan sayu dan sedikit tidak menelaah apa yang baru saja terjadi.

"Iya sayang... ibu sudah memutuskan akan menikah dengan Fugaku-sama. Karena dialah cinta sejatinya ibu, sejak dulu SMA." Ibu mengatakan dengan seluruh kelembutan yang terpancar di matanya.

"Ya, Naruto.. bagaimana menurutmu? Apakah kau menyetujuinya?" Fugaku memandangku "Jujur saja, sejak aku bertemu dengan ibumu dulu, kami memang sudah berpacaran. Tapi... keinginan kami untuk meneruskan hubungan ini sangatlah sulit. Karena—" Fugaku berhenti bicara.

"Tousan.. sudahlah. Tidak perlu di jelaskan secara detail. Itu sudah lama terjadi." Itachi menyela.

"Apakah... itu benar buu?" Aku menyeringai dan menggenggam bunga yang ada di tanganku.

"Iya.. sayang. Maafkan ibu nak... ibu tidak bermaksud— hiks.. hikss" tangisan ibu pecah di sela-sela pelukannya yang erat pada tubuhku.

Hening untuk beberapa saat.

Aku memandangi diriku sendiri dan ibuku yang menangis dengan sesengukan di dalam pelukanku. Aku merasa ibu sudah sangatlah menderita karena ayah semenjak dulu. Aku merasa ibu merintih kesakitan karena ayah. Aku merasa ibu sudah lelah dengan semua yang selama ini membebani mentalnya.

Tapi... ibu tidak sedikitpun menghiraukan dirinya sendiri. Ia bekerja keras hanya untuk aku. Ya. Untuk aku. Sedangkan aku? Apa gunanya aku disini? Aku tidak pernah sedikitpun peduli dengan perasaan ibu. Dan aku tidak pernah melihat ibu meangis di hadapanku.

Tapi.. tidak untuk kali ini. Ibu benar-benar kelihatan sudah lelah. Dan jawabannya, kali ini aku lah yang harus berperan untuk ibuku. Aku sudah banyak merpotkan dan menyusahkan ibu.

Itachi melihatku dengan senyumannya. Aku merasa tidak enak dengan pandangannya, yang seakan-akan membaik-baikkan diriku dan keadaanku yang memang miskin. Tapi... setelah mendengar, ibu mengatakan bahwa ia mencintainya. Aku tersadar. Ibu juga punya perasaan. Dan hari ini juga kali ini, biarkan aku yang mengorbankan diriku sendiri untuk kebahagiaan ibu. Aku akan mengatakan 'iya'

"Maafkan ibu... nak—" Ibuku menangis dengan perasaan bersalahnya.

Aku mendngakkan wajah ibuku yang kusam dan sedikit kumal untuk memandangku.

"Mngapa harus meminta maaf, bu?" Aku tersenyum dan sedikit memaksa.

"Apa yang kau katakan Naruto? maafkan ibu... ibu telah mempermainkan perasaanmu... maafkan ibu nak—" Ibu menangis lagi.

"Naruto... bagaimana pendapatmu akan rencana kami?"Fugaku memecahkan konsentrasiku.

"..." aku diam.

"Maafkan ibumu yang bodoh ini sayang... hikss" ibu tidak berhenti menangis.

"Maafkan aku Fugaku-sama, apabila saya lancang tadi. Tapi..." Aku memberanikan diri memandang Fugaku.

"Hentikan Naruto... ibu mengaku salah ... maa—"

"Tapi... aku menyetujuinya" Aku tersenyum memandang Fugaku dan Itachi yang sudah merasa lega dengan jawaban yang aku utarakan.

Itachi bergejolak "Benarkah itu, Naruto?"

"Tentu saja... aku tidak akan pernah mau menghalangi kebahagiaan ibuku sendiri. Dan... aku sangat merasa lega, apabila ibu sudah dipertemukan kembali dengan Fugaku-sama."

Aku memaksakan senyum dan menepis diriku yang sangatlah tidak menerima apa yang sedang ku bicarakan ini.

Aku mungkin tidak bisa menarik kembali apa yang telah aku katakan tadi. Dan ... ungkin ini adalah jawaban atas kesakitanku dan ibu sejak dulu. Mungkin ibu akan bahagia dengan menemui cinta sejatinya.

"Syukurlah... puji janshin, semuanya telah sepakat. Terimakasih Naruto, karena-mu, aku bisa menyatukan apa yang dulu tertunda."

Itachi bberjalan ke arahku dan langsung duduk diantara aku dan ibu. Itachi memelukku dengan erat. Ia merasa sangat bahagia.

Ya.. aku melihat kebahagiaannya melalui senyuman dan pelukannya yang dalam pada tubuhku. Aku pun ikut tersenyum. Walaupun sebenarnya, perasaanku menolak.

"Aku menyukaimu Naruto." Itachi berbisik lirih tepat pada gendang telingaku.

Jantungku seakan membeku dengan apa yang dikatakan Oleh Itachi padaku. Kami-pun melepaskan pelukan. "Aku juga menyukaimu Itachi-sama."

