Huah! Akhirnya terwujud juga impianku untuk bikin fic DeiSaku! (lebay amat nih author! Mau bikin fic DeiSaku aja pake mimpi-mimpi segala! ).

Fic ini terinspirasi dari gambar yang ku gambar pada waktu guru bahasa Indonesia lagi ngejelasin pelajaran (ciri-ciri anak bandel).

Sekalian aku juga mau melunasi hutangku pada Safira Love SasuNaru (namanya SasuNaru, tapi pesennya DeiSaku. Dasar aneh... *digiles Fi*) yang sekarang sudah ganti pennem menjadi Fi Suki Suki (gak penting amat).

Em, satu lagi! Aku buat fic ini juga khusus (bohong!) untuk Rincut a.k.a Deidei Rinnepero. Tau ah dia baca ato nggak.

Tapi, nggak semua isi fic ini DeiSaku loh! Pair pair yang lain juga ada!

Yah~~ langsung saja

Disclaimer: Masashong Kishimotong (terinspirasi dari Akasuna no NiraDEI Uchiha) *di lempar traktor sama Nira dan Masashi*

Genre: Tragedy. Dengan dibumbui beberapa humor yang garing krenyes-krenyes akibat kelamaan menggoreng (?)

Rate: T kayaknya.

Pairing: intinya DeiSaku, tapi gak ada unsur-unsur DeiSaku nya. Malah banyakan DeiIta (nggak yaoi loh! Cuma mereka sering muncul! Keseringan malah!).

Title: Soul

Disclaimer:

Naruto © Masashi Kishimoto

Soul © S. ChiharUchiha

~aBcDeFgHiJ... kok jadi ngajarin anak TK?~

...

"Aduuuuh! Narutoo! Lepaskan guci itu! Nanti tanganmu lukaa! Aduh! Kamu juga Sai! Lepaskan cermin itu!" begitulah keributan yang selalu terjadi.

Ini adalah Rumah Sakit Jiwa Konoha. Rumah Sakit dimana orang orang tak waras berkumpul. Rumah Sakit Jiwa Konoha adalah Rumah Sakit yang paling "ampuh" dari 5 kota besar di sekitar situ. Dan terbukti 34,99 % pasien yang masuk RSJK telah sembuh total.

Dengan suster-suster yang handal dan seksi, para pasien diperlakukan bagai raja. Ya, berhubung pasien di RSJK ini pada ganteng-ganteng, terutama itu loooh! Yang mukanya mirip ayam itu! Readers tau kaan! *digampar Sasuke*.

Ino Yamanaka, adalah suster yang paling dinanti oleh para pasien, terutama yang laki-laki (emang pasiennya laki-laki semua kali!). Tutur bahasanya yang lembut (walaupun Cuma sejam aja lembutnya *digeplak*) dan wajahnya yang membuat pasien kelepek-kelepek. Tapi sayangnya, hanya pasien RSJK aja yang bisa kelepek-kelepek. Orang yang waras mah, ngelirik aja ogah! *di bunuh karna terlalu menistakan*

Yah, mari kita mulai ceritanya.

"Sakura-chan! Makan ya!" kata Ino lembut sambil menyodorkan sesendok bubur ke mulut Sakura—satu-satunya pasien perempuan. Sakura adalah sahabat Ino. Dulu mereka sering bercerita dan bermain bersama. Tetapi Sakura mengalami sebuah kecelakaan waktu ingin mengambil beasiswa ke Amegakure. Dan itu menyebabkan otaknya mengalami penggeseran. Sehingga kejiwaannya terganggu dan kini dia tidak bisa bicara lagi.

Yah, waktunya pindah paragraf

"Ummh~" keluh Sakura sambil menyingkirkan sendok plastik itu dengan tangan kanannya. Posisinya terduduk di sudut kamar. Dan kini dia menundukkan wajahnya.

