Disclaimer: Bleach yang ngelahirinnya Tite Kubo *Lho?* Fic ini yang nelurinnya aku *Hah?*

Pairing: UlquiHime

Rated: T

Genre: Musical *coret*, Drama *coret*, Romance

Warning: di jamin OOC, typo*s, semakin dibaca semakin gaje, udah pasti AU, gitulah pokoke, Espada format taken from Green Day, all Orihime POV

Don't Like. Don't Read. Do Review

Espada

Chapter 1

Espada is:

Grimmjow Jeagerjaques – Guitar, Lead Vocals

Ulquiorra Schiffer – Bass, Vocals

Ggio Vega – Drums, Vocals

Aku menatap kertas yang aku pegang, terdapat bekas-bekas lipatan di kertas ini. Kertas ini berisi lirik-lirik lagu yang sedang aku dengarkan sekarang. Aku tersenyum riang menatapnya lalu mencium lembut kertas tersebut dengan bibirku. Aku sering melakukan ini, dulu banyak teman-temanku bertanya. Kenapa gadis… err bukannya aku narsis – manis sepertiku mau mencium kertas lusuh seperti ini? Mungkin ada yang salah dengan otakku? Jawabanku hanya satu, kerena aku adalah salah satu fanatic fans dari band yang namanya tertera dalam kertas ini.

Espada. Aku adalah fanatic fans dari Espada. Espada merupakan band populer dari Kota Tokyo. Aku menyukai band ini sejak aku masih duduk di bangku SMP, saat itu aku berumur 14 tahun. Dan personil Espada, mereka berumur sekitar 19 tahun, saat itu album major label pertama mereka laku keras dipasaran. Aku tetap menyukai band ini hingga sekarang, saat aku duduk di bangku kelas 3 SMA, terlebih sebentar lagi aku akan melanjutkan kuliah.

Aku dari dulu bermimpi untuk bertemu mereka, karena hingga hari ini aku belum pernah melihat mereka secara langsung. Setiap kali aku melihat mereka, aku hanya bisa menatap televisi. Aku tidak bisa melihat mereka kerena mereka menetap di Kota Tokyo, sedangkan aku terpuruk di sini, di Hokkaido. Mereka tidak pernah mengadakan konser di Hokkaido.

Jadi, bertemu mereka secara langsung adalah obsesiku.

Oh ya… dari semua personil Espada, aku sangat menyukai bassist-nya, Ulquiorra Schiffer. Aku menyukainya sejak pertama kali aku melihatnya diwawancara oleh sebuah stasiun televisi swasta. Aku tak bisa melepaskan pandanganku dari mata emeraldnya. Sejak saat itu, aku memutuskan, suatu hari nanti aku akan bertemu dengannya dan mengecup bibirnya lembut. *mimpi terpendam author*

Dan sayangnya hingga saat ini keinginanku tidak terwujud. Aku benar-benar frustasi mengingatnya. Jangankan ke Tokyo untuk melihat mereka, keluar dari desaku ini saja, aku tidak pernah. Aku terlalu takut untuk berjuang.

"AHHH! Apa-apaan sih ibu ini?" Aku sedikit berteriak saat seseorang menarik hingga lepas Hands free yang aku gunakan. Dan orang itu adalah ibuku. Dia melotot garang padaku. Aku pundung. Aku takut pada ibu kalau ia marah seperti ini.

"Kau itu ya… aku sudah memanggilmu berkali-kali. Tapi kau tidak menanggapiku. Itu pasti karena benda aneh yang kau pasang ditelingamu." Ibuku, Rangiku memarahiku karena aku tidak mendengar panggilannya. Baiklah, aku memang tidak mendengar teriakannya karena aku mendengarkan lagu Espada yang cukup kencang ditelingaku.

Aku merengut tak bertenaga. "Kenapa, Bu?" Tanyaku.

"Turun! Makan malam sana." Ibu beranjak menjauhiku. "Kau ini, makan saja harus di suruh-suruh." Ibu benar-benar meninggalkan kamarku. Aku menghela napas lega. Aku menghentikan kegiatan mendengarkan lagu Espada dari walkman-ku. Aku menuruni tangga, beranjak menuju meja makan.

Ibu telah duduk di kursi makan. Ternyata mereka menungguku. Aku duduk di samping ayahku, Takashi Hanake dan di depan adikku, Toushiro. Setelah aku mengambil nasi dan lauk, acara makan malampun di mulai. "Itadakimasu." Ucap kami berbarengan.

Skip Time

Aku menatap langit-langit kamarku. Semua kaset dan walkman milikku telah aku rapikan dan aku letakkan pada tempatnya. Aku kembali mengingat Ulquiorra, berharap dia akan masuk ke dalam mimpiku, terkadang berhasil. Aku mulai memejamkan mataku, dan mulai menjelajahi alam bawah sadarku.

Skip Time

Aku membuka mataku perlahan. Aku masih sangat mengantuk. Aku turunkan kakiku menyentuh lantai dan beranjak menuju kamar mandi. Aku meraih sebuah handuk putih yang tergantung di kursi, di depan meja rias milikku. Aku membuka knop pintu kamar mandi dan bersiap mandi.

Aku memutar keran. Air hangat keluar dari shower di atas kepalaku. Aku bersabun, membersihkan tubuhku. Aku kembali memutar keran lalu mengambil handukku, dan tidak lupa menggosok gigi. Aku berjalan mendekati pintu kamar mandi, memutar knop-nya dan keluar.

Aku mendekati lemari pakaianku. Aku memilih sebuah terusan berwarna biru muda dengan renda model bunga-bunga berwarna biru tua pada setiap pinggirnya, sangat kontras dengan rambutku yang berwarna jingga. Setelah memakai terusan itu, aku mendekati pintu kamarku untuk keluar.