"Hah? Bukan Itachi-sama, Naruto-chan... tapi niisan." Itachi mencubit pipiku.

"Semuanya berjalan lancar. Terimakasih janshin" Ibu terlihat bahagia dengan tangisannya. Fugaku memeluk ibu yang masih menangis.

Beberapa saat, aku, ibu, Fugaku-sama dan Itachi pun membuka pembicaraan. Yah.. sangat hangat dan menyenangkan. Memang benar-benar berbeda dengan yang sebelumnya. Ternyata Fugaku-sama dan Itachi memang benar-benar menarik sekali. Mereka pintar bercakap juga wajah mereka sangat low profile.

Aku memandangi foto ayah. Ya... foto yang selama ini selalu menyakitiku dan ibu. Aku tersenyum dangkal dengan memunculkan rona kemenangan pada sorot mataku.

'Lihatlah ayah... aku menang sekarang!'

Beberapa menit kemudian, aku mohon izin untuk ke belakang. Aku memang tidak menuju kamar kecil atau dapur. Aku langsung menuju belakang rumah. Ya, karena rumah ini sekarang sudah menjadi milikku sepenuhnya. Ya.. walaupun tidak terlepas dari Uchiha itu.

Aku melihat jam tanganku, masih jam setengah tiga sore. Tapi... pikiranku mulai agak was-was, mengapa sedari tadi Sasuke tidak memunculkan batang hidungnya? Padahal... keluarganya masih ada di sini. Apa dia tidak menyetujui rencana besar ini?

Tunggu dulu! Apa rencana besar? Oh tuhan... aku sudah melupakan benang merah yang selalu terikat satu sama lainnya.

Ya.. Sasuke Uchiha. SHIT, dia adalah anak bungsu dan dia adalah adik dari Itachi! Apa itu artinya, aku akan menjadi bagian dari Sasuke juga? Oh... tuhan, mengapa bisa aku melupakan bagian yang sangat penting seperti ini? dasar bodoh!

Aku duduk di rumput pada halaman belakang rumah yang cukup lebar. Memandang langit sore dan menikmati wewagian bunga lavender.

"Naruto... mengapa kau tidak masuk kedalam? Apa, keadaan di dalam membuatmu tertekan?"

"Unn, hehehe.. tidak kok Itachi-sama."

"Apa?" Itachi mendongak ke arahku.

"Eh?" Aku heran.

"Bukan itachi-sama.. Naruto! tapi niisan. Ingai itu ya. Oh ya.. apa Sasuke belum pulang sekolah?"

"Eh.. hehehe, iya niisan." Aku menggaruki kepalaku sendiri "...unn, belum. Tapi, seharusnya dia sudah pulang sekarang." Aku turut bingung.

RING... RING...RING

Ponselku berbunyi. Aku kaget ketika Gaara menelponku. Aku merasa senang dan sangat bahagia sekali. Aku langsung mengangkat dan mengucap say hallo padanya. Tapi, aku terkejut ketikan Gaara dengan nada Baritonnya yang dingin menyapa sapaanku.

Dan yang lebih mengagetkan lagi, ketika Gaara mengatakan Sasuke sedang berada di rumah sakit. Aku sangat terkeut dengan berita itu. Ternyata sms dari teman-teman itu tidak main-main. Itachi langsung kaget mndengar berita Sasuke masuk rumah Sakit.

Dengan bergegas, aku dan rombonganku langsung menuju ke rumah sakit yang di sudah beritahukan oleh Gaara.

End Naruto pov

To be continue



Salam kenal dari saya uzu

bagaimana dengan fic yang alot, jelek dan gaje ini?

sebaiknnya dilanjutkan atau tidak ya?

saya bingung.. idenya mau habis..

Maaf updatenya lama

Di perparah juga karena faktor kurang semangat nulis.. gimana nii solusinya?

help me.. jangan lupa rivew dan bantu saya untuk mencari ide ide baru ya.. terimakasih :D

jaa nee

Terimakasih kepada sahabat saya yang telah ikut serta, dalam membangun fic ini :

Uchy-san , Broken Doll, Orange Naru, Uchiha Shira-nii , kuraishi cha22dhen , hotaru chan hatake , Lavender Hime-chan , hima san, Uzumaki Panda, Shikigami can Cheat, NaruEls, mechakucha no , aoi neko, BiruOrange, matsuo Emi, Misyel , Hikarii Hana , Arisu Koromaru , Dwina Uchiha Si'Teme, Arisa Akaike , himawari, zero bie, chary-san, Hikari-san, lukias-san, shika 4869, akira chiicuu, Just Ryu, Ronin, Arisa Adachi, Sinta namikaze, Sasori Schifferway, Yumechan, Kumiko Fukushima , namikaze-hana, Arisu yama-chan , Sasunasu 4ever, ichisami naoka-chan, kumiko my imouto, icky alice, Meyra Uzumaki, FBSN, Aozora17, desy, san

.

Jangan lupa ripiunya yaa (^_^)