"Sakura-chan! Kamu harus makan! Aku ingin melihatmu ceria seperti Naruto! Aku ingin mendengar suaramu lagi Sakura-chan! Aku mohon! Makanlah!" desak Ino.

"Mmm..." hanya begitu respon Sakura.

Ino menundukkan wajahnya. Kemudian meletakkan mangkuk bubur itu ke samping Sakura.

"Aku tidak tau apa yang kau pikirkan. Tapi, aku ingin curhat padamu." Ino yang semula jongkok didepan Sakura, mulai mengambil posisi duduk disebelah kanan Sakura.

"Aniki ku baru pulang dari Amegakure kemarin," Ino menyandarkan tubuhnya kedinding. "Dia menceritakan semua tentang perjalanannya dari Konoha ke Ame. Dia bilang, dia sempat berselisih dengan seorang wanita. Dia bilang sih, wanita itu imut dan manis. Tetapi, berhubung Nii-kun dan wanita itu selisihan, Nii-kun nggak sempat nandain wajahnya. Dia Cuma tau warna rambutnya saja. Sayang sekali ya!" ucap Ino panjang lebar.

Sakura masih tidak memberi respon. Masih seperti itu posisinya. Wajahnya menghadap kekiri. Tidak melihat pada Ino yang asyik bercerita padanya. Malang sekali nasibmu Ino~.

"Wanita itu masuk kedalam taksi dengan anggunnya. Begitu kata nii-kun. Aku jadi penasaran, tuh cewek anggunnya gimana ya? Ampe nii-kin yang no time for love gitu bisa tergila-gila?" Ino bertanya pada Sakura. Meskipun dia tau tidak akan ada jawaban dari Sakura.

"Tapi," Ino melanjutkan ceritanya. "Baru sebentar taksi itu berjalan, te..." "Inoo!" teriakan sang dokter menggema. Padahal baru saja Sakura ingin merespon cerita Ino.

"Iya Tsunade-samaaaa!" teriak Ino balik. "Habiskan makananmu ya Sakura-chan! Supaya aku bisa melanjutkan ceritaku!" pesan Ino sebelum akhirnya dia pergi.

~dirumah Ino~

"Nii-kuuun! Aku pulaang!" teriak Ino menggoyang seisi rumah.

"Berisiiiiikk!" teriak seorang laki-laki dari dalam.

"Nii-kun! Kapan mau mulai kerja di tempatku?" tanya Ino masih dengan teriak-teriak

"Aah, terserahmu," jawab sang nii-kun yang sedang asyik menonton sinema 'She's handsome(?)' yang merupakan sinema favoritnya.

"Deidara nii-kun akan kukenalkan sama sahabatku!" kata Ino sambil menghempaskan tubuhnya kesamping anikinya yang bernama Deidara itu.

"Oh ya? Suster juga?" Deidara penasaran.

"Bukan," jawab Ino.

"Kalau begitu, dokter?" Deidara berharap jawabannya adalah iya.

"Bukan juga," jawab Ino lagi.

Deidara manyunin bibirnya. "Jangan jangan satpam RSJK ya?" tanya Deidara dengan tampang horor menatap Ino.

Buaggh... Ino menghempaskan bantal bulu tarantula (?) itu ke muka Deidara. Membuat Deidara sempat kehilangan udara dan hampir mati kalau saja Ino tidak segera melepaskannya.

"Jangan tatap aku seperti itu! Menjijikkan tauk! Kebiasaan!" kata Ino dengan disertai simpang empat yang tebal dan berwarna kuning.

"Abis, semua jawabanku salah un!" kata Deidara dan segera berlari kedapur. Ino yang khawatir akan terjadi apa apa pada anikinya itu segera menyusulnya.

Dan alangkah kagetnya Ino melihat Deidara melepas selang tabung gas elpiji 12 kilo yang tidak bersalah.