Aku ingin melihat langit pagi yang indah saat ini. Aku membuka knop pintu dan berjalan mendekati tangga. Aku menyapu seisi rumah dengan mataku. Rumah ini tampak kosong. 'Kemana semua orang?' batinku.

Perlahan, aku merasakan tangan yang kekar melingkari pinggangku dari belakang. "Kamu sudah bangun Hime-chan?" Aku menoleh untuk mencari tahu siapa yang memelukku. Dan aku terkejut.

"Ulquiorra?" Tanyaku. Pemuda yang aku sebutkan namanya tersenyum.

"Hn. Apa kamu lapar, Hime-chan? Soalnya aku lapar. Kamu temani aku sarapan ya. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita." Ungkapnya sambil mempererat pelukannya.

Aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Aku mencoba melepaskan diri dan berjalan mundur. Aku menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya. Aku kehilangan keseimbangan setelah salah memijak anak tangga. Tubuhku oleng ke kiri, aku terjungkal melewati pagar tangga. Aku terjun bebas menuju lantai 1. Aku dapat melihat Ulquiorra mencoba meraihku, namun tidak berhasil.

Aku dapat melihat lantai keramik menantiku. Jarak yang memisahkan aku dan lantai keramik itu semakin sempit. 4 meter. 2 meter setelah beberapa detik terdengar bunyi. BHUKK! Aku memegang tubuhku. Sakit. Hanya itu yang dapat aku rasakan. Perlahan, aku membuka kembali mataku.

Apa? Aku sekarang berada di lantai kamarku? Dan di samping tempat tidur? "Sialan!" Umpatku sambil meraba-raba rusuk dipunggungku. "Cuma mimpi ternyata." Lanjutku. Aku bangkit dari posisiku, duduk di atas tempat tidur. Aku memegang perutku. Aku tersenyum mengingat mimpi tadi. "Tadi Ulquiorra memelukku." Ucapku pada akhirnya. "Walau hanya mimpi sih." Aku tersenyum lagi. "Tapi, lumayanlah." Akupun beranjak ke kamar mandi untuk mandi yang sebenarnya.

Skip Time

Aku berjalan menelusuri koridor sekolahku. "Hime-chan!" Teriak seseorang padaku, akupun menoleh. Mata abu-abuku menemukan Rukia Kuchiki, sahabatku, berlari tergesa-gesa kearahku. Aku menanyakan keperluannya ketika dia tiba di hadapanku.

"Ada apa Rukia-chan?" Tanyaku. Dia sibuk mengatur napasnya yang tidak beraturan.

"Anu? Hah…hah… Kau tahu, tidak? Hah…." Tanyanya masih dengan napas tersengal-sengal.

"Anu apa sih, Rukia-chan? Kalau ngomong yang bener." Ungkapku.

"Aku mendengar kabar bahwa Espada akan konser di Hokkaido, Hime-chan." Ucapnya. Aku menatapnya tak percaya. Pasti dia sedang bercanda, seperti biasanya. Dia memang sering mengerjaiku dengan mengatakan bahwa Espada akan konser di Hokkaido. Kali ini, kamu tidak akan bisa mengerjaiku lagi Rukia. Aku sudah hafal tingkahmu dan kali ini aku tidak akan tertipu lagi.

"Dasar kamu ini. Aku tidak percaya. Lebih baik kamu masuk ke kelas. Sebentar lagi, pelajaran akan di mulai, Rukia-chan." Akupun berlalu meninggalkannya menuju kelas kami. Aku melihat Rukia hanya terbengong saja melihatku berlalu meninggalkannya. Kemudian dia tampak kesal. Sepertinya kesal karena tidak berhasil mengerjaiku.

Skip Time

Langit senja masuk melalui jendela ruang tamu di rumahku. Indah sekali langit sore ini. Seperti biasa, setiap sore aku nongkrong di depan televisi. Aku menonton drama korea favoritku. Aku menukar-nukar channels televisi. Jariku berhenti untuk melihat stasium televisi favoritku. Mataku membulat saat menyadari siapa yang diwawancara oleh wartawan televisi tersebut.

Grimmjow Jeagerjaques, Vokalis utama Espada. "Ya… dalam waktu dekat kami akan konser di Pulau Hokkaido." Ucapnya. 'APA?' batinku berteriak. Sejenak Grimmjow menatap kamera lalu tersenyum manis. Aku mencari hand phone segera, tergesa-gesa aku mencari nomor Rukia di kontakku. Sejenak aku menunggu untuk dijawab.

"Moshi-mos…." Rukia tidak menyelesaikan kata-katanya.

"RUKIA… ESPADA KONSER DI HOKKAIDO!" Teriakku keras.

A/N: Nama ayah Orihime, Takashi Hanake, sebenarnya aku plesetin dari nama Kakashi Hatake dari fandom sebelah. Karena ini bukan fic crossover dan aku mengikuti aturan, jadi namanya aku plesetin. Jadinya, ya garing gitu.

Cerita berlanjut!

Akhirnya chap ini selesai juga setelah di permak sana-sini

Sebagian fic ini sebenarnya adalah isi hati aku yang terdalam *ditampol readers koz lebay*

Aku cuma mau menceritakan perasaan aku ke readers, gimana rasanya jadi fanatic fans sebuah band, ampe kebawa-bawa ngimpi *ditampol – lagi*

Sebagian nyata, sebagian nguras-nguras otak aku yang rada konslet

So, lagi-lagi aku minta review *natap readers pake puppy eyes*

Review ya…