"Nii-kuun!" teriak Ino menghentikan gerakan Deidara. "Ya," jawab Deidara seolah olah tidak bersalah. "A.. apa yang kau lakukan?" tanya Ino dengan tampang khawatir. Mengkhawatirkan anikinya yang memang udah 'rada-rada' itu *dibom*.

"A... aku kehabisan oksigen, jadi..." "Bakaaa!" teriak Ino menggemparkan dunia. Dan segera menjauhkan tabung gas itu sejauh jauhnya dari Deidara.

"Ke.. kenapa?" tanya Deidara dengan lugunya.

"Ini namanya tabung gas nii-kun sayang! Menghirup ini kau akan mati! Bukan makin sembuh! Haduuh! Kaa-san ngidam apa sih waktu ngandung kamu!" jelas Ino sambil menutup lemari tempat tabung gas yang bersangkutan disimpan.

"Kuperingatkan! Jangan berlaku aneh di RSJK besok! Jangan beri mereka makan, jangan mau diajak bicara, jangan bergaul dengan mereka, dan jangan menyentuh mereka! Kecuali kau sudah diresmikan jadi dokter nanti! Mengerti!" jelas Ino. Deidara hanya memberi tatapan apa adanya.

"Huhh! Whatever!" kata Ino dan segera menuju kekamarnya. Meninggalkan Deidara yang masih saja setia dengan tatapan polosnya (aduuh! Imutnyaa XD).

~keesokan harinya~

Tap... tap... tap... suara langkah Ino yang sedang mengenakan seragam susternya dan Deidara yang sedang memakai jas dokter menggema di ruangan yang sedang sunyi itu. Mereka sedang di dalam area RSJK. Ini masih jam 6 pagi. Dan seluruh pasien selalu bangun jam 7. Sungguh wajar kalau waktu seperti ini masih sunyi.

"Tsunade-sama! Ini aku Ino! Aku Cuma mau mengantarkan kakakku untuk mendaftar ulang (?) menjadi dokter disini!" jelas Ino.

"Masuklah!" sahut orang yang ino sebut 'Tsunade-sama' itu. Ino pun membuka pintu itu perlahan. Dan Ino pun segera masuk keruangan itu.

Deidara yang ragu mengintip sedikit kedalam ruangan itu. Memasukkan kepalanya lebih dulu, dan entah kenapa tiba-tiba Deidara terdorong dari belakang dan jatuh dengan tidak elitnya didepan adiknya dan bosnya yang sama sama kuning itu.

Ino geleng geleng. "Ya ampun Nii-kun! Tidak bisakah kau bersikap lebih elit sedikit? Kau akan menjadi dokter! Kalau kau tetap bersikap sepeti itu, apa bedanya kau dengan pasien mu! Huh!" ceramah Ino.

Deidara mulai manyun-manyunin bibirnya (haduuh! Imutnya! X3). "Terserah," jawabnya.

"Huuh,," desah Tsunade. "Yah, apa boleh buat! Karena kita memang kekurangan dokter, mau tidak mau kakakmu ini aku terima!"

Mata Ino dan Deidara berbinar binar. "Domo arigatooouu!" kata keduanya sambil meluk-meluk Tsunade. Tsunade sesak napas.

_Time Skip_

"Disini tempat semua dokter berkumpul! Masuklah dan bertemanlah dengan mereka!" kata Ino sambil membuka sebuah ruangan yang berisikan empat orang yang dilihat dari tampangnya saja sudah aneh. Memang di RSJK pasien dan dokter sama sama gak beres *digiles Tsunade*.

Dengan berat hati Deidara melangkahkan kakinya kedalam ruangan itu.

"Hai! Kau anak baru ya?" tanya seseorang yang rambutnya diikat keatas seperti nanas. "Kenalkan! Aku Shikamaru! Yang gendut itu Chouji, dan yang ubanan itu Suigetsu! Kalau yang mirip sadako itu Itachi!" Shikamaru memperkenalkan masing masing orang yang berada disitu.

"Jadi, namamu siapa?" tanya Shikamaru menyadarkan Deidara yang lagi ngelamunin dirinya sama orang yang Shikamaru bilang mirip sadako *lha? Kok jadi DeiIta?*

~Pause~

Itachi : Chiii!

Chi : apa?

Itachi : kenapa aku dibilang mirip sadako hah?

Chi : abis, rambutmu kedepan depan siih! *innocent*

Itachi : *sweatdropp*

~Play~

"Err, aku Deidara! Salam kenal! Mohon kerja samanya ya!" jawab Deidara sambil bungkuk bungkuk.

"Baiklah! Pilih pasien yang kamu suka!" kata Chouji sambil menunjukkan buku yang tebalnya kira lira 100 lembar gitulah *gaje*.

"Ah, apa apaan ini? Masa aku harus suka sama orang yang gak waras?" ctakk... beberapa detik setelah Deidara menyelesaikan kata katanya, jitakan air Suigetsu melayang ke kucirannya. Membuat kuciran yang dengan susah payah diikat Ino jadi kendor sedikit.

"Maksudnya pasien yang paling kamu dahulukan, misalnya kamu perlakukan dia lebih istimewa, ya gitu gitu lah! Berhubung dokternya Cuma lima orang, jadi dari tiga puluh dua pasien disini, ada lima pasien yang diutamakan! Yaitu Sasuke Uchiha dan dokter Itachi, Naruto Uzumaki dengan dokter Chouji, Sasori dengan dokter Suigetsu, dan Hidan dengan aku. Lalu, sisanya tinggal kamu!" jelas Shikamaru dengan kecepatan lima kata per detik.

"Em, maaf? Bisa diulangi?" tanya Deidara dengan lugu nya. Membuat Shikamaru Chouji dan Suigetsu ber gubrak ria.

"Baiklah, sudah waktunya aku angkat bicara," kata Itachi yang sedari tadi duduk di bangku yang berada di sudut ruangan yang bersangkutan (?).

Batin Deidara: 'Uwaa,, akhirnya dia ngomong juga *mata berbinar-binar*'

"Tidak usah panjang panjang, kau pilih saja satu!" kata Itachi sambil memberikan buku yang baru dirampasnya dari tangan Chouji.

Dan dengan hati yang berbunga bunga, Deidara menerima buku itu.

Sepuluh lembar berlalu, tapi Deidara sudah mulai memasang wajah jenuh dan menutup buku yang tak berdosa itu.

"Kenapa?" tanya Itachi.

"A, itu, pasiennya kok cowok semua sih? Apa gak ada yang cewek?" tanya Deidara dan LAGI-LAGI dengan lugunya.

Batin Itachi: lola amat dah ni anak *masang ekspresi datar, soalnya kalau masang tampang kusut, harga diri Uchiha bisa turun derajatnya*

Itachi masang senyum yang agak dipaksakan. "Kau beruntung, Deidara! Dua hari yang lalu ada seorang pasien cewek, cantik lagi! Sayang dia pasien," jawab Itachi dengan dengan ekspresi yang MASIH datar. Padahal dalam hatinya udah nangis nangis bombai, paprika, cabe bawang dan lain lain segala sayur mayur yang ada di kebun farmville nya author *padahal sebenarnya gak punya,, dijotos rame rame* disebutin semua.

"Aah! Benarkah? Mana mana mana..?" teriak Deidara menggetarkan dunia (?) sambil membolak balik lembar lembar buku itu. Itachi melihatnya sweatdropp.

"Bisakah kau tenang dan mendengarkanku sebentar?" kata Itachi memegang tangan Deidara yang sedang asyik membolak balik buku. Dan secara refleks Deidara menghentikan tangannya. Dan menatap Itachi. Background berbentuk lov-lov pun terlihat. Sungguh sangat diragukan fic ini sebenarnya DeiSaku apa ItaDei *dikeroyok*.

Itachi mengambil buku itu dan membuka selembar demi selembar dengan hati hati agar bukunya tidak kusut. Padahal baru beberapa detik yang lalu buku itu sudah dikusutkan oleh Deidara. Dan keadaannya kritis dan harus dibawa ke rumah sakit terdekat.

Itachi berhenti membalik buku itu dan melihat sebentar halaman yang terbuka dan mulai senyum-senyum sendiri. Membuat Deidara curiga.

"Noh! Satu satunya pasien cewek di RSJK. Kalau kau tidak mau, kau harus memilih yang laki-laki," jelas Itachi sambil menunjukkan lembaran itu ke muka Deidara.

Deidara bengong melihat foto itu sampai tidak mendengarkan penjelasan Itachi.

"Uwaa~ manisnya~ rambutnya, tatapannya, bodynya huaaa! Aku mauu!" Deidara teriak teriak histeris sambil merampas buku itu. 'Sepertinya sudah harus diganti tuh buku' batin Itachi sambil menyimpan sweatdropp nya agar tidak terlihat oleh juniornya yang satu ini.

"Baiklah, aku jelaskan. Namanya Sakura Haruno, menurut informasi dari Ino, dua hari yang lalu dia mengalami kecelakaan pada waktu mengambil beasiswa di amegakure," jelas Itachi.

Deidara berusaha menyaring dan memahami kata kata Itachi. "Amegakure, dua hari yang lalu, hari dimana aku jumpa dengan wanita itu, rambutnya, aduuh... aku lupa, tapi..." ucap Deidara pelan. Soalnya kalau kuat-kuat, kucirannya bakalan lepas. Dan akibatnya dia akan digebukin Ino bahkan dibunuh pas uda nyampe rumah (wah! Adik yang kejam!).

"Kau kenapa?" tanya Itachi (sok) perhatian.

"Dua hari yang lalu aku di Amegakure. Aku jumpa dengan seorang wanita yang bahkan warna rambutnya pun aku lupa," jawab Deidara dengan wajah (yang sok di) polos (polosin).

"Huh, dasar, masih muda saja sudah pikun! Dokter Shikamaru punya sebuah alat untuk mengembalikan ingatan, yah apalah itu namanya. Mungkin itu bisa membantumu. Tapi, sebelum itu..." Itachi menggantungkan kata katanya.

"Apa?" seperti yang dibayangkan Itachi, Deidara penasaran.

"Ini! Jumpain pasien pertamamu!" kata Itachi sambil memberikan sebuah foto. Foto Sakura tentunya. "Nomor kamarnya ada dibalik foto itu. Kesanalah dan dekatkan dirimu dengannya. Buat dia mengenalmu! Itu pilihanmu! Setelah itu kau akan kusembuhkan dari penyakit pikun mu yang belum waktunya itu!" jelas Itachi. Author nggak mudeng sama omongan Itachi. Tapi si Deidara kok bisa mudeng ya? Ada apa? Apakah ada udang di balik bakwan? O.o?

**time skip, dikamar Sakura. Kamar nomor tujuh**

Deidara membuka pelan pelan pintu itu. Pintunya terbuka sedikit... sedikit... dan dengan usaha keras (?) pintu itu pun terbuka. Dan tepat di seberang pintu itu, terlihatlah seorang wanita berambut pink yang terduduk bersandar dengan wajah yang tertunduk bertumpu pada lututnya. Tepat di seberang Deidara berdiri sekarang.

"Aah, aku ingat sekarang! Ee, em..." lagi-lagi kumat. Deidara melihat belakang kertas foto yang dari tadi dipegangnya. "Sakura Haruno! Ya! Aku ingat! Sakura Haruno! Kaulah yang, em, tadi aku mau ngomong apa coba?" Deidara bingung sendiri.

"Aah, bodo ah, yang penting ikuti kata Itachi-san dulu," dasar Deidara. Kalau kata Itachi aja baru inget.

Deidara melangkah mendekati Sakura. Dan mengambil posisi duduk di sebelah kanannya. "Sakura, perkenalkan, aku dokter privatmu! Mohon kerjasamanya!" kata Deidara sambil memasang senyum manis. Tapi percuma saja. Sakura tidak melihatnya.

"Sakura dengarkan suaraku! Aku ingin mendengar suaramu," kata Deidara. Dan kali ini serius dan dengan tatapan dingin khas Uchiha.

Sakura mengangkat wajahnya dan menatap mata aquamarine Deidara.

"Kha," kata Sakura pelan.

"Sakura, suara itu, aku i... ingat," Deidara membongkar (?) memori otaknya.

"Kha," ucap Sakura lagi.

"Sakuraaa!" gedubrakk. Ino membuka pintu kamar itu dengan gaya yang sangat tidak elit sama sekali. Membuat penyakit jantungan Deidara HAMPIR kumat.

Ino langsung menghampiri Sakura tanpa menghiraukan Deidara sama sekali.

"Sakura! Kau sudah bisa bersuara? Ada perkembangan? Suster Shizunee! Sakura sudah bisa bicara niih!" Ino teriak teriak gaje membuat RSJK sedikit goyang.

"Aah, benarkah? Ayo kita bawa ke dokter Shikamaru! Bla bla bla..." begitulah ocehan dua suster itu membawa Sakura pergi tanpa mengingat keberadaan Deidara. Deidara pun terduduk sendirian di ruangan itu.

"Dei, kamu jaga pasien yang lain dulu!" kata seorang suster yang tiba tiba muncul didepan pintu. "Ah," Deidara cengo' melihat suster itu. "Kamu kan, yang namanya Deidara?" tanya Suster yang berambut indigo panjang itu.

Deidara masih saja menatap suster itu. Baju ketatnya menunjukkan bentuk badannya yang wouww... *author digiles*.

Suster itu blushing. "Ah, tidak sopan ya berbicara pada orang lain sebelum memperkenalkan diri sendiri. Kalau begitu, kenalin aku Hinata Hyuuga!" kata suster itu lagi dengan memasang senyum seadanya.

Deidara yang tiba tiba tersadar segera buka mulut. "E... iya. Aku harus kemana?" tanyanya.

"Em, ke lorong sebelah, kamar nomor empat belas. Aku pergi," kata Hinata dan segera pergi sambil membawa sisa-sisa blushing.

Deidara pun segera bangkit dan berjalan menuju lorong sebelah sambil mengingat ingat warna rambut wanita yang di jumpainya waktu pulang dari Amegakure kemarin.

Baru masuk Deidara di gerbang lorong itu, dia disambut oleh teriakan seorang suster berambut merah sedang menenangkan seorang pasien berambut abu abu panjang yang belahan rambut atasnya zig-zag zig-zag gaje.

Suster itu menyadari kedatangan Deidara dan langsung menoleh kearah Deidara.

"Hei! Kau dokter baru ya? Akhirnya dokter RSJK bertambah juga," wanita itu tersenyum ramah. Deidara Cuma cengar cengir doank.

Deidara berjalan mendekati wanita itu.

"Kenalkan! Aku Tayuya! Dan ini pasien istimewaku, Kimimaro!" kata wanita itu.

"Aku Deidara! Nice to meet you!" kata Deidara sok inggris. Tiba-tiba semburat merah muncul di pipi Tayuya.

"Oh iya, aku cari kamar nomor empat belas! Dimana ya?" tanya Deidara.

"Ah, em," Tayuya salah tingkah. "Itu di ruangan yang itu!" Tayuya menunjuk kamar di sebelah kanannya. "Namanya Madara. Dia adalah anak paling autis di RSJK!" jawab Tayuya dengan santai.

Batin Deidara: gila deh tuh suster, aku kan newbie! Masa langsung dikasih pasien stadium akut.

Dan dengan berat ginjal (?) Deidara pun melangkahkan kakinya ke kamar yang Deidara membayangkannya seperti neraka.

Baru ½ sepatu kanan Deidara masuk ke kamar itu, teriakan yang memekakkan telinga menyambutnya.

"Dokteeeeerrrrrrr!" teriak makhluk keriputan yang berambut cepak itu *mata author di congkel*. Bulu kuduk Deidara pun berdiri dan secepatnya dia keluar dari ruangan laknat itu.

Deidara menutup pintunya secepat mungkin. Kurang satu detik kemudian, pintu itu berbunyi keras sekali. Membuat Tayuya dan Kimimaro serta suster-suster yang kebetulan lewat menatap Deidara dengan tatapan heran.

Pelan-pelan Deidara membuka pintu itu. Setelah terbuka, jatuhlah sesosok manusia yang hampir meremukkam tulang-tulangnya tadi. Ternyata pasien yang bernama Madara itu kejeduk pintu. Deidara angguk-angguk geleng-geleng.

"Huh, baiklah Madara! Kita mulai dari mana?" tanya Deidara malas.

"Panggil aku Tobi aja dokter!" kata Tobi dengan wajah yang di imut-imut kan. Padahal kagak ada imutnya samasekali. Membuat Deidara agak mual (?).

"Aduh, kamu kan anak baru! Belum saatnya menghadapi anak ini!" kata dokter Itachi yang muncul secara tiba-tiba dari balik pintu. Menghilangkan mual Deidara.

"Hua! Dokter Itachi! Tapi aku maunya sama dokter ini!" Tobi meluk-meluk tangan Deidara.

"Kenapa?" tanya Itachi polos los los.

"Abisnya imut sih!" jawab Tobi dengan wajah yang sama seperti tadi.

"Aah, iya sih," kata Itachi pelan sambil nunduk-nunduk gaje biar mukanya yang blushing gak diliat Deidara yang masih setia dengan tampang lugunya.

"Sudahlah, Tobi! Kami pergi dulu! Jaa~" kata Itachi dan langsung menarik tangan Deidara.

Diluar kamar laknat itu.

"Kembalilah ke kamar Sakura. Dia sudah ada dikamar. Tadi aku sempat dengar, mereka yang memeriksa Sakura menduga bahwa Sakura hanya bisa bicara padamu. Tetaplah disampingnya Dei!" jelas Itachi. Deidara nunduk nunduk gaje.

"Oh iya, soal alatnya dokter Shikamaru... lagi dibawa buat syuting film Doraemon!" lanjut Itachi. Deidara manggut-manggut innocent.

Kembali ke kamar Sakura

"Au ah, warna apa sih?" Deidara masih aja mikirin hal gak penting itu. Posisinya sekarang duduk di sebelah kanan Sakura yang lagi duduk.

"Berisik ah!" bentak Ino (author pikir Sakura yang ngomong) yang duduk disebelah kiri Sakura.

"Huh, eh, kemaren aku ada cerita tentang warna rambutnya nggak?" tanya Deidara.

"Iya," jawab Ino singkat,

"Er, kamu masih ingat ceritaku nggak?" tanya Deidara lagi.

"Iya,"

"Kalau begitu..."

TBC

Selesai juga akhirnya chap 1 ini. Gimana? Keren nggak?

Humornya kurang yah? *ngotot—digampar readers*

Kalau kurang, berarti aku gak sukses donk! *jeduk-jedukin kepala ke jidat orang ganteng yang kebetulan lewat—dilempar sendal sama pacarnya*

Niatnya sih bikin oneshoot. Tapi kagak kesampean (kagak ada yang tanya lah kayaknya).

Yah, ripiu saja!

V

V